You are on page 1of 6

1

BAB I
P E N D A H U L U A N

Akhlak yang mulia adalah merupakan buah keimanan dan puncak akhlak itu ialah berlaku
amanah dan menepati janji, manakala pecah amanah dan tidak menepati janji, merupakan tanda
merosotnya iman dan jauh dirinya dari ketakwaan kepada Allah SWT.
Perjanjian adalah suatu amanah yang wajib ditunaikan dan tidak dapat diambil ringan dan
diambil remeh, kerana perbuatan meringan-ringankan perjanjian apa lagi tidak menepatinya
adalah dibenci dan dimurkai oleh Allah Subhanahu Wataala, malah tergolong ke dalam orang-
orang munafik. Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya: "Dari Abi Hurairah Radhiallahuanhu,
dari Nabi s.a.w. bersabda : Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga yaitu apabila dia berbicra dia
berbohong dan apabila berjanji dia ingkar dan apabila diamanahkan dia khianat."(Riwayat Al-
Imam Al-Bukhari)
Ingatlah wahai kaum muslimin betapa Islam sangat mengambil berat dalam soal janji,
oleh karena itu berhati-hatilah sebelum berjanji. Dan jadikanlah perkataan Insya Allah itu
sebagai azam yang kuat kearah menyempurnakan dan menunaikan janji yang dijanjikan.
Jadikanlah diri kita orang-orang yang bertakwa dan penuh amanah, bukan daripada orang-orang
yang ingkar janji yang tergolong dalam golongan orang-orang munafik. Nau'zubillahiminzalik.












2
BAB II
P E M B A H A S A N
MENEPATI JANJI

A. Surat Al-Maaidah : 1
E_GC^4C -g~-.- W-EON44`-47
W-Ou g1ON^) _ ;e^UgOq
7 OE1jg4 Eu^- ) 4`
_OUuNC 7^OU4 4OOEN O@>g4`
g^1O- +^4 NNONO Ep) -.-
N7^4 4` C@ONC ^
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya.(Q.S. Al-Maaidah : 1)

B. Asbabun Nuzul
Pada suatu waktu ada seorang lelaki datang kepada ibnu masud seraya berkata : ikatlah
janji denganku . Sehubungan dengan itu abdillah bin masud tidak menjawab, yang kemudian
dia menghadap kepada rasulullah Saw. Menyampaikan apa yang dikatakan seseorang lelaki itu.
Sehubungan dengan itu Allah Swt. Menerunkan ayat ke 1 sebagai ketegasan, agar orang-orang
beriman menguatkan janji-janji mereka dan memenuhinya. Disamping itu dihalalkan buat
mereka binatang ternak yang disembelih secara islam serta berburu di kala sedang melakukan
ibadah haji adalah dilarang. (HR. Ibnu Abi Hatim dari Nuaim bin hammad dari Abdillah bin
Mubarak dari Masar dari Auf)
1
.

C. Tafsir Ayat


1
A. Mujab Mahali. Asbabun Nuzul. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. hal, 78.



3
Pada permulaan ayat ini Allah memerintahkan kepada setiap orang yang beriman untuk
memenuhi janji-janji yang telah diikrarkan, baik janji prasetia hamba kepada Allah, maupun
janji yang dibuat di antara sesama manusia, seperti yang bertalian dengan perkawinan,
perdagangan dan sebagainya, selama janji itu tidak melanggar syariat Allah. Sebagai mana yang
disebutkan di dalam hadis yang berbunyi:

Artinya:
Setiap syarat (ikatan janji) yang tidak sesuai dengan kitab Allah, adalah batal, meskipun
seratus macam syarat
2
.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Allah memulai tuntutanya ini denagn menyuruh : hai orang- orang yang beriman, untuk
membutikan kebenaran iman kalian, penuhilan aqad-aqad itu, baik aqad antara kamu dan allah
yang terjalin melalui pengakuan kamu yang beriman kepada nabinya atau melalui nalar yang
dianugrahkannya kepada kamu demikian juga perjanjian yang terjalin antara kamu dengan
sesama manusia, bahkan perjanjian antara kamu dengan diri kamu sendiri bahkan semua
perjanjian selama tidak mengandung pengharaman yang halal atau penghalalan yang haram.
Salah satu akad yang perlu kamu ingat adalah bahwa telah dihalalkan bagi kamu apa yang
sebelum ini diharamkan atas Ahl al-kitab yaitu binatang ternak setelah disembelih yakni
dihalalkan bagi kamu memakanya, memanfaatkan kulit, bulu, tulang dll. Dari bintang ternak itu,
kecuali atau tetapi yang dibacakan kepada kamu dalam al- qur`an.
Ayat-ayat yang dimulai dengan panggilan ya ayyuhalladina amanu adalah ayat- ayat yang
turun dimekkah. panggilan semacam ini, bukan saja merupakan panggilan mesra, tetapi juga
dimaksudkan agar diajak memersiapkan diri melaksanakan kandungan ajakan. Dalam konteks
ini diriwayatkan bahwa sahabat Nabi, Ibnu Mas`ud r.a. Berkata, jika anda mendengar
panggilan ilahi ya ayyuhalladina amanu maka siapkanlah dengan baik pendengaranmu, karena
sesungguhnya ada kebaikan yang Dia perintahkan atau keburukan yang Dia larang
3
.
Kata aufu perintah ayat ini menunjukkan betapa al-qur`an sangat menekankan perlunya
memenuhi akad dalam segala bentuk dan maknanya dengan pemenuhan yang sempurna kalau
perlu melebihkan dari seharusnya serta mengecam mereka yang menyia-nyiakanya. Ini karena

2
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbhah. Ciputat: Lentera hati, 2002. hal, 143.
3
Al-Imam Abul Fida dan Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi. Tafsir Ibnu Kasir. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005. hal, 206.



4
rasa aman dan bahagia manusia secara pribadi atau kolektif tidak dapat dipenuhi kecuali bila
mereka memenuhi ikatan-ikatan perjanjian yang mereka jalin sedemikian tegas al-qur`an dalam
kewajiban memenuhi akad hingga setiap muslim diwajibkan memenuhinya, walaupun itu
merugikanya. Ini karena kalau dibenarkan melepaskan ikatan perjanjian, maka keamanan
masyarakat akan terusik. Kerugian akibat seseorang memenuhi perjanjian terpaksa ditetaapkan
demi memelihara rasa amani dan ketenangan anggota masyarakat, dan memang kepentingan
umum harus didahulukan atas kepentingan perorangan.
Selanjutnya ayat ini menyebutkan tentang binatang-hinatang yang halal dimakan seperti
yang tersebut dalam surah Al An'am ayat 143 dan 144 dan melarang memakan sepuluh macam
makanan seperti yang tersebut pada ayat ketiga dari surah ini. Orang-orang yang sedang
berihram haji dan umrah atau salah satu dari keduanya tidak dihalalkan berburu binatang buruan
darat baik di tanah haram maupun di luarnya dan tidak dihalalkan memakan dagingnya. Bagi
orang yang berada di tanah haram sekalipun tidak sedang berihram tidak dihalalkan berburu
binatang buruan darat. Demikianlah Allah menetapkan hukum-Nya menurut kehendak-Nya
untuk kemaslahatan hamba-Nya.
Yang dimaksud dengan Al-AnAm adalah unta, sapi, dan kambing ada juga yang
berpendapat bahwa bahimatul AnAm adalah janin yang telah mati dan dikeluarkan dari perut
binatang yang disembelih secara sah. Menurut tafsir Al-alusi adalah pendapat imam syafii.
Allah SWT mengharamkan berburu bagi yang sedang dalam keadaan berihram, karena kota
makkah dan sekitarnya adalah kota yang dikehendaki, menjadi kota yaang aman dan tentram
bukan saja bagi manusia tapi bagi semua makhluk baik binatang maupun tumbuhan.

D. Hukum Yang Terkandung
+ Bahwa orang-orang yang beriman harus memenuhi aqad-aqad (perjanjian-perjanjian)
yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulullah. Ini menunjukkan kata perintah dalam
ayat ini (penuhilah) dalam kaidah usul fiqh (metode penemuan hukum islam) berarti
wajib. Maka memenuhi akad itu hukumnya wajib. Dari kaidah usul fiqh, kata yang
dipakai dalam ayat tersebut adalah al-uqud (jamak) berarti menunjukkan keumuman.
Berarti orang dapat membuat akad apa saja dan akad itu wajib dipenuhi
4
.
+ Dihalalkannya binatang ternak, kecuali apa yang telah dibacakan kepadamu.
+ Diharamkannya berburu ketika sedang dalam haji (ihram).


4
Ibid. hal, 145.


5


BAB III
K E S I M P U L A N

Menepati janji adalah bagian dari iman. Barangsiapa yang tidak menjaga perjanjiannya maka
tidak ada agama baginya.Maka seperti itu pula ingkar janji, termasuk tanda kemunafikan dan
bukti atas adanya tipu muselihat yang buruk di dalam hatinya.
Tanda-tanda munafik ada tiga; apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan
apabila dipercaya khianat.
Sangat menekankan perlunya memenuhi akad dalam segala bentuk dan maknanya dengan
pemenuhan yang sempurna kalau perlu melebihkan dari seharusnya serta mengecam mereka
yang menyia-nyiakanya. Ini karena rasa aman dan bahagia manusia secara pribadi atau kolektif
tidak dapat dipenuhi kecuali bila mereka memenuhi ikatan-ikatan perjanjian yang mereka jalin.
sedemikian tegas al-qur`an dalam kewajiban memenuhi akad hingga setiap muslim diwajibkan
memenuhinya, walaupun itu merugikanya. Ini karena kalau dibenarkan melepaskan ikatan
perjanjian, maka keamanan masyarakat akan terusik. Kerugian akibat seseorang memenuhi
perjanjian terpaksa ditetapkan demi memelihara rasa amani dan ketenangan anggota masyarakat,
dan memang kepentingan umum harus didahulukan atas kepentingan perorangan.


6
DAFTAR PUSTAKA

+ Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbhah. Ciputat: Lentera hati, 2002.
+ Fida, Al-Imam Abul dan Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi. Tafsir Ibnu Kasir. Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2005.
+ Mahali, A. Mujab. Asbabun Nuzul. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

You might also like