Professional Documents
Culture Documents
Pada abad 21 ini Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa Perikanan Budidaya (Akuakultur) menjadi salah satu sektor andalan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dan penciptaan lapangan kerja. Data statistik FAO tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi akuakultur sudah mencapai 47% dari total produksi perikanan dunia, bahkan pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari setengah ikan yang dikonsumsi oleh manusia di dunia akan disediakan oleh industri akuakultur. FAO juga menyatakan bahwa sebagai sumber protein hewani yang bernutrisi tinggi, akuakultur telah memiliki peran yang sangat penting dalam memperbaiki keamanan pangan, meningkatkan standar nutrisi, dan mengentaskan kemiskinan. Indonesia memiliki potensi SDA di bidang perikanan budidaya yang besar yang merupakan keunggulan komparitif dibanding negara lainnya. Selain itu, sebagai negara tropis yang dapat berproduksi sepanjang tahun, Indonesia juga memiliki ribuan jenis biota akuatik berupa ikan, udang, kerang, rumput laut dan sebagainya dengan karakter masing-masing yang khas. Karakteristik produk kegiatan akuakultur dapat berupa ikan konsumsi, bahan baku industri, dan ikan hias (ornamental fishes). Selanjutnya FAO menyatakan bahwa salah satu tantangan perkembangan akuakultur adalah meningkatkan produksi ikan melalui kegiatan budidaya untuk menggantikan penurunan produksi perikanan tangkap. Upaya ini mememiliki kendala ilmu pengetahuan (knowledge constraint) yang merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setipa lembaga pendidikan berbasis Perikanan dan Kelautan. Dalam memacu perkembangan akuakultur di Indonesia maka salah satu upaya yang dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Budidaya bekerjasama dengan UPT Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan adalah dengan mengadakan kegiatan seputar pelatihan dan pengenalan akuakultur tehadap masyarakat terutama di daerah pesisiran. Kegiatan ini merupakan media untuk menyampaikan hasil pengembangan teknologi akuakultur tepat guna kepada para pengguna/pembudidaya serta membangun komunikasi antara penghasil teknologi dan pelaku usaha akuakultur di Indonesia. Akuakultur di Indonesia pada umumnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan ikan hias. Dalam segi produktivitas,ikan akuakultur sebagai pemenuhan kebutuhan pangan sendiri, Indonesia merupakan produsen terbesar ke-5 di dunia setelah Cina, India, Jepang, dan Filipina (Gambar 1). Produksi akuakultur Indonesia memang masih jauh dibandingkan Cina hanya sekitar 3,1% dari produksi Cina, yang memiliki sumber daya alam dan manusia (sebagai tenaga ahli pengembang akuakultur) yang cukup besar, serta memiliki sejarah akuakultur yang lebih panjang hingga menjadi bagian dari kebudayaan masyarakatnya. Namun, dibandingkan Filipina dan Jepang, seharusnya Indonesia memiliki produksi akuakultur yang jauh lebih tinggi mengingat potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia jauh lebih besar daripada kedua negara tersebut. Selain pangan, akuakultur juga merupakan sumber bahan baku yang potensinya luar biasa besar untuk industri farmasi, kosmetik, energi terbarukan (biofuel), dan beragam jenis industri lain. Keunggulan algae sebagai sumber energi selain waktu tanamnya sangat singkat (seminggu),juga dalam pemanenannya tidak butuh alat berat seperti di darat. Teknologinya pun sangat mudah dan murah, produktivitasnya sangat tinggi, dan mampu menyerap CO2 sehingga dapat menghambat global warming.
Di masa depan kemudian, budidaya perikanan akan semakin diperlukan. Akuakultur akan terus menjadi salah satu metode yang paling layak untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan populasi dunia, namun tantangan untuk mempertahankan profitabilitas dan keserasian lingkungan yang menakutkan. Pertumbuhan budidaya telah didorong oleh pemerintah bersemangat awalnya hanya untuk keberhasilan ekonomi, tetapi banyak pemerintah sudah mulai menerapkan pedoman peraturan ketat menangani isu-isu lingkungan dan sosial untuk menjamin keberlanjutan. Meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk dunia dewasa ini telah menyebabkan meningkatnya konsumsi ikan oleh masyarakat dunia (termasuk Indonesia). Data tahun 2007 menunjukkan bahwa konsumsi ikan penduduk Indonesia rata-rata 26 kg/kapita/tahun. Dewasa ini akuakultur merupakan sektor penghasil pangan yang tercepat pertumbuhannya di dunia, dengan laju pertumbuhan sekitar 11% per tahun. Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan usaha akuakultur, baik air tawar, air payau maupun laut yang sampai saat ini pemanfaatan potensi tersebut masih kecil. Bila potensi ini dapat dimanfaat secara optimal maka akuakultur akan dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi andalan bagi bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah terus melakukan upaya-upaya yang memacu perkembangan usaha akuakultur, antara lain melalui pengembangan teknologi akuakultur tepat guna, pengembangan sistem usaha akuakultur serta penerapan peraturan dan kebijakan yang mendukung pengembangan akuakultur. Agar pembangunan akuakultur yang berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan dapat diwujudkan maka harus didukung oleh berbagai pihak dalam memanfaatkan potensi sumberdaya tersebut.