You are on page 1of 9

MODEL MUNDELL-FLEMING Dalam buku Muana Nanga (2001;205).

Model Mundell-Fleming (Mundell-Fleming model) sesuai namanya di perkenalkan atau dikembangkan oleh Robert Mundell (1962,1963) dan Marcus Fleming (1962), dan merupakan versi model IS-LM untuk perekonomian terbuka (open economy). Kontribusi utama kedua ahli tersebut adalah karena mereka memasukkan pergerakan model antar negara (international capital movement) kedalam model makroekonomi formal yang di dasarkan atas kerangka IS-LM dari Keynesian. Tulisan-tulisan kedua ahli ekonomi ini memiliki sejumlah implikasi pentingmenyangkut ke efektifan kebijakan fiscal dan moneter (effectiveness of fiscal and monetary policy) dalam menciptakan keseimbangan internal maupun eksternal (internal balance and external balance). Baik model IS-LM maupun model Mundell-Fleming menekankan interaksi di antara pasar barang dan pasar uang. Selain itu, kedua model tersebut mengasunsikan bahwa tingkat harga adalah tetap (fixed) dan menunjukkan faktor apa yang menyebabkan fluktuasi jangka pendek di dalam pendapatan agregat (atau pergeseran di dalam permintaan agregat). Perbedaan yang utama di antara kedua model tersebut adalaah terletak pada asumsi mereka menyangkut perekonomian, di mana dalam model IS-LM perekonomian di asumsikan sebagai perekonomian tertutup (closed economy), sebaliknya dalam model Mundell-Fleming di asumsikan sebagai perekonomian terbuka (open economy). Model Mundell-Fleming mengasumsikan perekonomian yang di telaah sebagai perekonomian kecilyang terbuka dengan mobilitas modal sempurna (small open economy with perfect capital mobility). Kebijakan makoekonomi dalam konteks perekonomian terbuka (open economy), khususnya dalam kaitan dengan upaya mengoreksi ketidakseimbangan dalam neraca penbayaran, sering kali di pilih dalam dua jenis atau macam yaitu expenditure-changing policies dan expenditure-switching policies. Adapun yang di maksud dengan kebijakan expenditurechanging adalah kebijakan yang mencakup kebijakan fiscal dan moneter, yang di tujukan untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat (agregate demand atau AD) atau absorpsi dalam negeri (domestic absorption atau DA) yang terdiri atas pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran investasi (I) , dan pengeluaran pemerintah (G) di dalam perekonomian.S edangkan yang di maksud dengan expenditure-switching adalah kebijakan yang mencakup depaluasi dan repaluasi, yang di tujukan untuk mengalihkan (to switch) pengeluaran dari suatu negeri dari barang luar negeri ke barang dalam negeri atau barang dalam negeri ke barang luar negeri. Model Mundell-Fleming menunjukka bahwa efek dari hampir setiap kebijakan ekonomi (economy policy) pada sebuah small open economy bergantung pada regim atau ssistem nilai tukar (exchange rates)yang di anut oleh suatu perekonomian, artinya apakah regim nilai tukar tetap (fixed exchange rate regime) ataukah regim nilai tukar fleksibel (flexible exchange rate regime ). Dengan perkataan lain, keeftifan dari kebijakan fiscal dan moneter dalam mempengaruhi pendapatan agregat bergantung pada regim nilai tukar. Di bawah regim nilai tukar mengambang atau fleksibel (floating or flexibel exchange rate regime), hanya kebijakan fiscal yang dapat mempengsruh pendapatan

Secara umum, sistem atau regim nilai tukar dapat di bedakan kedalam 2 ekstrim sistem, yaitu; Sistem nilai tukar fleksibel atau mengambang (flexible or floating exchange rate system), yaitu suatu sistem dimana penentuan tukar atau kurs (exchange rates) di serahkan kepada mekanisme pasar, yaitu oleh kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand) di dalam pasar valuta asing (foreign exchange market) kalau penentuan kurs atau nilai tukar mata uang itu, sama sekali tanpa tangan pemerintah artinya benar-benar mengambang secara bebas (freely floating), maka sistem nilai tukar itu di namakan clean-float system . Tetapi kalau penentuan nilai tukar atau kurs di bawah regim nilai tukar fleksibeel terdapat campur tangan pemerintah, maka sistem nilai tukar yang demikian di kenal dengan istilah dirtyfloat system, dan inilah sebenarnya yang sering di namakan sebagai sistem nilai tukar mengambang terkendali. Sistem nilai tukar tetap (fixed-exchange rate system), yaitu sistem di nama kurs atau nilai tukar mata uang itu di tetapkan (fixed) atau di patok (pegged) oleh pemerintah atau bank sentral sebagai otoritas moneter didalam suatu negara, sehingga kadang-kadang sistem nilai tukar yang demikian juga sering di sebut dengan istilah pegged-exchange rate system .

KURS MENGAMBANG Perekonomian terbuka dengan kurs mengambang Dalam buku N.Gregory Mankiw (2005;309).Kurs mengambang adalah bahwa kurs mengambang membolehkan kebijakan moneter digunakan untuk tujuan lain. Sebelum menganalisis dampak kebijakan dalam perekonomian terbuka, kita harus menspesifikasi sistem moneter internasional dimana negara tersebut memilih untuk beroprasi. Kita mulai dengan sistem relefan dengan sebagian besar perekonomian dewasa ini ; kurs mengambang (floating exchange rates). Di bawah kurs mengambang, kurs di biarkan berfluktuasi dengan bebas untuk menanggapi kondisi perekonomian yang sedang berubah.

Kebijakan Fiskal Perhatikanlah bahwa kebijakan fiskal memiliki dampak yang sangat berbeda dalam perekonomian terbuka kecil di bandingkan dalam perekonomian tertutup. Pada model IS-LM perekonomian tertutup, ekspansi fiskal meningkatkan pendapatan, sedangkan dalam perekonomian terbuka kecil dengan kurs mengambang, expansi fiskal tidak mengubah pendapatan. Mengapa? Dalam perekonomian tertutup, ketika pendapatan naik, tingkat bunga naik, tingkat bunga naik, karena pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan pendapatan terhadap uang. Hal ani mustahil dalam perekonomian terbuka kecil: begitu tingkat bunga berusaha naik melebihi tingkat bunga dunia r*, modal mengalir dari luar negeri. Aliran masuk modal ini mendongkrak permintaan terhadap mata uang dalam negeri di pasar valuta asing, sehingga meningkatkan nilai mata uang domestik. Apresiasi kurs membuat mata uang

domestik relatif mahal terhaap produk asing, dan ini mengurangi ekspor neto. Penurunan ekspor neto mengoffset dampak kebijakan fiskal ekspansioner terhadap pendapatan.

Mengapa penurunan ekspor neto begitu besar menjadikan kebijakan fiskal tidak mampu mempengaruhi pendapatan? Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikanlah persamaan yang menggambarkan pasar uang : M/P = L(r, Y). Dalam perekonomian tertutup dan perekonomian terbuka, jumlah keseimbangan uang riil yang di tawarkan M/P adalah tetap, dan jumlah yang di minta (ditentukan oleh r dan Y) harus sama deengan penawaran tetap ini. Dalam perekonomian tertutup, ekspansi fiskal menyebabkan tingkat bunga ekuilibrium naik. Kenaikan tingkat bunga ini (yang menurunkan jumlah uang yang diminta). Sebaliknya, dalam perekonomian terbuka kecil, r tetap pada r*, sehingga ada hanya satu tingkat pendapatan yang bisa memenuhi persamaan ini, dan tingkat pendapatan ini tidak berubah ketika kebijakan fiskal berubah. Jadi, ketika pemerintah meningkatkan pengeluaran atau memotong pajak, apresiasi kurs dan penurunan ekspor neto harus cukup besar untuk mengoffset sepenuhnya dampak ekspansif normal dari kebijakan tersebut terhadap pendapatan.

Kebijakan Moneter Sekarang anggaplah bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar. Karrena tingkat harga di asumsikan tetap, maka kenaikan jumlah uang beredar berarti kenaikan dalam keseimbangang uang riil. Meskipun kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan dalam perekonomian terbuka, sebagaimana dalam perekonomian tertutup, mekanisme transmisi moneternya brbeda. Ingatlah bahwa dalam perekomonian tertutup kenaikan jumlah uang beredarmeningkatkan pengeluaran karena nenurunkan tingkat bunga dan mendorong investasi. Begitu kenaikan jumlah beredar menekan tingkat bunga domestik, modal mengalir keluar dari perekonomian karrena investor mencari pengembalian yang lebih tinggi di tempat lain. Aliran keluar modal ini melindungi tingkat bunga domestik agar tidak turun. Selain itu, karena aliran keluar modal meningkatkan penawaran mata uang domestik di pasar valuta aing, kurs mengalami depresiasi. Penurunan kurs membuat barang-barang domestik relatif murah terhadap barang-barang luar negeri dan meningkatkan ekspor neto. Jadi, ddalam perekonomian terbuka kecil, kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan dengan mengubah kurs, bukan tingkat bunga. Kebijakan Perdagangan

Anggaplah bahwa pemerintah menurunkan permintaan terhadap barang-barang impor dengan memberlakukan kota impor atau tarif untuk barabg impor. Apa yang terjadi terhadap pendapatan agregat dan kurs ? Karena ekspor neto sama dengan ekspor minus impor, maka penurunan impor berarti kenaikan ekspor neto. Yaitu, kurva ekspor neto bergeser ke kanan. Pergeseran dalam kurva ekspor neto ini meningkatkan pengeluaran yang di rencanakan dan menggeser kurva IS* ke kanan. Karena kurva LM* adalah vertikal, maka hambatan perdagangan kurs tetapi tidak mempengaruhi pendapatan. Sering tujuan kebijakan untuk menghambat perdagangan adalah untuk merubah neraca perdagangan NX. Kesimpulan yang sama di berikan dalam model Mundell-Fleming dengan kurs mengambang. Ingatlah bahwa NX(e) = Y - C(Y-T) I(r*) G. Karena tidak mempengaruhi pendapatan, komsumsi, investasi, atau belanja pemerintah, hambatan perdagangan tidak mempengaruhi neraca perdagangan. Meskipun pergeseran dalam ekspor-ekspor cenderung meningkatkan Nxikan kurs, kenaikan kurs mengurangi NX dengan jumlah yang sama.

KURS TETAP

Perekonomian terbuka kecil dengan kurs tetap Sekarang kita beralih pada eejnis sistem kurs yang kedua : kurs tetap (fixed exchange Rates). Pada tahun 1950-an, sebagian besar perekonomian dunia termasuk Amerika Serikat, beroprasi dengan sistm Brektom-Woods, sistem moneter i nternasional yang di sepakati seedbagian beesar negara untuk menetapkan nilai kurs. Dunia membatalkan sistem ini pada awal tahun 1970-an, dan kurs dibiarkan mengambang. Beberapa negara Eropa kemudian memberlakukan kembali sistem kurs di antara mereka, dan beeberapa ekonom menganjurkan kembali kee sistem kurs tetap. Dalam bagian ini kita bahas bagaaimana sisten kurs tetap bekerja, dan kita kita kaji pengaruh kebijakan ekonomi terhadap perekonomian kurs tetap.

Bagaimana Sistem Kurs Tetap Bekerja Dengan sistem kurs tetap , bank sentral tiap membeli atau menjual mata uang domestik untuk mata uang asing pada harga yang telah di tetapkan sebelumnya. Anggaplah, misalnya Fed mengumumkan bahwa ia akan memberlakukan kurs tetap pada 100 Yen per Dolar. Fed aakan siap memberi $1 untuk ditukar dengan 100 yen atau memberi 100 yen untuk ditukar dengan $1. Untuk menjalankan kebijakan ini, Fed membutuhkan cadangan dolar (yang bisa dicetak) dan cadangan yen (yang harus dibeli sebelumnya).

Kurs tetap mengarahkan kebijakan moneter suatu negara pada tujuan tunggal, yaitu mempertahankan kurs pada tingkat yang telah di umumkan. Dengan kata lain, esensi dari sistem kurs tetap adalah komitmen bank sentral untuk membiarkan jumlah uang beredar menyesuaikan berapa pun kurs yang menjamin kurs ekuilibrium sama dengan kurs yang diumumkan. Selain itu, selama bank sentral siap membeli atau menjual mata uang asing pada kurs tetap, jumlah uang beredar menyesuaikan secara otomatis pada tingkat yang diperlukan. Untuk melihat bagaimana penetapan kurs menentukan jumlah uang yang beredaar, perhatikanlah contoh berikut. Anggaplah Fed mengumumkan akan memberlakukan kurs tetap pada 100 yen per dolar, tetapi dalam ekuilibrium dengan jumlah uang yang beredar pada saat ini, kurs adalah 150 yen per dolar. Lihatlah bahwa ada peluang laba : pialang bissa embeli 300 yen dipasa dengan harga $2, dan kemudian menjual ke Fed seharga $3, ssehingga mencetak laba $1. Ketika Fed membeli yen ini dari pialang, dolar yang ia bayar otomartis meningkatkan jumlah uang beredar. Kenaikan dalam uang jumah uang beredar i ini mnggeser kurva LM* kekanan, dan menurunkan kurs ekuilibrium. Dalam cara ini, jumlah uang beredar teruys naik sampai kurs ekuilibrium turun ketingkat yag diumumkan. Sebaliknya, anggaplah bahwa ketika Fed mengumukan akan memberlakukan kurs tetap pada 100 yen per dolar, ekuilibrium adalah 50 yen per dolar. Dalam kasus ini, pialang bisa meraih laba denngan membeli 100 yen dari Fed seharga $1 dan menjual yen dipasar seharga $2. Ketika Fed menjual yen, $1 yang ia terima otomatis menurunkan jumlah uang yang beredar. Penurunan dalam jumlah uang beredar ini menggeser kurva LM* ke kiri, yang meningkatkan kurs ekuilibrium. Jumlah uang beredar terus turun sampai kurs ekuilibrium naik ketingkat yang di umumkan.

Kebijakan Fiskal Sekarang kita akan mengkaji bagaimana kebijakan perekonomian mempengaruhi erekonomian terbuka kecill dengan kurs tetap. Anggaplah pemerintah mendorong pengeluaran domestik dengan meningkatkan belanja pemerintah atau memotong pajak. Tetpi karen bank sentra siap mempertukarkan mata uang domestik dan mata uang asing pada kurs tetap, pialang dengan cepat menanggapi kenaikan kurs ini dengan menjual mata uang asing ke bank sentral, yang menyebabkan ksfansi moneter otomatis. Kenaikan jumlah uang beredar ini menggeser kurva LM* kekanan. Jadi, ekspansi fiskal menurut sistem kurs tetap me ningkatkan pendapatan agregat.

Kebijakan Moneter Bayangkanlah bank sentral yang beroperasi deengan kurs tetap berusaha meningkatkan jumlah uang beredar, misalnya dengan membeli obligasi dari masyarakat apakah yang aka terjadi? Dampak awal dari kebijakan ini adalah menggeser kurs LM* ke kanan, yang menurunkan kurs. Tetapi, karena bank sentral bertugas untuk memperdagangkan mata uang asing dan domestik pada kurs tetap, pialang dengan cepat menanggapi penurunan

kurs dengan meenjual mata uang domestik ke bank sentral, yang menyebabkan jumlah uang yang beredar dan kurva LM* kembali ke posisi awalnya. Jadi, kebikan yang biasa dijalankan tifdak berpengaruh dibawah kurs tetap. Dengan menyepakati kurs, bank sentral meningkatkan kontrolnya atas jumlsh usng beredar. Akan tetapi, suatu negara yang menganut kurs tetap bisa menjalankan satu jenis kebijakan moneter : negara itu bisa memutuskan untuk mengubah tingkat dimana kurs adalah tetap.pnurunan nilai mata uang disebut devaluasi (devaluation), dan kenaikan nilainya disebut revaluasi (revaluation). Dalam model Mundell-Fleming, devaluasi menggeser kurva LM* kekanan : model itu bertindak sepertikenaikan jumlah mata uang beredar pada sistem kurs mengambang. Jadi, devaluasi memperbesar ekspor neto dan meningkatkan pendapatan agregat. Sebaliny, revaluasi menggeser kurva LM* kekiri mengurangi ekspor neto dan menurunkan pendapatan agregat.

DEVALUASI Rimsky K. Judisseno(2002:46-47) Kenaikan hargamata uang asing, US $ misalnya, terhadap mata uang rupiah kita, disebut dengan peristiwa devaluasi. Devaluasi terjadi akibat kebijakan moneter yang menetapkan suatu patokan kurs tetap terhadap mata uang asing. Konsekuensi logis yang harus diambil oleh suatu negara yang melakukan hal tersebut adalah menjamin tersedianya uang asing dalam jumlah yang tidak terbatas. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada permintaan ataupun penawaran uang asing dalam jumlah yang besar. Jika konsekuensi tersebut tidak dapatdipenuhi oleh pemerintahan yang bersangkutan dalam hal ini otoritas moneter, maka devaluasi tidak dapat terelakkan lagi, yaitu menaikkan harga mata uang asing terhadap mata uang lokal untuk dapat menutupi kekurangan permintaan mata uang asing. Di Indonesia keadaan ini pernah terjadi yaitu dua kali pada masa orde lama dan empat kali pada masa orde baru, dengan urutan sebagai berikut: Masa orde lama: 1. 2. 3. Tahun 1959, dari Rp. 378 menjadi Rp. 415 per dolar Amerika Tahun1965, menarik semua peredaran uang diganti dengan mata uang baru Dengan nilai tukar Rp. 1.000uang lama menjadi Rp. 1 uang baru

Masa orde baru:

1. 2. 3. 4. 5.

Tahun 1971, dari Rp. 378menjadi Rp. 415 per dolar Amerika Tahun 1978, dari Rp. 415 menjadi Rp. 625 per dolar Amerika Tahun 1983, dari Rp. 702 menjadi Rp. 970 per dolar Amerika Tahun 1986, dari Rp. 1.354menjadi Rp. 1.644 per dolar Amerika

N. Gregory Mankiw (2005:211)Negara yang menerapkan devaluasi pulih dengan cepat dari depresi besar. Nilai mata uang yang lebih rendah menaikkan jumlah mata uang yang beredaar dan mendorong ekspor dan memperbesar produksi. Sebaliknya negara-negara yang mempertahankan kurs lama menderita lebih lama dengan tingkat aktivitas yang rendah. 6.

Henry Bustany (2000:72) Isu devaluasi bagi negara seperti Indonesia sungguh merupakan hal yang harus diperhatikan terutama bagi perusahaan yang memiliki faktor-faktor produksi atau penjualan peka terhadap perubahan nilai mata uang. Ngrumat Bondo Utomo(2001:257) Sehari sebelum diumumkan kebijakan devaluasi tahun 1986, pengamatekonomi kenamaan yaitu Prof. Sumitro Djojohadikusumo mengemukakan pendapatnya kepada para wartawan bahwa pemerintah tidak akan melakukan devaluasi mengingat bahwa cadangan devisa pada waktu itu cukup untuk memenuhi kebutuhan impor selama 6 bulan. Pagi harinya pemerintah ternyata mengumumkan devaluasi, sehingga sejak itu reputasi pemerintah mengalami kemerosotan. Akibatnya berdasarkan pengalaman, masyarakat mendorong dolar AS sehingga terjadi rush bila ada tanda-tanda menipisnya cadangan devisa Bank Indonesia. Dari Fixed Exchange Rate ke Managed Floating Exchanged Rate Sejak dikeluarkannya kebijakan devaluasi tahun1986, pemerintah melepaskan sistem kurs devisa tetap dengan menganut sistem kurs devisa mengambang terkendali. Dengan sistem yang baru ini, kurs diserahkan pada kekuatan pasar tetapi pemerintah akan campur tangan ternyata fluktuasi kurs pasar melewati rentang kendali yang ditetapkan. Sejak itu pula pemerintah merasa tidak perlu lagi mempertahankan kurs devisa rill dengan melakukan devaluasi secara dadakan melainkan secara rutin dan smoth yaitu sekitar 5% per tahun, sampai akhirnya digoncang oleh krisis moneter internasional sejak juli yang lalu. REVALUASI Yusdianto Prabowo (2004:220-221)

Penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap atau harta karun dalam akuntansi pada umumnya tidak diperkenalkan. Alasan yang dikemukakan dalam akuntansi adalah penilaian aktiva yang paling objektif adalah harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah khususnya ketentuan perpajakan. Dengan kata lain, apabila pemerintah memperkenankan revaluasi aktiva tetap maka prinsip akuntansi akan menerimanya. Misalnya, revaluasi nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing. Dalam keadaan demikian, menteri keuangan diberi wewenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi) di indeksasi biaya dan penghasilan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap dibutuhkan dalam rekening modal dengan nama selisih penilaian kembali aktiva tetap. Erly Suandy (2004:42-43) Objek revaluasi adalah aset berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual atau bukan barang dagangan. Masalah yang timbul apakah perusahaan akan melakukan revaluasi secara parsial atau menyeluru? Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas sebagian aset tetap yang ada sesuai pertimbangan. Bagi perusahaan yang akan melakukan revaluasi perlu melakukan penghitunganapakah membayar PPh sekarang sebesar 10% itu lebih menguntungkan dibanding dengan tarif PPh badan sebesar 30%. Aset tetap yang sudah direvaluasi akan disusut berdasarkan nilai revaluasi. KESIMPULAN

1. Model Mundell-Fleming adalah model IS-LM untuk perekonomian terbuka kecil. Model itu menganggap tingkat harga adalah tertentu (Given) dan kemudian menunjukkan apa yang menyebabkan fluktuasi dalam pendapatan dan kurs . 2. Model Mundell-Fleming menunjukkan bahwa kebijakan fiskl tidak mempengaruhi pedapatan agregat dibawah kurs mengambang. Eekpansi fiskal menyebabkan mata uang berapresiasi, yang menurunkan ekspor neto dan menghapus dampak ekspansioner biasa terhadap pendapatan agregat. Kebijakan fiskal mempengaruhi pendapatan agregat dibawah kurs tetap. 3. Model Mundell-Fleming menunjukkan bahwa kebijakan moneter tidak mempengaruhi pendapaatan agregat dibawah kurs tetap. Setiap upayah untuk memperbesar julah uang beredar akan menjadi percuma, karena jumlah uang yang beredar harus disesuaikan utnuk menjamin bahwa kurs tetap berada pada tingkat yang diumumkan. Kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan agregat dibawah kurrs mengambang. 4. Jika investor merasa tidak aman memegang assset dalam sebuah negara, tingkat bunga dinegara itu melbihi tingkat bunga dunia sebesar premi risiko. Menurut model Mundel-

Fleming, kenaikan premi resiko menyebabkan tingkat bunga naik dan mata uang negara itu terdepresiasi. 5. Kurs tetap an kusr mengambang, masing-masing memiliki keunggulan. Kurs mengambang membuat para pembuat kebijakan moneter bebas mengejar tujuan-tujuan selain stabilitas kurs. Kurs tetap menurunkan ebagian dari ketidakpastian dalam transaksi bisnis internasional 6. Devaluasi terjadi akibat kebijakan moneter yang menetapkan suatu patokan kurs tetap terhadap mata uang asing. Konsekuensi logis yang harus diambil oleh suatu negara yang melakukan hal tersebut adalah menjamin tersedianya uang asing dalam jumlah yang tidak terbatas. 7. Sejak dikeluarkannya kebijakan devaluasi tahun1986, pemerintah melepaskan sistem kurs devisa tetap dengan menganut sistem kurs devisa mengambang terkendali. 8. Objek revaluasi adalah aset berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual atau bukan barang dagangan. 9. Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas sebagian aset tetap yang ada sesuai pertimbangan. DAFTAR PUSTAKA Nanga, Muana. 2001. Makro Ekonomi, Edisi Perdana : PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mankiw, Gregory. N. 2005. Makroekonomi, Edisi Kelima : Erlangga. Jakarta. Mankiw, Gregory N. 2005. Makroekonomi. Penerbit: Erlangga, Jakarta. Judisseno, Rimsky K. 2002. Sistem Moneter dan Perubahan Indonesia. Penerbit: Gramedia, Bandung. Bundo, Ngrumat, Utomo. 2001. Krisis Masa Kini dan Orde Lama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Bustany, Henry.2000. Operations Research. Penerbit: Erlangga. Suandy, Erly. 2004. Penerbit: Salemba. Prabowo, Yusdiantoro. 20001. Akuntansi Perpajakan Terapan. Penerbit: Grasindo.

You might also like