You are on page 1of 4

Penahanan Dosen Cabul Disaksikan Istrinya TERKAIT:

Dosen Unram Diduga Coba Perkosa Mahasiswi di Kafe

MATARAM, KOMPAS.com Pihak Kejaksaan Tinggi (Kejati) Nusa Tenggara Barat menahan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mataram (Unram), TC (43), yang disangka terlibat kasus tindak pidana asusila. Kebijakan penahanan itu ditempuh setelah menerima pelimpahan tersangka dan barang bukti kasus asusila itu dari penyidik Polda NTB di Mataram, Kamis (12/3). Istri dari TC yang juga dosen Unram dan sejumlah dosen Unram lainnya terlihat berada di Kantor Kejati NTB saat pelimpahan tersangka dan barang bukti kasus asusila itu. Pelimpahan tersangka dan barang bukti kasus asusila itu juga disaksikan penasihat hukum TC, Taufik Budiman. Kasi Penkum dan Humas Kejati NTB Sugiyanta mengatakan, kebijakan penahanan itu dimaksudkan untuk memperlancar proses penyusunan berkas dakwaan untuk dilimpahkan ke pengadilan. TC yang masih menjabat Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi Unram itu akan dititipkan di Lembaga Pemasyarakatan Mataram. "Konsekuensinya tentu penyusunan berkas dakwaan yang lebih dipercepat agar kasus itu segera memiliki kekuatan hukum tetap di pengadilan," ujarnya. Sugiyanta menambahkan, perkara tindak pidana asusila itu ditangani jaksa fungsional Kejati NTB, Dina Kurniawati, meskipun secara administrasi kewenangan penanganan perkara itu berada di pihak Kejaksaan Negeri Mataram. Seperti diketahui, Polda NTB menetapkan TC sebagai tersangka kasus tindak pidana asusila, yakni percobaan perkosaan, pelecehan seksual, dan perbuatan tidak menyenangkan, setelah empat hari melakukan pemeriksaan intensif terhadap korban, tersangka, dan para saksi. Penyidik Polda menjerat dosen Unram itu dengan pasal berlapis, yakni Pasal 285 KUHP tentang Percobaan Perkosaan, Pasal 298 KUHP tentang Pelecehan Seksual, dan Pasal 335 junto Pasal 55 KUHP tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan. Dosen itu terancam hukuman penjara lima tahun lebih karena Pasal 285 junto Pasal 53 KUHP tentang Percobaan Perkosaan saja diancam hukuman penjara di atas lima tahun. Dosen Unram itu disangka hendak memerkosa mahasiswinya di kamar 04 salah satu kafe di Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, 3 Februari lalu. Letak kafe itu tidak jauh dari Markas Kepolisian Sektor (Polsek) Mataram, hanya dipisahkan oleh ruas jalan ring road, tetapi berada dalam wilayah hukum Polsek Cakranegara. Diduga, oknum dosen Unram itu meminta mahasiswi semester sembilan itu untuk menemuinya di kafe itu guna mengonsultasikan skripsinya, hingga mencuat kasus tersebut. Kasus percobaan perkosaan itu diketahui publik karena mahasiswi itu berteriak ketika hendak diperkosa hingga ditindaklanjuti aparat kepolisian.

SURYA.co.id/sudarmawan Eko Selamet (23) dan ibunya, Wagini di Rumah Sakit dr Sayyidiman, Magetan, Jawa Timur. Ia ditusuk residivis yang ternyata salah sasaran. MAGETAN, KOMPAS.com - Eko Selamet (23), anak tunggal pasangan Wagini (42) dan Sawono (47), sampai Sabtu (18/9/2010) masih dirawat di RSUD dr Sayidiman, Magetan, Jawa Timur. Warga Sambrirobyong, Sidorejo, Magetan itu ditusuk dua pemuda tak dikenal saat melintas di Jalan Raya Sidorejo-Magetan, Jumat (17/9/2010) malam. Satu dari dua pelaku adalah residivis alias penjahat kambuhan. Ia dipukul dan ditusuk pada pelipis kiri sedalam lima sentimeter. Diduga, aksi itu terjadi karena salah paham dan salah sasaran. Ibu korban, Wagini, mengatakan, semula anaknya berpamitan hendak ke rumah pamannya bersama Agus (22) dan Aji (24) yang masih sanak saudara. Ketiganya menggunakan dua motor. Eko Slamet membonceng Agus dan Aji naik motor sendiri. Karena tak kunjung sampai di rumah pamannya, Aji bingung dan kembali ke jalur yang dilintasinya. Di sana, dia mengetahui Eko Selamet sudah berlumuran darah dan mengalami luka di pelipis matanya. Kedua pelaku tak kenal anak saya, dan sempat mengancam Agus agar tidak melapor ke polisi. Sebab, kedua pelaku mengaku salah sasaran. Tetapi, akhirnya kasus ini juga sampai ke tangan Polres Magetan, kata Wagini. Menurut dia, anaknya tak memiliki musuh. Sebab, selama ini anaknya dikenal pendiam, selalu membantu bapaknya menjadi kuli bangunan, dan tak pernah bepergian. Ndak pernah ada masalah. Saat itu dia mau berlebaran ke rumah pamannya, tahu-tahu di jalan saat tanya alamat malah dihajar kedua pelaku dan ditusuk, sesalnya. Adapun kedua pelaku dibekuk petugas Polres Magetan beberapa jam setelah melarikan diri. Mereka adalah Estrio Alfian (24), warga Jl Kelud, Kelurahan Kauman, Kecamatan/Kabupaten Magetan yang keluar dari penjara, Juni 2010 lalu. Ia terbukti mencuri motor dan dihukum sembilan bulan penjara. Rekannya, Ilham Wahyu (16), warga KPR Selosari Baru, Kecamatan/Kabupaten Magetan. Kedua pelaku saat kejadian sama-sama memegang pisau tajam. Kelihatannya dia melawan dan menantang saya, makanya langsung kami hajar dan saya tusuk. Tak ada niat untuk merampas motor korban, kata Estrio Alfian

KBO Reskrim Polres Magetan, Iptu Sadimin Tarjo, menegaskan, kedua tersangka bakal dijerat Pasal 351 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Penganiayaan dengan ancaman maksimal lima tahun penjara. Juga Pasal 53 tentang Percobaan Pembunuhan, tandasnya. (Sudarmawan)

Lindaskan Anaknya ke Kereta, Puryanto Dituntut 9 Tahun SURYA/SUGIHARTO Ilustrasi MADIUN, KOMPAS.com - Puryanto (27), warga Dusun Robahan, Desa Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun dituntut hukuman pidana penjara selama 9 tahun oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada sidang di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun, Rabu (11/11). Puryanto merupakan terdakwa kasus percobaan pembunuhan anaknya, Endy Tegar Kuniadinata (4) dengan cara dilindaskan ke rel kereta api. Di hadapan Majelis Hakim yang diketuai Bambang Sasmito, dalam tuntutannya, JPU M Fauzan mengatakan, terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan kekerasan dalam rumah tangga. Terdakwa melanggar pasal 44 ayat (2) UU RI Nomor 23 tahun 2004, tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) seperti dalam dakwaan kedua. "Meminta, majelis hakim menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kekerasan dalam lingkup rumah tangga dan menjatuhkan pidana penjara selama 9 tahun dipotong selama terdakwa berada dalam tahanan," ujar Moch Fauzan disela-sela pembacaan surat putusan. Menurut JPU hal-hal yang memberatkan, terdakwa sebelumnya pernah dihukum. Perbuatannya mengakibatkan korban luka berat dan cacat seumur hidup. Menyebabkan trauma fisik dan psikis bagi korban. "Dan sebagai ayah, seharusnya terdakwa menjadi pelindung keluarganya. Sedangkan hal yang meringankan, terdakwa berlaku sopan selama di persidangan dan mengakui semua perbuatannya," kata JPU, M Fauzan. Atas tuntutan jaksa, terdakwa meminta waktu kepada majelis hakim untuk mengajukan pembelaan (pledoi) yang akan dibacakan di persidangan, Rabu pekan depan. Seperti diketahui, setelah sempat menjadi buron, Puryanto resmi ditangkap di Bangka Belitung oleh polisi saat bersembunyi di rumah kakaknya pada 19 Juli lalu. Hasil penyidikan sementara, tersangka nekad mencoba membunuh anaknya sendiri sebagai pelampiasan karena merasa cemburu terhadap istrinya, Devi Kristiani (26) yang dicurigai mempunyai pria idaman lain.

Dari penyelidikan juga diketahui Tegar, anak terdakwa, terlebih dahulu dicekik hingga pingsan, lalu digeletakkan di rel kereta api. Saat itu, terdakwa kemudian meninggalkan Tegar karena mengira telah meninggal. Namun, bocah malang tersebut masih hidup dan terselamatkan. Kini bocah malang tersebut hanya memiliki satu kaki karena kaki kanannya putus akibat terlindas roda kereta api.

You might also like