You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ekonomi makro atau makro ekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan.

Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga ( household),perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebikjasanaan sepertipertumbuhan ekonomi, stabilitas harga,tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neracayang berkesinambungan. Ilmu ekonomi makro mempelajari variable-variabel ekonomi secara agregat

(keseluruhan). Variabel tersebut antara lain: pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar,laju inflasi,pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran Internasional. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajarai variable-variabel

ekonomi daam lingkup kecil misalnya perusahaan,rumah tangga. Masalah-masalah ekonomi terjadi disetiap Negara, baik Negara maju dan juga Negara berkembang. Oleh karena itu, pemerintah menciptakan kebijakan-kebijakan makro ekonomi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik. Makalah ini akan membahas mengenai kebijakan-kebijkan makro ekonomi yang ada di Indonesia dan masalah ekonomi yang terjadi.

1.2.Permasalahan Indonesia adalah Negara berkembang yang masih memilik masalah khususnya maalah ekonomi, baik ekonomi mikro maupun ekonomi makro.Dalam makalah ini akan membahas mengenai kondisi makro ekonomi dan bvagaimana kebijakan-kebijakan ekonomi makro di Indonesia, apakah sudah berjalan dengan baik?.

1.3.Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kondisi makro ekonomi di Indonesia, membahas mengenai kebijakan makro ekonomi yang ada masalah makro eknomi yang sedang terjadi di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN 2.1.Kondisi Ekonomi Makro Indonesia Fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997. Indeks Harga saham Gabungan ( IHSG) yang mencapai indeks 2000 merupakan angka tertinggi dalam sejarah Indonesia. Meski demikian, konstelasi perekonomian sekarang jauhlebih bagus dari 2007. Hal itu ditamdai dengan kuatnya cadangan devisa saat ini yang mencapai 49 miliar dolar AS, sedangkan pada 1997adangan devisa diserbu para spekulan. Indikasi kuatnya perekonomiaan tersebut adalah nilai ekspor yang menguat, selain itu ditandai juga dengan penguatan nilai rupiah. Namun permasalahan yang dihadapi sat ini adalah belum bergeraknya sector riil. Uang yang diperoleh dari penanaman modal, yang sebenarnya merupakan dana jangka pendek, banyak digunakan untuk investasi jangka panjang seperti investasi properti.

2.2 Beberapa faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro di Indonesia Krisis Subprime mortgage dan Pelemahan US Dollar Krisis keuangan dunia yang sedang dihadapi saat ini salah satu penyebabnya bermula dari adanya krisis akibat default dari subprime mortgages di Amerika Serikat yang telah merugikan berbagai lembaga keuangan dunia. Akibat krisis itu Bank Sentral (Fed) Amerika terpaksa menurunkan suku bunga sampai 3% dan menyuntikan dana agar dalam jumlah besar untuk memulihkan kepercayaan investor setelah pasar modal di Amerika Serikat anjlok. Kenaikan Harga Minyak Kemellut ekonomi dunia saat ini selain dipicu oleh krisis keuangan di Amerika Serikat juga dipicu kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga berbagai komoditi baik yang berhubungan langsunfg dengan minyak bumi maupun komoditi yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dmpak kenaiakan harga minyak. Walaupun harga BBM bersubsidi belum naik, namun kenaikan harga minyak dunia sudah dirasakan dampaknya. Harga BBM untuk industry yang mengikuti harga pasar terus naik, sehingga mendorong naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai barang sudah mulai merangkak naik. Kenaikan Harga Komoditi Primer Dampak kenaikan harga berbagai komoditi primer didunia saat ini memiliki dua sisi yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang tambang seperti Nikel ,batubara,emas,timah, minyakan gas,maupun komoditi agribisnis seperti kelapa Sawit, karet,dll,kenaikan harga komoditi menyebebkan nilai ekspor Indonesia meningkat. Namun kenaikan harga komoditi juga berdampak kepadakenaikan harga barang-barang di

pasardalam negeri, seperti naiknya harga minyak goring,kacang kedelai,batubara, dll yang mnyebebkan meningkatnya biaya yang harus ditanggung masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun karena meningkatnya in flansi. Kenaikan harga bahan Makanan Seakan reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya produksidan produk substitusinya. Akibatny harga bahan makanan juga naik. Hal ini didorong oleh kekhawatiran didunia bahan persediaan bahan makanan pokok seperti beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga harganya naik. Proyeksi menurut Bank dunia Dengan melambatnya ekononi duni, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia uga akan terkena dampaknya. Hal ini disebabkan Indonesia masih b ergantung kepada ekspor kenegara maju seperti Amerika serikat yang sedang menuju resesi sehingga permintaan terhadap produk impor menurun.

2.3. Kebijakan dan Masalah Makro Ekonomi di Indonesia Kondsi ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik. Namun dibalik kondisi itu tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan. Masalah ini menyangkut pada kebijakan yang dijalankan oleh Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia, selaku bank sentral. Kedua Institusi ini telah gagal atau memenga sengaja untuk tidak menjaga keseimbngan perdagangan luar negeri ( ekspor dan impor) dengan maksud untuk mengejar target inflasi yang rendah. Atau dengan kata lain,berupaya agar nilai tukar rupiah menguat untk menekan tingkat inflasi.Kebijakan ini berdampak pada tingkat pengangguran menjadi tinggi dan tidak bangkitnya sector riil.Pengangguran yang tinggi dan tersendatnya sector riil inilah yang merupakan masalah dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia. Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga kepentingan kegiatan ekspor dan impor. Dalam kebijakan yang berjalan, hal ini tidak dilakukan sehingga terjadi kepincangan antara kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan impor berjalan mulus dengan kuatnya nilai rtuar rupiah. Namun kegiatan ekspor terganggu karena daya saingnya di pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan untuk memperkuat ekspor juga menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai tukar rupiah tersebut. Harga barang ekspor Indonesia saat ini sangat relative mahal semenyara harga barang impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang semakin kuat.Inilah kepincangan yang dimaksud. Kekuatan dari keduanya ( ekspor dan impor) menjadi tidak seimbang dan ini tidak menyehatkan perekonomiaan Indonesia dalam jangka panjang. Kepincangan ini akan mempengaruhi ( mengurangi) penerimaan cadangan devisa dan ini sangat berbahaya. Hal ini juga memungkinkan bertmbahnya tenaga kerja yang menganggur jika nilai tukar rupiah semakin menguat, sejalan dengan semakin turunnya kegiatan ekspor. Bank

Indonesia selalu mengumumkan bahwa jumlah cadangan devisa Indonesia terus bertambah sehingga mereka sangat optimis dengan kekuatan ekonomi makro yang sebenarnya rapuh. Mereka tidak menyatakan bahwa naiknya jumlah cadangan devisa bukan dari ekspor tapi sebagian besar dari masuknya modal luar negeri ( capital inflow) yang sifatnya sementara, disaat imbal hasil yang diberikan perekonomian Indonesia relative tinggi. Tapi bagaimana jika kedaan ekonomi global membalik. Tentu capital inflow akan berubah menjadi capital outflow dan cadangan devisa akan turun dan nilai akan tukar rupiah akan terkoreksi sangat dalam. Jadi apa yang dikatakan bahwa cadangan devisa Indonesia cukup kuat sifatnya adalah sementara (kondisional ), yang didasarkan pada kondisi ekonomi global bukan atas dasar kekuatan inti ekonomi Indonesia. Dengan demikian terjawablah sudah mengapa perekonnomiaanmakro yang semakin kuat tidak menyentuh dan mendorong sector ekonomi riil. Dengan demikian terjawablah sudah mengapa ditengah ekonomi makro yang kuat, yang dinyatakan pemerintah, justru tingkat pengangguran semakin tinggi. Kebijakan kementrian Keuangan dan Bank Indonesia ini didasarkan pada keinginan mereka untuk memfokuskan peran mereka pada tingkat inflasi yang rendah dan ingin mendapatkan suku bunga yang rendah. Memang benar bahwa nilai tukar rupiah dan suku bunga merupakan faktor pendorong naiknya inflasi dan oleh sebab itu perlu dikawal. Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia menjadikan pencapaian tingkat innflansi yang rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak melihat pada sektor yang lainnya seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang mnganggur dan sebagainya. Itu berarti mereka lebih senang bermain di sektor keuangan dari pada sektor riil.Mereka lebihsenang

bermain dalam hitungan angka-angka yang tidak membumu pada perekonomian Indonesia daripada bagaiman mendorong perekonomiaan riil, meningkatkan produks dan meningkatkan kesempatan kerja. Berdasarkan pengamatan, Bank Indonesia sendiri selalu terlambat melakukan intervensi dikala nilai tukar rup[iah menguat. Tidak demikian yang dilakukan oleh Bank of japan, bank sentral jepang. Mereka sangat sensitif dengan menguatnya mata uang Yen karena akan mengganggu kinerja ekspor mereka. Kekuatan ekonomi jepang ada pada ekspor barang industry. Jepang sangat kuat menjaga kestabilan nilai tukar mata uang Yen. Berbeda dengan jepang, justru Bank Indonesia segera melakukan intervensi dikala nilai tukar ruiah melemah. Bank Indonesia segera melakukan Intervensi dikala nilai tukar rupaiah melemah. Bank Indonesia sangat berkepentingan dengan penguatan nilai tukar rupiah dalam upaya mengejar target inflasi. Kebijakan Bank Indonesia tidak memihak pada pengembangan sektor riil, khususnya kegiatan ekspor. Kita juga melihat bagaiman kebijakan Kementrian Perdagangan tidak diperhatikan dikala Kementrian Keuangan menetapkan sebuah kebjakan. Kebijakan ekonomi makro yang dijalankan oleh Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia betul-betul hanya bermain disektor keuangan dengan mengabaikan sektor riil. Dalam jangka panjang ini sangat berisiko. Diharapkan agar kebijakan in dpatv ditinjau kembali sebelum terjadi hal yang tidakdiinginkan. Kebijakan ekonomi makro adalah suatu kebjakan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Seharusnya, itulah yang perlu dilakukan oleh Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia. Ciptakanlah suatu kebijakan ekonomimakro yang bisa menaungi kepentingan sektor keuangan dan sektor riil secara bersama-sama agar perekonomiaan Indonesia bisa bangkit.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga( household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi ndibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997. Kebijakan makro ekonomi ditujukan untuk memperbaiki dan menjaga kestabilan perekonomian Negara. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah tidak hanya sekedar mengejar target inflasi yang rendah guna memperbaikikondisi keuangan Negara. Seharusnya tidak demikian karena kebijakan ekonomi makro menyagkut pada banyak hal seperti bagaimana mendorong sektor riil, bagaimana memperbesar kesempatan kerja, bagaimana menjega kestabilan nilai tukar rupiah (bukan penguatan nilai tukar ) dan bagaimana menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri ( ekspor dan impor). Makro ekonomi mencakup pada kegiatan yang luas dan tidak hanya dengan memperhatikan satu elemen saja.

3.2. Saran Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan terjadi di masyarakat. Kebijakan kebijakan makro ekonomi yang baik seharusnya memperkut perekonomian Negara secara keseluruhan.

You might also like