You are on page 1of 44

Kepada: Ratu Pandan Wangi

Puisi: Sri Harjanto Sahid

BUKAN PERISTIWA BIASA

Seekor buaya datang ke supermarket membeli softex Seekor komodo ke toko kaset berburu film porno Seekor beruang datang ke sebuah bank mau menabung Seekor gajah bunting naik becak mencari pasar Gading Seekor gorila betina memperkosa dosen di bunderan UGM Seekor kambing waria ngemut bus kota di jalan Malioboro Sepasang kerbau ke kantor catatan sipil mohon dinikahkan Sepuluh kuda jantan ke RS Sardjito ngemis obat perangsang Seratus serigala menggeledah Sarkem mengejar Raja Singa Seribu codot menggertak walikota menggorok dana APBD Sejuta kakatua di polresta nyadong jatah pil narkoba Semilyar marmut menyerbu kraton mohon berkah Sultan

Sungguh aneh bin ajaib Tak satupun koran dan televisi memberitakan hal ini

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

PERMAINAN POLITIK DI DALAM HUTAN

Gajah mendirikan partai politik Bernama Partai Gajah Bengkak Semut tak mau kalah Bikin Partai Pembunuh Gajah Serigala tak ketinggalan Partainya Partai Serigala Baik Budi Codot lebih santai Mendeklarasikan Partai Ogah Bangun Pagi

Suasana segera memanas di kalangan binatang Dalam waktu sebulan berdiri 315 partai baru

Sehari menjelang pemilu Semua partai membubarkan diri Alasannya cuma sederhana saja Kehidupan politik kurang cocok terselenggara di hutan Berdasar wangsit sangat tidak sehat bagi perikebinatangan

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

GEGER DI NEGERI PELANGI

Pernikahan abad ini terjadi di Istana Negeri Pelangi Seekor kuda nil betina yang sudah hamil tua Dikawinkan dengan semut jantan yang tampan Yang sembarangan dituduh telah memperkosanya Di bawah ancaman todongan senjata tidak tajam Syukur, tuduhan diterima dengan lapang dada

Sewaktu doa ijab kabul dengan indah dilantunkan Mempelai wanita tiba-tiba menjerit panjang Dari perutnya keluarlah bayi mungil tanpa dosa Wajahnya mirip kambing, tubuhnya mirip buaya Kakinya mirip tapir, buntutnya mirip jerapah Kupingnya mirip drakula, kontolnya mirip saya

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

PERTANDINGAN TINJU DI BAWAH SINAR BULAN

Tikus dan kucing siap bertarung di ring tinju Tikus bilang takkan berhenti sampai mati Kucing tertawa ngakak dan siap menerkam Cakar dikembangkan taring dimonyongkan Stop!! teriak tikus Sarung tinju belum dikenakan Panitia belum menyediakan Harus dibeli dulu sebentar. Kucing cekikikan dan mempersilakan tikus Membeli sarung tinju di toko peralatan sport

Tikus datang membawa dua pasang sarung tinju Ayo kita mulai Akan ku-KO kamu sebelum bel dibunyikan Ini kubawa Raja Singa sebagai wasitnya. Kucing melompat sigap menerkam kesunyian

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

NONTON FILM PORNO

Di televisi tersaji film porno. Seru banget Disaksikan oleh sepasang anak kucing Berbagai teknik bertarung diperagakan Jungkir balik. Pentalitan. Kabruk-kabrukan Dibintangi ayam jago melawan ular sanca Ayam jago mematuk. Ular sanca meliuk Di puncak pergulatan keduanya menjerit Terkulai bersama. Bukan orgasme. Tapi modar

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

EPISODE BULAN SEGITIGA

Bulan jelita jatuh dari langit Kecemplung ke dalam gelas kopi Kucing jantan melihat Memungut lalu memangsanya

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

SELINGKUH

Pak Kecoak dan Bu Kecoak bercinta Di kolong meja makan Istri saya melihat dan iri hati Mengambil obat serangga Dan menyemprot mereka

Malamnya istri saya bermimpi Bercinta dengan pacar pertamanya Di kolong ranjang tidur saya Tiba-tiba muncul sepasang kecoak raksasa Mengencingi mereka sembari tertawa-tawa

Ah, ini bukan puisi yang menyenangkan!

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

RAHASIA PATUNG KUDA

Sebuah patung kuda di rumah saya Mendengus, meringkik lalu melompat Berlari menuju jalan raya

Dengan sepeda motor saya mengejar Kuda itu tidak kencang larinya Saya berhasil memegangi buntutnya Tiba-tiba ia melompat ke kali Tentu saja saya ikut terperosok Pingsan terbentur batu

Orang-orang kampung menolong saya Membawa saya kembali ke rumah Astaga, patung kuda tetap di tempatnya

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

KUCING HITAM

Sewaktu istri saya menggoreng matahari di dapur tiba-tiba datang seekor kucing hitam legam bermata bintang. Binatang beraura mistis itu setelah mengeong lalu berkata, Matahari yang sedang kau goreng itu adalah kue donat yang telah saya telan lima ribu tahun lalu. Baru kemarin sore saya muntahkan dan kau temukan di kolong meja. Apakah kau tidak jijik menghidangkan untuk sarapan pagi seluruh keluarga?

Istri saya jengkel. Dianggapnya kucing itu amat sangat keterlaluan bohongnya. Dipukulnya kepala kucing itu dengan palu. Tentu saja mati seketika. Lantas digorengnya pula.

Wah, kejam sekali ya istri saya?

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

CINTA BERUK

Sembari makan kacang atom dan minum es soda. Duduk nongkrong di dahan pohon jambu bol. Seekor beruk tua renta menulis puisi-puisi cinta. Ditujukan buat pacarnya yang masih remaja. Bercerita tentang matahari yang ditelan ikan hiu. Tentang anaknya yang menjadi presiden di Negara Republik Binatang Rimba. Menantunya yang tidak suka memakai celana dalam. Tiga belas cucunya yang malas belajar matematika tapi lebih getol main sepak bola api dan mancing kepiting besi di selokan. Tentang pesawat terbang yang dipiloti tikus clurut. Tentang kuntilanak yang tergila-gila kepada seorang tentara. Tapi karena ketakutan tentara itu malah menembaknya berkali-kali dan kuntilanak itu terpaksa juga harus mati berkali-kali pula. Langit menangis tiap malam Jumat Kliwon. Angin memutihkan kerinduan. Beruk tua renta itu juga bercerita tentang ribuan buku tebal yang telah selesai dibacanya yang kesemuanya tidak ada tulisannya.

Sementara itu sang pacar yang tinggal di lain benua juga menulis puisi. Bukan tentang cinta ataupun riwayat kamasutra. Tapi tentang dunia yang kehilangan makna!

Yogya, 2010

LEGENDA KERA SAKTI

Puisi: Sri Harjanto Sahid

Setelah bosan menjadi kenek bus kota. Kera gundul bermuka pantat itu beralih profesi menjadi politisi. Bosan sebagai politisi segera mencoba menjadi kiai. Frustasi karena ditinggal semua santri lantas memutuskan menjadi teroris saja. Dan ia mati ketika mencoba meneror dirinya sendiri. Sebuah bom molotov meledak di dalam mulutnya.

Di dasar kerak neraka, kera gundul bermuka pantat itu tetap saja ugal-ugalan. Mengumpulkan para mantan koruptor, politikus busuk, bintang film porno, rohaniwan cabul, budayawan penjilat pantat penguasa, bandar narkoba, seniman edan, ilmuwan sesat dan intelektual keblinger serta guru gemblung dan presiden goblok. Lalu berdemonstrasi besar-besaran tak henti-henti tanpa etika dan anarkis memprotes Tuhan. Menyebut Tuhan sebagai Bajingan Maha Kuasa. Tentu saja Tuhan tersinggung. Muak dan ingin menghajarnya biar nyahok. Ketek gundul jelek itu ditendang pulang kembali ke dunia fana.

Anehnya, di dunia mendadak kera itu menjelma menjadi raja-diraja Sang Maha Durjana. Menobatkan diri sebagai Tuhan Baru yang dipuja di manamana. Semua manusia, binatang dan tumbuhan bersujud di telapak kakinya.

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

BIOGRAFI MACAN BETINA STW

Di tengah hutan belantara yang gelap gulita. Macan betina stw (setengah tua) begitu menderita. Hampir seperlima abad kawin belum dikaruniai putra. Suaminya yang impoten mengancam akan segera menceraikannya kalau minggu depan ia masih kedatangan bulan dan tetap bersedia menerima bulan itu sebagai tamu kehormatan. Macan betina stw itu takut menjadi janda. Segera saja ia mengunjungi goa siluman. Di dasar telaga dalam goa tinggal kura-kura raksasa yang bijaksana dan berprofesi sebagai paranormal ternama. Belum lagi ia bertanya, Eyang Kura-kura sudah mendahului bicara, Kalau kamu ingin hamil mintalah ditembak oleh manusia. Pergilah ke desa atau ke kota. Mintalah ditembak oleh manusia yang anunya paling perkasa!

Di desa, macan betina stw itu ketemu para petani yang menolak menembaknya karena merasa tak punya pestol. Begitupun para bromocorah, pencari kayu, kusir andong dan juru kunci kuburan, semua menolak menembaknya karena tak punya bedil. Lalu melompatlah ia ke Kota Sragen. Langsung ketemu sekawanan gigolo muda, tampan dan

perkasa. Tapi mereka tak ada yang mau menembaknya. Tak ada yang bernafsu pada macan betina setengah tua. Apalagi gratisan. Itu mengkhianati profesionalitas namanya.

Para tukang becak juga menolak. Karena mengaku hanya bisa nggenjot tapi tak bisa nembak. Ia pergi ke gedung DPRD. Siapa tahu ada anggota dewan yang mau menembaknya. Tapi gedung kosong blong. Padahal ada agenda rapat tahunan. Rupanya semua anggota dewan membolos. Mencari Pak Bupati tidak ketemu. Ia frustasi. Patah arang. Dan putus asa. Sambil menangis meraungraung berlari menuju ke kantor polisi. Dengan mengiba-iba dan bercucuran air mata meminta agar ada polisi yang mau menembaknya. Tidak disangka semua polisi yang ada, lebih tiga lusin jumlahnya, dengan sukacita bersedia menembak bersama-sama. Mendadak ia ngeri sendiri. Membayangkan pantatnya akan hancur dikeroyok tiga lusin polisi. Ia bermaksud melarikan diri. Belum sempat ia melompat keburu tiga lusin polisi itu mengeluarkan pestolnya masing-masing. Lalu menembak berbarengan. Doooorrr!!! Macan betina stw itu mati ditemani bulan yang bertamu kepadanya lebih cepat seminggu akibat stress.

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

PENGANGGUR TAK BERBUDI

Kuda jantan kurang tampan, blasteran zebra dengan unta itu, tidak pernah kehilangan kesombongan meskipun lebih dua belas tahun menjadi pengangguran tanpa penghasilan. Hidup numpang mertua. Kerjanya cuma makan-minum, beol, ngeloni bini, ongkangongkang dan membangun mimpi besar tentang istana keberuntungan. Untuk ngebeliin beha dan celana dalam sang bini ia pun tak segan nodong para kerabat serumpun yaitu keledai, bagal, unicorn, zebra, kuda nil, kuda laut dan kuda-kudaan. Di mana-mana ia mendongakkan kepala. Merasa lebih hebat dari siapa saja. Ngomong besar, sok pintar, adalah senjata andalannya. Apalagi bahasa Inggris dan Belandanya jauh lebih fasih daripada bahasa Jawa yang menjadi alat komunikasi utama bagi komunitasnya. Dipikirnya hidup ini sekadar omong kosong, petualangan hampa, dan janji tak terduga.

Suatu sore ia ketemu monyet ngamen di kaki lima. Ia meludah sembari menghina, Kerja apaan, tuh? Malu-maluin bangsa dan negara!

Suatu malam ia ketemu selusin kambing waria yang menjajakan dagangannya di Alunalun Utara. Ia mengumpat, Dasar sampah! Ngotor-ngotorin kota saja!!

Suatu pagi dilihatnya kerbau dan petani membajak sawah. Ia tertawa ngakak sampai muntah sembari terkentut-kentut. Lalu menghujat, Oh my God! Goblok amat kalian. Hidup cuma sekali kok mau-maunya jadi budak kotor tidak berharga. Dasar idiot! Godverdome!!!

Suatu pagi, siang, sore, malam di televisi disaksikannya Pak Presiden Beruk berpidato tentang kemerosotan akhlak dan meningkatnya pengangguran. Ia pun blingsatan kayak babi kebakaran pantat. Televisi dilempar sepatu sembari berteriak histeris, Nyindir lu! Dasar tukang omong melulu. Kapan lu turun ke sawah membajak tanah bersama petani? Kapan lu ngasih rokok pengamen, nyantuni waria, dan main gaple di pos ronda bersama penganggur? Amit-amit jabang bayi!!!

Selanjutnya kuda tak berbudi itu pun jatuh tertidur karena amarah yang tak tertahankan. Entah berapa ratus abad ia tidur. Tidak mimpi tidak ngelindur. Nyenyak kayak mati suri. Sewaktu mendadak terbangun ternyata dunia sudah kiamat. Semua makhluk telah mati

kecuali dirinya seekor. Penganggur yang perkasa. Yang tak pernah kehilangan harga diri. Lalu meringkik sambil mengangkat dua kaki depannya meninju langit. Akan ditemuinya Tuhan untuk minta dibuatkan bini baru dari tulang rusuknya sendiri sebelah kiri. Yang lebih goblok dari bini terdahulu.

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

JAKARTA KETIKA SENJA

Banteng gila mengamuk di tengah Kota Jakarta Menyerbu stasiun televisi minta wawancara Apa yang mau Anda sampaikan? tanya reporter Sebuah ide gila tentunya! jawab banteng Apa itu? Katakan, satu jam waktu Anda. Banteng gila menyeringai. Melepas kacamata. Kentut keras-keras. Berak sedikit. Meraung. Masyarakat manusia tak lagi bisa dipercaya. Makin lemah moralnya! Makin tumpul otaknya. Makin gede wacananya. Makin gede korupsinya. Makin keropos hati nuraninya. Makin bejat. Egois. Lamban. Bodo longa-longo koyo kebo! Tak tahu tata krama. Makin pinter bikin undangundang tapi jauh lebih pinter menginjak-injak undang-undang!! Maaf Mas Banteng edan, arah kata-kata Anda ke mana sih? Dan tolong kalau ngomong jangan mendengus-dengus serta terkentut-kentut terus menerus seperti itu. Ah, cerewet amat kamu. Reporter ingusan saja kok berani bergaya. Oke, saya lanjutkan. Lihatlah keadaan ibu kota kita tercinta ini. Makin semrawut. Bau. Jorok. Mesum. Jahat. Kucel. Kotor. Renta. Sakit-sakitan. Serakah. Sampah tak terkendali. Kemacetan di mana-mana. Udara dipenuhi asap kecurigaan. Banjir besar tak henti-henti.

Sebentar lagi pasti tenggelam total. Bobrok total. Hancur lebur jadi Kota Ngawur!! Oh, kritik Anda sudah kuno. Ide Anda? Saya ingin jadi gubernur. Akan saya rombak total semua tatanan. Sudah jelas masyarakat manusia tidak becus mengelola kota. Ngurus kawan-kawan saya di Kebun Binatang Ragunan saja tidak bisa. Apalagi menyembuhkan banjir air, banjir korupsi, dan banjir kebohongan yang melanda seluruh penjuru kota. Kalau saya jadi gubernur akan saya pecat semua manusia yang jadi pejabat negara. Akan saya minta semua kawan saya yang kini dikerangkeng di Kebun Binatang Ragunan untuk menggantikannya. Bisa dijamin semua masalah pasti segera beres. Lalu kami akan mendirikan Kebun Manusia sebanyak-banyaknya. Akan kami buktikan bahwa kaum binatang jauh lebih pintar mengurus manusia daripada para manusia mengurus binatang. Hati kami lebih bersih, moral kami lebih oke, dan otak kami tidak terpolusi oleh nafsu serakah duniawi!!! Tiba-tiba dari jauh terlihat Ki Joko Bodo berjalan tenang dengan rambut rembyak-rembyak. Banteng gila mengira itu Joko Tingkir alias Mas Karebet. Itu lho, jagoan muda perkasa dari Desa Tingkir wilayah Kerajaan Demak, yang ahli menaklukkan banteng edan, yang lalu jadi raja bergelar Sultan Hadiwijaya. Nah, tentu saja banteng gila yang lagi asyik wawancara itu

ketakutan. Secepat kilat melompat ambil langkah seribu. Reporter ingusan melongo.

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

SILVIA STANISLAVSKI HUTAHURUK

Tidak diterima menjadi mahasiswa Universitas Gajah Mada membuat babi gembrot betina bernama Silvia Stanislavski Hutahuruk benar-benar sedih. Seminggu menangis tanpa henti. Saputangan dua puluh karung dihabiskan untuk mengusap air mata dan membersihkan ingusnya. Sejak kecil ia bercitacita menjadi dokter. Hobinya main suntik-suntikan. Belum datang bulan pertama ia sudah disuntik Pak Dursasana guru pianonya yang tua bangka. Sementara papa dan mamanya dengan bangga sudah memanggilnya Bu Dokter sejak Silvia mulai bisa berjalan tertatih-tatih. Tiap hari didandani dengan pakaian dinas dokter. Lengkap dengan stetoskop untuk mendeteksi detak jantung pasien. Ah, alangkah indahnya menjadi dokter.

Profesor Doktor Limbuk Ketekuk Tekuk, kepala bagian penerimaan mahasiswa baru telah menemuinya secara khusus. Memberi penjelasan alakadarnya, Hasil tes masuk Anda lulus total seratus persen. Semua soal ujian terjawab dengan sempurna. Ini belum pernah terjadi dalam sejarah kampus kami. Anda sungguh jenius. Tapi kami tidak mungkin menerima seekor babi kuliah di Fakultas Kedokteran. Anda bukanlah makhluk yang higienis. Tubuh Anda penuh kuman dan bakteri berbahaya. Air liur Anda menjijikkan. Tubuh Anda adalah gudang cacing pita. Dan Anda suka berak sekenanya di mana saja. Jadi, jelas-jelas Anda tidak cocok kuliah di kedokteran yang mendewakan kebersihan dan kesehatan. Anda adalah penyakit. Musuh kami!

Babi gembrot jelita betapa merana Mata indahnya melegam tiba-tiba Di kandang meratapi kelahirannya Pipis sebanyak-banyaknya Bergulingan di atas beolannya

Setelah stressnya sembuh ia kembali ceria Berdandan bagai bidadari memacu BMW-nya Tujuannya adalah Universitas Islam Indonesia Mendaftar jadi mahasiswa Fakultas Hukum Ia ingin jadi jaksa, hakim atau pengacara Kelak akan dihabisinya para koruptor kakap Akan disikatnya para pejabat negara durjana Akan dibelanya rakyat kecil yang sengsara

Tiba di loket pendaftaran, Silvia Stanislavski Hutahuruk bukannya disambut dengan sopan tapi langsung dihardik petugas dengan garang. Disemprot kata-kata hina sampai ludah muncrat ke wajah dan payudaranya. Mirip hantaman buldozer, Benar-benar tidak waras kamu!! Non muslim memang boleh kuliah di sini. Bahkan atheis dan kafir asal tak menyolok mata bukan masalah. Binatang seperti ayam kampung, kambing congek, macan ompong, buaya darat, lintah darat, kadal bulukan, trenggiling, kebo yang hobi berkumpul dan ular belang masih boleh masuk kampus ini. Demikian juga iblis asal bisa menyamar, hantu glundung pringis asal bisa menyamar, gendruwo dan wewe gombel asal bisa menyamar, dan tentu saja malaikat tanpa menyamar pun oke bisa diterima. Tapi anjing dan babi? Tidak mungkin!!! Haram!!! Amat sangat najis hukumnya!! Hei, bidadari edan, ketahuilah: ka-

mu itu lebih najis dan haram dibanding teroris dan maling. Minggat kamu!!!

Babi gembrot jelita lari bercucuran air mata Sesampai di rumah menguik-nguik histeris Berguling-guling di kandang Kencing sebanyak-banyaknya Beol sepuas-puasnya Menyesali kelahirannya: Oh my God! Kenapa aku ditakdirkan lahir sebagai babi? Kecantikanku tak berguna. Kejeniusanku sia-sia Kenapa aku tidak jadi manusia? Atau iblis saja?

Orang tuanya sangat prihatin Menghibur dengan berbagai cara Membelikan setumpuk film porno Tiap dua hari menyewakan gigolo Silvia tetap saja plonga-plongo Setelah dukun cabul didatangkan Vagina Silvia diogrok-ogrok Pakai tongkat pramuka Barulah sembuh secara total Lalu pasang susuk pengasihan Biar tambah cantik memesona Belajar mantra ajian jaran goyang Biar bisa ngebor saat ngangkang Menyuntuki kitab Kamasutra Supaya dahsyat saat bercinta Masuklah Institut Seni Indonesia, kata mamanya

Tak ada bakat seni juga tak apa, kata papanya Tapi kamu punya bakat gila, sergah mamanya Itu modal utama bagi seniman, tambah papanya Untuk bisa besar dan ternama, sambung mamanya Dan kaya raya!! lanjut papanya mantap

Babi gembrot cantik jelita yang maha memesona bagai bulan bermahkota cahaya surga, Silvia Stanislavski Hutahuruk, diterima dengan tangan terbuka di Institut Seni Indonesia. Ia menghindari jurusan seni rupa sebab hanya mampu menggambar hujan tunggal. Melukis hujan lebat tak bisa. Matahari tertawa juga tak bisa. Kelamin pria yang lagi ereksi apalagi. Padahal ia sangat menyukainya. Pilihannya adalah jurusan teater alias sandiwara. Di sini bakatnya menipu bisa lebih diasah dan dikembangkan. Kebiasaannya berbohong mendapat wadah. Kegilaannya dapat disamarkan menjadi kewarasan. Penyakit turunannya yaitu hiperseks dapat disalurkan dengan pengobatan gratis karena gampang sekali menemukan sasaran empuk; perjaka-perjaka malang yang datang dari daerah terbelakang!

Kuliah teater betapa gembira. Dosennya sinting semua. Teman kuliah rata-rata dungu dan bau terasi karena jarang mandi. Jiwa pada karatan. Kelakuan pekok-pekok. Imajinasi ngacengan. Intuisi menyamudera raya. Mengolah sukma adalah menu utama. Hidup dihayati seperti mimpi menjelajahi wilayah teka-teki abadi. Kambing berakting jadi manusia. Setan bekasakan demikian pula. Kebusukan ditutup kedok bidadari. Raja Singa pura-pura menjadi orang suci. Manusia lupa menjadi manusia. Diri sendiri dikorbankan untuk menjadi pribadi

berbeda. Alangkah indahnya berwisata keluar dari diri sendiri. Menyingkirkan derita dan sejarah gelap kelahiran.

Suatu senja sambil menatap cakrawala Silvia Stanislavski Hutahuruk tersedu Tatkala berulang kali memanggili dirinya Tak sekali pun jawaban didengarnya Air mata jatuh menjadi mutiara!!!

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

BADAI ASMARA

Seekor dinosaurus homoseks jatuh hati kepada seekor lalat hijau heteroseks. Tentu saja cintanya bertepuk sebelah kaki. Lalat hijau jijik bukan main. Apalagi ia juga lagi naksir ratu kecantikan cacing tanah yang gendut dan tak pernah memakai beha. Bokongnya yang semok merangsangnya untuk menjilatinya. Tapi lalat hijau juga ditolak cintanya. Sebab cacing tanah memilih Pak Lurah yang ternyata kedanan kepada janda sebelah rumah. Sialnya janda sebelah rumah terlalu setia kepada suaminya yang sudah menjadi arwah. Cinta memang absurd, kata pocongan Dikejar luput, sahut Gareng Dibuang datang, timpal Batman Buah simalakama, Tuhan nimbrung Apaan sih? anak saya bingung

Setiap malam dinosaurus menjulurkan lehernya yang panjang ke langit untuk menggigit bulan lalu menurunkannya ke bumi dipersembahkan kepada lalat hijau. Diterima tapi dicampakkan ke dalam tong sampah yang busuk. Di situ kebetulan cacing tanah sedang menyepi mencari inspirasi untuk melahirkan puisi. Bulan yang muram dipungut dan dimasukkan ke dalam puisi. Dengan penuh kasih puisinya dikirimkan kepada Pak Lurah. Sadisnya, Pak Lurah menerimanya sambil meludah-ludah. Bulan dibetot dikeluarkan dari dalam puisi. Lalu dibungkus dengan celana dalam yang empat bulan tidak dicuci dan dihadiahkan kepada janda sebelah rumah. Tentu saja

janda sebelah rumah terhina dan menangis ketakutan. Untung arwah suaminya segera datang. Bulan dikempit di ketiak dibawa terbang menuju ke langit hilang.

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

KONTES BURUNG BERKICAU

Hari Minggu cerah ceria. Langit bersih bagai cermin raksasa. Udara segar. Matahari tertawa ngakak-ngakak seperti dalam gambar anak-anak TK. Di Alun-alun kota ribuan orang berkumpul. Berdatangan dari berbagai penjuru. Gembira ria. Berjejal-jejalan. Senggol-senggolan. Menyaksikan Kontes Burung Berkicau yang berhadiah milyaran. Manusia sialan. Brengsek. Manusia sialan Manusia brengsek. Sialan. Manusia brengsek Manusia sialan. Trembelane. Manusia sialan, Burung jalak uren berceloteh. Menumpahkan kekesalan hati Diulang-ulang sampai kering kerongkongan.Jengkel koel-koel Jahat. Egois. Konyol. Bego. Goblok. Sinting. Elek kayak ketek elek. Edan Dasar manusia. Miring otaknya. Kentir Sungguh tak punya perikebinatangan Jahat. Tak punya perasaan. Jahat, Burung murai batu uring-uringan. Meludah kiri-kanan Matanya merah saga. Marah-marah. Kebencian melimpah Bajingan. Asu. Lonte. Bangsat. Ndelogok. Diancuk Teroris. Anarkis. Ekstrimis. Koclok. Munafik. Hipokrit Amoral. Pukimak. Hedonis. Asusila. Godverdome Fuck you! Fuck you! Fuck you! Fuck you! Fuck you! Kualat lu. Masuk neraka lu. Bakal cepat modar lu Gua doain rejeki lu seret. Hidup lu bakal sial melulu

Dasar pekok kabeh. Amit-amit jabang bayi. Bajindul Tai lu. Serakah. Bloon. Setan alas lu. Jahanam!!! Burung cocak rowo, kakatua, beo, srigunting, gagak, pentet, prenjak, perkutut, kutilang, larwo mencaci maki bergantian Berbagai jenis burung lainnya ngedumel. Riuh bersahutan Semua menghujat manusia. Makin keras dan seru. Meradang Sangkar emas yang mengurung mereka tak membuat bahagia Makanan melimpah dalam kandang bikin harga diri terhina Mereka pemuja kebebasan sejati. Anak langit dan angkasa Bagi sahabat alam semesta kebebasan adalah mahkota hidup Ketika dikurung jadi stress. Bagai dipenjara di dalam neraka Bingung. Linglung. Luka batinnya. Teraniaya. Malu. Nangis

Burung kacer adalah burung jorok. Di alam lepas biasa makan cacing di kakus-kakus. Membongkar-bongkar tai dengan mulutnya. Tak heran kalau kata-katanya paling kotor. Jorok tak terhingga. Waton njeplak. Berlumur dosa. Nah, burung kacer ganjen bernama Sri Rejeki Paramita Bleszynski sudah sejak bayi menderita sakit jiwa. Makanya kalau ngoceh kayak kemasukan setan. Ngawur luar biasa. Tak kenal lelah tak henti-henti. Spontan. Variatif. Kaya kosa kata. Nyerocos terus menerus seperti mabuk puisi. Iramanya tak terduga. Bergaya jungkir balik kayak lagi main akrobat sembari ngomelngomel. Dasar edan!! Tak ada baiknya makna ocehannya dituliskan. Sebab benar-benar keterlaluan. Tidak edukatif. Setan pun akan bilang tidak etis. Porno tak ketulungan. Bejat. Lebih baik disensor saja!!!

Anehnya, Sri Rejeki Paramita Bleszynski menjadi primadona. Semua orang berkerumun terkagum-kagum kepadanya. Pisuhan-pisuhannya dikira nyanyian dari surga. Dewan juri

juga terpesona dan jatuh cinta. Lalu menobatkannya menjadi juara pertama. Dihadiahi trophy gede setinggi induk sapi betina. Ditambah uang sepuluh milyar. Para konglomerat yang miring otaknya berebutan ingin membelinya.

Nabi Sulaiman menyaksikan Kontes Burung Berkicau ini. Duduk ngelesot di samping saya. Nyedot rokok klobot sambil minum es cendol dan makan snack crackers. Menggaruk-garuk kepala berbisik kepada saya, Kalau burung berkicau di alam bebas itu memang mengekspresikan kebahagiaan. Mengucap syukur. Memuji Tuhan. Mengagungkan kehidupan. Tapi kalau berkicau di dalam sangkar itu hanyalah menumpahkan kepedihan. Menyumpahkan kutukan kepada manusia yang mengurungnya. Ngamuk kepada nasib buruk. Saya gantian ngebilangin, Untung dulu panjenengan tidak menularkan ilmu bahasa binatang kepada lain orang. Kalau ilmu itu sekarang dikuasai semua orang pastilah semua burung peserta kontes ini mati di penggorengan. Nabi Sulaiman terkekeh-kekeh!

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

KALEIDOSKOP DALAM SEHARI

Suatu siang saat udara panas memanggang Seekor kucing melompat keluar dari dalam televisi Seekor anjing melompat keluar dari dalam lukisan Mereka bertarung. Saling cakar. Saling gigit Sama kuat. Sama cerdik. Akhirnya mati sampyuh Tiba-tiba dari dalam celana saya keluar ular phyton Bangkai anjing dan kucing disantapnya!

Ketika petang pacar saya datang membanting kenangan Ketika petang istri saya tersedu-sedu menggigit sepatu Ketika petang hantu teman saya ngamuk menagih hutang

Menjelang fajar saat pengantin baru sibuk jiwit-jiwitan Seekor vampire berkelebat di kegelapan mau pulang kandang Sesosok malaikat menghadang dengan jaring di tangan Mereka bertempur. Saling hajar. Saling kemplang Sama licik. Sama bengis. Kekuatan amat berimbang Mendadak Tuhan muncul dari balik pohon pisang Keduanya dijewer kupingnya. Dimasukkan ke saku celana!

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

SENJAKALA NEGARA REPUBLIK BINATANG RIMBA

Perekonomian kacau. Bisnis seret. Duit susah dicari Politik keruh. Intrik kian gaduh. Korupsi menjadi-jadi Kejahatan marak. Pembangunan macet. Bencana silih berganti Bangsa kehilangan jati diri. Filsafat sekadar obat cuci mulut Kebudayaan mengeropos. Seni tak bermakna. Menggombal Sendi-sendi kehidupan melumpuh cepat di mana-mana Jalan darah negara membeku. Daging pemerintah membusuk Rakyat kecil dibantai kesengsaraan. Penggede edan-edanan Inilah yang terjadi di Negara Republik Binatang Rimba

Pak Beruk sang Presiden stress tiap hari Dihantam kritik anarkis dari kanan-kiri Dituduh lamban. Bodo. Sok suci. Dogol banget Padahal terpelajar. Baik budi. Bijaksana. Sportif banget Bawahannya saja yang kepla-keple. Tidak profesional Akibatnya rakyat jadi korban. Rakyat berang meradang Kalau tak becus berhentilah jadi presiden! Kalau ogah dikritik jadi kiai aja! Kalau tidur jangan ngorok! Makan tempe kok sama pabriknya! Ganteng sih ganteng. Tapi bloonnya itu lho! Popularitas merosot drastis kok tetap ngeyel! Lama-lama kok nyebelin banget sih! Demikian teriak mahasiswa, tukang becak, siapa saja

Di depan sidang kabinet di Istana Negara

Pak Presiden Beruk membanting gelas kopinya Menjewer kuping para menteri satu persatu Menyemprot dengan air liur dan hardikan Hei, unta keturunan Arab Kuangkat kau jadi menteri transmigrasi Padahal keahlianmu cuma mengaji Kenapa kau tidak belajar bertani?

Unta cuma duduk diam melipat empat kaki Terkentut sedikit tak berani bunyi. Melongo Hei, gajah gendut tidak seksi Kuangkat kau jadi menteri dalam negeri Kenapa cuma kau urus celana dalammu sendiri? Hei, serigala kemayu Kuangkat kau jadi menteri kesejahteraan sosial Kenapa cuma kau sejahterakan etnismu sendiri?

Gajah gendut bernama Joni Gudel cuma meringis Serigala kemayu mantan artis sinetron melolong lirih Keduanya saling pandang. Janji kencan di hotel berbintang Dasar bekicot lamban. Cuma pinter beretorika Kujadikan menteri pariwisata dan kebudayaan Sebab tampangmu kayak seniman. Pelawak! Tapi ngurus hak cipta budaya bangsa tak bisa Lihat, semua warisan kita diklaim negara tetangga! Apalagi kau, burung hantu sialan!!

Ngomong gede bisa jadi menteri perhubungan Tapi kepintaranmu cuma berhubungan gelap Tiap hari ada kereta api anjlok. Tabrakan Pesawat terbang tergelincir. Berjatuhan Kapal tenggelam. Jalanan macet total Hubungan kelamin saja yang kau galakkan!!! Dan kau sapi impoten. Namamu Sri Harjanto Sahid? Dulu kau anak haram bukan? Ayahmu babi Makanya matamu sipit seperti babi Tak heran kakimu pendek. Tak bertanduk Meski agamamu tak jelas tapi amat religius Karenanya, kupercaya kau jadi menteri agama Kau kolektor besar film-film biru ya? Boleh aku pinjam beberapa buah saja? Untuk diputar di sini saat sidang istirahat Di saku jasmu ada beberapa, bukan? Keluarkan! Nah, ini Anak Ingusan kesukaanku Punya Bandung Lautan Api? Asia Carrera? Jenna Jameson? Miyabi? Tom Byron? Janine? Hebat kamu! Impoten tapi tergila-gila seks!! Makanya moral anak muda negeri ini bobrok Lha wong menteri agamanya saja amburadul Sebentar lagi pasti balita dan janin di kandungan juga Kalau para orang tua sih sudah tak terselamatkan Oke, moral gelap tak apa. Tapi jangan korupsi! Di jajaran instansimu korupsinya terdahsyat, bukan? Kupecat kau besok pagi!!! Sialan kau menteri keuangan! Tak tahu kesopanan!! Dalam sidang kabinet kok malah tidur dan ngelindur

Dasar ular gendut. Habis makan pasti molor Keuangan negara bangkrut. Inflasi berlarut-larut Sebab kau terus menerus memicingkan mata Transaksi kotor dan pencucian uang tak kau lihat Pemalsuan uang apalagi. Terlebih penggelapan pajak Baiklah, besok kuangkat kau jadi wakil presiden Ha ha ha..... Nah, menteri pertahananku yang lemah Tikus clurut penakut dan pengecut Kau biarkan pulau kita dirampok tetangga Berkali-kali mereka menginjak jidat kita Kau takut perang ya? Kalah sebelum tanding? Karena peralatan perang kita sudah kuno? Perang itu bukan cuma senjata. Tapi nyali! Ayo, labrak mereka! Labrak!! Labrak!!!

Suasana sidang mulai menegang. Bekicot merengut Udara gerah. Burung hantu dan sapi bertatapan Sinyal perlawanan digetarkan. Gundah. Tikus clurut muntah Yang dipuji risih. Yang dicaci maki mendelik pedih

Pak Presiden Beruk tak menyadari perubahan situasi Terus mengumbar emosi. Tak mau introspeksi diri Kambing hitam diperlukan. Citra diri diutamakan

Sementara itu Istana Negara mulai dikepung demonstran. Berduyun-duyun binatang berdatangan dari seluruh pelosok hutan, kota, dan dari dalam lautan serta delapan penjuru angkasa. Milyaran kodok berbaris menderapkan lagu-lagu perjuangan. Jutaan lipan dan ular keluar dari dalam tanah. Rayap

juga merayap-rayap. Anjing menggonggong. Harimau mengaum. Ayam jago terkekeh-kekeh. Rajawali berkiak-kiak. Kuda nil menggerung-gerung. Cocak rowo berkicau ngawurngawuran. Buaya meniup terompet. Ribuan kuda menggumamkan puisi. Tak ada jenis binatang yang tidak ikut berpartisipasi. Spanduk-spanduk dibentangkan. Bendera-bendera dikibar-kibarkan. Lutung yang kuliah di fakultas sospol mempraktikkan ilmu pidatonya menghasut rakyat. Pak Banteng sopir bemo, yang ikut partai politik oposan Banteng Degleng, melemparkan tainya ke halaman Istana Negara. Kancil menabrakkan mobil Mercedes Benz terbarunya ke pagar berulang-ulang. Burung merak, penjual bakso merangkap penyair bekas narapidana, bergaya mengepak-ngepakkan sayap sembari mengumpat-ngumpat. Semua menghujat. Mengumpat. Menghujat. Berang. Alangkah sialnya nasibku ini Aku menang telak melalui pemilu langsung Baru pertama hal ini terjadi dalam sejarah Rakyat berdemokrasi secara sangat elegan Tapi partai politik menyodori makhluk-makhluk jelek Koplo, malas, bego dan tidak profesional Dipaksa duduk di Kabinet Binatang Bersatu Tak bisa mengimbangi kecerdasan dan dedikasiku Akhirnya seluruh rakyat menyalahkan diriku

Hai koala dungu, menteri pendidikanku! Kenapa yang boleh sekolah hanya binatang kaya raya? Kenapa fakir miskin dilarang masuk sekolah? Apa kerjamu ayam babon menteri kesehatanku? Untuk mati di rumah sakit harus bayar selangit!

Fakir miskin dilarang sakit katamu. Sableng!! Sakit itu kan keindahan hidup. Anugerah tertinggi Kenapa hanya binatang kaya yang boleh menikmati? Dan kau kerbau yang gampang dicucuk hidungmu Jadi menteri pertanian tapi tidurmu di hotel bintang lima Kenapa tidak tidur berkasur lumpur di tengah sawah? Komodo waria menteri sekretaris negara lebih payah Untung pintar menjilat silitku. Manis sih silitku! Kalian semua memang payah. Payah! Payah!! Payah!!!

Para menteri Kabinet Binatang Bersatu mendadak gemrenggeng. Pipis bareng-bareng. Beol bareng-bareng. Muntah bareng-bareng. Sementara di luar Instana Negara para demonstran semakin liar dan brutal. Ribuan anjing herder yang jadi pasukan pengaman mulai menyalakkan senapan. Para demonstran membalas dengan bidikan ketapel dan lemparan tai. Ketegangan merambat pelan-pelan menuju titik kulminasi. Untung ada makhluk cantik, brilian dan profesional Sang Bidadari Panda Betina alias si Manis Jembatan Ancol Sebagai menteri perdagangan amat hebat. Kita maju pesat Meski pasar tradisional terbabat. Level bawah sekarat Tapi import-eksport melejit. Sektor raksasa melangit Konglomerat baru bermunculan. Saudagar kaya pesta pora Ya, dia memang di-back up komunitas taipan sesamanya Tentu ada jual-beli keuntungan. Kongkalikong itu sah Biarin kelas bawah megap-megap. Asal negara kaya Tak usah dicemburui. Aku tak berani mengkritik

Tapi bidang hukum, keadilan, hak asasi sangat bobrok Hancur-hancuran. Memalukan. Hina dina. Busuk!!!

Sebab tyranosaurus, menteri yang ngurus, bermulut bosok Tidak pernah menyikat gigi. Pabrik rabies dan tetanus Otaknya kecil. Serakah lagi! Makan bangkai melulu!! Apa-apa ribut!! Berlarut-larut!! Hasilnya nol!!!

Tiba-tiba tyranosaurus berdiri. Berteriak keras sambil menggoyangkan leher. Ekor dikibas-kibaskan. Lalu berjingkrakjingkrak di tempat. Meluapkan kemarahan. Seluruh menteri Kabinet Binatang Bersatu kaget. Nyali pemberontakan mereka turut bangkit serentak. Presiden dogol! Hentikan lawakanmu!! Kau tak berbakat memimpin!!! Tyranosaurus menyemburkan ludah api ke angkasa Kupecat kau raksasa butut! Dasar binatang ketinggalan zaman!!! Presiden Beruk naik pitam. Menghantam dada sendiri Sampai terbatuk-batuk. Terkentut keras-keras. Broot!!! Ayo, siapa yang ikut-ikutan berontak? Kupecat sekarang juga!! Sialan!! Godverdome!!! Dasar extrimist!!! Pak Beruk ngamuk. Melempar tai ke mulut para menteri

Semua menteri blingsatan. Kalang kabut. Pentalitan kian kemari. Balik melempari tai ke arah presiden. Memekik-mekik. Berjingkrak-jingkrak bersama. Makin lama makin serempak. Berderap-derap teratur. Indah seperti pertunjukan teater. Mengalunkan yel-yel. Memberondongkan kata-kata seperti se-

buah koor yang tertata. Aneh, unik dan artistik. Diucapkan dan dinyanyikan. Padu dan menyatu. Wahai Pak Beruk sang Penguasa Yang peragu dan tidak tegas Yang suka bimbang dan agak kemayu

Wahai Pak Beruk binatang kurang jalang Berkuasa tapi takut ambil keputusan Badan perkasa tapi berjiwa ringkih

Cerdas tapi tak bisa memimpin (Burung prenjak menyanyi sendirian) Bijaksana tapi tak menyelesaikan masalah (Monyet mancung melengking sendirian) Kayaknya jujur tapi aslinya nggak tahu (Tapir dan jangkrik berduet merusak irama)

Kami bosan padamu. Muak padamu Kami tidak cinta lagi padamu. Sialan Bukan kau yang akan memecat kami Kamilah yang akan memecat dirimu Sekarang juga kami menghentikanmu

Irama koor makin emosional. Membuat bulu roma berdiri tegak. Para wartawan yang meliput sidang ikut larut menyanyi. Satpam tak ketinggalan. Petugas konsumsi, petugas kebersihan, seksi dokumentasi, seksi sound system juga bersenandung. Semua berderap. Seperti zombie merentangkan cakar dan memasang taring berjalan lamban menuju ke arah Pak Beruk sang Presiden Negara Republik Binatang Rimba. Siap

mencabik-cabik. Mencekik. Merobek-robek dan menghancurleburkan tubuhnya.

Mendadak suara dahsyat para demonstran menggila. Makin dekat ke ruang sidang. Kacau meledak-ledak. Rupanya ribuan anjing herder pengaman Istana Negara kocar-kacir kewalahan. Turunkan presiden!! Bubarkan kabinet!! Gantung presiden!!! Gantung semua menteri!!! Bakar Istana Negara!!!!! Demikian teriakan-teriakan gila para demonstran. Berulangulang. Sambil merusak apa saja. Seram. Mengerikan. Mirip serbuan hantu-hantu ganas dari dalam neraka. Pak Presiden Beruk yang jenius segera mengambil kesempatan. Melompat ke atas meja tertinggi. Lalu melompat lagi ke arah lampu gantung mewah di langit-langit ruangan. Bergelantungan di sana. Berseru memprovokasi, menghasut dan menipu. Goblok kalian semua Lihat ekstrimis-ekstrimis itu Mereka mau menghabisi kita Ayo, kita bersatu dulu Lupakan konflik internal antara kita Kita lawan mereka bersama-sama Kita habisi mereka dulu. Ayo!!

Serentak para menteri berhenti bergerak. Terpaku diam membisu. Hening. Lengang. Lalu mengeluarkan pestol dari saku-

nya masing-masing. Kuda dan unta keliru mengeluarkan kontol. Semua menembaki para demonstran. Pak Presiden dengan menggunakan handphone menghubungi markas anjing herder paling ganas berbaret merah di berbagai wilayah komando. Minta bantuan pengamanan. Setelah itu melompat ke ruang rahasia tempat penyimpanan senjata. Meriam dan senjata-senjata berat dikeluarkan. Ditembakkan ke arah para demonstran sambil tertawa-tawa cekakakan. Senjata para demonstran hanya ketapel, tai, air mata dan nyali yang mulai menciut. Satu persatu melarikan diri tunggang langgang. Mayat-mayat bergelimpangan. Yang terluka berkelojotan.

Ketika bala bantuan pasukan anjing herder paling ganas berbaret merah datang bertruk-truk, ditambah ratusan tank lapis baja, para demonstran benar-benar keceret-ceret alias mencret-mencret. Mereka dikejar-kejar dan dihajar sampai ludes. Berlarian kembali masuk hutan, terbang pulang ke angkasa, menyelam lagi ke dalam lautan dan bertapa di liang-liang atau goa-goa di pegunungan. Tapi ke mana pun mereka pergi terus saja diburu-buru. Bahkan sampai ke ujung dunia mimpi!!!

Yogya, 2010

Puisi: Sri Harjanto Sahid

SANG AKTOR

Sebagai bintang film senior berpengalaman Anjing herder bernama Joni tersinggung Lantaran dicereweti terus saat syuting Sembari menggeram diterkamnya sutradara Digigitnya putus sepasang payudaranya Kamu tidak profesional! kata produser Biarin! Biarin!! jawab Joni Kamu dipecat!! bentak produser Oke! balas Joni acuh tak acuh

Majikan Joni marah besar kepada Joni Di rumah Joni diikat dan dikerangkeng Satu bulan Joni tak dikasih makan Tentu saja Joni mati membusuk Dan karena Joni mati, mohon maaf: Puisi ini tak bisa dilanjutkan lagi!

Yogya, 2010

Hak cipta 2012 pada Sri Harjanto Sahid

You might also like