You are on page 1of 10

Penggunaan Peredam Energi Gabungan Tipe Bak Tenggelam dan USBR Tipe III pada Bendung Irigasi Patuk,

Sleman Yogyakarta Hari Prasetijo Abstrak


Pada saat ini pemerintah berusaha untuk menciptakan swasembada pangan khususnya padi, oleh sebab itu Pemerintah melalui Pemeritah Daerah berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana jaringan irigasi melalui kegiatan rehabilitasi jaringan maupun perencanaan baru bagi daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah pertanian. Seperti halnya dengan keberadaan bendung patuk di daerah Sleman yang diperkirakan mampu mengairi daerah irigasi seluas 200 ha , bendung tersebut dibangun melalui swadaya masyarakat setempat. Kondisi bendung saat ini rusak berat baik di bagian bendung nya sendiri maupun pada bagian peredam energinya. Dari informasi masyarakat sekitar kerusakan dimulai pada bagian peredam energi yang mengalami patah akibat tidak mampu menahan aliran air yang kadang-kadang disertai bongkahan batu yang lama kelamaan menyebabkan kerusakan pada bagian bendung lainnya. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk peredam energi yang sesuai pada kondisi daerah tersebut, sedangkan tujuan penelitian adalah memberikan informasi bagi pemerintah daerah setempat dalam kegiatan peningkatan sarana dan prasarana jaringan irigasi serta untuk meningkatkan produksifitas pertanian dalam rangka menciptakan swasembada beras. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan penelitian kasus dan penelitian lapangan. Data-data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pelaksanaan penelitian ini adalah menganalisa kondisi loncatan air pada bendung kemudian dilakukan analisa beberapa peredam energi yang sesuai untuk kondisi loncatan air tersebut kemudian ditentukan bentuk yang paling aman baik terhadap konstruksinya maupun gerusan. Hasil dari analisa adalah pada bendung tersebut perlu dilengkapi dengan peredam energi gabungan tipe bak tenggelam dan USBR tipe III untuk mengamankan lantai peredam dari aliran sungai yang sering membawa bongkahan batu dan untuk mencegah terjadinya geuisan di bagian hilir peredam energi. Kata kunci -kata kunci : Loncat air , peredam energi

The Usage of Stilling Basin Combination from Bucket Type and United States Bureau of Reclamation (USBR) Type III at Patuk Irrigation Dam, Sleman, Yogyakarta Abstract
At the moment governmental tried to create self sufficiency in food especially paddy for the is governmental passed district goverrmment to cope to increase irrigation facilities and basic facilities through activity of rehabilitation of rrigation network and also planning (design) for district having potency to be developed to become agriculture district, As does with existence dam Patuk in district Sleman estimated can irrigate irrigation district with a width of 200 ha. The irrigation dam is built through self-supporting of local public. Condition of dam now weight breakdown either in main dam his own or at part of its the stilling basin. From information of public around damage started at part of stilling basin experiencing break as result of unable to detain river stream that is sometime is accompanied stone boulder that is over and over causes damage at division to dam other. intention of This research is to get form of stilling basin appropriate at condition of the district , while purpose of research is give information to local government in improvement activity of irrigation networking facilities and basic facilities and increase agriculture produksifity for the agenda of creating self sufficiency rice. Method in this research is descriptive research which is research of case and field study . Data applied consisted of primary data and secondary data. execution of This research is analyse condition of water jump at dam then is done analysis some stilling basins of appropriate for condition of the water jump then is determined form that is most safe either to its the construction and also scouring. Result from analysis is at dam the needs equiped with combination stilling basin bucket type and USBR type III basins to protect floor from river stream that is often brings stone boulder and prevent the happening of scouring in part of stilling basins downstream.

Keywords : Water jump , stilling basin

Hari Prasetijo adalah Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya I. 1.1 Pendahuluan Latar belakang Pada saat ini pemerintah berusaha untuk menciptakan swasembada pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan dari penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dampak dari peningkatan penduduk tersebut produktif mengakibatkan yang beralih banyak fungsi lahan menjadi Seperti halnya dengan keberadaan

bendung patuk yang diperkirakan mampu mengairi daerah irigasi seluas 200 ha, bendung tersebut dibangun melalui swadaya masyarakat setempat. Bendung Patuk termasuk bendung yang cukup besar dengan dimensi sebagai berikut : tinggi 5m lebar efektif bendung 38,69m. (Anonim, 2005 : IV1) Kondisi bendung saat ini rusak berat baik di bagian bendung nya sendiri maupun pada bagian peredam energinya. sekitar tidak Dari informasi mengalami masyarakat patah kerusakan mampu

kawasan perumahan , sementara itu masih banyak lahan yang banyak terdapat sumber air untuk keperluan air irigasi namun masih belum dikelola dengan baik sehingga hasil produksivitas pertanian di daerah tersebut masih belum maksimal. Oleh sebab itu pemerintah daerah mulai berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana bangunan dan jaringan irigasi baik melalui perencanan baru maupun kegiatan rehabilitasi bangunan yang sudah ada, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan produksivitas hasil Pertanian bagi masyarakat di sekitarnya. 1.2 Identifikasi Permasalahan Dari letak geografis Kabupaten Sleman merupakan daerah yang banyak terdapat 1.3

dimulai pada bagian peredam energi yang akibat menahan aliran air yang kadang-kadang disertai bongkahan batu yang lama kelamaan menyebabkan bendung lainnya. Dari permasalahan yang ada di daerah penelitian, maka untuk perbaikan bendung patuk diperlukan suatu pemilihan penggunaan peredam energi yang sesuai untuk kondisi di daerah penelitian. Batasan Masalah. desain bendung kerusakan pada bagian

sumber air untuk keperluan irigasi, namun masih belum dikelola dengan baik karena belum lengkapnya sarana dan prasarana jaringan irigasi.

1. Tidak membahas analisa hidrologi dan

2. Analisa dititik beratkan pada pemilihan peredam energi yang sesuai untuk daerah penelitian. 1.4 Rumusan Masalah

termasuk wilayah Kabupaten Sleman yang terletak sekitar 10 Km disebelah utara kota Yogyakarta.

KALIURANG

1. Bagaimana profil muka air di atas bendung? 2. Berapa tinggi air di awal dan di akhir loncatan air ? 3. Berapa panjang loncatan air di bagian hilir bendung ? 4. Bagaimana bentuk peredam energi yang sesuai dengan kondisi daerah penelitian ? 1.7 1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian adalah menentukan bentuk peredam energi yang sesuai dengan kondisi di daerah penelitian , sehingga dapat mengamankan dan melestarikan fungsi dari bangunan tersebut, selain itu diharapkan dapat efektif meningkatkan fungsi irigasi secara dan efisien dari serta meningkatkan ini adalah
MINGGIR

SEYEGAN NGAGLIK MLATI


KE SU RA A RT KA

Gambar 1. Daerah lokasi studi Landasan Teori Bendung Profil muka air di atas mercu bendung dihitung dengan prinsip konservasi energi (persamaan Bernaulli) dengan mengabaikan kehilangan energi akibat gesekan pada lereng bendung. Rumus umum kecepatan aliran di awal loncatan (Anonim, 1986 : 87) Vz= 2 g ( Z + H 1 YZ hf 2 g ( Z + H 1 Yz - Q/(B.Yz) = 0 dengan : Vz = kecepatan pada titik z / titik di bagian awal terjadinya loncatan air (m/dt) Yz = kedalaman air pada titik z (m) z = kedalaman titik z dibawah dasar bendung (m)

1.7.1.Profil Muka Air di Atas Mercu

I NGKID KE MU ELA NG MAG

TEMPEL TURI CANGKRINGAN

PAKEM

SLEMAN

NGEMPLAK

SLEMAN

PRAMBANAN

KALASAN DEPOK

intensitas tanam dan produksifitas tanam. Tujuan penelitian memberikan informasi tentang pemilihan penggunaan bangunan peredam energi yang sesuai bagi intansi terkait dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan petani setempat. 1.6 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Desa Pandowoharjo Kecamatan Tempel yang

H1 Q B Fz

= tinggi energi diatas mercu bendung = kapasitas bendung (m3/dt) = lebar bagian hilir bendung (m) = bilangan froude pada titik z

b. Tinggi air setelah loncatan Tinggi air setelah loncatan hidrolis dapat dicari dengan rumus berikut : (Chow, Ven Te, 1986 : 391) Y2 = 1 / 2. 1 + 8 Fr 2 1 Y1 dengan : Y2 Y1 Fr V1 g = kedalaman air setelah loncatan air (m) = kedalaman air di awal loncat air (m) = bilangan Froude = kecepatan awal loncatan (m/dt) = percepatan gravitasi (m/dt2) ~ 9,8

1.7.2.Loncatan Hidrolis Loncatan hidrolis adalah suatu loncatan air yang disebabkan perubahan aliran dari superkritis menjadi subkritis. (Raju, Ranga K.G, 1986 : 185)

1.7.3.Peredam Energi Gambar 2. Loncatan hidrolis a. Tinggi air awal loncatan Tinggi air di bagian awal loncatan dapat dicari dengan rumus berikut (Anonim, 1986 : 87) : Yz = dengan: Yz (Yj ) Y2 (Yd) HZ (HJ ) Vz q = tinggi air di bagian awal loncatan (m) tinggi air setelah loncatan hidrolis = (m) tinggi garis energi (m) = kecepatan aliran (m2/dt) = debit per satuan lebar (m2/dt) = Fz = dengan : Fz Vz Yz g = bilangan froude pada titik z = kecepatan pada titik z (titik dibagian awal terjadinya loncatan air) = kedalaman air pada titik z = percepatan gravitasi (m/dt2) ~ 9,8 q 2 g ( Hz Yz) Peredam energi adalah bangunan berupa lantai dengan ketebalan tertentu di bagian hilir bendung yang berfungsi untuk menahan gerusan di bagian hilir bendung atau merubah kondisi aliran dari super kritis (bilangan Froude >1) menjadi sub kritis (bilangan froude < 1). Besarnya bilangan Froude dapat dicari dengan rumus : (Anonim, 1986 : 88) Vz g.Yz

Syarat : a. Kriteria pemilihan peredam energi Pemilihan berdasarkan atas tipe besar peredam kecilnya energi debit Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m Bilangan Froude > 4,5

persatuan lebar di bagian hilir bendung dan bilangan Froude . Di bawah ini merupakan beberapa tipe peredam energi (Davidson, L.W, 1974 : 404, Chow, Ven Te, 1986 : 410) 1) USBR Tipe I Syarat : Bilangan Froude (Fr) < 4,5 Gambar 5.Peredam energi USBR Tipe III 4) USBR Tipe IV Syarat : Bilangan Froude 2,5 - 4,5

Gambar 3. Peredam energi USBR Tipe I 2) USBR Tipe II Syarat : Debit persatuan lebar (q) > 4,5 m3/dt/m Bilangan Froude > 4,5 Gambar 5. Peredam energi USBR Tipe IV 5) Peredam energi tipe bak tenggelam (Bucket Type) Syarat : Jika diperkirakan akan terjadi kerusakan Gambar 4. Peredam energi USBR tipe II 3) USBR Tipe III pada lantai kolam yang panjang akibat batu-batu besar yang terangkut lewat atas

Jika kedalaman konjugasi hilir dari loncatan air terlalu tinggi dibanding kedalaman air normal di hulu bendung (Peterka, A.J, 1978 : 91, Anonim, 2005 : V-10)

penelitian lapangan (Case study and field research). Data-data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil lansung dari lapangan baik berupa pengamatan maupun pengukuran yang berisi tentang : data lebar sungai dan data topografi dari sungai tersebut. Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari dinas maupun berasal dari laporan-laporan terdahulu. Data-data teknis bendung patuk adalah sebagai berikut : (Anonim,2005 :V-2)

Gambar 6. Peredam energi tipe bak tenggelam b. Panjang peredam energi Rumus panjang loncatan air adalah sebagai beikut : (Anonim, 1986 : 101) Lj = 5 (n+Y2) dengan : Lj = panjang kolam (m) n = tinggi ambang ujung (m) Y2 = kedalaman air di atas ambang (m) catatan : Jika panjang peredam energi lebih kecil dari panjang loncatan loncatan hidrolis hidrolis, agar maka tidak untuk terjadi panjang peredam energi dipakai panjang penggerusan di bagian hilirnya. II. Metodologi penelitian Jenis penelitian yang metode penelitian kasus dalam dan ini adalah penelitian deskriptif penelitian

tinggi bendung 5 m lebar sungai/ lebar bendung sesungguhnya 40 m lebar efektif bendung 38,69m panjang bendung 8,30m debit banjir rencana (Q25th ) 229,83 m3/dt jumlah pilar 3 buah tinggi muka air rencana di atas mercu bendung 1,931 m kemiringan lereng bagian hulu bendung 1:3 kemiringan lereng bagian hilir bendung 1 :1 Tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Menganalisa profil muka air di atas mercu bendung Menghitung tinggi muka air pada awal loncatan

merupakan

Menghitung tinggi muka air setelah loncatan Menganalisa beberapa peredam energi yang sesuai untuk kondisi loncatan dan kondisi aliran daerah setempat.
Gambar Profil Muk a Air Untuk B endung Patuk

Menentukan bentuk peredam energi yang sesuai untuk bendung patuk yang aman dari segi konstrusi maupun gerusan yang terjadi. III. Pembahasan dan Hasil 3.1 Profil Muka Air di Atas Mercu Data-data teknis adalah sebagai berikut (Anonim, 2005 : V-4) He Qrencana Lebar efektif bendung Tinggi bendung Elevasi mercu bendung Z = 1,931 m = 229,83 m3/dt = 38,69 m =5m = 270 m
Elevasi (m)

276

Profil ben d ung


274

Profil M uka A ir

272

+2 7 1 .8 9

+ 270 +2 7 0 .0 0

268

266

Gambar 7. Profil muka air di atas mercu


-8 -6 -4 -2 0 2 J a ra k (m ) 4 6 8 10

264

Gambar 7. Profil muka air di atas bendung 3.2 Tinggi Air di Awal Loncatan Data -data yang diperlukan adalah sebagai berikut : (Anonim, 2005 : V-6) Debit persatuan lebar (q) = 5,94 m3/dt/m Hz g = 5,50 m = 9,81 m/dt2 Tinggi air di bagian awal loncatan dapat dicari dengan rumus berikut : Yz = Yz = q 2 g ( Hz Yz) 2.9,81( 5,50 Yz ) 5,94

Elevasi lantai hilir = 264,50 m = 5,5 m Utuk menentukan profil muka air dapat dihitung dengan rumus berikut : 2 g ( Z + H 1 Yz - Q/(B.Yz) = 0 Hasil perhitungan seperti disajikan pada tabel dan gambar berikut.
z Yz Vz 0 .3 0 1 .5 2 0 .3 5 1 bendung .5 0 0 .4 2 1 .3 3 0 .4 8 1 .2 4 0 .5 5 1 .1 7 0 .6 3 1 .1 2 0 .7 1 1 .0 7 0 .7 9 1 .0 3 0 .8 8 1 .0 0 0 .9 7 0 .9 6 1 .0 6 0 .9 3 1 .1 2 0 .9 2 2 .2 2 0 .7 2 3 .3 1 0 .6 2 4 .4 1 0 .5 6 5 .5 0 0 .5 1 3 .9 2 3 .9 6 4 .4 7 4 .8 1 5 .0 8 5 .3 2 5 .5 4 5 .7 6 5 .9 6 6 .1 6 6 .3 6 6 .4 7 8 .1 9 9 .5 2 1 0 .6 5 1 1 .6 5 1 3 .8 8 .0 0 70 2 7 1 .5 3 0 Tabel 1..5 3 Tinggi 1muka 2di .0 0atas mercu 1 .0 2 1 .0 3 1 .2 4 1 .3 8 1 .5 0 1 .6 1 1 .7 1 1 .8 1 1 .9 1 2 .0 0 2 .1 0 2 .1 6 3 .0 7 3 .8 5 4 .5 5 5 .2 1 2 6 9 .7 0 2 6 9 .6 5 2 6 9 .5 8 2 6 9 .5 2 2 6 9 .4 5 2 6 9 .3 7 2 6 9 .2 9 2 6 9 .2 1 2 6 9 .1 2 2 6 9 .0 3 2 6 8 .9 4 2 6 8 .8 8 2 6 7 .7 8 2 6 6 .6 9 2 6 5 .5 9 2 6 4 .5 0 2 7 1 .2 2 2 7 1 .1 5 2 7 0 .9 1 2 7 0 .7 5 2 7 0 .6 2 2 7 0 .4 9 2 7 0 .3 7 2 7 0 .2 4 2 7 0 .1 2 2 7 0 .0 0 2 6 9 .8 7 2 6 9 .8 0 2 6 8 .5 1 2 6 7 .3 1 2 6 6 .1 5 2 6 5 .0 1 Fz E l le re n g b e n d u n gE l. M u k a A ir

Dengan cara trial and error diperoleh Yz =0,51 m 3.3 Tingi Air Setelah Loncatan

Data -data : Y1 (Yz) Fr (Fz) = 0,51 m = 5,21

Beda energi dihulu dan hilir (H) = 3,794 m Jarijari minimum yang diijinkan (Rmin) = 2,451 m ~ 3,5 m Tinggi air minimum di hilir (Tmin) = 3,537 m a = 0.1 R = 0.245 m ~ 0,25 m

Tinggi air setelah loncatan hidrolis dapat dicari dengan rumus berikut : Y2 = 1 / 2. 1 + 8 Fr 2 1 Y1

) )

Y2 = 1 / 2. 1 + 8(5,21) 2 1 0,51 Dipeoleh nilai Y2 = 2,68 m 3.4 Panjang Loncat Air

Tinggi ambang di bagian hilir kolam olak bisa dicari dengan rumus berikut (Anonim, 1986 : 101) : n= Yz(18 Frz ) 16 Gambar 8. Desain peredam energi tipe bak tenggelam 3.5.2 Peredam Energi USBR Tipe III Dari data-data yang ada, maka dipilih peredam energi USBR tipe III dengan dimensi sebagai berikut : Panjang peredam energi (Lj) :16.288 ~ 16.00 m Blok muka : Tinggi blok muka Lebar dan spasi blok Blok Halang : Jarak blok dari ujung bendung = 2,50 m Tinggi blok halang (n2) Lebar crest blok halang Lebar dan spasi blok halang Ambang Ujung Tinggi ambang (n) Tinggi tembok kolam olak = 0,30 m =3m = 0,70 m = 0,15 m = 0,50 m = 0.4 m = 0.4 m

0,51(18 5,21) = = 0,430 ~ 0,40 m 16 Lj = 5 (n+Y2) = 5 (0,40+2,68) = 15,43 m ~ 16 m 3.5 Perencanaan Peredam Energi Data-data (Anonim, 2005 : V-10) Qrencana Lebar efektif bendung Bilangan Froude (Fr) = 229,83 m3/dt = 38,69 m

Debit persatuan lebar (q) = 5,94 m3/dt/m = 5,21 3.5.1 Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam Tinggi energi di atas mercu (H1 )=1,93m Kedalaman air kritis (hc) = 1,532 m

No 1

Gambar 9. Desain peredam energi USBR tipe III

Karena tipe peredam ini mempunyai panjang (R) 3,5 m yang lebih pendek dari panjang loncatan air, sehingga rawan terjadi gerusan pada bagian hilir 2 USBR Panjang Tipe ini Tipe III peredam tidak sesuai energi 16 m untuk sama dengan kondisi panjang aliran yang loncatan air, sering sehingga membawa aman bongkahan terhadap batu gerusan pada sehingga bagian hilir dapat merusak lantai peredam energi 3.7 Peredam Energi Gabungan antara Bak Tenggelam dan USBR Tipe III. Dari tabel di atas, untuk bendung irigasi Patuk digunakan peredam energi tipe

Peredam Keuntungan Energi Bak Sesuai untuk Tenggelam kondisi aliran yang sering membawa bongkahan batu yang dapat merusak lantai peredam energi

Kerugian

3.6

Keuntungan/kerugian

Peredam

gabungan, yaitu tipe bak tenggelam dan USBR Tipe III. Gambar desain seperti disajikan pada gambar berikut :

Energi Tipe Bak Tenggelam dan USBR Tipe III Tabel 2. Keuntungan / kerugian peredam energi tipe bak tenggelam dan USBR tipe III Jenis

Jenderal Gambar 10. Desain peredam energi tipe gabungan IV. Kesimpulan dan saran 4.1. Kesimpulan Dari hasil analisa penelitian didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Tinggi air di awal loncatan air 0,5 m tinggi air setelah loncatan 2,68 m 2. Panjang loncatan air 16 m 3. Peredam energi energi yang sesuai tipe untuk bak bendung patuk adalah adalah peredam gabungan antara tenggelam dan USBR tipe III.

Pengairan

Departemen

Pekerjaan Umum. Anonim, 2005. Laporan Akhir Perencanaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Pulowatu dan D.I Patuk Kabupaten Sleman. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum : Satuan Kerja Sementara Irigasi Andalan Yogyakarta, Pembinaan dan Perencanaan Yogyakarta. Chow, Ven Te, 1986. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga. Peterka, A.J, 1978. Hydraulic Design of Stilling Basins and Energy Dissipators. United States Departement of The Interior, Office. 4.2. Saran Untuk lebih amannya terhadap bahaya gerusan diibagian akhir dari peredam ini sebaiknya perlu dipasangi bronjong. V. Daftar Pustaka (second Edition). United and States IBH Raju, Ranga K.G, 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga. Bureau of Reclamation : United States Government Printing Irigasi Andalan

Davidson,L.W, 1974. Design of Small Dams Departement of The Interior, Bureau of Reclamation : Publishing Co. Anonim, 1986. Standar Perencanaan Irigasi (kriteria Perencanaan 04). Direktorat Oxford

You might also like