You are on page 1of 12

ETIOLOGI PENYAKIT

Penyakit dapat disebabkan oleh benda mati (non biologis) dan biologis. Penyakit yang disebabkan oleh benda mati misalnya faktor fisik, seperti tubuh tertusuk kayu kecil, dan faktor kimia seperti efek radiasi ionisasi zat radioaktif, asap rokok, dan bahan kimia lainnya. Sedangkan etiologi penyakit yang merupakan benda hidup diantaranya yaitu bakteri, virus, dan jamur. Bakteri Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis). Struktur dasar bakteri : 1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis). 2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein. 3. Sitoplasma adalah cairan sel. 4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA. 5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan. Struktur tambahan bakteri : 1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.

2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. 3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus. 4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis. 5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis. 6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.

Morfologi Bakteri Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil. Berbagai macam bentuk bakteri : 1. Bakteri Kokus : a. Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal b. Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan c. Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat. d. Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai. f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel, seperti buah anggur

2. Bakteri Basil : a. Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal b. Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan c.Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai 3. Bakteri Spirilia : a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma

Berdasarkan perbadaan ketebalan lapisan peptidoglikan dinding sel, bakteri di bedakan atas: o bakteri gram positif o bakteri gram negarif Perbedaan dinding sel peptidoglikan kadar lipid resistensi terhadap alkohol kepekaan terhadap iodium toksin yang di bentuk resistensi terhadap tellurit sifat tahan asam kepekaan terhadap penisilin Lebih tebal 1-4 % Tidak larut Lebih peka eksotoksin Lebih tahan Tahan asam Lebih peka Lebih tipis 11-22% Larut Kurang peka endotoksin Lebih peka Tidak tahan Kurang peka Positf gram Negatif gram

Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk. Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula yaitu 1. Monotrik : bila hanya berjumlah satu 2. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi 3. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung 4. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri

Cara Perkembangbiakan Bakteri Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA. Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya. 2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri). 3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.

Virus Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus merupakan penyebab infeksi terkecil (berdiameter 20 -300 nm). Struktur virus terdiri dari asam nukleat (DNA atau RNA) diselubungi bahan pelidung (kapsid) terdiri dari protein, lipid, dan glikoprotein. Genom virus menyandi materi genetik dan protein yang dibutuhkan. Kadangkala, virus mempunyai selubung yang disebut envelop. Envelop berasal dari sitoplasma atau membran nukleus host. Envelop berguna untuk proteksi. Struktur virus berdasarkan bentuk kapsidnya; bulat (virus flu, HIV), heliks (TMV), kompleks (bentuk T, bakteriofage), dan polihedral (adenovirus, demam).

Tabel : Klasifikasi virus ke dalam famili berdasarkan sifat kimia dan fisiknya Inti Simetri simpai Virion Bobot molekul asam nukleat (x 106) 1,5-2.2 3-5 20-30 90-130 130-200 1,6 2,3-2,8 2,6 12-15 4 4 3-5 7 7-10 6-15 5 5-7 4 Tipe fisik asam nukleat Famili Virus

DN A

Ikosahedra l

Telanjang

Kompleks

Berselubung Lapisan Kompleks Telanjang

RN A

Ikosahedra l

Tidak diketahui atau kompleks Heliks

Berselubung Berselubung

Berselubung

ss ds melingkar ds ds ds ds melingkar ss ss ds bersegmen ss ss ss bersegmen ss ss diploid ss bersegmen ss bersegmen ss ss

Parvoviridae Papovaviridae Adenoviridae Herpesviridae Poxviridae Hepadnavirida e Pikornaviridae Kaliciviridae Reoviridae Togaviridae Flaviviridae Arenaviridae Koronaviridae Retroviridae Bunyaviridae Ortomiksovirid ae Paramikosoviri dae Rabdoviridae

Replikasi Virus Virus hanya berkembang dalam sel hidup. Sel inang menyediakan energi, mekanisme sintesis, dan prekusor berbobot molekul rendah untuk sintesis protein dan asam nukleat virus. Asam nukleat virus membawa informasi genetik untuk menyandikan semua makromolekul. Ciri khusus perkembangan virus adalah begitu berinteraksi dengan sel inang, virion

menyebabkan infeksi pecah dan kemampuan infeksi yang dapat hialng. Fase siklus pertumbuhan ini disebut periode eklips. Secara umum, tahapan-tahapan replikasi pada bakteriofag terdiri dari 5 tahapan, yaitu: 1. Penempelan/attachment atau adsorbsi dari virion pada sel inang yang cocok. 2. Penetrasi atau injeksi virion atau asam nukleatnya ke dalam sel inang. 3. Sintesis asam nukleat dan protein virus oleh sel inang. 4. Pemasangan/assembly kapsomer (dan komponen membran pada virus beramplop)

danmpembungkusan asam nukleat menjadi virion baru. 5. Pelepasan virion yang telah matang dari dalam sel inang dengan cara melisis sel inang.

Langkah-langkah umum dalam Siklus Replikasi Virus A. Pelekatan, Penetrasi, dan Pelepasan Selubung Awalnya, interaksi virion dengan tempat reseptor khusus pada permukaan sel. Molekul reseptor untuk tiap jenis berbeda, pada beberapa kasus misalnya protein dan oligosakarida. Ada atau tidaknya reseptor memainkan peranan penting untuk menentukan mengenai tropisme sel dan patogenesis virus. Setelah diikat (terjadi penempelan atau adsorbsi) partikel virus masuk ke bagian dalam sel. Langkah ini disebut penetrasi atau penelanan. Pada beberapa sistem langkah ini dilakukan dengan endositosis melalui perantara reseptor, dengan pengambilan partikel-partikel virus yang termakan dalam endosom. Pelepasan selubung terjadi bersamaan dengan, atau segera setelah penetrasi. Pelepasan lapisan adalah pemisahan fisik asam nukleat virus (atau dalam beberapa kasus, nukleokapsid bagian dalam) dari komponen struktur luar virion. Pada tahap ini kemampuan infeksi virus induk menghilang. Virus adalah satusatunya penyebab infeksi yang harus mengalami pelarutan agen dalam jalur infeksinya. B. Sintesis Komponen Virus Fase sintesis siklus replikasi terjadi setelah pelepasan selubung genom. Bagian utama dalam replikasi virus adalah bahwa m RNA harus ditranskripsikan dari asam nukleat

virus demi keberhasilan ekspresi dan duplikasi informasi genetik. Setelah itu, virus menggunakan komponen sel untuk mentranslasikan m RNA. Perbedaan pensintesisan m RNA bergantung pada struktur asam nukleat virus. Beberapa virus memiliki polimerase RNA untuk mensintesis m RNA.Virus RNA dari jenis ini disebut virus untai negatif (negative sense), karena genom RNA untai tunggalnya merupakan komplementer m RNA, yang secara konvensional dirancang beruntai positif (positive sense). Selama replikasi virus, semua makromolekul khusus virus disintesis dalam urutan yang sangat teratur. Dalam beberapa infeksi virus, terutama infeksi yang melibatkan virus yang mengandung DNA untai ganda, protein dini virus disintesis segera setelah infeksi, dan protein lambat hanya dibuat pada akhir infeksi setelah sintesis DNA virus.Gen-gen dini mungkin dihentikan atau dapat pula tidak dihentikan bila produk akhir telah dihasilkan. Sebaliknya, sebagian besar, informasi genetik dari virus yang mengandung RNA diekspresikan pada saat yang bersamaan. Selain kontrol sementara ini, terdapat juga kontrol kuantitatif, karena tidak semua protein virus dibuat dalam jumlah yang sama. Protein khusus virus dapat mengatur tingkat transkripsi genom atau translansi m RNA virus. Dari penelitian didaptkan gen yang tumpang tindih, yang beberapa urutan pada DNA nya digunakan unruk sintesis dua polipeptida yang berbeda, dengan cara menggunakan dua pola pembacaan (reading frame)yang berbeda atau memakai dua molekul m RNA dengan pola pembacaan yang sama, tetapi dengan awal yang berbeda. Protein virus disintesis dalam sitoplasma pada poliribosom yang teridiri atas m RNA khusus virus dan ribosom sel inang. DNA virus biasanya di replikasi di dalam inti. Genom RNA virus biasanya berduplikasi di dalam sitoplasma sel, meskipun ada beberapa pengecualian. C. Morfogenesis dan Pelepasan Genom virus yang baru disintesis dan polipeptida kapsid bergabung membentuk turunan virus. kapsid ikosahedral dapat memadat bila tidak ada asam nukleat, sementara virus dengan simetri heliks tidak dapat membentuk nukleokaspid tanpa RNA virus. tidak ada mekanisme khusus untuk pelepasan virus yang tidak terselubung, sel-sel yang terinfeks iakhirnya mengalami lisis dan melepaskan partikelpartikel virus. virus berselubung mengalami pematangan melalui pertunasan. Glikoprotein selubung khusus virus disisipkan ke dalam selaput sel, kemudian nukleokapsid virus bertunas melalui selaput pada tempat yang dimodifikasi ini dengan demikian memperoleh suatu selubung. Virus berselubung tidak dapat mengakibatkan

infeksi sebelum selubung diperoleh. Karena itu, turunan virion yang dapat menginfeksi tidak berkumpul di dalam sel yang terinfeksi.

Langkah-langkah yang Terjadi dalam Patogenesis Virus 1. Pemasukan dan replikasi primer Sebagian besar virus masuk melalui mukosa saluran pernapasan atau saluran pencernaan. Biasanya virus bereplikasi pada tempat masuk primer. Beberapa virus, misalnya virus influenza, menimbulkan penyakit pada pintu masuk dan tidak memerlukan penyebaran sistemik. Virus-virus ini menyebar secara lokal melalui epitel tetapi tidak meninvasi jaringan di bawahnya atau menyebar ke tempat yang berdekatan 2. Penyebaran Virus dan Tropisme Sel Banyak sel yang menimbulkan penyakit di tempat yang jauh dari tempat masuknya. Setelah replikasi primer di tempat masuknya, virus ini kemudian menyebar ke dalam tubuh inang. Mekanisme umum adalah melalui darah atau aliran getah bening. Adanya virus dalam darah disebut viremia . virion mungkin bebas dalam plasma, atau berikatan dengan tipe sel-sel tertentu. Beberapa virus, bahkan berkembang biak dalam sel tersebut. Pada banyak infeksi virus, fase viremia berlangsung pendek. Kadangkadang penyebaran dapat melalui sel saraf (tampaknya inilah cara virus rabies mencapai otak dan menyebabkan penyakit). Virus cenderung memperlihatkan spesifitas organ dan sel. Tropisme sel dan jaringan dari virus tertentu biasanya menunjukan adanya reseptor khusus di permukaan sel untuk virus tersebut. Reseptor adalah komponen permukaan sel yang berinteraksi secara khusus dengan suatu daerah di permukaan virus (kapsid atau selebung) untuk memulai infeksi. Reseptor adalah unsur sel yang berfungsi dalam metabolisme sel normal, tetapi kebetulan juga mempunyai afinitas untuk virus tertentu. Mekanisme kedua yang menentukan tropisme jaringan melibatkan enzim-enzim proteolitik. Replikasi virus yang berulangulang tidak akan terjadi pada jaringan yang tidak mengekspresikan enzim pengaktif yang tepat. 3. Cedera Sel dan Penyakit Klinik Perusakan sel yang terinfeksi oleh virus pada jaringan sasaran dan perubahan fisiologis yang ditimbulkan pada inang oleh cedera jaringan merupakan sebab terjadinya penyakit. Beberapa efek fisiologik dapat timbul dari kerusakan non letal

fungsi khusus sel, seperti hilangnya produksi hormon. Penyakit infeksi klinik virus merupakan akibat yang kompleks, dan banyak faktor yang menetukan derajat penyakit tidak diketahui. Belum ada penjelasan umum mengenai gejala-gejala umum yang berhubungan dengan banyak infeksi virus. penyakit klinik adalah petunjuk infeksi virus yang kurang peka, infeksi virus tanpa gejala sangat biasa. 4. Penyembuhan dari Infeksi Inang bisa menjadi mati atau sembuh dari virus. namun ada saat-saat inang tetap terinfeksi virus secara persisten. 5. Pelepasan Virus Stadium akhir dari patogenesis adalah pelepasan virus yang infeksius ke lingkungan. Ini adalah langkah yang diperlukan untuk tetap menjaga infeksi virus dalam populasi inang. Jamur Jamur merupakan kelompok organisme eukariotikyang membentuk dunia fungi. Jamur pada umumnya ber sel banyak. Ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Terbagi atas ragi, karang, jamur. Jamur Terbagi atas 4 filum: Struktur Jamur 1. thalus jamur merupakan bubuk jamur dapat terdiri dari hifa dengan atau tanpa pembatas septum dapat berubah bentuk dari spora menjadi ragi atau sebaliknya zygomicota ascomycota basidiomycota deutromycota

2. dinding sel jamur terdiri dari polisakarida yang terpenting adalah kitin mengandung protein bersifat antigenik

3. membran sel jamur membran berlapis ganda eukariot yang khas, karena sterol utamanya adalah ergosterol dan zimosterol 4. bentuk hifa mempunyai septum, mempunyai banyak inti sel berada di dalm satu masa yang di sebut miselium

5. bentuk ragi jamur bersel tunggal biasanya berkembang biak dengan pertunasan

6. spora jamur dapat terbentuk melalui proses aseksual/seksual Cara makan dan habitat jamur untuk memperoleh makan jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Cara hidup jamur adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu bagi simbionnya. Proses Reproduksi Jamur 1. Secara aseksual Secara aseksual dilakukan dengan cara membelah diri, yaitu menghasilkan dua sel anak yang serupa, penguncupan (pembentukan kuncup) yaitu sel anak dihasilkan dari penonjolan kecil pada sel inang, atau pembentukan spora cara ini berfungsi untuk menyebarkan spesiesnya dalam jumlah besar. Spora aseksual dihasilkan dari pembelahan sel secara mitosis dan spora seksual di peroleh dari pembelahan secara meiosis. Adapun macam-macam spora aseksual adalah sebagai berikut: a. Konidiospora (konidia), dibentuk di ujung atau sisi suatu hifa. Jenisnya ada dua macam, yaitu mikrokonidium (bersel satu dan berukuran kecil) dan makrokonidium (ber sel banyak dan berukuran besar). b. Oidium/artrospora, yaitu spora bersel satu yang terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.

c. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus. Jenisnya ada dua macam yaitu: aplanospora merupakan sporangiospora non motil (tidak dapat bergerak) dan zoospora adalah sporangiospora yang motil (bergerak) karena memiliki flagel. d. Klamidospora, spora bersel satu berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik. e. Blastospora merupakan tunas/kuncup dari sel-sel jamur bersel satu (khamir). 2. Secara seksual Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium terjadi secara singami, yaitu persatuan dua sel gamet dan terjadi dua tahap, tahap pertama terjadi plasmogami (peleburan sitoplasma) sedangkan tahap dua adalah kariogami (peleburan inti). Dengan kata lain, dalam proses reproduksi seksual jamur tidak mengalami proses meiosis, seperti pada proses reproduksi hewan tingkat tinggi lainnya. Reproduksi secara seksual lebih jarang dilakukan dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan secara aseksual dan hanya terjadi dalam keadaan tertentu. Adapun macam-macam spora seksual pada jamur adalah berdasarkan dimana jamur tersebut diletakkan dalam susunan taksonomi tingkat filum, yaitu askospora (filum ascomycotina), zygospora (filum zygomycotina), dan basidiospora (filum basidiomycotina). Satu lagi spora yang ada adalah oospora, yang merupakan hasil pertemuan antara gamet jantan (anteridium) dan gamet betina (oogonium) yang menghasilkan pembuahan. Penyakit Jamur 1. Alergi jamur Sering terjadi karena jamur dapat tumbuh pada semua permukaan organik yang lembab dan spora jamur selalu ada di udara Umumnya terjadi pada individu yang mengidap alergi lain

2. Infeksi jamur Di sebut mikosis Berfariasi mulai dari infeksi supervisial sampai infeksi sistemik yang dalam waktu singkat dapat menimbulkan kematian.

Frekuensi meningkat akibat pemakaian antibiotika Umumnya di klasifikasikan sebagai infeksi superfisial, infeksi kulit.

You might also like