You are on page 1of 36

Ejaan yang Disempurnakan mengatur: Pemakaian huruf Pemakaian huruf kapital dan huruf miring Penulisan kata Penulisan

unsur serapan, dan Pemakaian tanda baca


P3

PEMAKAIAN HURUF Dalam pemakaian huruf yang diatur adalah huruf abjad, huruf vocal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, dan pemenggalan kata.

P3

Huruf Kapital
Dipakai sebagai huruf pertama: Kata pada awal kalimat ( Apa maksudnya?) Petikan langsung (Kemarin engkau terlambat, katanya.) Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan (Yang Maha Pengasih, Alkitab, beri hamba-Mu petunjuk) Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang (Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Nabi Ibrahim) Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang (Wakil Presiden Jusuf Kalla, Profesor Supomo, Gubernur Jawa Barat) Unsur-unsur nama orang (Amir Hamzah, Dewi Sartika) Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa (bangsa

P3

Huruf Kapital
Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah (tahun Hijriah, bulan Agustus, hari Jumat, hari Natal, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia) Nama geografi (Asia Tenggara, Banyuwangi, Danau Toba, Gunung Semeru, terusan Suez) Semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi (Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Presiden) Semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan (Salah Asuhan, majalah Femina, koran Kompas) Unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan (Dr., Prof., Sdr.) Kata penunjuk hubungan kekerabatan (Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.) Kata ganti Anda

P3

Huruf Miring
Dipakai untuk: Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan (buku Negarakertagama, surat kabar Kompas) Kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya (Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana. Politik Divide et impera.)
P3

Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan ( Kantor pajak penuh sesak) Kata Turunan Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya ( menengok, gemetar, makanan) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya ( bertepuk tangan, sebar luaskan) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai ( menggarisbawahi, dilipatgandakan) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai ( adipati, antarkota, biokimia, infrastruktur, subseksi, swadaya, ultramodern) P3

Bentuk Ulang Ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (buku-buku, kura-kura, mondar-mandir, tunggang-langgang) Gabungan Kata Yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis terpisah (duta besar, meja tulis, orang tua, model linier, rumah sakit umum) Termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan (alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru) Gabungan kata yang ditulis serangkai (acapkali, Alhamdulillah, beasiswa, darmabakti, matahari, olahraga, silaturahmi, dsb)

P3

Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya Ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya (Apa yang kumiliki boleh kauambil.) Kata depan di, ke, dan dari Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada (Bermalam sajalah di sini; Ke mana saja dia selama ini?) Kata si dan sang Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya ( Harimau itu marah sekali kepada sang kancil)
P3

Partikel
Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya (Bacalah buku itu baik-baik.; Apakah yang tersirat dalam surat itu?) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya (Apa pun yang di makannya, dia tetap kurus) Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya (Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu; Harga kain itu Rp 20.000,00 per helai.)
P3

Singkatan dan Akronim


Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih

Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti tanda titik (Suman Hs.; S.E. ; Bpk.; Sdr.; Kol.) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak memakai tanda titik (DPR; KTP; GBHN) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik ( dll.; hlm.; Yth.; sda.) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik (Cu; cm; kg;Rp 10.000)

P3

Singkatan dan Akronim


Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata
Berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital (ABRI; LAN; SIM) Nama diri yang berupa gabungan suku kata gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital (Akabri; Iwapi; Bappenas) Bukan nama diri yang berupa gabungan huruf , suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil (pemilu; rapim; tilang; rudal) P3

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsure dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsure pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsurunsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia

P3

Tanda Titik (.)


Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan ( Biarlah mereka duduk di sana. ) Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu ( pukul 1.35.20 = pukul 1 lewat 35 menit 20 detik ) Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu (1.35.20 = 1 jam, 35 menit, 20 detik ) Dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka ( Soekadijo, R.G. , 2003, Logika Dasar ) Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya ( Desa itu berpenduduk 24.200 orang ) Tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah ( Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung ) Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan ( Acara Kunjungan Presiden Susilo B. Yudoyono ) Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat

P3

Tanda Koma (,)


Dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan ( Saya membeli kertas, pena, dan tinta. ; Satu, dua, . . . tiga! ) Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang didahului oleh kata seperti atau melainkan ( Saya ingin dating, tetapi hari hujan ) Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya ( Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. ) Dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bag an-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan ( Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu I, Bogor ) Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki ( WJS Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang, Jogyakarta: UP Indonesia, 1967, hlm. 4. ) Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya ( B. Ratulangi, S.E. )

P3

Tanda Titik Koma (;)


Dipakai untuk memindahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara ( Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga) Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk ( Ayah mengurus tanamannya di kebun; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional )
P3

Tanda Titik Dua (:)


Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian ( Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati ) Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan ( Ibu : (meletakkan beberapa kopor) Bawa kopor ini, Mir! ) Dipakai (i) diantara jilid atau nomor dan halaman, (ii) diantara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) diantara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan ( Tempo, I (1971), 34:7 ; Surah Yasin: 9 )
P3

Tanda Elipsis ()
Dipakai dalam kalimat yang terputusputus ( Kalau begitu ya, marilah kita bergerak ) Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan ( Sebab-sebab kemerosotan akan

P3

Tanda Kurung Siku ( [] )


Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain ( Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik. ) Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung ( Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan di sini

P3

Tanda Petik ()
Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau yang mempunyai arti khusus ( Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan ralat saja. ) Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat ( Sajak Berdiri Aku terdapat pada halaman 5 buku itu. )
P3

Tanda Petik Tunggal ( )


Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain ( Tanya Basri, Kau dengar bunyi kringkring tadi? ) Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing ( feed-back balikan )
P3

Buatlah sebuah wacana singkat dengan memperhatikan kaidah penulisan Yang sesuai dengan EYD

P3

P4

Konstruksi kewacanaan yang terkecil dan terlengkap maknanya adalah kalimat. Kumpulan kalimat akan membangun alinea atau paragraf. Kumpulan alinea akan membangun karangan. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara akurat menyampaikan maksud pengujar dan dapat secara akurat pula diterima oleh penerima. Apabila pembicara atau penulis menyampaikan maksud X akan diterima sebagai X pula oleh pendengar atau pembaca; tidak lebih dan tidak kurang. Itulah hakikat kalimat yang efektif.

P4

Ciri-ciri kalimat efektif:


Struktur yang benar Diksi yang tepat Bentuk yang sejajar Gagasan yang masuk akal

P4

Antara lain ditandai dengan adanya subjek yang jelas dan predikat yang jelas pula. Kejelasan Subjek dapat dijaga dengan menghindarkan penempatan kata depan, seperti di-, dalam, pada, bagi, untuk di depan subjek. Demikian juga kata karena, sebagai, tentang mengenai, berdasarkan. Contoh: a. Dari data di puskesmas menunjukkan bahwa angka pasien menurun. (tidak efektif) Data di puskesmas menunjukkan bahwa angka pasien menurun. (efektif) b. Sebagai mahasiswa yang menjadi panutan masyarakat tidak terlepas dari kewajiban mematuhi aturan tersebut. (tidak efektif) Mahasiswa yang menjadi panutan masyarakat, tidak terlepas dari kewajiban mematuhi aturan tersebut. (efektif)
P4

B. Kejelasan Predikat dapat dijaga dengan menghindarkan penempatan kata yang di depan predikat. Contoh: Kota Bandung yang berhawa sejuk (tidak efektif) Kota bandung berhawa sejuk (efektif) Kalimat yang membingungkan dan rancu karena predikat sulit ditemukan Contoh: Kalau kita perhatikan, kenyataan bahwa perkembangan bahasa tidak secepat perkembangan masyarakat (tidak efektif) Kalau kita perhatikan, kenyataan menunjukkan bahwa Perkembangan bahasa tidak secepat perkembangan masyarakat. (efektif)

P4

Pilihan kata atau ungkapan yang tepat sangat penting, agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan efektif. Kata yang akan disusun dalam sebuah kalimat harus benar dan dipilih sesuai konteks kalimatnya. Contoh : Nilai ujiannya bagus. Pemandangan alam sangat indah. Kata bagus dan kata indah tepat digunakan dalam kedua kalimat di atas. Namun apabila kata bagus dan kata indah ditukar tempat untuk kedua kalimat di atas maka kalimat-kalimat tersebut menjadi tidak efektif (Nilai ujiannya indah.; pemandangan alam sangat bagus.)
P4

Yaitu penggunaan bentuk yang sama untuk kata-kata atau kelompok kata yang menduduki fungsi yang sama dalam kalimat. Bila gagasan dinyatakan dalam struktur kata benda, maka katakata yang sederajat dinyatakan dalam struktur kata benda. Demikian pula bila gagasan dinyatakan dalam struktur kata kerja, maka kata-kata yang sederajat dinyatakan dalam struktur kata kerja. Contoh : Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan seluruh temboknya, memasang penerangan, pengujian sistem pembuangan air, dan mengatur tata ruangnya. (tidak efektif) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan seluruh temboknya, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembuangan air dan pengaturan tata ruangnya. (efektif)

P4

Gagasan-gagasan yang kita tulis harus benar menurut penalaran atau logika. Contoh : Setelah diseminarkan, Tim Pengembangan Ilmiah F.E. UBM dapat menyetujui usulan penelitian itu. (tidak efektif) Setelah usulan penelitian itu diseminarkan, Tim Pengembangan Ilmiah F.E. UBM dapat menyetujui. (efektif)
P4

Agar kalimat yang disampaikan dapat diterima dengan efektirf oleh pendengarnya, kita harus memperhatikan unsur penekanan. Dalam sebuah kalimat, mungkin ada kata yang dipentingkan dan harus mendapat tekanan atau lebih ditonjolkan dari unsurunsur lain. Dalam bahasa lisan penekanan ini dapat dilakukan dengan lagu, irama, tekanan suara, perubahan air muka, atau gerak anggota badan.
P4

Dalam bahasa tertulis penekanan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: 1. Posisi dalam Kalimat
Pada prinsipnya, semua kata yang ditempatkan pada awal kalimat adalah kata yang dianggap penting. Jadi, kata yang penting dapat ditonjolkan dengan menempatkannya pada awal kalimat.
P4

2. Repetisi atau pengulangan Kata yang penting dapat juga ditonjolkan dengan melakukan repetisi atau pengulangan.
Contoh : Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, kemajuan kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama.
P4

3. Pertentangan Penekanan pada kata yang penting dapat pula dilakukan dengan mengadakan pertentangan. Contoh : Ia menghendaki perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu. Untuk lebih menonjolkan kata perbaikan yang menyeluruh,diadakan pertentangan sehingga kalimat berbunyi: Ia tidak menghendaki perubahan yang bersifat tambal sulam, tetapi perbaikan yang di perusahaan itu. menyeluruh
P4

4. Partikel Penekanan Beberapa partikel penekan yang berfungsi untuk menonjolkan kata yang dianggap penting seperti: -lah, -kah, pun Contoh : Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
P4

Carilah sebuah artikel, kemudian carilah kalimat-kalimat yang tidak efektif dalam artikel tersebut dan perbaikilah!

P4

You might also like