You are on page 1of 10

BAB 10 Harta Kekayaan dan Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi dibentuk oleh dan berlangsung di dalam struktur-struktur politik dan hukum yang telah kita bahas itu. Menurut penafsiran Marxis, realitas ekonomi bersifat lebih fundamental daripada manifestasinya dalam politik dan hukum. Walaupun menurut Marxis tadi mengandung banyak kebenaran, kita masih dapat mengamati bahwa kekuasaan politik dan keputusan hukum bisa membentuk hubungan-hubungan ekonomi dan sebaliknya, dan bahwa realitas sosial lainnya sama fundamentalnya dengan realitas ekonomi. Kita perlu memeriksa dan memahami bagaimanakah masyarakat memproduksi dan mendistribusikan kebaikan-kebaikan ekonomi dan bagaimanakah masyarakat itu memberi pada sejumlah orang tertentu ganjaran berupa sumber-sumber daya materi dan merampas sumber-sumber daya materi dari sejumlah orang lainnya. Dengan melihat sumber-sumber daya ekonomi yang sekarang ada, pengaturan-pengaturan hukum yang berlaku mengenai harga kekayaan dan hubungan-hubungan aktual yang sedang berjalan antara struktur-struktur politik ekonomi, manakah yang perlu kita terima dan manakah yang perlu kita upah? Dan seperti apakah pengaturan kegiatan ekonomi yang bisa diterima secara moral.

Hak atas Harta Kekayaan (Property Rights)

Kata harta kekayaan

biasanya mengingatkan kita pada sebuah benda fisik

tertentu, katakanlah sebidang tanah seluas satu hektar atau sebuah mobil mewah. Gambaran tersebut kurang tepat, karena begitu kita mulai menyelidiki tentang kata harta kekayaan ini, segera akan menjadi jelas bagi kita bahwa harta kekayaan bukanlah seperangkat benda, melainkan hak dan kepentingan.

John Locke mendefinisikan harta kekayaan dalam pengertian sangat luas sehingga kata tersebut berarti hak atas kehidupan, kebebasan dan tanah. Hak atas harta kekayaan dan kepentingan harta kekayaan sering kali memberi kita hak dan kepentingan dalam hubungannya dengan benda-benda fisik. Tetapi banyak hak atas harta kekayaan dan kepentingan hatra kekayaan terutama di negara-negara maju yang lebih rumit.

Di

negara

yang

perekonomiannya

maju

dan

pemerintahannya

berusaha yang

melenyapkan segala bentuk pemborosan dan penyalahgunaan sistem ekonomi disebut sebagai hadiah pemerintah, karena pemerintah menyediakan

berlaku, harta kekayaan semakin lama semakin banyak terdiri dari yang oleh Charles Reich bantuan masyarakat, tunjangan kesehatan, asuransi pengangguran dan surat izin berpraktek sesuai dengan profesi. Hukumlah yang memungkinkan sebuah benda fisik tertentu diperoleh atau dimiliki secara sah oleh seseorang. Tetapi miskonsepsi bahwa bentuk-bentuk baru dari harta kekayaan tergantung pada pemerintah sedangkan bentuk-bentuk tradisionalnya tidak tergantung pada pemerintah masih tetap tertahan. Yang juga menyesatkan adalah pembagian secara tradisional antara umum/ publik dan privat/swasta, antara politik dan ekonomi, antara kedaulatan dan harta kekayaan. Pembagaian seperti ini dilandasi oleh mitos bahwa yang memberikan pemaksaan kepada kia adalah kekuasaan politik, bukan kekuasaan ekonomi. Sebagaimana politik. Kita harus membedakan antara hak untuk memiliki atau melakukan sesuatu, di satu pihak, dan hak untuk semata-mata mencoba memiliki atau melakukan sesuatu, di pihak lain. Sejumlah penulis tentang hak, berpendapat bahwa hak mencoba melakukan atau memiliki sesuatu lebih tepat disebut sebagai kebebasan daripada hak, tetapi jika kita ingat bahwa hak adalah hak untuk melakukan, maka penggunaan istilah hak bagi kedua istilah tersebut bisa dipertahankan. dijelaskan oleh Morris Cohen, harta kekayaan merupakan kekuasaan yang memaksakan jasa dan kepatuhan, seperti hal nya kedaulatan

Dasar Pembenaran Moral

Sebagaimana yang telah kita lihat, hak merupakan karunia yang utama atau kuat yang dihasilkan oleh peraturan-peraturan atau prinsip-prinsipp yang bisa dibenarkan. Hak yang dimiliki oleh seseorang merupakan kewajiban bagi orang lain, misalnya, hak seseorang

untuk tidak diserang merupakan kewajiban orang lain untuk tidak menyerang dia. Sebagian yang kita maksudkan dengan hak ialah bahwa hak perlu dihormati karena dia adalah hak dan tidak perlu dibela dengan cara menghitung konsekuensi-konsekuensinya. Hak tidak bersifat mutlak, baik itu hak moral ataupun hak hukum, dan untuk menafsirkan hak-hak ini kita perlu terlebih dahulu memahami makna-makna dan prioritas-prioritas serta rincian aspek dan ketentuan yang ada. Hak moral perlu kita perhatikan karena dia adalah hak moral, karena dihasilakn oleh prinsi-prinsip yang sah. Ciri khas hak adalah bahwa hak perlu dihormati karena dia adalah hak, atas dasar prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan moral yang menghasilakn itu, yaitu prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan moral yang bisa kita terima karena mereka pada hakikatnya adalah sah.

Teori moral yang lingkupnya terbatas pada mempertimbangkan masalah-masalah hanya atas dasar perhitungan konsekuensi, misalnya teori moral utilier, pada hakikatnya tidak mampu memberikan penafsiran yang memadai tentang hak. Sebagaimana telah kita lihat, teori-teori moral semacam itu mungkin layak dipakai sebagai landasan untuk mengambil keputusan-keputusan moral yang menyangkut kepentingan. Lawrence Becker menyodorkan sebuah informasi kompleks tentang apa yang bisa dibenarkan dapat ditegaskan sebagai landasan moral untuk memberikan ganjaran kepada mereka-mereka yang telah bekerja menggunakan tenaganya dalam kondisi tertentu. Jadi, masyarakat menciptakan skema hak atas harta kekayaan yang diakui dan dijunjung tinggi. Masyarakat juga perlu melakukan hal itu dengan alasan-alasan yang bisa dibenarkan dasar-dasar moral. Bila ketetapan hukum tertentu yang ada dalam skema hukum atas harta kekayaan tadi tidak bisa dibenarkan atas dasar-dasar moral, ketetapan hukum itu pun perlu diubah sampai dia bisa dibenarkan atas dasar moral.

Kepentingan atas Harta Kekayaan

Hak dan kepentingan tidaklah sama. Kita mungkin mempunyai hak untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan-kepentingan kita, atau mungkin mempunyai hak-hak atas hal-hal yang tak akan pernah menjadi kepentingan kita. Tidak semua filsuf memiliki pandangan tadi, tetapi saya berpendapat bahwa hak dan kepentingan merupakan dua hal yang sangat berbeda sehingga mereka masuk ke dua bidang moralitas yang berbeda dan tidak boleh dinilai atas dasar-dasar yang sama. Penegasan Charles Fried

bahwa di balik setiap hak terdapat sebuah kepentingan tampaknya keliru, karena kita mungkin mempunyai hak untuk melakukan hal yang merugikan kepentingan kita, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sekalipun. Kepentingan adalah kebutuhan/keinginan atau tuntutan mengenai ditimbulkannya suatu keadaan tertentu yaitu keadaan yang baik demi keadaan itu sendiri atau demi sesuatu lebih lanjut. Kepentingan yang bisa dibenarkan ialah kepentingan yang akan memberikan kebaikan pada kita dalam jangka panjang. Hak adalah izin atas sesuatu hal yang bisa kita lakukan atau miliki, atau yang tidak bisa kita lakukan. Berbeda dengan hak, kepentingan merupakan masalah memiliki semakin banyak/semakin sedikit. Bilamana terjadi pertentangan kepentingan, sebagaimana halnya yang sering terjadi baik antara sejumlah kepentingan yang dimiliki seorang individu, antar kepentingan orang, maupun antar kelompok maka pemecahan yang perlu dicari adalah pemecahan moral. Pemecahan ini perlu dilakukan dalam kerangka memaksimumkan sesuatu yang telah dinilai sebagai baik manfaat, efisiensi, kepuasan. Ini berbeda dari menghormati hak. Hak bukanlah sesuatu untuk dimaksimumkan dalam pengertian yang serupa dengan memaksimumkan kepentingan. Sebagai contohnya, bila kita mempunyai hak untuk memberikan suara dalam pemilihan, hak ini bukanlah hak untuk memberikan suara lebih banyak bagi seorang calon melainkan semata-mata merupakan hak untuk memberikan suara. Berlainan dengan itu, kepentingan kita akan kemenangan si calon dalam pemilihan itu mungkin lebih besar/lebih kecil. Dasar-dasar moral yang paling bisa dipercaya sebagai landasan untuk menilai kepentingan adalah dasar-dasar moral yang mengatakan bahwa setiap keputusan atau pengaturan perlu menimbulkan kebaikan yang terbesar. Berbagai kepentingan dapat dilindungi sebagai hak hukum dalam setiap hukum mana saja. Namun hak tersebut hanya sebatas hak hukum saja, bukan hak moral yang dicerminkan dalam hukum. Hak moral perlu dijunjung tinggi biarpun hak itu bertentangan dengan pertimbangan-pertimbangan kepentingan umum. Walaupun begitu, kita perlu menilai kepentingan atas dasar-dasar moral untuk memutuskan kepentingan-kepentingan manakah yang perlu dilindungi oleh hak hukum. Dan jika hak-hak hukum yang ada atas harta dan kekayaan tidak mencerminkan hak-hak moral dan tidak menimbulkan konsekuensi-konsekuensi terbaik bagi semua orang yang dikenal oleh hak-hak itu, maka mereka perlu diubah.

Kepentingan Pribadi dan Kepentingan Bersama

Dalam membahas mengenai harta dan kekayaan, tentunya berhubungan dengan masalah penumpukan harta kekayaan. Menurut argumen dari adam smith menyatakan bahwa di bidang kegiatan ekonomi, setiap orang yang berusaha mewujudkan kepentingan pribadinya sendiri akan menghasilkan kebaikan yang terbesar bagi semua orang walaupun orang yang bersangkutan tidak bermaksud menghasilkan kebaikan semacam itu. Adam Smith telah menawarkan sebuah dasar pembenaran moral bagi kapitalisme. Teori moral yang dipakai dalam membuat dasar pembenaran tadi ialah teori moral utiliter. Tetapi, disamping itu telah terdapat pula sejumlah penafsiran yang sangat berbeda. Ricardo berpendapat bahwa para pemilik tanahlah bukan setiap orang yang akan memperoleh keuntungan dalam sistem semacam itu. Dan Marx berpendapat bahwa kaum kapitalismelah yang akan memperoleh keuntungan dengan merugikan kaum pekerja. Kapitalis mengambil bagi dirinya sendiri sebagian dari hasil kerja para pekerja, yaitu hasil kerja yang sebenarnya layak dimasukan kedalam sebuah pertukaran. Pertukaran disini berarti hanya dengan cara membayar kepada pekerja upah yang lebih kecil daripada nilai sesungguhnya dari hasil kerjanya. Pandangan Marx tentang sosialisme yang bisa diharapkan menggantikan

kapitalisme melihat bahwa manusia telah bergerak maju meninggalkan kecenderungan berusaha mewujudkan kepuasan-kepuasan individual yang bertentangan dengan kepuasan orang-orang lain. Dengan demikian, sosialisme sebagai sistem ekonomi yang mampu menimbulkan kebahagiaan terbesar bagi semua individu di dalamnya sedangkan kapitalisme tidak dapat melakukan itu. Telah diakui bahwa kekuasaaan para pekerja untuk mengorganisir dan menegaskan kepentingan-kepentingan mereka lewat saluran politik maupun ekonomi bisa mencegah kapitalisme dari kehancuran, sesuatu yang mungkin akan terjadi seandainya sejumlah besar pekerja merasa semakin tidak puas sehingga refolusi menjadi tak terelakan. Ketidakpuasan kaum pekerja akan mendorong terjadinya transformasi masyarakat borjuis menjadi masyarakat dengan interaksi-interaksi sosial yang lebih manusiawi dan lebih sopan daripada masyarakat yang semua anggotanya berjuang demi kemajuan sendiri-sendiri di bidang ekonomi. Bagi banyak kegiatan ekonomi, mekanisme mekanisme kapitalis merupakan cara yang sangat timpang untuk mencapai hasil terbaik. Banyak hal yang berguna bagi masyarakat tidak menghasilkan laba dan banyak hal yang menghasilkan laba tidak berguna bagi masyarakat. Bilamana banyak orang mencoba menggunakan berbagai sumber daya untuk memaksimumkan kepentingan mereka sendiri-sendiri, akibatnya bisa berupa habisnya sumber-sumber daya yang ada dan diperolehnya hasil yang sama sekali bertentangan

dengan hasil yang telah diperkirakan oleh Adam Smith. Contoh yang dapat kita lihat dewasa ini ialah contoh pengejaran laba oleh perusahaan-perusahaan minyak, pabrik-pabrik mobil, dan perusahaan-perusahaan penyedia tenaga. Usaha pengejaran laba oleh mereka-mereka tadi telah mendorong semakin banyak orang menggunakan energi dengan cara sangat boros. Sistem politik yang ada telah membantu, bukan mencegah, usaha mewujudkan kepentingan-kepentingan tadi yaitu dengan cara memberikan subsidi besar bagi pembuatan jalan-jalan raya, dan membiayai jaminan hipotik atas rumah-rumah yang tidak efisien dan boros. Masalah yang demikian, merupakan masalah umum. Mungkin usaha mewujudkan kepentingan ekonomi sendiri-sendiri dan penetuan hasil oleh pasar bisa menghasilkan kebaikan terbesar bagi semua orang hanya jika kedua hal itu berlangsung dalam bidang kegiatan yang sangat terbatas saja.

Demokrasi Ekonomi Pilihan-pilihan utama yang dapat dibuat masyarakat dibidang ekonomi ialah pilihanpilihan moral. Penggabungan kekuasaan politik dan kekuasaan ekonomi di satu tangan, sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara komunis, ternyata tidak berhasil melayani kepentingan-kepentingan sebagian besar warga negara dan sering kali telah mendorong pelanggaran atas hak-hak politik dan hak-hak ekonomi. Di negara-negara di mana pemerintahnya bersifat demokratis dan program-program sosial ekonominya bersifat sosialis, misalnya di banyak negara Eropa barat dan Skandinavia, hasil yang diperoleh berupa meningkatnya sikap menghormati hak dan sekaligus meningkatnya pemuasan kepentingan-kepentingan warga negara. Robert Dahl mencatat tiadanya tradisi sosialis di Amerika. Mungkin, memberikan sejumlah pengawasan demokratis kepada perusahaan-perusahaan raksasa dan mengembangkan bentuk-bentuk ekonomi yang lebih bertanggungjawab disamping bentuk lain yang sangat individualistis. Rupanya perusahaan modern sama sekali tidak menyerupai gambaran Adam Smith tentang petani atau pedagang yang mandiri itu. Perusahaan modern merupakan lembaga yang nyaris bersifat feodal dalam struktur hirarkisnya dan tidak memiliki ciri sebuah organisasi yang demokratis. Perusahaan-perubahan besar sering kali memiliki kekuasaan untuk menjamin diri sendiri memperoleh laba di masa-masa ekonomi yang baik maupun di

masa-masa ekonomi yang buruk, sedangkan orang-orang di lapisan bawah dalam hirarki ekonomi mungkin tidak memiliki peluang sama sekali untuk menjual tenaga mereka. Robert Dahl dan sejumlah pemikir lain manyarankan perlunya mendemokrasikan perusahaan-perusahaan besar dengan cara mengikutsertakan para pegawai dalam pengambilan keputusan perusahaan. Alasan-alasan dikembangkan lembaga-lembaga politik demokratis menunjukan bahwa disamping dibutuhkan campur tangan politik secara lebih aktif pada tingkat nasional terhadap industri-industri yang tengah mengalami kemerosotan dan terhadap arah perkembangan ekonomi yang perlu didorong, sangat dibutuhkan pula perkembangan-perkembangan fundamental yang bisa membuat lembaga-lembaga ekonomi bersifat lebih demokratis. Gar Alperovitz memprihatinkan adanya kemungkinan bahwa para pegawai perusahaan besar, seperti halnya para manajer mereka, mengejar kepentingan mereka sendiri-sendiri dengan cara yang merugikan masyarakat lebih luas. Dia menyarankan sejumlah cara untuk mendorong kesatuan-kesatuan geografis berkembang menjadi komunitas-komunitas di mana semua anggotanya bertingkahlaku hanya dalam kerangka memperhatikan dan memikirkan kepentingan-kepentingan orang lain. Kaum wanita dan kelompok-kelompok minoritas telah dirugikan oleh perusahaan besar dan kerja besar. Pemerataan kesempatan memang telah diakui sebagai standar. Untuk itu, tempat utama yang perlu dianalisis ialah tempat kerja. Sejumlah kritikus melihat cara-cara yang mungkin bisa dipergunakan untuk menyusun kerja sedemikian rupa sehingga kerja bisa mencerminkan sasaran-sasaran yang semestinya, yaitu mengatasi dominasi dan pengendalian yang sekarang ini dimiliki oleh sejumlah orang atas sejumlah orang lain ditempat kerja. Sasaran-sasaran ini dimiliki oleh banyak orang muda yang ingin menggabungkan diri dalam kegiatan ekonomi tetapi merasa kecewa dengan bentuk-bentuk otoriter yang menjadi ciri dari hampir semua organisasi dewasa ini. Kita perlu beralih menjadi sebuah bangsa kaun altruis, yang mengorbankan kepentingan-kepentingan kita demi mencapai sebuah tujuan luhur yang utopis. Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan bentuk-bentuk kerjasama dimana kita semua bisa memperoleh keuntungan. Kita memang masih mencari bentuk-bentuk terbaik yang bisa kita pergunakan untuk mencapai kerjasama semacam itu. Meskipun demikian, mitos Adam Smith tentang petani atau pedagang yang mandiri itu jelas perlu diatasi. Keadilan Ekonomi

Sejumlah masalah ekonomi manyangkut masalah hak dan sejumlah lagi menyangkut masalah kepentingan. Kita juga perlu memutuskan hak-hak moral apakah yang dipunyai orang atas hak-hak moral apakah yang dipunyai orang atas hak kekayaan atau atas kebaikan-kebaikan ekonomi yang dibutuhkan bagi kehidupan layak atau atas bagian hasil dalam kegiatan ekonomi yang memuaskan. John Stuart Mill, salah seorang yang menganjurkan bahwa pemerintah memberikan pengawasan dan campur tangan dalam jumlah minimum kepada kegiatan ekonomi, mengakui bahwa ada alasan-alasan sah untuk meninggalkan sejumlah hal dari prinsip laissez-faire yang dianjurkan itu. Dia berpendapat bahwa perlunya pemerintah menyediakan jasa, khususnya kasus pendidikan. Mill juga berpendapat bahwa kebutuhan-kebutuhan pokok bagi kaum miskin perlu disediakan oleh pemerintah, bukan oleh pihak swasta dalam bentuk amal-derma, karena para warga negara perlu memperoleh kepastian akan mampu menyelamatkan diri dari kemiskinan sebagaimana mereka perlu kepastian akan mampu memperoleh apapun yang dapat dijamin oleh masyarakat. John Rawls dalam pandangannya menyatakan, prinsip-prinsip fundamental tentang keadilan adalah prinsip-prinsip yang bisa kita setujui dengan suara bulat. Jika kita memilih prinsip-prinsip itu secara tak memihak dari sudut pandangan yang ada di luar setiap masyarakat aktual, tanpa mengetahui sikap-sikap aktual -sikap si kaya atau si miskin, sikap kaum pria atau kaum wanita, sikap orang kulit putih atau kulit berwarna, sikap orang berbakat atau orang tak berbakat- yang akan kita ambil. Rawls berpendapat setiap orang memiliki skema kebebasan merata yang sama besarnya dengan skema serupa yang dimiliki oleh setiap orang lainnya. Dalam pandangan Rawls kita pasti akan memilih memperoleh kepastian tidak akan menerima hasil terburuk yang bisa menimpa kita dalam masyarakat terorganisir, yaitu menjadi anggota kaum termiskin, jika kita berpegang pada sikap yang setara dengan keadaan alamiah dari teori kontrak-sosial tradisional. C. B. Macpherson juga berpendapat bahwa hak-hak ekonomi dan sosial melintas seluruh lingkup kegiatan ekonomi dan atas dasar-dasar moral kita semua mempunyai hak atas bagian dari semua hasil kegiatan ekonomi itu yang cukup bagi pengembangan diri kita secara utuh. Dalam buku ini penulis memberikan argumen bagi sebuah pandangan yang lebih moderat, yaitu pandangan yang mengakui bahwa orang mempunyai hak-hak ekonomi dan hak-hak sosial di samping hak-hak politik dan hak-hak sipil, tetapi bahwa hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi ini adalah atas jumlah yang diperlukan bagi kebutuhan-kebutuhan pokok, bagi kehidupan layak, bagi pengembangan diri yang memadai, dan bagi kebebasan kesamaan, bukan atas bagian tertentu dari seluruh produk ekonomi masyarakat yang

bersangkutan. Dan kita dapat mengargumentasikan atas dasar struktur prinsip dan moral mana saja yang bisa dipercaya bahwa sebagaimana halnya para warga negara perlu memiliki hak-hak politik dan hak-hak sipil tertentu, seperti hak untuk memberikan suara dalam pemilu, hak atas pengadilan yang jujur, hak untuk tidak diserang, atau hak atas kebebasan berbicara, demikian pula mereka perlu memperoleh hak yang dijamin eloh hukum atas kebaikan-kebaikan sosial dan ekonomi yang memadai untuk memungkinkan mereka menjalani kehidupan yang layak. Dalam Wyman v. James tahun 1971, mayoritas anggota Mahkamah Agung memperlakukan tunjangan kesejahteraan sebagai amal-derma yang boleh diberikan kepada orang yang hanya jika mereka bersedia melepaskan hak mereka atas keleluasaan pribadi (privacy) rumah tangga yang dijamin oleh The Fourth Amendement itu. Dalam Rodriguez tahun 1973, Mahkamah Agung membahas apakah mendasarkan pembiayaan pendidikan pada pajak harta kekayaan, yang akan menimbulkan perbedaan besar dalam anggaran pendidikan bagi distrik skin dan distrik kaya, bertentangan dengan klausule perlindungan yang sama dari klausule tadi. The Fourteenth Amendement ataukah tidak. Mayoritas anggota Mahkamah Agung memutuskan bahwa cara tersebut tidak bertentangan dengan

Arthur Okun membahas cara yang seharusnya untuk melakukan hak-hak politik dan hak-hak sipil kita, yaitu melepaskan hak-hak itu dari ketergantungan pasar. Demikian pula, Okun berargumen, hak untuk memperoleh kebaikan-kebaikan ekonomi pokok yang diperlukan bagi kehidupan layak tidak boleh ditentukan oleh hukum pasar yang akan memperkaya sejumlah orang dan merampas hak-hak tadi dari sejumlah orang lain. Kegiatan ekonomi mungkin bisa dibenarkan menyediakan ruang tertentu bagi egoisme dalam bidangbidang yang terbatas, yaitu bidang-bidang dimana usaha mengejar keuntungan individual seperti yang dianjurkan oleh Adam Smith itu bisa meningkatkan kepuasan semua orang. Ketentuan-ketentuan moral atas dijaminnya hak-hak ekonomi dan sosial semua orang dapat dipenuhi oleh sebagian saja dari seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Hal-hal yang bersifat ekonomi perlu diberi kemandirian dalam jumlah tertentu oleh teori-teori moral kita dan oleh masyarakat yang membuat teori-teori moral itu. Argumenargumen yang mendukung kebebasan dan keleluasaan pribadi (privacy) dapat kitapakai pula untuk mendukung perlunya orang diizinkan menggabungkan diri dalam kegiatankegiatan ekonomi yang menjadi pilihan mereka terhadap masyarakat. Banyak ahli ekonomi dan pemimpin dunia usaha menggambarkan bidang kegiatan ekonomi sebagai sejenis permainan dimana pelaku bersaing dengan cara-cara yang bersahabat seperti seakan-akan

sedang bertanding dalam sebuah cabang olah raga. Meskipun para pemain tidak mempunyai hak-hak moral untuk menggenggam hasil-hasil dari kemenangan mereka, masyarakat mungkin bisa memutuskan atas dasar utilitier, untuk memberi mereka hak-hak hukum atas bagian yang layak dari hasil-hasil kemenangan itu. Dengan membuat keputusan seperti itu kita bisa melihat bahwa sebagai hak moral, hak atas kekayaan hanyalah berfungsi memuaskan kebutuhan bagi kehidupan layak dan pengembangan diri yang memadai. Yang penting kita pahami adalah bahwa hak-hak moral atas harta kekayaan mencakup hak-hak atas apa yang dibutuhkan bagi kehidupan layak dan bagi pengembangan diri yang memadai dan hak-hak atas apa yang dibutuhkan bagi kebebasan kesamaan dan ekspresi budaya.

You might also like