You are on page 1of 10

Gangguan Psikosomatis

DEFINISI
Gangguan psikosomatis adalah gangguan yg terjadi karena adanya kelainan atau gangguan psikis yang akhirnya menimbulkan keluhan fisik pasien tersebut.

KLASIFIKASI
Pada umumnya penderita dengan gangguan psikosomatis dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1. terdapat keluhan tentang fisik, akan tetapi tidak terdapat penyakit fisik dan kelainan organik yang dapat menyebabkan keluhan tersebut (gangguan somatoform) 2. terdapat kelainan organik tetapi yang primer yang menyebabkannya adalah faktor psikologis 3. terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala lain yang timbul bukan sebab penyakit organik itu, akan tetapi karena faktor psikologis. Faktor psikologis ini mungkin timbul akibat penyakit organik seperti kecemasan.

ETIOLOGI
1. Stres Umum Suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana individu tidak dapat berespon secara adekuat. Contohnya kematian pasangan, perceraian dan kematian anggota keluarga dekat. Orang yang menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan.

2.

Stres Spesifik dan Non Spesifik Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe kepribadian tertentu yang pertama kali

diidentifikasi berhubungan dengan kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan keras dan agresif yang cenderung mengalami oklusi miokardium). 3. Faktor Hormonal Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit. Seperti pada sindroma adaptasi umum Hans Selye, dimana hidrokortison adalah mediatornya, mediator mungkin mengubah fungsi sumbu hipofisis anterior hipotalamus adrenal dan penciutan limfoit. Dalam rantai hormonal, hormon dilepaskan dari hipotalamus dan menuju hipofisis anterior, dimana hormon tropik berinteraksi secara langsung atau melepaskan hormon dari kelenjar endokrin lain. Variabel penyebab lainnya mungkin adalah kerja monosit sistem kekebalan. Monosit berinteraksi dengan neuropeptida otak, yang berperan sebagai pembawa pesan (messager) antara sel-sel otak. Jadi, imunitas dapat mempengaruhi keadaan psikis dan mood.

PATOFISIOLOGI
Keluhan-keluhan organik akibat gangguan psikis terjadi karena proses emosi yang terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom vegetatif ke alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom vegetatif tersebut, seperti kardiovascular, traktus digestifus, respiratorius, sistem endokrin dan traktus urogenital. Gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada gangguan psikosomatis 1. Gangguan gastro intestinal Ulkus peptikum Kolitis ulceratif Obesitas Anorexia nervosa

2. Gangguan kardiovaskular Penyakit arteri koroner Hipertensi esensial Gagal jantung kongestif Sinkop vasomotor Aritmia jantung
2

3. Gangguan pernapasan Asma bronkialis Hayfever Sindroma hiperventilasi Tuberkulosis

4. Gangguan endokrin Hipertiroidisme Diabetes melitus Premenstrual syndrome Menopause distress Amenorhoea idiopatik

5. Gangguan pada kulit Pruritus menyeluruh Puritus setempat Hiperhidrosis

6. Gangguan muskuloskeletal Arthritis rheumatoid Low back pain

Gangguan Somatoform (briquets syndrome)


Gangguan somatoform merupakan kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala yang muncul biasanya nyeri, muntah, depresi, dan dizziness.

ETIOLOGI
Faktor psikoedukatif
3

Konflik Krisis Frustasi Tekanan Salah asah, asih dan asuh Kebutuhan psikologik : rasa aman, nyaman, di perhatikan

Faktor Sosio cultural Problem dengan kelompok Problem dengan lingkungan Problem dengan pekerjaan Problem dengan permahan Problem dengan pernikahan Problem dengan ekonomi

Ada lima gangguan kategori somatoform yang spesifik adalah : a. Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ berpindah-pindah. b. Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis. c. Gangguan hipokondrik ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu. d. Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat e. Undiferentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform yang tidak digolongkan salah satu di atas yang ada selama enam bulan atau lebih. Gangguan yang paling sering adalah gangguan somatisasi dan hipokondrik

GANGGUAN SOMATISASI Ganguan ini ditandai dengan adanya keluhan-keluhan berupa gejala fisik yang bermacammacam dan hampir mengenai semua sistem tubuh. Keluhan ini biasanya sudah berlangsung lama dan biasanya keluhannya berulang-ulang namun berganti-ganti tempat. Menurut DSM-IV-TR kriteria dari somatization disorder adalah memiliki sejarah dari banyak keluhan fisik selama bertahun-tahun; memiliki 4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal, 1 gejala sexual, dan 1 gejala pseudoneurological; gejala-gejala yang timbul tidak disebabkan oleh kondisi medis atau berlebihan dalam memberikan kondisi medis yang dialami. Pasien biasanya telah sering pergi ke berbagai macam dokter ( doctor shopping ). Beberapa pasien bahkan ada yang sampai dilakukan operasi namun hasilnya negatif. Keluhan yang paling sering biasanya berhubungan dengan sistem organ gastrointestinal ( perasaan sakit, kembung, bertahak, mual dan muntah ) dan keluhan pada kulit seperti rasa gatal, terbakar, kesemutan, baal dan pedih. Pasien juga sering mengeluhkan rasa sakit di berbagai organ atau sistem tubuh, misalnya nyeri kepala, punggung, persendian, tulang belakang, dada atau nyeri saat berhubungan badan. Kadang juga terdapat keluhan disfungsi seksual dan gangguan haid. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Biasanya bermula sebelum usia 30an dan telah berlangsung beberapa tahun. Pasien biasanya tidak mau menerima pendapat dokter bahwa mungkin ada dasar psikologis yang mendasari gejalanya.

GANGGUAN HIPOKONDRIK Pada hipokondrik pasien biasanya mengeluhkan satu penyakit berat yang dalam pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya kelainan yang mendasarinya. Pasien merasa yakin bahwa ada sesuatu yang salah dalam dirinya dan selalu ingin diperiksa untuk memastikan adanya gangguan pada tubuhnya. Hal lain yang berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya. Pasien hipokondrik lebih menekankan pada pemeriksaan untuk mendeteksi penyakitnya bahkan pada pemeriksaan mahal sekalipun dan selalu mendesak dokter untuk melakukan hal tersebut. Jika dokter tidak mau menuruti keinginan pasien, pasien biasanya
5

akan mencari dokter lain sehingga pada pasien seperti ini sering ditemukan adanya riwayat kunjungan ke dokter yang sangat banyak.

PEMERIKSAAN
ANAMNESIS 1. Keluhan Utama (alas an berobat/dirawat) 2. Riwayat perjalanan penyakit (sekarang dan dulu) Pada anamnesis, pasien perlu juga ditanyakan hal-hal berikut : 1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat. 2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan. 3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau. 4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul. Pemeriksaan fisik dan penunjang (laboratorium dan radiologi) di lakukan sesuai dengan keluhan yang di keluhkan pasien untuk mengetahui apakah keluhan tersebut akibat keluhan organic yang sebenarnya atau karena proses psikologik. Untuk diagnosis perlu menggunakan 5 aksis yg dikenal dengan evaluasi multiaksial:

Aksis 1 : Sindrom klinik. Aksis 2 : Gangguan kepribadian / retardasi mental Aksis 3 : Kondisi medis umum Aksis 4 : problem psikososial dan lingkungan Aksis 5 : penilaian fungsi secara global
7

TERAPI
1. Terapi Biologis Terapi farmakologis a. Anti psikotik b. Anti depresan c. Anti manik d. Anti insomnia e. Stimulansia f. Anti konvulsi g. Anti parkinsonism h. Nootropika Obat yang biasa di gunakan adalah benzodiazepine karena obat tersebut memiliki efek terapeutik sebagai berikut : Sedative : untuk insomnia, sedasi, putus alcohol Anxiolitic : gangguan cemas, serangan panic Anti convulsant : epilepsy Muscle relaxant : ketegangan otot, spasme otot Amnestic : adjuvant pada kemoterapi / anxietas Antistress : hipertensi, angina, irritable bowel syndrome Terapi fisik ECT a. Berdasarkan letak elektrode ECT bilateral (bifronto temporal) ECT unilateral non dominant

b. Berdasarkan bentuk arus listrik Arus gelombang sinus Arus berdenyut (brief pulse)

2. Terapi psikologik : Psikoterapi Merupakan cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien dengan maksud menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala emosional yang ada,

mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. Tujuan psikoterapi : Menguatkan daya tahan mental yang telah dimiliki Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan Membuat orang menjadi : bahagia dan sejahtera, mengetahui dan mengerti, bertindak harmonis dan memuaskan lingkungan. Jenis-jenis psikoterapi : 1. Psikoterapi suportif Ventilasi : membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya Persuasi : terangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap permasalahannya Sugesti : menanamkan kepercayaan kepada pasien bahwa gejalagejala gangguannya akan hilang Reassurance : berusaha meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalahnya Bimbingan : member bimbingan yang praktis dan khusus/spesifik yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa pasien, agar ia lebih sanggup mengatasinya. 2. Psikoterapi reedukatif 3. Psikoterapi rekostruktif 3. Terapi sosial Manipulasi lingkungan Komunitas terapeutik

Daftar Pustaka 1. Lestari, Wiradinata I, alfian M. Gangguan Psikosomatik dan Penatalaksanaannya. Diunduh dari : http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/10/26/gangguanpsikosomatik-dan-penatalaksanaannya/. 26 Oktober 2008 2. Somatoform disorder. Diunduh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Somatoform. 19 Desember 2008 3. Spratt E G, DeMaso D R. Somatoform Disorder: Somatization. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/918628-overview. 30 Mei 2006 4. Pardamean E. Gangguan Somatoform. Diunduh dari : http://www.idijakbar.com/prosiding /gangguan_somatoform.htm. 27 Oktober 2007 5. Andri. Gangguan Somatoform. Diunduh dari : http://psikosomatikrsgm.blogspot.com /2008/03/gangguan-somatoform.html. 27 Maret 2008 6. Hakisukta. Sindroma somatisasi. Diunduh dari : http://ihasite.info/v1/?p=209. 20 Desember 2008 7. Ramadhani A V. Gangguan Somatoform dan disosiatif. Diunduh dari : http://aryaverdiramadhani.blogspot.com/2008/06/vj35vi2008-gangguansomatoform-dan.html. 20 Juni 2008

10

You might also like