You are on page 1of 7

2.

3 Komplikasi Anastesi Lokal Patah Jarum Penyebab: gerakan tiba-tiba jarum gauge (ukuran) kecil, jarum yang dibengkokan . Pencegahan: kenalilah anatomi daerah yang akan dianestesi, gunakan jarum gauge besar, jangan gunakan jarum sapai porosnya, pake jarum sekali saja, jangan mengubah arah jarum, beritahu pasien sebelum penyuntikan. Penaganan: tenang, jangan panic, pasien jangan bergerak, mulut harus tetap terbuka jika pragmennya kelihtan, angkat dengan hemostat keal, jika tidak terlihat diinsisi, beritahu pasien, kirim ke ahli bedah mulut. Rasa Terbakar Pada Injeksi. Sebab: pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan catridge dengan larutan sterilisasi, larutan anestesi yang hangat. Masalah: bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak. Pencegahan: gunakan anestetik lokal yang pH kira-kira 5, injeksi larutan perlahan-lahan (iml/menit), cartridge disimpan pada suhu kamar, lokal anestetik tetap steril. Rasa Sakit pada Injeksi Sebab: teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum mengenai periosteum. Pencegahan: penyuntikan yang benar, pakai jarum yang tajam, pakai larutan anestesi yang steril, injeksikan jarum perlahan-lahan, hindari penyuntikan yang berulang-ulang. Penanganan: tidak perlu penangana khusus. Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi): tidak terasa. Sebab: trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat injeksi jarum/ larutan anestetik sendiri.)

Masalah: dapat terjadi selamanya, luka jaringan. Pencegahan: injeksi yang tepat, penggunaan cartridge yang baik. Penanganan: tenangkan pasien, pemeriksaan pasien (lamanya parastesia), pemeriksaan ulang sampai gejala hilang, konsul keahli bedah, mulut atau neurologi. Trismus (gangguan membuka mulut). Sebab: trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi, larutan, pendarahan, infeksi rendah pada otot. Masalah: rasa sakit, hemobility (kemampuan mandibula untuk bergerak menurun). Pencegahan: pakai jarum suntik tajam, asepsis saat melakukan suntikan, hindari injeksi berulangulang, volume anestesi minimal. Penanganan: terapi panas (kompres daerah trismus 15-20 menit) setiap jam. Analgetik obat relaksasi otot, fisioterapi (buka mulut 5- 10 menit tiap 3 jam), megunyah permen karet, bila ada infeksi beri antibiotik alat yang digunakan untuk membuka mulut saat trismus. Hematoma (efusi darah kedalam ruang vaskuler). Sesbab: robeknya pembuluh darah vena/ arteri akibat penyuntikan, tertusuknya arteri/ vena, dan efusi darah. Pencegahan: anatomi dan cara injeksi harus diketahui sesuai dengan indikasi, jumlah penetrasi jarum seminimal mungkin. Penanganan: penekanan pada pembuluh darah yang terkena, analgetik bila nyeri, aplikasi pada pada hari berikutnya. Infeksi.

Sebab: jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi mukosa masuk kedalam jaringa, teknik pemakaian alat yang salah Pencegahan: jarum steril, aseptic, hindari indikasi berulang-ulang. Penanganan: terapi panas, analgesic, antibiotic. Udema (Pembengkakan Jaringan) Sebab: trauma selama injekasi, infeksi, alergi, pendarahan, irirtasi larutan analgesic. Pencegahan: pemakaian alat anestesi lokal yang betul, injeksi atraumatik, teliti pasien sebelum pemberian larutan analgesic. Penanganan: mengurangi pembengkakan secepat mungkin, bila udema berhubungan dengan pernafasan maka dirawat dengan epinefrin 8,3 mg IV/Im, antihistramin IV/im. Kortikosteroid IV/ IM, supinasi, berikan basic life support, tracheastomi, bila sumbat nafas, evaluasi pasien. Bibir Tergigit. Sebab: [emakaian long acting anestesi lokal. Masalah: bengkak dan sakit. Pencegahan: pilih anastetik durasi pendek, jangan makan/minum yang panas, jangan mengigit bibir.

Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi) Sebab: masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/ substransi grandula parotid. Masalah: kehilangan fungsi motoris otot ekspersi wajah. Mata tidak bisa mengedip.

Pencegahan: blok yang benar untuk n. Alveaolaris inferior, jarum jangan menyimpang lebih kepost Waktu blok n. alveolaris inferior. Penanganan: beritahu pasien, bahan ini bersifat sementara, anjurkan secara periodic membuka dan menutup mata. Lesi Intra Oral Pasca Anestesi. Penyebab: stomatitis apthosa rekuren, herpes simpleks. Masalah: pasein mengeluh sensitivitas akut pada daerah uslerasi. Penanganan: simptomatik, kumur-kumur dengan larutan dipenhidramin dan susu magnesium. Sloughing pada Jairngan. Penyebab: epitel desquamasi, abses steril. Masalah: sakit hebat. Pencegahan: pakai topical anestesi, bila memakai vasokonstriktor jangan berlebihan. Penanganan: secara simptomatik, rasa sakit diobati dengan analgesic (aspirin/ kodein secara topical) Syncope (fainting). Merupakan bentuk shock neurogenik. Penyebab: isohemia cereoral sekunder, penurunan volume darah ke otak, trauma psikologi. Masalah: kehilangan kesadara. Pencegahan: fentilasi yang cukup, posisi kepala lebih rendah dari tubuh, hentikan bila terjadi perubahan wajah pasien.

Penanganan: posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kaki sedikit diangkat, bila sadar anjurkan tarik nafas dalam-dalam, rangsang pernaasan dengan wangi-wangian. Komplikasi Eksodonsia Beberapa komplikasi yang sering terjadi pasca pencabutan gigi:

1. Oedema (dibaca: "udem"), pembengkakan yang tidak wajar, keadaan ini merupakan kondisi bengkak pada bagian tempat gigi yang dicabut. Ini bisa terjadi karena bermacam hal, seperti; trauma pada luka pencabutan, infeksi sekunder, proses inflamasi yang tidak terkontrol. 2. Perdarahan (hemorragie), keadaan ini merupakan terjadinya perdarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini terjadi karena bermacam hal, seperti; kelainan sistemik pada pasien (misalnya hipertensi yang tidak terkontrol).

3. Dry socket, kondisi ini merupakan kondisi soket bekas pencabutan gigi tidak mengeluarkan darah, bisa disertai dengan bau, sakit hebat. Ini terjadi karena bermacam hal, seperti; adanya infeksi sekunder, penggunaan obat tertentu diluar ketentuan dokter/dokter gigi.

4. Patah tulang mandibula atau maksila, kondisi ini terjadinya fraktur (patah tulang) yang tidak diharapkan dari bagian soket gigi, atau bahkan tulang mandibula atau maksila tempat melekatnya tulang alveolar berada. Paling umum terjadi dikarenakan kesalahan tehnik operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu operator diharuskan memiliki tehnik yang benar dan bisa memperhitungkan seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan tepat. 5. Bila masih terjadi infeksi akut ditakutkan terjadinya septikemi karena bakteri masuk ke dalam saluran darah

You might also like