You are on page 1of 4

MAKALAH PENGANTAR ILMU PERIKANAN DAN KELAUTAN

PERKEMBANGAN AKUAKULTUR DI INDONESIA

DEWI MAYA SARI SIHOMBING C24110051 MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERKEMBANGAN AKUAKULTUR DI INDONESIA


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversitas) terbesar ke-2 di dunia setelah Brazil. Bentuk wilayahnya yang bersifat kepulauan merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi biodiversitas Indonesia lebih unik dan beragam dibandingkan negara Brazil yang bersifat kontinental. Ironisnya di tengah kekayaan alam yang dimilikinya, justru Indonesia masih sering menghadapi permasalahan pelik, seperti kelaparan dan kelangkaan pangan. Menanggapi hal tersebut, pemerintah sebaiknya dapat mengkaji kembali potensi alam dan lingkungan yang ada di sepanjang tanah air ini. Salah satunya adalah akuakultur. Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Keuntungan atau manfaat yang dapat diperoleh tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat komersil saja seperti perdagangan, akan tetapi juga dapat diimplikasikan untuk pengembangan diversifikasi pangan Indonesia yang ditujukan sebagai program pengentasan permasalahan kelaparan yang akhir-akhir ini terus meningkat. Sumber daya akuakultur merupakan salah satu potensi terbesar yang dimiliki negara ini. Akuakultur sendiri memiliki sejarah dan perkembangannya. Menurut naskah Cina kuno dari abad ke-5 SM menunjukkan bahwa budidaya telah dilakukan di Cina. Meskipun bukan sesuatu yang sangat mendatangkan keuntungan. Hieroglif Mesir menunjukkan Mesir dari Kerajaan Tengah (2052-1786 SM) berusaha membudidaya ikan secara intensif. Mengikuti jejak Mesir, Roma juga mengembangkan praktek akuakultur. Mereka diketahui telah membudidayakan kerang oysters. Budidaya ikan dalam bentuk modern pertama kali diperkenalkan pada tahun 1733 ketika seorang petani Jerman berhasil mengumpulkan telur ikan, dibuahi, dan kemudian tumbuh dan memelihara ikan yang menetas. Di Indonesia sendiri, akuakultur menjadi salah satu faktor penting dalam guna peningkatan pemanfaatan potensial Negara. Akuakultur saat ini menjadi kegiatan ekonomi yang penting dan saat ini menghadapi kendala yang penting yang mampu menimbulkan kerugian ekonomis yang besar, permasalahan itu adalah penyakit yang disebabkan bakteri pathogen. Di awal perkembangan akuakultur upaya yang dilakukan adalah menggunakan antibiotik sebagai upaya kemoterapi untuk menghilangkan penyakit. Hal ini dipraktekkan secara intensif di awalawal perkembangan akuakultur bahkan penggunaannya berlebihan. Kekhawatiran pun muncul dari aplikasi antibiotik pada ikan konsumsi terhadap manusia. Budidaya/akuakultur yang berlokasi di daerah pesisir sangat berhubungan dengan kondisi tata ruang, sosial budaya, keamanan dan ekonomi masyarakat pesisir tersebut. Oleh karena itu pendekatan pemecahan masalah perlu digarap secara terintegrasi. Pada saat itu sudah waktunya untuk melaksanakan pendekatan dan isu bagi pembangunan budidaya yang lestari dan bertanggungjawab melihat kenyataan bahwa produksi udang di tanah air menurun drastis akibat dari kesalahan pengelolaan. Para pengusaha tambak udang mulai meninggalkan lahannya begitu saja karena menderita rugi terus menerus.

Pada abad 21 ini Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa Perikanan Budidaya (Akuakultur) menjadi salah satu sektor andalan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dan penciptaan lapangan kerja. Data statistik FAO tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi akuakultur sudah mencapai 47% dari total produksi perikanan dunia, bahkan pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari setengah ikan yang dikonsumsi oleh manusia di dunia akan disediakan oleh industri akuakultur. FAO juga menyatakan bahwa sebagai sumber protein hewani yang bernutrisi tinggi, akuakultur telah memiliki peran yang sangat penting dalam memperbaiki keamanan pangan, meningkatkan standar nutrisi, dan mengentaskan kemiskinan. Indonesia memiliki potensi SDA di bidang perikanan budidaya yang besar yang merupakan keunggulan komparitif dibanding negara lainnya. Selain itu, sebagai negara tropis yang dapat berproduksi sepanjang tahun, Indonesia juga memiliki ribuan jenis biota akuatik berupa ikan, udang, kerang, rumput laut dan sebagainya dengan karakter masing-masing yang khas. Karakteristik produk kegiatan akuakultur dapat berupa ikan konsumsi, bahan baku industri, dan ikan hias (ornamental fishes). Selanjutnya FAO menyatakan bahwa salah satu tantangan perkembangan akuakultur adalah meningkatkan produksi ikan melalui kegiatan budidaya untuk menggantikan penurunan produksi perikanan tangkap. Upaya ini mememiliki kendala ilmu pengetahuan (knowledge constraint) yang merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setipa lembaga pendidikan berbasis Perikanan dan Kelautan. Dalam memacu perkembangan akuakultur di Indonesia maka salah satu upaya yang dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Budidaya bekerjasama dengan UPT Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan adalah dengan mengadakan kegiatan seputar pelatihan dan pengenalan akuakultur tehadap masyarakat terutama di daerah pesisiran. Kegiatan ini merupakan media untuk menyampaikan hasil pengembangan teknologi akuakultur tepat guna kepada para pengguna/pembudidaya serta membangun komunikasi antara penghasil teknologi dan pelaku usaha akuakultur di Indonesia. Akuakultur di Indonesia pada umumnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan ikan hias. Dalam segi produktivitas,ikan akuakultur sebagai pemenuhan kebutuhan pangan sendiri, Indonesia merupakan produsen terbesar ke-5 di dunia setelah Cina, India, Jepang, dan Filipina (Gambar 1). Produksi akuakultur Indonesia memang masih jauh dibandingkan Cina hanya sekitar 3,1% dari produksi Cina, yang memiliki sumber daya alam dan manusia (sebagai tenaga ahli pengembang akuakultur) yang cukup besar, serta memiliki sejarah akuakultur yang lebih panjang hingga menjadi bagian dari kebudayaan masyarakatnya. Namun, dibandingkan Filipina dan Jepang, seharusnya Indonesia memiliki produksi akuakultur yang jauh lebih tinggi mengingat potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia jauh lebih besar daripada kedua negara tersebut. Selain pangan, akuakultur juga merupakan sumber bahan baku yang potensinya luar biasa besar untuk industri farmasi, kosmetik, energi terbarukan (biofuel), dan beragam jenis industri lain. Keunggulan algae sebagai sumber energi selain waktu tanamnya sangat singkat (seminggu),juga dalam pemanenannya tidak butuh alat berat seperti di darat. Teknologinya pun sangat mudah dan murah, produktivitasnya sangat tinggi, dan mampu menyerap CO2 sehingga dapat menghambat global warming.

Di masa depan kemudian, budidaya perikanan akan semakin diperlukan. Akuakultur akan terus menjadi salah satu metode yang paling layak untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan populasi dunia, namun tantangan untuk mempertahankan profitabilitas dan keserasian lingkungan yang menakutkan. Pertumbuhan budidaya telah didorong oleh pemerintah bersemangat awalnya hanya untuk keberhasilan ekonomi, tetapi banyak pemerintah sudah mulai menerapkan pedoman peraturan ketat menangani isu-isu lingkungan dan sosial untuk menjamin keberlanjutan. Meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk dunia dewasa ini telah menyebabkan meningkatnya konsumsi ikan oleh masyarakat dunia (termasuk Indonesia). Data tahun 2007 menunjukkan bahwa konsumsi ikan penduduk Indonesia rata-rata 26 kg/kapita/tahun. Dewasa ini akuakultur merupakan sektor penghasil pangan yang tercepat pertumbuhannya di dunia, dengan laju pertumbuhan sekitar 11% per tahun. Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan usaha akuakultur, baik air tawar, air payau maupun laut yang sampai saat ini pemanfaatan potensi tersebut masih kecil. Bila potensi ini dapat dimanfaat secara optimal maka akuakultur akan dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi andalan bagi bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah terus melakukan upaya-upaya yang memacu perkembangan usaha akuakultur, antara lain melalui pengembangan teknologi akuakultur tepat guna, pengembangan sistem usaha akuakultur serta penerapan peraturan dan kebijakan yang mendukung pengembangan akuakultur. Agar pembangunan akuakultur yang berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan dapat diwujudkan maka harus didukung oleh berbagai pihak dalam memanfaatkan potensi sumberdaya tersebut.

You might also like