You are on page 1of 40

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SENSOR (TKF 3514, 1 SKS) Pengenalan Teknologi Sensor

Kelompok 19 Aditya Muhtadi (08/268659/TK/33979) Zakariya Arif F. (08/268636/TK/33964) Rendra Wahyudityo (08/268583/TK/33949) Cecep Setiawan (09/289091/TK/35996) Suhartono (09/285135/TK/35649) Iyan Laksana Putra (09/284413/TK/35301)

LABORATORIUM SENSOR DAN SISTEM TELEKONTROL JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSIRAS GADJAH MADA 2012

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .. BAB I: TEORI PENDUKUNG . A. SOUND LEVEL METER ... B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN . C. INFRA RED THERMOMETER . D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR .. E. LIGHT METER F. AUTOMATIC RAIN RECORDER BAB II: DATA DAN PEMBAHASAN.. A. SOUND LEVEL METER ... B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN . C. INFRA RED THERMOMETER . D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR .. E. LIGHT METER F. AUTOMATIC RAIN RECORDER BAB III: KESIMPULAN BAB IV: KRITIK DAN SARAN .. LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA .

i 1 1 3 6 9 9 10 12 12 13 15 19 22 25 26 31 32 38

BAB I TEORI PENDUKUNG

A. SOUND LEVEL METER Sound Level Meter merupakan suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan suara (noise pollution), dimana hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk lingkungan industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Selain itu pengukuran tingkat kebisingan juga merupakan dasar untuk perancangan akustik suatu ruangan yang ditujukan untuk aktivitas tertentu dengan parameter tertentu, misal sebuah concert hall, teater, ruang kuliah, laboratorium dan lain-lain. Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja, antara lain: 1. Pengukuran dengan Titik Sampling Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan. 2. Pengukuran dengan Peta Kontur Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orang untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 90 dBA. 3. Pengukuran dengan Grid Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titiktitik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya: 10 x 10 m. Kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.

Zona Kebisingan Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan, yaitu: Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya. Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan dan rekreasi. Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, perdagangan dan pasar. Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya. Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association) Zona A: intensitas > 150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari Zona B: intensitas 135-150 dB individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug) Zona C: 115-135 dB perlu memakai earmuff Zona D: 100-115 dB perlu memakai earplug Dibawah ini merupakan kurva standar pengukuran kebisingan Sound Level Meter

Biasanya filter pada SLM memakai acuan frequency weighting A (dBA) sebagai dasar pengukuranya, hal ini dikarenakan pengkuran dalam skala dBA memilki jangkauan respon terbesar. Pada pemakaiannya sebelum dilakukan pengukuran, sangat dianjurkan untuk melakukan kalibrasi pada Sound Level Meter agar didapatkan hasil pengukuran yang presisi dan akurat.

Berdasarkan datasheet SLM pertama yang tecantum di lampiran. Diketahui bahwa terdapat beberapa spesifikasi SLM berdasarkan kepentingan pengunaanya. Beberapa tipe dari SLM yang ada hanya diperuntukan untuk mengukur tingkat kebisingan dalam pembobotan frekuensi A dan C sedangkan untuk frekuensi weighting B tidak tersedia. Tipe-tipe pada SLM tersebut ada yang ditujukan untuk pengukuran intensitas rendah (30-130 dBA) dan adapula yang ditujukan untuk pengukuran intensitas bunyi yang tinggi (30-140 dBA/dBC). Tersedia pula fitur atau tampilan pada pengukuran SPL (Sound Pressure Level). Berdasarkan data pada datasheet SLM yang kedua yang tercantum di lampiran, range pengukuran pada salah satu tipe SLM (misal pada tipe LA-1350) adalah 26-137 dBA, 31-137 dBC, 36-137 (flat) sedangkan linearitas sensor dicapai pada nilai 85 dB. Sensitivitas sensor dapat diketahui adalah 0,5 v/10 dB. SLM tersebut bisa dipakai untuk 3 pembobotan frekuensi yaitu A, C dan flat, sedangkan respon pengukuranya dapat diatur sesuai kebutuhan dan terdiri dari 3 keadaan, yaitu fast, slow, dan imp. Kondisi kerja instrumen adalah pada rentang suhu meter. Secara umum pada beberapa jenis Sound Level Meter di pasaran, terdapat dua kategori SLM berdasarkan tujuan penggunaanya. Diantaranya adalah: SLM untuk low measurement yang rentang intensitasnya 35-100 dB dan SLM untuk medium measurement yang rentang intensitasnya 65-135 dB. Dalam pengukuran menggunakan Sound Level Meter, hasil pengukuran yaitu gelombang bunyi yang terukur belum tentu sama dengan nilai intensitas gelombang bunyi yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh adanya noise pengukuran, antara lain: Adanya gangguan angin yang berhembus dari berbagai arah yang menyebabkan tidak akuratnya nilai yang terukur oleh SLM. Adanya pengaruh kecepatan angin yang menyebabkan nilai intensitas gelombang bunyi yang terukur lebih kecil dari hasil yang sebenarnya. Apabila melakukan pengukuran di tempat yang banyak tumbuhanya, suara yang dihasilkan sumber dapat terserap oleh tumbuhan, sehingga mengurangi akurasi pengukuran. C dengan kelembaban relatif 30-90 %. Jarak maksimum pengukuran adalah 15

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap permukaan bumi. Dalam pengertian teknis, yang dimaksud dengan angin adalah setiap gerakan udara yang

mendatar atau hampir mendatar. Angin mempunyai arah dan kecepatan yang ditentukan oleh adanya perbedaan tekanan udara di permukaan bumi. Angin bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udara semakin besar kecepatan angin. Untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Metereologi dan Geofisika diperlukan suatu alat yang dapat mengukur kecepatan angin dan arah angin. Rotary Encoder Untuk menunjukan arah angin salah satu sensor yang dapat digunakan adalah sensor rotary encoder yaitu suatu sensor digital yang keluarannya berupa bit-bit digital sehingga mampu memenunjukan arah angin dari 00 hingga 3600 dengan ketelitian 0,50. Rotary encoder adalah peralatan elektro-mekanik yang menggunakan sensor optik yang menghasilkan rentetan pulsa-pulsa yang dapat diubah ke dalam suatu gerakan, posisi, atau arah. Contoh dari rotary encoder dapat dilihat pada gambar berikut.

Prinsip Kerja Pada gambar di bawah ini menunjukan prinsip kerja secara umum dari rotary encoder, dimana sebuah piringan tipis dan LED yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga cahayanya tetap terfokus pada piringan tersebut. Sebuah transistor aktif cahaya ditempatkan pada sisi lain dari piringan sehingga dapat mendeteksi cahaya dari LED. Piringan tersebut ditempatkan pada poros (shaft) yang bergerak. Dimana pergerakan piringan tersebut sesuai dengan pergerakan poros (shaft), sehingga ketika poros (shaft) berputar, maka piringan ikut berputar. Ketika piringan yang di atasnya ditempatkan LED yang memancarkan cahaya yang terfokus terhadap fototransistor, fototransistor akan berada dalam keadaan saturasi yang keluarannya berupa pulsa gelombang kotak.

Penentu arah angin ini terdiri atas 3 macam piranti, yaitu sirip penunjuk arah angin, sensor rotary encoder dan mikrokontroller AT89C51 serta LCD untuk menampilkan hasilnya. Sensor Rotary Encoder Sensor rotary encoder yang digunakan pada alat ini, yaitu memiliki tipe ENP50S8 buatan Autonics. Prinsip kerja dari sensor ini, yaitu dengan menghubungkan poros (shaft) pada sebuah piringan sensor. Dimana piringan sensor ini terdiri dari beberapa jalur (track) yang berupa lingkaran-lingkaran yang konsentris dan setiap jalur dihubungkan dengan sebuah sumber cahaya dan detektor cahaya. Sumber cahaya ini berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi cahaya, dan cahaya ini akan mengkonduksikan detektor cahaya jika mengenai bagian yang transparan dari piringan tersebut. Sehingga, keluaran dari detektor cahaya akan berlogika rendah. Dimana fungsi dari detektor cahaya untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Sehingga, masing-masing jalur (track) dapat diketahui MSB (Most Significant Bit) dan LSB (Low Significant Bit) pada outputnya yang berupa bilangan biner yang menyusun sebuah sandi BCD. Keluaran dari masing-masing detektor cahaya akan dikontrol dengan NPN open collector, dengan beban sebesar 10 k. Transistor ini berfungsi sebagai saklar dan untuk menguatkan tegangan supaya keluaran dari sensor ini dapat genap +5 V dan 0 V, hal ini dikarenakan keluaran dari detektor cahaya tidak genap +5 V atau 0 V tapi sekitar +2,7 V untuk logika tinggi dan sekitar +1,6 V untuk logika rendah. Jadi keluaran dari transistor akan berlogika tinggi ( + 5 V) jika masukan berlogika rendah dan begitupun sebaliknya.

Pada aplikasinya sebagai penentu arah angin sensor rotary encoder yang digunakan mempunyai ketelitian sampai 0,5 derajat, hal ini disebabkan karena sensor ini mempunyai pulse/1 putaran sebesar 720 division. Sensor Potensiometer Sensor arah angin bisa menggunakan potensiometer. Pada dasarnya sensor arah angin adalah sensor posisi. Sensor posisi dan sensor perpindahan dapat dibangun atau dibuat dengan potensiometer linier atau berputar. Prinsip operasi dari sensor ini mengacu pada resistansi kawat. Resistansi ini berhubungan dengan panjang kawat, jadi dengan membuat sebuah objek untuk mengontrol panjang kawat sehingga dapat diukur perpindahan maupun posisinya. Karena resistansi pengukuran membutuhkan arus listrik yang melalui kawat potensial, sehingga potensiometri tranduser ini merupakan tipe aktif. Sebuah benda bergerak secara mekanik digabungkan dengan wiper, gerakan yang menyebabkan perubahan resistansi. Dalam aplikasi yang praktis, pengukuran resistensi digantikan oleh sebuah pengukuran drop tegangan. Tegangan wiper dari sebuah pot linear sebanding dengan perpindahan d.

C. INFRA RED THERMOMETER Benda-hitam adalah radiator panas ideal (teoritis) yang memiliki fungsi ekplisit antara suhu benda-hitam tersebut dan radiasi panas yang dipancarkannya, berdasarkan pada rumus radiasi panas Mac Planck berikut ini:

dengan: Lb (,T) c1 : representasi radiasi panas = radiansi, W.m-2.str-1.m-1 : konstanta radiasi pertama = 1,19104282.10-16 W.m2

c2 T

: konstanta radiasi kedua = 0,014388 m.K : panjang gelombang radiasi panas, m : suhu benda hitam, K

Pada panjang gelombang dan suhu yang sama, radiasi panas yang dipancarkan suatu benda adalah:

dengan: : persentase daya pancar benda relative terhadap benda-hitam = emisivitas benda, 0< <1 : persentase daya pancar benda relative terhadap benda-hitam = emisivitas benda, 0< <1

Bila radiasi panas dari benda hitam diterima oleh termometer radiasi, maka radiasi panas tersebut akan diolah menjadi arus listrik dc sebagai fungsi dari suhu benda berdasarkan persamaan [2]:

dengan: S(T) k : respons spektral termometer radiasi : konstanta yang tergantung pada sifat geometrik, optik dan elektrik dari termometer radiasi Untuk nilai T yang diketahui dapat dihitung nilai S(T) dengan menggunakan persamaan pendekatan Sakuma-Hattori [4]:

Bila yang diketahui adalah nilai S(T), maka dengan melakukan proses sebaliknya pada persamaan (4) nilai T dapat diperoleh, yaitu:

Nilai konstanta A, B dan C merupakan karakteristik dari termometer radiasi, dan diperoleh berdasarkan pada nilai spektral respon yang dimiliki oleh termometer radiasi tersebut, yaitu:

Apa Itu Infrared Thermometer (Termometer Inframerah)? Termometer adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur suhu cairan, permukaan atau gas. Istilah termometer berasal dari bahasa latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Pengukuran suhu dapat dilakukan menggunakan sensor. Sensor yang digunakan untuk mengukur suhu terbagi dua, yakni sensor kontak dan sensor non-kontak. Beberapa sensor kontak adalah termokopel, termistor, dan RTDs. Salah satu sensor non-kontak adalah termometer inframerah, yakni termometer radiasi dengan respon spektralnya berada pada daerah panjang gelombang infrared. Alat ini mengukur panas (energi inframerah) dari objek dengan memfokuskan energi ini melalui sistem optik menggunakan detektor. Sinyal dari detektor kemudian disajikan dalam suhu setelah melalui serangkaian proses.

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR Gelombang ultrasonik adalah gelombang dengan besar frekuensi diatas frekuensi gelombang suara yaitu lebih dari 20 KHz. Seperti telah disebutkan bahwa sensor ultrasonik terdiri dari rangkaian pemancar ultrasonik yang disebut transmitter dan rangkaian penerima ultrasonik yang disebut receiver. Sinyal ultrasonik yang dibangkitkan akan dipancarkan dari transmitter ultrasonik. Ketika sinyal mengenai benda penghalang, maka sinyal ini dipantulkan, dan diterima oleh receiver ultrasonik. Sinyal yang diterima oleh rangkaian receiver dikirimkan ke rangkaian mikrokontroler untuk selanjutnya diolah. Suara Ultrasonic adalah suara diatas kemampuan manusia untuk dapat mendengarnya, kebanyakan manusia dapat mendengar suara dengan frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 20 kHz sedangkan suara dengan frekuensi 20 kHz sampai dengan 100 kHz tidak dapat didengar oleh telinga telanjang manusia, inilah yang disebut suara ultrasonik. Di industri biasanya ditemui kebocoran udara bertekanan seperti kebocoran udara kompresor, kebocoran pada boiler / steam dan lain-lainnya. Jika terjadi kebocoran besar baik pada pipanya atau sambungan pipa atau valve-nya maka dapat segera diketahui dari suara yang terdengar, lalu bagaimana jika terjadi kebocoran kecil pada udara bertekanan ini yang biasanya tidak dapat diketahui dikarenakan suara bising dari mesin lain disekitarnya atau yang terutama dikarenakan terjadi kebocoran kecil, suara yang dikeluarkan dari kebocoran kecil ini disebut suara ultrasonik. Kebocoran kecil ini sebenarnya adalah pemborosan yang biasanya tidak pernah diperhitungkan padahal pada industri di Amerika, Eropa dan kebanyakan negara maju di Asia jika dihitung maka akan didapat pemborosan yang mengejutkan, sebagai contoh kebocoran pada diameter sebesar 1/ 16 " pada tekanan 5,5 BAR maka akan terbuang udara bertekanan sebesar 3, 8 SCFM (108 SLPM), biaya untuk udara sebesar 1.000 SCFM adalah $ 0, 25 maka untuk satu kebocoran sebesar 1/ 16 " pemborosan yang terjadi adalah $ 0.06 perjam / $ 1,37 per 24 jam / $ 9,58 perminggu / $ 497,95 pertahunnya. E. LIGHT METER Lux meter atau juga disebut light meter adalah salah satu alat untuk mengukur kuat penerangan cahaya yang akan diukur. Satuan yang terukur dalam light meter adalah dalam lux. Sebelum kita mempelajari lebih dalam mengenai alat pengukur penerangan maka kita perlu terlebih dahulu mengetahui cahaya sebagai objek yang diukur.

Dasar Teori tentang Cahaya Tingkat Kuat Penerangan Tingkat kuat penerangan (iluminansi) sebagian besar ditentukan oleh kuat cahaya yang jatuh pada suatu luasan bidang permukaan yang dinyatakan sebagai iluminansi rata-rata. Iluminansi Rata-rata dalam LUX adalah arus cahaya yang diancarkan dalam lumen dibagi dengan luas bidang atau area (A) dalam m2

Distribusi Kepadatan Cahaya (luminance Distribution) Kepadatan cahaya atau luminansi adalah ukuran kepadatan radiasi cahaya yang jatuh pada suatu bidang kerja dan dipancarkan ke arah mata sehingga mata mendapatkan kesan terang (brightness). Dengan kata lain, kepadatan cahaya adalah kuat cahaya atau ukuran pancaran cahaya dari bidang tertentu dalam candela dibagi dengan bidang penglihatan dalam m2. Satuan dari kepadatan cahaya dinyatakan dalam cd/m2. Semakin tinggi kepadatan cahaya suatu permukaan semakin terang pula permukaan itu tampak oleh mata.

Fotometri Fotometri adalah ilmu yang mempelajari mengenai ukuran banyaknya cahaya. Oleh karena pemancaran cahaya tak lain adalah pemancaran gelombang elektromagnetik yang secara umum disebut radiasi, maka sudah tentu ada hubungannya antara pemancaran cahaya dengan pemancaran tenaga radiasi. Banyaknya pancaran cahaya atau fluks cahaya dinyatakan dalam lumen. Fluks cahaya yang dipancarkan dari satu titik sumber cahaya direpresentasikan sebagai garis-garis fluks cahaya yang mengenai titik sumber tersebut secara radial merata. Dengan demikian banyaknya fluks cahaya yang mengenai permukaan akan sama dengan banyaknya garis-garis fluks yang datang ke permukaan tersebut. Jumlah garis-garis cahaya ini akan berbanding lurus dengan intensitas cahaya yang juga energi cahaya yang diterima. Jika kita mengetahui energinya itulah yang menjadi parameter yang akan menjadi variabel pada pengukuran ini.

F. AUTOMATIC RAIN RECORDER Pengukuran curah hujan pada saat ini menggunakan dua metode secara garis besar, yaitu metode manual dan otomatis. Metode yang dimaksud adalah dalam hal pencatatan

(recording) banyaknya curah hujan sepanjang tahun. Metode manual hanya mengandalkan catatan tangan pengamat saja. Metode pencatatan otomatis ada yang memerlukan suplai listrik ke instrumen (yang lebih modern) namun ada juga yang tidak memerlukan listrik. Perkembangan sensor curah hujan dimulai dari penggunaan penakar curah hujan tipe tipping bucket yang menggunakan reed switch untuk mencatat berapa kali terjadi clock yang kemudian dikalkulasikan oleh rangkaian counter dan dicatat di dalam logger atau ditampilkan pada display. Tentu saja instrumen seperti itu memiliki kelemahan dan kelemahan tersebut membuat orang mengembangkan curah hujan yang memanfaatkan teknologi sensor pendeteksi objek yang berada di sekeliling instrumen atau yang lebih dikenal sebagai proximity sensor. Pengembangan sensor curah hujan dengan sinar laser dan infra merah tidak lepas dari aplikasi proximity sensor ini. Instrumen sensor curah hujan dengan sinar laser ini lalu diintegrasikan dengan perangkat Digital Signal Processor yang lebih dari sekedar rangkaian IC-IC counter karena memungkinkan integrasi dengan perangkat terkomputerisasi bahkan terhubung ke jaringan. Dengan jaringan ini, data-data curah hujan di-upload ke pusat cuaca secara real time sehingga dengan akses internet data curah hujan tadi dapat kita akses. Curah hujan (presipitasi) merupakan salah satu aspek terpenting dalam bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika. Dengan data-data yang didapat dari pengukuran curah hujan, kita dapat mengetahui pola cuaca yang terjadi disuatu daerah yang lingkupnya tidak terlalu luas misalnya wilayah kabupaten. Secara umum, alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan disebut penakar hujan atau istilah lainnya rain gauge (penakar hujan). Satuan curah hujan yang umum digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika adalah millimeter (mm). Jadi, jumlah curah hujan yang diukur sebenarnya adalah tebal atau tingginya permukaan air hujan yang menutupisuatu area di permukaan bumi. Curah hujan 1 mm artinya dalam area 1 m2 (1 meter persegi) pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung sebanyak 1 liter atau 1000 ml. Diperkirakan volume air hujan yang jatuh di seluruh dunia setiap tahunnya adalah sekitar 505.000 km3 dan sekitar 398,000 km3-nya jatuh di lautan. Jika 1 dirata-ratakan, seluruh permukaan daratan di bumi mengalami curah hujan sekitar 1 meter (39 inci) dan di lautan sekitar 1,1 meter (43 inci).

BAB II DATA DAN PEMBAHASAN A. SOUND LEVEL METER Data Pengukuran


Papan Tulis Pintu A Sumber Suara Sekat (Tembok)

Titik A T60=3s Frekuensi 500 Hz 700 Hz 1500 Hz 69 dB - 71dB Tingkat Kebisingan 78 dB 80 dB 75 dB T60=3.5s Frekuensi 500 Hz 700 Hz 1500 Hz

Titik B 64 dB - 74 dB Tingkat Kebisingan 73 dB 78 dB 76 dB T60=3.5s Frekuensi 500 Hz 700 Hz 1500 Hz

Titik C 64 dB - 74 dB Tingkat Kebisingan 71 dB 76 dB 78 dB

Pengukuran yang kami ambil dilakukan di ruangan TN 7 JTF UGM. Berdasarkan standar tingkat kebisingan, tingkat kebisingan yang cocok untuk bangunan kelas pada kampus/sekolah adalah 55 dB. Tetapi, setelah dilakukan pengukuran, tingkat kebisingan pada TN 7 Jurusan Teknik Fisika UGM berkisar antara 64 dB - 74 dB. Nilai range tingkat kebisingan tersebut didapatkan setelah kami melakukan pengukuran di tiga titk berbeda, yaitu titik A, B, C (pada gambar). Range tingkat kebisingan pada titik A lebih kecil dari pada titk B dan C, namun tingkat kebisingan minimal pada titk A lebih tinggi dari pada titik B dan C hal ini berarti daya akustik terbesar terdapat pada titik A dikarenakan titik A merupakan titik yang paling dekat dengan sumber bunyi. Dari hasil pengukuran tersebut titik kebisingan di TN7 belum memenuhi standar baku tingkat kebisingan ruang untuk kampus atau sekolah. Tingkat kebisingan pada titik A melebihi batas maksimalnya yakni 21 dB. Pada titik B, pada frekuensi diatas 500 Hz, tingkat kebisingan juga melebihi batas maksimumnya. Pada titik C sama seperti titik B, yakni melebihi batas maksimumnya pada frekuensi lebih dari 500 Hz.

Fungsi Sound Level Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan suatu tempat. Prinsip Kerja Pada dasarnya cara kerja SLM cukup sederhana, Sound Level Meter terdiri dari 3 bagian utama yang berfungsi sebagai komponen pengukur yaitu microphone, amplifier, dan meter indicator. Gelombang bunyi yang dipancarkan sumber menghasilkan perbedaan tekanan yang juga merupakan fungsi dari jarak, gelombang bunyi tersebut ditangkap oleh sensor yang dalam hal ini adalah microphone. Ketika menerima sinyal (gelombang bunyi), microphone yang terdapat dalan SLM bergetar dan menghasilkan perubahan tegangan, perubahan tegangan yang terbaca ini yang kemudian dikonversi dalam satuan decibel (dB) setelah melalui proses kalibrasi dan amplifikasi, perubahan tegangan yang terbaca oleh sensor dan telah diamplifikasi tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk digital pada meter indikator (LCD display). Berikut Diagram Skematik Sound Level Meter.

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN Alat ini berfungsi untuk mendeteksi dari mana arah angin datang. Prinsip Kerja Arah angin dinyatakan dengan arah dari mana datangnya angin, misalnya: angin barat yang artinya angin datang dari barat, angin tenggara yang artinya angin datang dari tenggara, dan sebagainya. Mekanik penentu arah angin ini berupa sirip untuk menunjukan arah angin seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Pada gambar di bawah ini, sirip berfungsi untuk memutar sensor potensiometer untuk menunjukan arah angin sesuai dengan arah datangnya angin.

Seperti terlihat pada gambar diatas, mekanik arah angin mempunyai poros vertikal A. Ekor angin C mempunyai daya tangkap angin yang lebih besar dari ujung mekanik B. Dengan demikian, maka dari manapun angin datang bertiup, ujung mekanik B senantiasa mengambil kedudukan menuju ke arah dari mana datangnya angin. Besarnya putaran poros yang disebabkan oleh pergeseran sirip C oleh angin menyebabkan nilai hambatan potensiometer berubah. Perubahan nilai hambatan

potensiometer menyebabkan berubahnya nilai drop tegangan. Besarnya nilai tegangan tersebut diolah menggunakan mikrokontroler untuk ditampilkan dalam software berupa arah datangnya angin.

Teknologi yang Dimiliki Teknologi yang dimiliki oleh alat ini adalah output dapat ditampilkan di computer dengan software khusus yang telah dirancang. Selain itu juga ada sistem memori yang berfungsi untuk menyimpan data dari mana arah angin selama rentang waktu tertentu. Jika dibandingkan dengan alat pengukur arah angin yang menggunakan sensor rotary encoder maka yang menggunakan sensor potensiometer lebih tidak teliti. Hal ini karena ketelitian sensor rotary encoder bisa mencapai 0.5 dengan sistem pembagian bit digital 003600. Sementara sensor potensiometer memiliki nilai hambatan yang tertentu dengan pembagian bit digitalnya lebih sedikit.

C. INFRARED THERMOMETER Data Pengukuran Suhu dengan Infrared Thermometer No. 1 2 2 3 4 Objek Tubuh Manusia 1 Tubuh Manusia 2 Api Air Conditioning Lampu Pengukuran (oC) 35 36 95 22 45

Pengukuran suhu dengan memakai infrared thermometer dapat dibilang cukup akurat. Hal ini terlihat, salah satunya, ketika melakukan pengukuran suhu tubuh manusia yang didapat 35oC dan 36 oC. Bila dibandingkan dengan suhu tubuh manusia normal yang berkisar antara 35 37oC maka pengukuran melalui infrared thermometer dapat dikatakan cukup akurat. Namun demikian, pengukuran dengan infrared thermometer ini akan akurat apabila objek benda berada pada jangkauan yang dekat dengan infrared thermometer itu sendiri. Pengaruh lingkungan terhadap sensor infrared cukup mempengaruhi pengukuran. Ketika objek berada jauh dari infrared thermometer maka hasil pengukuran yang didapat tidak terlalu mendekati nilai yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan adanya inframerah (alami) yang dipancarkan sumber/benda-benda lain. Selain itu, ketika pengukuran dilakukan pada jarak yang jauh maka distance spot dari infrared thermometer akan semakin membesar. Hal ini berarti target lebih kecil dibandingkan dengan spot infrared-nya. Maka ini dari itu, hal ini dapat menyebabkan ketidaktelitian pengukuran. Fungsi Termometer Inframerah Infrared Thermometer menawarkan keuntungan, yakni mampu melakukan

pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dalam menentukan temperatur objek tersebut tanpa kontak fisik. Sehingga sistem pengukurannya tidak terkontaminasi oleh objek, dan rusak. Banyak penggunaan teknologi ini yang berhubungan dengan industri, yakni memberikan keuntungan pada pencatat temperatur dalam situasi dimana objek tidak bisa dicapai atau bergerak dengan cepat, dimana kontak tidak mungkin dilakukan karena temperatur terlalu tinggi atau dibawah pengaruh listrik. Termometers Infrared dapat digunakan untuk beberapa fungsi pengamatan temperatur. Beberapa contoh, antara lain: Mendeteksi awan untuk sistem operasi teleskop jarak jauh. Memeriksa peralatan mekanika atau kotak sekering listrik atau saluran hotspot.

Memeriksa suhu pemanas atau oven, untuk tujuan kontrol dan kalibrasi. Mendeteksi titik api/menunjukkan diagnosa pada produksi papan rangkaian listrik. Memeriksa titik api bagi pemadam kebakaran. Mendeteksi suhu tubuh makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dll. Memonitor proses pendinginan atau pemanasan material, untuk penelitian dan pengembangan atau quality control pada manufaktur.

Cara Kerja Termometer Inframerah Prinsip dasar termometer inframerah adalah bahwa semua obyek memancarkan energi inframerah. Semakin panas suatu benda, maka molekulnya semakin aktif dan semakin banyak energi inframerah yang dipancarkan. Termometer inframerah terdiri dari sebuah lensa yang fokus mengumpulkan energi inframerah dari obyek ke alat pendeteks/detektor. Detektor akan mengkonversi energi menjadi sebuah sinyal listrik, yang menguatkan dan melemahkan dan ditampilkan dalam unit suhu setelah dikoreksi terhadap variasi suhu ambien. Sistem optik termometer inframerah menangkap energi inframerah yang dipancarkan objek melalui circular measurement spot dan memfokuskannya pada detektor. Target harus menempati spot ini, jika tidak, termometer inframerah akan melihat radiasi temperatur yang lain dari lingkungan sehingga nilai pengukuran menjadi tidak akurat. Resolusi optik didefenisikan sebagai hubungan antara jarak alat ukur dalam hal ini termometer inframerah dari target dan distance spot (D:S).

Teknologi & Keunggulan Termometer Inframerah Fungsi 4 in 1: Pengukur suhu melalui telinga, melalui kening, suhu ruangan, dan jam. Mengukur suhu badan tanpa kontak dengan kulit atau anggota badan. Non-contact Forehead Scan - dapat mengukur suhu badan melalui kening dalam jarak 3 cm, sangat membantu untuk mengukur balita yang tidak bisa diam. Ear Thermometer Scan - pengukuran juga bisa melalui lubang telinga. One Second Measurement Time - hasil pengukuran langsung dapat diketahui dalam waktu 1 detik! Cepat dan akurat! 19 Times Memory Capacity - memiliki kapasitas 19 memory untuk menyimpan hasil pengukuran. Temperature Reading in 'C and 'F - pengukuran dalam satuan derajat celcius atau fahrenheit. Resolusi 0.1'C. Waterproof - lensa tahan air. Indikator battery. Auto Off - jika tidak digunakan dalam 1 menit thermometer akan mati secara otomatis. Mudah perawatan - membersihkan cukup gunakan air/alkohol. Tidak perlu filter lensa sehingga menghemat biaya pergantian. Disertai tempat penyimpanan yang cantik dan eksklusif sekaligus sebagai stand ketika difungsikan sebagai jam. Mudah dibawa - Karena termometer inframerah padat, ringan dan mudah untuk dimasukkan ke dalam sarung ketika tidak digunakan, inspeksi harian inspeksi pabrik dan pekerjaan dapat dilaksanakan. Kelemahan Termometer Inframerah Kelemahan sensor inframerah adalah mudah terganggu inframerah alam yang dipancarkan oleh matahari. Ada beberapa sumber lain yang juga memancarkan radiasi panas dan ikut terukur oleh termometer inframerah. Di lingkungan laboratorium kalibrasi, keberadaan sumber-sumber radiasi ikutan tersebut dapat dengan mudah dihilangkan, namun radiasi panas yang berasal dari suhu lingkungan dan suhu sensor termometer inframerah yang dikalibrasi sulit untuk dihindari, khususnya pada saat melakukan kalibrasi termometer inframerah pada suhu yang suhu rendah, yaitu antara 50C 100C.

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR Fungsi Sensor Detektor Kebocoran GS5800 ultrasonik ini dirancang untuk menemukan sumber dari emisi yang dihasilkan oleh gas ultrasonik (kebocoran udara). Tingkat kebocoran ditampilkan oleh "LED Display Panel Bar" dan diubah menjadi suara yang dapat didengar dengan baik. Prinsip Kerja Sensor Prinsip kerja dari sensor ultrasonik dapat ditunjukkan dalam gambar dibawah ini :

Prinsip kerja dari sensor ultrasonik adalah sebagai berikut: 1. Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonik. Sinyal tersebut berfrekuensi diatas 20 kHz, biasanya yang digunakan untuk mengukur jarak benda adalah 40 kHz. Sinyal tersebut dibangkitkan oleh rangkaian pemancar ultrasonik. 2. Sinyal yang dipancarkan tersebut kemudian akan merambat sebagai sinyal / gelombang bunyi dengan kecepatan bunyi yang berkisar 340 m/s. Sinyal tersebut kemudian akan dipantulkan dan akan diterima kembali oleh bagian penerima ultrasonik. 3. Setelah sinyal tersebut sampai di penerima ultrasonik, kemudian sinyal tersebut akan diproses untuk menghitung jaraknya. Jarak dihitung berdasarkan rumus: S = 340.t/2 dimana S adalah jarak antara sensor ultrasonik dengan bidang pantul, dan t adalah selisih waktu antara pemancaran gelombang ultrasonik sampai diterima kembali oleh bagian penerima ultrasonik. Bagian-Bagian Sensor Ultrasonik a. Pemancar Ultrasonik (Transmitter) Pemancar Ultrasonik ini berupa rangkaian yang memancarkan sinyal sinusoidal berfrekuensi di atas 20 KHz menggunakan sebuah transducer transmitter ultrasonic. Berikut gambar Rangkaian Pemancar Gelombang Ultrasonik.

Prinsip kerja dari rangkaian pemancar gelombang ultrasonik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sinyal 40 kHz dibangkitkan melalui mikrokontroler. 2. Sinyal tersebut dilewatkan pada sebuah resistor sebesar 3 k untuk pengaman ketika sinyal tersebut membias maju rangkaian dioda dan transistor. 3. Kemudian sinyal tersebut dimasukkan ke rangkaian penguat arus yang merupakan kombinasi dari 2 buah dioda dan 2 buah transistor. 4. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (+5V) maka arus akan melewati dioda D1 (D1 on), kemudian arus tersebut akan membias transistor T1, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T1 akan besar sesuai dari penguatan dari transistor. 5. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (0V) maka arus akan melewati dioda D2 (D2 on), kemudian arus tersebut akan membias transistor T2, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T2 akan besar sesuai dari penguatan dari transistor. 6. Resistor R4 dan R6 berfungsi untuk membagi tengangan menjadi 2,5 V. Sehingga pemancar ultrasonik akan menerima tegangan bolak balik dengan Vpeak-peak adalah 5V (+2,5 V s.d -2,5 V). b. Penerima Ultrasonik (Receiver) Penerima Ultrasonik ini akan menerima sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan karakteristik frekuensi yang sesuai. Sinyal yang diterima

tersebut akan melalui proses filterisasi frekuensi dengan menggunakan rangkaian band pass filter (penyaring pelewat pita), dengan nilai frekuensi yang dilewatkan telah ditentukan. Kemudian sinyal keluarannya akan dikuatkan dan dilewatkan ke rangkaian komparator (pembanding) dengan tegangan referensi ditentukan berdasarkan tegangan keluaran penguat pada saat jarak antara sensor kendaraan mini dengan sekat/dinding pembatas mencapai jarak minimum untuk berbelok arah. Dapat dianggap keluaran komparator pada kondisi ini adalah high (logika 1) sedangkan jarak yang lebih jauh adalah low (logika0). Logika-logika biner ini kemudian diteruskan ke rangkaian pengendali (mikrokontroler). Berikut gambar Rangkaian Penerima Gelombang Ultrasonik.

Prinsip kerja dari rangkaian pemancar gelombang ultrasonik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pertama tama sinyal yang diterima akan dikuatkan terlebih dahulu oleh rangkaian transistor penguat Q2. 2. Kemudian sinyal tersebut akan difilter menggunakan high pass filter pada frekuensi > 40 kHz oleh rangkaian transistor Q1. 3. Setelah sinyal tersebut dikuatkan dan di filter, kemudian sinyal tersebut akan disearahkan oleh rangkaian dioda D1 dan D2. 4. Kemudian sinyal tersebut melalui rangkaian low pass filter pada frekuensi < 40 kHz melalui rangkaian filter C4 dan R4. 5. Setelah itu sinyal akan melalui komparator Op-Amp pada U3. Jadi ketika ada sinyal ultrasonik yang masuk ke rangkaian, maka pada komparator akan mengeluarkan logika rendah (0V) yang kemudian akan diproses oleh mikrokontroler untuk menghitung jaraknya.

E. LIGHT METER Data Pengukuran Pengukuran dilakukan di Lab Sensor dan Telemetri Jurusan Teknik Fisika UGM pada pukul 12.00 hari Rabu pada 7 Desember 2011, dengan menggunakan Light Meter No 1 2 3 4 5 6 Posisi pengukuran Pencahayaan dengan lampu TL dinyalakan semua Sensor disoroti senter Hp dengan jarak 10 cm Penggunaan cahaya alami dalam ruangan, posisi depan kaca Sensor ditempelkan kaca sehingga yang terukur adalah kuat penerangan matahari di lingkungan Sensor dussoroti cahaya senter Hp dengan ketinggian 10 dan sudut elevasi 450 Lantai dasar lab. dengan kondisi lampu menyala Hasil terbaca (lux) 404 1598 676 1533 729 288

Dari hasil pengukuran diatas didapatkan angka yang cukup memuaskan. Jika dilihat dari intensitas dan kuat penerangan yang dibandingkan disetiap kondisi pengukuran adalah berbanding lurus. Pada kondisi pengukuran yang memiliki banyak kuat penerangan nya, kita dapat melihat nilai lux yang terukur juga memberikan nilai yang besar, begitu pun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teoritical yang menyatakan bahwa besarnya kuat penerangan (lux) berbanding lurus dengan banyaknya cahaya yang diterima sensor. Pada posisi sumber cahaya yang semakin jauh maka nilai lux nya pun akan semakin kecil. Dari hasil pengukuran diatas juga dapat kita simpulkan bahwa cahaya alami sebenarnya memiliki kuat penerangan (lux) yang besar. hal ini memberikan hipoteis bahwa penerangan dengan menggunakan cahaya alami atau matahari adalah sangat baik. Namun memang dalam aktualisasinya sinar matahari bukanlah energi yang konstan. Sehingga fluktusasi yang tidak sesuai dengan porsinya pasti akan mengganggu sistem dan pengukuran. Prinsip Kerja Blok Diagram Sistem

Pada blok diagram diatas, maka sistem terdiri atas: 1. 2. Sensor cahaya, dapat berupa solar cell. Rangkaian pengubah arus ke tegangan, rangkaian ini berfungsi untuk mengubah arus yang diterima dari sensor menjadi tegangan masukan bagi ADC untuk dijadikan tegangan pembanding dengan tegangan referensi. 3. 4. 5. ADC, rangkaian yang berfungsi mengubah data analog menjadi digital. Display, layar untuk menampilkan hasil yang diperoleh. Catu daya, Untuk memberikan suply tegangan pada setiap rangkaian.

Rangkaian Pengubah Arus ke Tegangan Pada dasarnya, rangkaian pengubah arus ke tegangan ini sangat sederhana. Dalam rangkaian ini hanya membutuhkan sebuah tahanan yang digunakan untuk mengubah arus yang didapat dari sensor menjadi sebuah tegangan yang dijadikan sebagai tegangan masukan ke ADC. Gambar rangkaiannya dapat dilihat sebagai berikut:

Pada dasarnya, rangkaian pengubah arus ke tegangan pada alat ukur cahaya adalah seperti diatas ini. Dari gambar rangkaian diatas terdapat dua buah tahanan (R1 dan R2) dan sebuah saklar yang digunakan sebagai range dari alat ukur. Dimana alat ukur ini dapat dibuat pada dua range saja yaitu pada range 200 lux sampai 2000 lux. R1 dan R2 dapat diukur sebenarnya dengan menggunakan metode yang sederhana, namun singkat cerita Biasanya R1 dan R2 ini bernilai 25 dan 2,5 . Analog to Digital Converter (ADC) Penggunaan ADC setiap jenis sebenarnya dapat digunakan, pada referensi komersial biasanya dugunaan ADC MAX ICL 7106 dan dihubungkan langsung dengan LCD 3,5 digit dengan spesifikasi: 1. 2. Tegangan suply 9 V Tegangan nput maksimum = 200 mV - 2V

3. 4. 5.

Tegangan referensi = 100 mV - 1V Vref = 0,5 Vin Clok Frekuensi 48 KHz Skematik gambar ADC MAX ICL 7106 ini adalah:

Bagian analog untuk setiap tahapan pengukuran dalam MAX ICL 7106 ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1. Tahap Auto Nol (A-Z) Terdapat tiga peristiwa pada tahap ini. Pertama, In-HI dan In-Low diputuskan hubungan dari kaki-kakinya den secara internal dihubungkan ke commen analog, kedua, kapasitor acuan diisi sampai dengan tegangan acuan. Ketiga, loop umpan balik yang ada pada sistem ditutup unuk mengisi kapasitor auto zero (Caz) brguna untuk menkompensasi tegangan offset yang terdapat pada comarator, buffer amplifier, dan integrator. 2. Tahap Integrasi Signal Selama sinyal diintegrasi, loop auto-zero terbuka, in-Hi dan In-Low dihbungkan dengan pin eksternal dan sambungan internal diputuskan. Konverter kemudian mengintegrasikan beda tegangan antara In HI dan In-Low untuk jangka waktu tertentu. 3. Tahap de integrasi Tahap ini adalah tahap pengintegrasian terhadap tegangan acuan

4. Tahap Zero Integrator (ZI) In-Low dihubungkan singkat ke common analog dan kapasitor acuan diisi ke tegangan acuan. Suatu loop umpan balik ditutup sekitas sistem untuk In-HI yang mengakibatkan output dari integrator kembali menjadi nol. Tahap ini normal bekerja pada 11 dan 140 clok pulsa tetapi di diperbesar menjadi 740 clok pulsa. LCD LCD adalah rangkaian yang berfungsi menampilkan data yang dapat dibaca pemakai sebagai hasil dari pengukuran yang telah dikalibrasi.

F. AUTOMATIC RAIN RECORDER Fungsi Automatic Rain Recorder adalah untuk mengukur curah hujan secara otomatis. Khususnya untuk early warning system banjir lahar dingin Gunung Merapi dengan meletakkan sensor curah hujan di lereng merapi. Ketika curah hujan dari lereng Merapi tinggi, langsung bisa dikirim secara real time ke server untuk menginformasikannya ke daerah yang dilewati oleh aliran lahar dingin. Sehingga masyarakat di sekitar tepian aliran lahar dingin bisa waspada. Cara Kerja Terdapat luasan pada alat untuk menangkap air hujan yang kemudian dapat diukur dengan prinsip jungkat-jungkit air seperti yang ada di kolam. Setelah air terkumpul sesuai dengan volume penampung air tersebut maka akan turun dan kemudian naik lagi ke posisi semula. Sehingga menyebabkan sensor mendeteksi 1 yang artinya satu volume tempat penampung. Prinsip yang digunakan adalah counter. Jadi, seberapa cepat dan banyaknya nilai satu maka dalam satu waktu terdeteksi jumlah volume air yang akan diinterpretasikan sebagai curah hujan. Satuan curah hujan adalah mm3/tahun. Semakin cepat terjadi nilai 0-1 (terjadi jungkat-jungkit) menandakan curah hujan tinggi. Teknologi yang dimiliki Keunggulan teknologi ini adalah konsep real time yang artinya pengukuran langsung dilakukan secara otomatis sehingga setelah hujan selesai curah hujan langsung dapat terukur. Hal ini berbeda dengan pengukuran curah hujan yang dilakukan sebelumnya, yaitu dengan cara manual dimana pengukuran dilakukan setelah hujan selesai dengan sebelumnya menampung air hujan terlebih dahulu dengan luasan tertentu. Keunggulan yang lain adalah adanya sistem penyimpanan data.

BAB III KESIMPULAN A. SOUND LEVEL METER Karaktersitik Sound Level Meter: Berdasarkan datasheet yang diperoleh, range pengukuran pada salah satu tipe SLM (misal pada tipe LA-1350) adalah 26-137 dBA, 31-137 dBC, 36-137 (flat) sedangkan linearitas sensor dicapai pada nilai 85 dB. Sensitivitas sensor dapat diketahui adalah 0,5 v/10 dB. SLM tersebut bisa dipakai untuk 3 pembobotan frekuensi yaitu A, C, dan flat, sedangkan respon pengukuranya dapat diatur sesuai kebutuhan dan terdiri dari 3 keadaan, yaitu fast, slow, dan imp. Kondisi kerja instrumen adalah pada rentang suhu - + C dengan

kelembaban relatif 30-90 %. Jarak maksimum pengukuran adalah 15 meter. Secara umum jenis Sound Level Meter, yaitu SLM untuk low measurement yang rentang intensitasnya 35100 dB dan SLM untuk medium measurement yang rentang intensitasnya 65-135 dB. B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN Alat penunjuk arah mata angin yang ada di Laboratorium Sensor dan Telekontrol menggunakan sensor potensiometer. Pergeseran sirip belakang pada alat yang disebabkan oleh angin dikonversi menjadi pergeseran nilai hambatan pada potensiometer. Linearitas alat tergantung pada linearitas sensor potensiometer. Berkaitan dengan suhu, maka sensor potensiometer hanya akan bekerja secara linear pada rentang suhu tertentu. Sensor potensiometer tidak bekerja secara linear jika bekerja di luar rentang suhu kerjanya. Seperti dilihat pada sheet di lampiran, Sensor Arah Angin (Wind Direction) tipe WE 570 buatan pabrik memiliki temperatur kerja -40 - +55C. Sensor tipe WE570 memiliki sensitivitas 1 m/s (2.2 mph) dan akurasi 1% of full scale. Dengan desain dan bahan yang digunakan, maka alat ini tidak mudah rusak dan sesuai ditempatkan di daerah yang tidak ada penghalangnya, misalnya di tepian sawah atau pantai. C. INFRARED THERMOMETER Spesifikasi, akurasi dan data-data yang lain dapat dilihat di tabel berikut ini:

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR Berikut yang dapat disimpulkan dari alat yang ada di Laboratorium Sensor dan Telekontrol: 1. Linearitas sensor Hubungan input-output proporsional dan sebanding, input pada transmitter konstan namun jika mengenai benda yang terdapat kebocoran led detector menuju kanan (ada gelombang ultrasonik yang tembus) begitu pula jika tidak ada kebocoran maka gelombang direfleksikan jadi lampu detektor menyala didaerah sebelah kiri. Hal tersebut mengindikasikan kesebandingan antara input dan output meskipun input pada transmitter tetap. 2. Sensitivitas sensor Sensitivitas bisa diatur pada receiver dengan inputan frekuensi dari transmitter yang tidak berubah sebesar 40 kHz. Sensitivitas semakin tinggi lead detector semakin bergerak ke kanan. 3. Tanggapan waktu Respon waktu transien cukup cepat ditandai dengan gerakan nyala lampu indikator, kecepatannya cukup tinggi sehingga cepat menuju steady state. Respon transien sekitar 2 sekon. 4. Keakuratan Setelah dikalibrasi dengan alat yang sudah diketahui input dan outputnya maka keakurasiannya sangat baik. 5. Jangkauan sensor Jangkauan sensornya ialah 1 Hz to 100 KHz.

6. Pengaruh ke kuantitas pengukuran Tidak ada pengaruh terhadap kuantitas pengukuran karena tidak mengeluarkan besaran fisis yang bisa mengganggu pengukuran gelombang ultrasonik. 7. Kehandalan Komponen berkualitas tinggi, pemakaian yang lama. 8. Ukuran Sensor Model : GS-5800, 255 x 70 x 28 mm, berat 260 g. Model : GS-400 (transmitter), 146 x 50 x 26 mm, berat 122 g. 9. Adaptasi sensor terhadap lingkungan Operating temperature-nya berada pada rentang suhu lingkungan jadi adaptasi terhadap suhu sangat baik. konstruksi kokoh menggaransi waktu

E. LIGHT METER Berikut yang dapat disimpulkan dari alat Light Meter yang ada di Laboratorium Sensor dan Sistem Telekontrol: 1. Karakteristik sensor adalah merespon kuatnya penerangan pada lingkungan berdasarkan banyak tidaknya cahaya yang masuk kedalam sensor lalu dikonversi ke arus dan menghsilkan beda tegangan yang menjadi tolak ukur yang akan dibaca secara digital. 2. Sistem adalah mendekati linier karena dalam pengambilan data seperti diatas kita dapatkan nilai yang linier. Hal ini dapat dilihat dari contoh sebagai berikut. 3. Pengukuran pada lantai kita dapatkan 288 lux dan di atas meja kita dapatkan nilai 404 lux, semakin tinggi serentak dengan semakin mendekatnya sensor dengan sumber cahaya. 4. Tingkat sensitifitas alat ukur lux meter ini masih diragukan, karena dalam pengukuran yang dilakukan angka hasil pengukuran kebanyakan tidak konstan pada satu angka saja namun terus berubah-ubah nilainya. Rentangnya pun masih besar sekitar range 100 lux jadi dalam pengukurannya masih harus hati-hati dan baik.

5. Pengukuran yang dilakukan masih belum dapat dikatakan akurat karena pada percobaan di posisi yang sama untuk pengukuran yang lebih dari satu kali menghasilkan nilai yang berbeda walaupun nilainya kecil. 6. Pada pengukuran lux cahaya, alat ukur tidak mempengaruhi perubahan lingkungan dan besar kuat penerangan yang diukur karena alat ukur tidak memancarkan cahaya. 7. Secara umum kondisi fisik dan performa dari alat ukur ini masih dalam keadaan baik dan mempu bekerja secara maksimal. 8. Ukuran alat ukur sangat sederhana walaupun masih dapat dikatakan masih cukup besar, namun untuk pengukuran yang secara sengaja dilakukan ukuran yang sekarang tidak akan membuat hambatan yang berarti kecuali digunakan untuk kondisi yang darurat dan lahan yang sempit. 9. Penampilan pada display, yaitu besarnya luks yang diukur selalu berubah ubah atau tidak konstan. Terkadang pada pengukuran kemarin alat ukur memberikan tingkah laku yang berbeda. Saat pengukuran nilai yang sudah dibentuk, secara berkala terus berkurang. Padahal dalam idealnya kita mengharapkan nilai yang konstan dan konsisten. Namun karena radiasi lingkungan yang tidak dapat dikontrol selalu menjadi noise dalam pengukuran kita dan itulah yang membuat hasil pengurangannya tidak konstan. F. AUTOMATIC RAIN RECORDER Kesimpulan yang dapat diambil dari alat Automatic Rain Recorder yang ada di Laboratorium Sensor dan Sistem Telekontrol: 1. Karakteristik alat ukur ini dapat dilihat di gambar pada lampiran. Alat ini terdiri luasan penampung, kalibrator, poros jungkat-jungkit dan tempat pembuangan air hujan. 2. Akurasi alat ukur ditentukan oleh luasan penampung air hujan. Semakin sama antara luasan yang satu dan yang lain maka pengkalibrasian semakin tepat. Ukuran luasan tersebut juga harus tepat antara angka yang dimasukkan ke dalam program (mikrokontroler) dengan luasan yang sesungguhnya. Semakin tepat maka akurasinya akan semakin baik.

3. Sensitivitas alat ini dipengaruhi oleh kejadian jungkat-jungkit yang terjadi. Ketika salah satu luasan penampung air penuh langsung terjadi jungkat-jungkit maka sensitivitasnya bagus. Ketika terjadi jungkat-jungkit sebelum air penuh di salah satu luasan penampung maka terlalu sensitif sehingga proses kalibrasi tidak sesuai dengan yang diinginkan. 4. Tanggapan waktu alat ini sangat bagus jika setelah salah satu penampung penuh langsung terjadi jungkat-jungkit. 5. Jika poros jungkat-jungkit aus atau terlalu besar gaya geseknya maka alat tersebut tidak bisa berjalan dengan baik. Jadi, perlu perawatan yang pada poros jungkatjungkit agar jungkat-jungkit hanya terjadi ketika luasan penampung penuh. Cepattidaknya alat ini rusak bisa dilihat dari kualitas poros jungkat-jungkitnya karena bagian tersebut paling rentan rusak akibat terjadinya efek mekanik yang berulang kali. Selain itu, bahan luasan penampung juga mempengaruhi cepat-tidaknya alat ini rusak. Bahan yang digunakan harus tidak cepat korosi dan tidak mudah lapuk yang diakibatkan oleh air. 6. Hal-hal berikut ini harus diperhatikan dalam penggunaan alat pengukur curah hujan agar instrumen dapat berfungsi secara baik: a. Instrumen penakar hujan harus diletakkan di tempat yang benar-benar rata, datar dan bebas dari getaran yang dapat memengaruhi pembacaan pengukuran. Getaran yang tidak diinginkan dapat menggerakkan jungkat-jungkit yang sangat ringan sehingga dapat memanipulasi banyaknya clock (kejadian jungkat-jungkit). b. Sebaiknya alat diletakkan di tempat lapang, atau paling tidak, memiliki jarak dengan bangunan terdekat sepanjang satu kali tinggi bangunan tersebut. c. Penempatan alat penakar hujan di atap bangunan atau di tempat yang sulit dijangkau tidak dianjurkan. d. Debu dapat menyumbat sehingga harus dibersihkan, sekecil apapun. Debu dapat pula memengaruhi keseimbangan jungkat-jungkit. e. Penakar hujan sebaiknya memiliki pelindung untuk melindungi dari binatang. f. Penakar hujan sebaiknya secara rutin dikalibrasi. g. Pada saat terjadi hujan yang sangat deras. Jika hujan terlampau deras, jungkatjungkit bisa jadi tidak dapat berfungsi dengan baik karena jungkat-jungkit dihujani air terus menerus sehingga sulit untuk mengembalikan ke posisi semula.

BAB IV KRITIK DAN SARAN

1. Alat Sound Level Meter yang ada bisa digunakan dengan baik. 2. Light meter yang terdapat di Lab. Sensor dan Sistem Telekontrol Jurusan Teknik Fisika UGM pada dasarnya masih berjalan dengan baik dan juga pengukuran yang dilakukan alat tersebut memberikan nilai yang baik untuk satu pengukuran nilai lux dari setiap sumber cahaya. Pengujian performa yang dilakukan pada hari selasa lalu, 29 November 2011 disimpulkan bahwa performa alat ukur dalam mengukur nilai intensitas cahaya berjalan dengan baik. 3. Secara umum, alat infrared thermometer dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Hal ini karena infrared thermometer merupakan alat keluaran pabrik sehingga telah memenuhi standar-standar yang ditetapkan. 4. Sensor Ultrasonic Leak Detector ini sangat berguna di industri untuk meminimalisir rugi-rugi yang terjadi akibat kebocoran gas atau materi yang berguna. Sensor yang digunakan hanya untuk safety saja sehingga tidak ada data pengukuran berupa angka. 5. Alat Penunjuk Arah Angin yang ada tidak bisa diuji coba sehingga tidak bisa mengetahui data pengukuran. Tidak adanya informasi mengenai cara kerja alat secara detail sehingga tidak bisa mengetahui karakteristik alat secara detail. 6. Automatic Rain Recorder tidak dapat dicoba sehingga tidak dapat diketahui secara detail mengenai cara kerja dari alat tersebut.

LAMPIRAN A. SOUND LEVEL METER

B. ALAT PENUNJUK ARAH MATA ANGIN Sensor Arah Angin (Wind Direction) Type WE570 Spesifikasi : Type: Wind Vane with potentiometer Output: 4-20 mA Range: 0-360 (352 electrical, 8 open) Sensitivity: 1 m/s (2.2 mph) Accuracy: 1% of full scale Operating Voltage: 10-36 VDC

Current Draw: Same as sensor output Warm Up Time: 3 seconds minimum Operating Temp: -40 to +131F (-40 to +55C) Sensor Size: 8 1/2 inch diameter x 10 1/2 inch (21.5 cm dia. x 26.7 cm) Weight: 1lb. (0.5 kg)

C. INFRA RED THERMOMETER

D. ULTRASONIC LEAK DETECTOR

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

http://atmelmikrokontroler.wordpress.com/2009/06/24/prinsip-kerja-rangkaian-sensorultrasonik/ http://www.instrumentsgroup.co.za/ http://indonetwork.co.id/pt_interlam/814806/pendeteksi-kebocoran-atau-ultrasonic-leakdetector-dari.htm http://www.oceancontrols.com.au/LUT-046.html Albert Gunandhi,2002, Perancangan dan Implementasi Alat Ukur Cahaya Sederhana, Universitas Widya Mandala, Surabaya Soedojo, Peter, Azas-azas Ilmu Fisika 3 (Optika), Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta,1992 http://accessscience.com/content/Loudness/006100 http://www.explainthatstuff.com/soundlevelmeters.html http://www.alatuji.com/kategori/262/sound-level-meter http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/02/pengukuran-nilai-ambang-dan-zona-kebisingan/ http://personal.cityu.edu.hk/~bsapplec/sound6.htm http://ilmubawang.blogspot.com/2011/06/artikel-sound-level-meter_11.html Datasheet Sound Level Meter LA 1000-4000 Series Hidayat Wiriadinata. 2010. Pengaruh Suhu Lingkungan Dan Sensor Termometer Infrared Pada Kalibrasi Termometer Infrared Suhu Rendah. Zulfa. 2009. Pengukuran Suhu Menggunakan Thermometer Infra Merah. Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Pekanbaru. http://id.wikipedia.org/wiki/Termometer_infra_merah http://www.ir-family.com/id/keunggulan-dan-manfaat-termometer-inframerah.html http://www.omega.com/prodinfo/infraredthermometer.html http://eprints.undip.ac.id/25737/1/Makalah.pdf

You might also like