183 < Sebelum Sesudah > LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini dibedakan atas : 1. ELEKTROLIT KUAT Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah: a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl0 3 , H 2 SO 4 , HNO 3 dan lain-lain. b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH) 2 , Ba(OH) 2 dan lain-lain. c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al 2 (SO 4 ) 3 dan lain-lain
2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH 3 COOH, HCN, H 2 CO 3 , H 2 S dan lain-lain b. Basa-basa lemah seperti : NH 4 OH, Ni(OH) 2 dan lain-lain c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO 4 , PbI 2 dan lain-lain Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Konsentrasi Larutan Kimia Kelas 2 > Larutan 184 < Sebelum Sesudah > Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya: 1. FRAKSI MOL Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh: Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B. maka: XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3 XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7 * XA + XB = 1 2. PERSEN BERAT Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan. Contoh: Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat : - gula = 5/100 x 100 = 5 gram - air = 100 - 5 = 95 gram 3. MOLALITAS (m)
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Contoh: Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air ! - molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m 4. MOLARITAS (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Contoh: Berapakah molaritas 9.8 gram H 2 SO 4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ? - molaritas H 2 SO 4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M 5. NORMALITAS (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H + . Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH - . Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :
N = M x valensi
Pendahuluan Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen 185 < Sebelum Sesudah > Besarnya konsentrasi ion H + dalam larutan disebut derajat keasaman. Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH. pH = - log [H + ] Untuk air murni (25 o C): [H + ] = [OH - ] = 10 -7 mol/l pH = - log 10 -7 = 7
Atas dasar pengertian ini, ditentukan: - Jika nilai pH = pOH = 7, maka larutan bersifat netral
- Jika nilai pH < 7, maka larutan bersifat asam
- Jika nilai pH > 7, maka larutan bersifat basa
- Pada suhu kamar: pK w = pH + pOH = 14
Menyatakan pH Larutan Asam Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen 186 < Sebelum Sesudah > Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus ditentukan (dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah. 1. pH Asam Kuat
Bagi asam-asam kuat ( o = 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung langsung dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya).
Contoh: 1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.01 M HCl !
Jawab: HCl(aq) H + (aq) + Cl - (aq) [H + ] = [HCl] = 0.01 = 10 -2 M pH = - log 10 -2 = 2 2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat !
Jawab: H 2 SO 4 (aq) 2 H + (aq) + SO 4 2- (aq) [H + ] = 2[H 2 SO 4 ] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10 -1 M pH = - log 10 -1 = 1
2. pH Asam Lemah Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya = 1 (0 <o < 1) maka besarnya konsentrasi ion H + tidak dapat dinyatakan secara langsung dari konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah menghitung besarnya [H + ] dengan rumus [H + ] = \(C a . K a ) dimana: C a = konsentrasi asam lemah K a = tetapan ionisasi asam lemah Contoh: Hitunglah pH dari 0.025 mol CH 3 COOH dalam 250 ml larutannya, jika diketahui Ka = 10 -5
Jawab: Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0.1 M = 10 -1 M [H + ] = \(C a . K a ) = 10 -1 . 10 -5 = 10 -3 M pH = -log 10 -3 = 3 Menyatakan pH Larutan Basa Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen 187 < Sebelum Sesudah > Prinsip penentuan pH suatu larutan basa sama dengan penentuan pH larutam asam, yaitu dibedakan untuk basa kuat dan basa lemah. 1. pH Basa Kuat Untuk menentukan pH basa-basa kuat (o = 1), maka terlebih dahulu dihitung nilai pOH larutan dari konsentrasi basanya. Contoh: a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0.1 M ! b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH) 2 0.01 M ! Jawab: a. KOH(aq) K + (aq) + OH - (aq) [OH - ] = [KOH] = 0.1 = 10 -1 M pOH = - log 10 -1 = 1 pH = 14 - pOH = 14 - 1 = 13 b. Ca(OH) 2 (aq) Ca 2+ (aq) + 2 OH - (aq) [OH -1 ] = 2[Ca(OH) 2 ] = 2 x 0.01 = 2.10 -2 M pOH = - log 2.10 -2 = 2 - log 2 pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2
2. pH Basa Lemah Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya = 1, maka untuk menyatakan konsentrasi ion OH- digunakan rumus: [OH - ] = \(C b . K b ) dimana: C b = konsentrasi basa lemah K b = tetapan ionisasi basa lemah Contoh: Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH 4 OH, jika diketahui tetapan ionisasinya = 10 -5 ! Jawab: [OH - ] = \(C b . K b ) = 10 -3 . 10 -5 = 10 -4 M pOH = - log 10 -4 = 4 pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10
Larutan Buffer Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen 188 < Sebelum Sesudah > Larutan buffer adalah: a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut. Contoh: - CH 3 COOH dengan CH 3 COONa - H 3 PO 4 dengan NaH 2 PO 4
b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut. Contoh: - NH 4 OH dengan NH 4 Cl Sifat larutan buffer: - pH larutan tidak berubah jika diencerkan. - pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.
CARA MENGHITUNG LARUTAN BUFFER 1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengangaramnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus: [H + ] = K a . C a /C g
pH = pK a + log C a /C g
dimana: C a = konsentrasi asam lemah C g = konsentrasi garamnya K a = tetapan ionisasi asam lemah Contoh: Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan 0.1 mol natrium Asetat dalam 1 1iter larutan ! K a bagi asam asetat = 10 -5
Jawab: C a = 0.01 mol/liter = 10 -2 M C g = 0.10 mol/liter = 10 -1 M pH= pK a + log C g /C a = -log 10 -5 + log -1 /log -2 = 5 + 1 = 6
2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengangaramnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus: [OH - ] = K b . C b /C g
pOH = pK b + log C g /C b
dimana: C b = konsentrasi base lemah C g = konsentrasi garamnya K b = tetapan ionisasi basa lemah Contoh: Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH 4 OH dengan 0.1 mol HCl ! (K b = 10-5) Jawab: NH 4 OH(aq) + HCl(aq) NH 4 Cl(aq) + H 2 O(l) mol NH 4 OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol mol NH 4 OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol mol NH 4 Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH 4 Cl) maka campurannya akan membentuk Larutan buffer. C b (sisa) = 0.1 mol/liter = 10 -1 M C g (yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10 -1 M pOH = pK b + log C g /C b = -log 10 -5 + log 10 -1 /10 -1 = 5 + log 1 = 5 pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9
Hidrolisis Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen 189 < Sebelum Sesudah > Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.
ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU : 1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat(misalnya NaCl, K 2 SO 4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian nilai pH = 7 (bersifat netral). 2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH 4 Cl, AgNO 3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam). 3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH 3 COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa). 4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya CH 3 COONH 4 , Al 2 S 3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung harga K a den K b .
Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen 190 < Sebelum Sesudah > Karena untuk jenis ini garamnya selalu bersifat asam (pH < 7) digunakan persamaan: [H + ] = \K h . C g
dimana : K h = K w /K b
K h =
konstanta hidrolisis Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan: pH = 1/2 (pK W - pK b - log C g )
Contoh: Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.1 M NH 4 Cl ! (Kb = 10 -5 ) Jawab: NH 4 Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara langsung. pH = 1/2 (pK w - pK b - log C g ) = 1/2 (-log 10 -14 + log 10 -5 - log 10 -1 ) = 1/2 (14 - 5 + 1) = 1/2 x 10 = 5
Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah Kimia Kelas 2 > Eksponen Hidrogen 191 < Sebelum Sesudah > Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam perhitungan digunakan persamaan: [OH - ] = \ K h . C g
dimana: K h = K w /K a
K h = konstanta hidrolisis Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan: pH = 1/2 (pK w + pK a + log C g )
Contoh: Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam asetat ! (K a = 10 -5 ). Jawab: NaOH + CH 3 COOH CH 3 COONa + H 2 O - mol NaOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol - mol CH 3 COOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan, maka tidak ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH 3 COONa) yang terbentuk. - mol CH 3 COONa = 0.002 mol (lihat reaksi) - C g = 0.002 mol/200 ml = 0.002 mol/0.2 liter = 0.01 M = 10 -2 M - Nilai pH-nya akan bersifat basa (karena garamnya terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat), besarnya: pH = 1/2 (pK w + pK a + log C g ) = 1/2 (14 + 5 + log 10 -2 ) = 1/2 (19 - 2) = 8.5
Teori Asam Basa Kimia Kelas 2 > Teori Asam-Basa Dan Stokiometri Larutan 192 < Sebelum Sesudah > A. MENURUT ARRHENIUS
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H + . Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH - . Contoh:
1) HCl(aq) H + (aq) + Cl - (aq) 2) NaOH(aq) Na + (aq) + OH - (aq)
B. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor. Contoh:
1) HAc(aq) + H 2 O(l) H 3 O+(aq) + Ac - (aq) asam-1 basa-2 asam-2 basa-1 HAc dengan Ac - merupakan pasangan asam-basa konyugasi. H 3 O+ dengan H 2 O merupakan pasangan asam-basa konyugasi. 2) H 2 O(l) + NH 3 (aq) NH 4 + (aq) + OH - (aq) asam-1 basa-2 asam-2 basa-1 H 2 O dengan OH - merupakan pasangan asam-basa konyugasi. NH 4 + dengan NH 3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi. Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter).
Stokiometri Larutan Kimia Kelas 2 > Teori Asam-Basa Dan Stokiometri Larutan 193 < Sebelum Sesudah > Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan. 1. Stoikiometri dengan Hitungan Kimia Sederhana Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang menyangkut hubungan kuantitas antara suatu komponen dengan komponen lain dalam suatu reaksi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: a. menulis persamann reaksi b. menyetarakan koefisien reaksi c. memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam bentuk larutan, maka mol larutan dapat dinyatakan sebagai: n = V . M dimana: n = jumlah mol V = volume (liter) M = molaritas larutan Contoh: Hitunglah volume larutan 0.05 M HCl yang diperlukan untuk melarutkan 2.4 gram logam magnesium (Ar = 24). Jawab: Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl 2 (aq) + H 2 (g) 24 gram Mg = 2.4/24 = 0.1 mol mol HCl = 2 x mol Mg = 0.2 mol volume HCl = n/M = 0.2/0.25 = 0.8 liter
2. Titrasi
Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Motode ini banyak dilakukan di laboratorium. Beberapa jenis titrasi, yaitu: 1. titrasi asam-basa 2. titrasi redoks 3. titrasi pengendapan Contoh: 1. Untuk menetralkan 50 mL larutan NaOH diperlukan 20 mL larutan 0.25 M HCl. Tentukan kemolaran larutan NaOH ! Jawab: NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H 2 O(l) mol HCl = 20 x 0.25 = 5 m mol Berdasarkan koefisien reaksi di atas. mol NaOH = mol HCl = 5 m mol M = n/V = 5 m mol/50mL = 0.1 M 2. Sebanyak 0.56 gram kalsium oksida tak murni dilarutkan ke dalam air. Larutan ini tepat dapat dinetralkan dengan 20 mL larutan 0.30 M HCl.Tentukan kemurnian kalsium oksida (Ar: O=16; Ca=56)! Jawab: CaO(s) + H 2 O(l) Ca(OH) 2 (aq) Ca(OH) 2 (aq) + 2 HCl(aq) CaCl 2 (aq) + 2 H 2 O(l) mol HCl = 20 x 0.30 = 6 m mol mol Ca(OH) 2 = mol CaO = 1/2 x mol HCl = 1/2 x 6 = 3 m mol massa CaO = 3 x 56 = 168 mg = 0.168 gram Kadar kemurnian CaO = 0.168/0.56 x 100% = 30%
Keradioaktifan Alam Kimia Kelas 2 > Zat Radioaktif 194 < Sebelum Sesudah > Definisi : Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari unsur-unsur yang bersifat radiokatif
MACAMNYA KERADIOAKTIFAN ALAM - Terjadi secara spontan
Misalnya: 92 238 U 90 224 Th + 2 4 He 1. Jenis peluruhan a. Radiasi Alfa - terdiri dari inti 2 4 He - merupakan partikel yang massif - kecepatan 0.1 C - di udara hanya berjalan beberapa cm sebelum menumbuk molekul udara b. Radiasi Beta - terdiri dari elektron -1 0 e atau -1 0 beta - terjadi karena perubahan neutron 0 1 n 1 1 p + -1 0 e - di udara kering bergerak sejauh 300 cm c. Radiasi Gamma - merupakan radiasi elektromagnetik yang berenergi tinggi - berasal dari inti - merupakan gejala spontan dari isotop radioaktif d. Emisi Positron - terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan hampir sama dengan elektron - terjadi dari proton yang berubah menjadi neutron 1 1 p 0 1 n + +1 0 e e. Emisi Neutron - tidak menghasilkan isotop unsur lain
2. Kestabilan inti - Pada umumnya unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83 adalah radioaktif. - Kestabilan inti dipengaruhi oleh perbandingan antara neutron dan proton di dalam inti. * isotop dengan n/p di atas pita kestabilan menjadi stabil dengan memancarkan partikel beta. * isotop dengan n/p di bawah pita kestabilan menjadi stabil dengan menangkap elektron. * emisi positron terjadi pada inti ringan. * penangkapan elektron terjadi pada inti berat.
3. Deret keradioaktifan
Deret radioaktif ialah suatu kumpulan unsur-unsur hasil peluruhan suatu radioaktif yang berakhir dengan terbentuknya unsur yang stabil.
a. Deret Uranium-Radium Dimulai dengan 92 238 U dan berakhir dengan 82 206 Pb b. Deret Thorium Dimulai oleh peluruhan 90 232 Th dan berakhir dengan 82 208 Pb c. Deret Aktinium Dimulai dengan peluruhan 92 235 U dan berakhir dengan 82 207 Pb d. Deret Neptunium Dimulai dengan peluruhan 93 237 Np dan berakhir dengan 83 209
Bi
Keradioaktifan Buatan, Rumus Dan Ringkasan 195 Kimia Kelas 2 > Zat Radioaktif < Sebelum Sesudah > KERADIOAKTIFAN BUATAN Perubahan inti yang terjadi karena ditembak oleh partikel. Prinsip penembakan: o Jumlah nomor atom sebelum penembakan = jumlah nomor atom setelah penembakan. o Jumlah nomor massa sebelum penembakan = jumlah nomor massa setelah penembakan. Misalnya: 7 14 N + 2 4 He 8 17 O + 1 1 p
RUMUS k = (2.3/t) log (N o /N t ) k = 0.693/t 1/2
t = 3.32 . t 1/2 . log N o /N t
k = tetapan laju peluruhan t = waktu peluruhan N o = jumlah bahan radioaktif mula-mula N t = jumlah bahan radioaktif pada saat t t 1/2 = waktu paruh
RINGKASAN 1. Kestabilan inti: umumnya suatu isotop dikatakan tidak stabil bila: a. n/p > (1-1.6) b. e > 83 e = elektron n = neutron p = proton 2. Peluruhan radioaktif: a. N t = N o . e -1
b. 2.303 log N o /N t = k . t c. k . t 1/2 = 0.693 d. (1/2) n = N t /N o
t 1/2 x n = t N o = jumiah zat radioaktif mula-mula (sebelum meluruh) N t = jumiah zat radioaktif sisa (setelah meluruh) k = tetapan peluruhan t = waktu peluruhan t 1/2 = waktu paruh n = faktor peluruhan Contoh: 1. Suatu unsur radioaktif mempunyai waktu paruh 4 jam. Dari sejumlah No unsur tersebut setelah 1 hari berapa yang masih tersisa ? Jawab: t 1/2 = 4 jam ; t= 1 hari = 24 jam t 1/2 x n = t n = t/t 1/2 = 24/4 = 6 (1/2) n = N t /N o (1/2) 6 = N t /N o N t = 1/64 N o
2. 400 gram suatu zat radioaktif setelah disimpan selama 72 tahun ternyata masih tersisa sebanyak 6.25 gram. Berapakah waktu paruh unsur radioaktif tersebut ? Jawab: N o = 400 gram N t = 6.25 gram t = 72 tahun (1/2) n = N t /N o = 6.25/400 = 1/64 = (1/2) 6
n = 6 (n adalah faktor peluruhan) t = t 1/2 x n t 1/2 = t/n = 72/6 = 12 tahun
Kimia Lingkungan Kimia Kelas 2 > Kimia Lingkungan 196 < Sebelum Sesudah > DEFINISI Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari pengaruh dari bahan kimia terhadap lingkungan. KETENTUAN Kimia lingkungan mempelajari zat-zat kimia yang penggunaannya dapat menguntungkan dibidang kemajuan teknologi tetapi hasil-hasil sampingannya merugikan, serta cara pencegahannya. MACAMNYA 1. Pencemaran udara 2. Pencemaran air 3. Pencemaran tanah 1. Pencemaran udara
a. Karbon monoksida (CO) - tidak berwarna dan tidak barbau - bersifat racun karena dapat berikatan dengan hemoglobin CO + Hb COHb - kemampuan Hb untuk mengikat CO jauh lebih besar dan O 2 , akibatnya darah kurang berfungsi sebagai pengangkut 0 2
b. Belerangdioksida (SO 2 ) - berasal dari: gunung api, industri pulp dengan proses sulfit dan hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang (S) - warna gas : coklat - bersifat racun bagi pernafasan karena dapat mengeringkan udara
c. Oksida nitrogen (NO dan NO 2 ) - pada pembakaran nitrogen, pembakaran bahan industri dan kendaraan bermotor - di lingkungan yang lembab, oksida nitrogen dapat membentuk asam nitrat yang bersifat korosif
d. Senyawa karbon - dengan adanya penggunaan dari beberapa senyawa karbon di bidang pertanian, kesehatan dan peternakan, misalnya kelompok organoklor - organoklor tersebut: insektisida, fungisida dan herbisida 2. Pencemaran air a. Menurunnya pH air memperbesar sifat korosi air pada Fe dan dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme air. b. Kenaikan suhu air mengakibatkan kelarutan O 2 berkurang. c. Adanya pembusukan zat-zat organik yang mengubah warna, bau dan rasa air. Syarat air sehat: - tidak berbau dan berasa - harga DO tinggi dan BOD rendah 3. Pencemaran tanah - Adanya bahan-bahan sintetik yang tidak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme seperti plastik. - Adanya buangan kimia yang dapat merusak tanah. 4. Dampak polusi
JENIS POLUTAN D A M P A K CO Racun sebab afinitasnya terhadap Hb besar NO Peningkatan radiasi ultra violet sebab NO menurunkan kadar O 3 (filter ultra violet) Freon s d a NO 2 Racun paru Minyak Ikan mati sebab BOD naik Limbah industri Ikan mati sebab BOD naik Pestisida Racun sebab pestisida adalah organoklor Pupuk Tumbuhan mati kering sebab terjadi plasmolisis cairan sel
Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan 206 < Sebelum Sesudah > Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Sifat koligatif meliputi: 1. Penurunan tekanan uap jenuh 2. Kenaikan titik didih 3. Penurunan titik beku 4. Tekanan osmotik Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Penurunan Tekanan Uap Jenuh Dan Kenaikan Titik Didih Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan 207 < Sebelum Sesudah > PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang. Menurut RAOULT: p = p o . XB dimana: p = tekanan uap jenuh larutan po = tekanan uap jenuh pelarut murni XB = fraksi mol pelarut Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi: P = P o (1 - X A ) P = P o - P o . X A
P o - P = P o . X A
sehingga: AP = po . XA dimana:
AP = penunman tekanan uap jenuh pelarut p o = tekanan uap pelarut murni X A = fraksi mol zat terlarut Contoh: Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20 o C adalah 18 mmHg. Jawab: mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol mol air = 90/18 = 5 mol fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048 Penurunan tekanan uap jenuh air:
AP = P o . X A = 18 x 0.048 = 0.864 mmHg
KENAIKAN TITIK DIDIH Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan: ATb = m . K b
dimana: ATb = kenaikan titik didih ( o C) m = molalitas larutan K b = tetapan kenaikan titik didih molal Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut) Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai: ATb = (W/Mr) . (1000/p) . K b
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai: Tb = (100 + ATb) o C
Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan 208 < Sebelum Sesudah > PENURUNAN TITIK BEKU Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai : AT f = m . K f = W/M r . 1000/p . K f
dimana: AT f = penurunan titik beku m = molalitas larutan K f = tetapan penurunan titik beku molal W = massa zat terlarut M r = massa molekul relatif zat terlarut p = massa pelarut Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai: T f = (O - AT f ) o C
TEKANAN OSMOTIK
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis). Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal: PV = nRT Karena tekanan osmotik = t , maka : t= n/V R T = C R T dimana : t= tekanan osmotik (atmosfir) C = konsentrasi larutan (mol/liter= M) R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/mol o K T = suhu mutlak ( o K) - Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis. - Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis. - Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Kimia Kelas 2 > Sifat Koligatif Larutan 209 < Sebelum Sesudah > Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama Contoh: Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur. - Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal. - Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) --> Na + (aq) + Cl - (aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal. Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai: o= jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < o < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya. 1. Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai: AT b = m . K b [1 + o(n-1)] = W/M r . 1000/p . K b [1+ o(n-1)] n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya. 2. Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai: AT f = m . K f [1 + o(n-1)] = W/M r . 1000/p . K f [1+ o(n-1)] 3. Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai: t= C R T [1+ o(n-1)] Contoh: Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, K b = 0.52 dan K f = 1.86) Jawab: Larutan garam dapur, NaCl(aq) --> NaF + (aq) + Cl - (aq) Jumlah ion = n = 2. AT b = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)] = 0.208 x 2 = 0.416 o C AT f = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)] = 0.744 x 2 = 1.488 o C Catatan: Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya dianggap 1.
Pengertian Dasar Kimia Kelas 2 > Hasil Kali Kelarutan 210 < Sebelum Sesudah > Bila sejumlah garam AB yang sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan terjadi beberapa kemungkinan: - Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi masih dapat larut larutan tak jenuh. - Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi tidak dapat larut larutan jenuh. - Garam AB larut sebagian larutan kelewat jenuh. Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya. Contoh: AgCl(s) Ag + (aq) + Cl - (aq) K = [Ag + ] [Cl - ]/[AgCl] K . [AgCl] = [Ag + ][Cl - ] K spAgCl = [Ag + ] [Cl - ] Bila Ksp AgCl = 10 -10 , maka berarti larutan jenuh AgCl dalam air pada suhu 25 o C, Mempunyai nilai [Ag + ] [Cl - ] = 10 -10
Kelarutan Kimia Kelas 2 > Hasil Kali Kelarutan 211 < Sebelum Sesudah > 1. Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air).
A n B(s) n A + (aq) + B n- (aq) s n.s s Ksp A n B = (n.s) n .s = n n .s n+1 s = n+i Ksp A n B/n n
dimana: s = sulobility = kelarutan Kelarutan tergantung pada: - suhu - pH larutan - ada tidaknya ion sejenis 2. Kelarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis AB(s) A + (aq) + B - (aq) s n.s s Larutan AX : AX(aq) A + (aq) + X - (aq) b b b maka dari kedua persamaan reaksi di atas:
[A + ] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila dibandingkan terhadap nilai b sehingga dapat diabaikan. [B -1 ] = s Jadi : Ksp AB = b . s Contoh: Bila diketahui Ksp AgCl = 10 -10 ,berapa mol kelarutan (s) maksimum AgCl dalam 1 liter larutan 0.1 M NaCl ? Jawab: AgCl(s) Ag + (aq) + Cl - (aq) s s s NaCl(aq) Na + (aq) + Cl - (aq) Ksp AgCl = [Ag + ] [Cl - ] = s . 10 -1
Maka s = 10 -10 /10 -1 = 10 -9 mol/liter Dari contoh di atas. kita dapat menarik kesimpulan bahwa makin besar konsentrasi ion sojenis maka makin kecil kelarutan elektrolitnya. a. Pembentukan garam-garam Contoh: kelarutan CaCO 3 (s) pada air yang berisi CO 2 > daripada dalam air. CaCO 3 (s) + H 2 O(l) + CO 2 (g) Ca(HCO 3 ) 2 (aq) larut b. Reaksi antara basa amfoter dengan basa kuat Contoh: kelarutan Al(OH) 3 dalam KOH > daripada kelarutan Al(OH) 3 dalam air. Al(OH) 3 (s) + KOH(aq) KAlO 2 (aq) + 2 H 2 O(l) larut c. Pembentukan senyawa kompleks Contoh: kelarutan AgCl(s) dalam NH 4 OH > daripada AgCl dalam air. AgCl(s) + NH 4 OH(aq) Ag(NH 3 ) 2 Cl(aq) + H 2 O(l) larut Mengendapkan Elektrolit Kimia Kelas 2 > Hasil Kali Kelarutan 212 < Sebelum Sesudah > Untuk suatu garam AB yang sukar larut berlaku ketentuan, jika: - [A + ] x [B - ] < Ksp larutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan - [A + ] x [B - ] = Ksp larutan tepat jenuh; larutan tepat mengendap - [A + ] x [B - ] > Ksp larutan kelewat jenuh; di sini terjadi pengendapan zat Contoh: Apakah terjadi pengendapan CaCO 3 . jika ke dalam 1 liter 0.05 M Na 2 CO 3 ditambahkan 1 liter 0.02 M CaCl 2 , dan diketahui harga Ksp untuk CaCO 3 adalah 10 -6 . Jawab: Na 2 CO 3 (aq) 2 Na + (aq) + CO 3 - (aq) [CO 3 2- ] = 1 . 0.05 / 1+1 = 0.025 M = 2.5 x 10 -2 M CaCl 2 (aq) Ca 2 + (aq) + 2Cl - (aq) [Ca 2+ ] = 1 . 0.02 / 1+1 = 0.01 = 10 -2 M maka : [Ca 2+ ] x [CO 3 2- ] = 2.5 x 10 -2 x 10 -2 = 2.5 x 10 -4
karena : [Ca 2+ ] x [CO 3 2- ] > Ksp CaCO 3 , maka akan terjadi endapan CaCO 3
Oksidasi - Reduksi Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 213 < Sebelum Sesudah > OKSIDASI REDUKSI Klasik
Oksidasi Reaksi antara suatu zat dengan oksigen
Reduksi Reaksi antara suatu zat dengan hidrogen
Modern Oksidasi
- Kenaikan Bilangan Oksidasi - Pelepasan Elektron Reduksi
- Penurunan Bilangan Oksidasi - Penangkapan Elektron
Oksidator
- Mengalami Reduksi - Mengalami Penurunan Bilangan Oksidasi - Memapu mengoksidasi - Dapat menangkap elektron
Reduktor
- Mengalami oksidasi - Mengalami kenaikan Bilangan Oksidasi - Mampu mereduksi - Dapat memberikan elektron
Auto Redoks
- Reaksi redoks di mana sebuah zat mengalami reduksi sekaligus oksidasi
Konsep Bilangan Oksidasi Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 214 < Sebelum Sesudah > Langkah-Langkah Reaksi Redoks Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 215 < Sebelum Sesudah > LANGKAH-LANGKAH PENYETARAAN REAKSI REDOKS 1. CARA BILANGAN OKSIDASI a. Tentukan mana reaksi oksidasi dan reduksinya. b. Tentukan penurunan Bilangan Oksidasi dari oksidator dan kenaikan Bilangan Oksidasi dari reduktor. c. Jumlah elektron yang diterima dan yang dilepaskan perlu disamakan dengan mengalikan terhadap suatu faktor. d. Samakan jumlah atom oksigen di kanan dan kiri reaksi terakhir jumlah atom hidrogen di sebelah kanan dan kiri reaksi. 2. CARA SETENGAH REAKSI a. Tentukan mana reaksi oksidasi dan reduksi. b. Reaksi oksidasi dipisahkan daui reaksi reduksi c. Setarakan ruas kanan dan kiri untuk jumlah atom yang mengalami perubahan Bilangan Oksidasi untuk reaksi yang jumlah atom-atom kanan dan kiri sudah sama, setarakan muatan listriknya dengan menambahkan elektron. d. Untuk reaksi yang jumlah atom oksigen di kanan dan kiri belum sama setarakan kekurangan oksigen dengan menambahkan sejumlah H2O sesuai dengan jumlah kekurangannya. e. Setarakan atom H dengan menambah sejumlah ion H+ sebanyak kekurangannya. f. Setarakan muatan, listrik sebelah kanan dan kiri dengan menambahkan elektron pada ruas yang kekurangan muatan negatif atau kelebihan muatan positif. g. Samakan jumlah elektron kedua reaksi dengan mengalikan masing-masing dengan sebuah faktor.
Pengertian Bilangan Oksidasi : Muatan listrik yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion. HARGA BILANGAN OKSIDASI 1. Unsur bebas Bialngan Oksidasi = 0
2. Oksigen
Dalam Senyawa Bilangan Oksidasi = -2 kecuali a. Dalam peroksida, Bilangan Oksidasi = -1 b. Dalam superoksida, Bilangan Oksida = -1/2 c. Dalam OF2, Bilangan Oksidasi = +2
3. Hidrogen Dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1
Kecuali dalam hibrida = -1
4. Unsur-unsur Golongan IA Dalam Senyawa, Bilangan Oksidasi = +2
5. Unsur-unsur Golongan IIA Dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +2
6. Bilangan Oksidasi molekul = 0
7. Bilangan Oksidasi ion = muatan ion
8. Unsur halogen F : 0, -1 Cl : 0, -1, +1, +3, +5, +7 Br : 0, -1, +1, +5, +7 I : 0, -1, +1, +5, +7
Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 216 < Sebelum Sesudah > Tahapan: 1. Tentukan perubahan bilangan oksidasi. 2. Setarakan perubahan bilangan oksidasi. 3. Setarakan jumlah listrik ruas kiri dan kanan dengan : H + pada larutan bersifat asam OH - pada larutan bersifat basa 4. Tambahkan H2O untuk menyetarakan jumlah atom H. Contoh: MnO 4 - + Fe 2+ Mn 2+ + Fe 3+ (suasana asam) .................-5 .....( 1. MnO 4 - + Fe 2+ Mn 2+ + Fe 3+
........................+1 2. Angka penyerta = 5 MnO 4 - + 5 Fe 2+ Mn 2+ + 5 Fe 3+
3. MnO 4 - + 5 Fe 2+ + 8 H + Mn 2+ + 5 Fe 3+
4. MnO 4 - + 5 Fe 2+ + 8 H + Mn 2+ + 5 Fe 3+ + 4 H 2 O
Elektrokimia Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 217 < Sebelum Sesudah > SEL ELEKTROKIMIA 1. Sel Volta/Galvani 1. terjadi penubahan : energi kimia energi listrik 2. anode = elektroda negatif (-) 3. katoda = elektroda positif (+)
2. Sel Elektrolisis 1. terjadi perubahan : energi listrik energi kimia 2. anode = elektroda positif (+) 3. katoda = elektroda neeatif (-)
Sel Volta Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 218 < Sebelum Sesudah > KONSEP-KONSEP SEL VOLTA Sel Volta 1. Deret Volta/Nerst a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au
b. Makin ke kanan, mudah direduksi sukar dioksidasi Makin ke kiri, mudah dioksidasi sukar direduksi
2. Prinsip 1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; Katoda terjadi reaksi reduksi 2. Arus elektron : anoda katoda ; Arus listrik : katoda anoda 3. Jembatan garam: menyetimbangkan ion-ion dalam larutan
MACAM SEL VOLTA 1. Sel Kering atau Sel Leclance = Katoda : Karbon = Anoda :Zn = Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO 2 + NH 4 Cl + sedikit Air
3. Sel Bahan Bakar = Elektroda : Ni = Elektrolit : Larutan KOH = Bahan Bakar : H 2 dan O 2
4. Baterai Ni - Cd = Katoda : NiO 2 dengan sedikit air = Anoda : Cd
Potensial Elektroda Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 219 < Sebelum Sesudah > POTENSIAL ELEKTRODA 1. Pengertian Merupakan ukuran terhadap besarnya kecenderungan suatu unsur untuk melepaskan atau mempertahankan elektron
2. Elektroda Hidrogen - E H 2 diukur pada 25 C, 1 atm dan {H + } = 1 molar - E H 2 = 0.00 volt
3. Elektroda Logam - E logam diukur terhadap E H 2
- Logam sebelah kiri H : E elektroda < 0 - Logam sebelah kanan H : E elektroda > 0
4. Cara Menghitung Potensial Elektroda Sel 1. E sel = E red - E oks 2. E sel = E sel - RT/nF ln C Pada 25 C : E sel = E sel - 0.059/n log C Elektroda tergantung pada : - Jenis Elektroda - Suhu - Konsentrasi ionnya
Catatan : E = potensial reduksi standar (volt) R = tetapan gas - [ volt.coulomb/mol.K] = 8.314 T = suhu mutlak (K) n = jumlah elektron F = 96.500 coulomb C = [bentuk oksidasi]/[bentuk reduksi]
Korosi Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 220 < Sebelum Sesudah > KOROSI 1. Prinsip Proses Elektrokimia Proses Oksidasi Logam
2. Reaksi perkaratan besi a. Anoda: Fe(s) Fe 2+ + 2e Katoda: 2 H + + 2 e - H2 2 H 2 O + O 2 + 4e - 4OH -
b. 2H+ + 2 H 2 O + O 2 + 3 Fe 3 Fe 2+ + 4 OH - + H 2
Fe(OH) 2 oleh O 2 di udara dioksidasi menjadi Fe 2 O 3 . nH 2 O
3. Faktor yang berpengaruh
1. Kelembaban udara 2. Elektrolit 3. Zat terlarut pembentuk asam (CO 2 , SO 2 ) 4. Adanya O 2
5. Lapisan pada permukaan logam 6. Letak logam dalam deret potensial reduksi
4. Mencegah Korosi 1. Dicat 2. Dilapisi logam yang lebih mulia 3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi 4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan dihubungkan 5. Dicampur dengan logam lain
Elektrolisis Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 221 < Sebelum Sesudah > 1. Katoda [elektroda -] Terjadi reaksi reduksi Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) den Alkali tanah (IIA), Al dan Mn Reaksi: 2 H + (aq) + 2e - H 2 (g) ion golongan IA/IIA tidak direduksi; penggantinya air 2 H 2 O() + 2 e- basa + H 2 (g) ion-ion lain direduksi 2. Anoda [ektroda +] Terjadi reaksi oksidasi Jenis logam diperhatikan
a. Anoda : Pt atau C (elektroda inert) reaksi : - 4OH - (aq) 2H 2 O() + O 2 (g) + 4e- - gugus asam beroksigen tidak teroksidasi, diganti oleh 2 H 2 O() asam + O 2 (g) - golongan VIIA (halogen) gas b. Anoda bukan : Pt atau C reaksi : bereaksi dengan anoda membentuk garam atau senyawa lain.
Hukum Faraday Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia 222 < Sebelum Sesudah >
PRINSIP PERHITUNGAN ELEKTROLISIS 1. Hukum Faraday I "Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut". Rumus: m = e . i . t / 96.500 q = i . t m = massa zat yang dihasilkan (gram) e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi i = kuat arus listrik (amper) t = waktu (detik) q = muatan listrik (coulomb)
2. Hukum Faraday II "Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut." Rumus: m 1 : m 2 = e 1 : e 2
m = massa zat (garam) e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi
Contoh: Pada elektrolisis larutan CuSO 4 dengan elektroda inert, dialirkan listrik 10 amper selama 965 detik. Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume gas oksigen yang terbentuk di anoda pada (OC, 1 atm), (Ar: Cu = 63.5 ; O = 16). Jawab: CuSO 4 (aq) Cu 2+ (aq) + SO4 2- (aq) Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu 2+ (aq) + 2e - Cu(s) Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H 2 O(l) O 2 (g) + 4 H + (aq) + 4 e -
a. massa tembaga: m = e . i . t/96.500 = (Ar/Valensi) x (10.965/96.500) = 63.5/2 x 9.650/96.500 = 31.25 x 0,1 = 3,125 gram
b. m 1 : m 2 = e 1 : e 2
mCu : mO 2 = eCu : eO 2
3,125 : mO 2 = 6.32/2 : 32/4 3,125 : mO 2 = 31,25 : 8 mO 2 = (3.125 x 8)/31.25 = 0.8 gram mol O 2 = 0.8/32 = 8/320 = 1/4 mol volume O 2 (0C, 1 atm) = 1/40 x 22.4 = 0.56 liter
Pengertian Dasar Kimia Kelas 2 > Struktur Atom 223 < Sebelum Sesudah > a. Partikel dasar : partikel-partikel pembentuk atom yang terdiri dari elektron, proton den neutron. 1. Proton : partikel pembentuk atom yang mempunyai massa sama dengan satu sma (amu) dan bermuatan +1. 2. Neutron : partikel pembentuk atom yang bermassa satu sma (amu) dan netral. 3. Elektron : partikel pembentuk atom yang tidak mempunyai massa dan bermuatan -1.
b. Nukleus : Inti atom yang bermuatan positif, terdiri dari proton den neutron. c. Notasi unsur : z A
A dengan X : tanda atom (unsur) Z : nomor atom = jumlah elektron (e) = jumlah proton (p) A : bilangan massa = jumlah proton + neutron Pada atom netral, berlaku: jumlah elektron = jumlah proton. Contoh : 1. Tentukan jumlah elektron, proton den neutron dari unsur 26 56 Fe ! Jawab : Jumlah elektron = jumlah proton = nomor atom = 26 Jumlah neutron = bilangan massa - nomor atom = 56 - 26 = 30 2. Berikan notasi unsur X, jika diketahui jumlah neutron = 14 dan jumlah elektron = 13 ! Jawab : Nomor atom = jumlah elektron = 13 Bilangan massa = jumlah proton + neutron = 13 + 14 = 27 Jadi notasi unsurnya: 13 27 X
d. Atom tak netral : atom yang bermuatan listrik karena kelebihan atau kekurangan elektron bila dibandingkan dengan atom netralnya. Atom bermuatan positif bila kekurangan elektron, disebut kation. Atom bermuatan negatif bila kelebihan elektron, disebut anion. Contoh: - Na + : kation dengan kekurangan 1 elektron - Mg 2- : kation dengan kekurangan 2 elektron - Cl - : anion dengan kelebihan 1 elektron - O 2 : anion dengan kelebihan 2 elektron e. Isotop : unsur yang nomor atomnya sama, tetapi berbeda bilangan massanya. Contoh: Isotop oksigen: 8 16 O ; 8 17 O ; 8 18 O f. Isobar : unsur yang bilangan massanya sama, tetapi berbeda nomor atomnya. Contoh: 27 59 CO dengan 28 59 Ni g. Isoton : unsur dengan jumlah neutron yang sama. Contoh: 6 13 C dengan 7 14 N h. Iso elektron: atom/ion dengan jumlah elektron yang sama. Contoh: Na + dengan Mg 2+
K + dengan Ar
Model Atom Kimia Kelas 2 > Struktur Atom 224 < Sebelum Sesudah > A. MODEL ATOM JOHN DALTON - atom adalah bagian terkecil suatu unsur - atom tidak dapat diciptakan, dimusnahkan, terbagi lagi, atau diubah menjadi zat lain - atom-atom suatu unsur adalah same dalam segala hal, tetapi berbeda dengan atom-atom dari unsur lain - reaksi kimia merupakan proses penggabungan atau pemisahan atom dari unsur- unsur yang terlihat Kelemahan teori atom Dalton: tidak dapat membedakan pengertian atom den molekul. Dan atom ternyata bukan partikel yang terkecil. B. MODEL ATOM J.J. THOMPSON - atom merupakan suatu bola bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron- elektron seperti kismis - jumlah muatan positif sama dengan muatan negatif, sehingga atom bersifat netral
C. MODEL ATOM RUTHERFORD - atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dengan muatan positif yang massanya merupakan massa atom tersebut - elektron-elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti tersebut - banyaknya elektron dalam atom sama dengan banyaknya proton dalam inti dan ini sesuai dengan nomor atomnya
D. MODEL ATOM BOHR - elektron-elektron dalam mengelilingi inti berada pada tingkat-tingkat energi (kulit) tertentu tanpa menyerap atau memancarkan energi - elektron dapat berpindah dari kulit luar ke kulit yang lebih dalam dengan memancarkan energi, atau sebaliknya
Bilangan-Bilangan Kuantum Kimia Kelas 2 > Struktur Atom 225 < Sebelum Sesudah > Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4 bilangan kuantum. 1. Bilangan kuantum utama (n): mewujudkan lintasan elektrondalam atom. n mempunyai harga 1, 2, 3, ..... - n = 1 sesuai dengan kulit K - n = 2 sesuai dengan kulit L - n = 3 sesuai dengan kulit M - dan seterusnya Tiap kulit atau setiap tingkat energi ditempati oleh sejumlah elektron. Jumlah elektron maksimmm yang dapat menempati tingkat energi itu harus memenuhi rumus Pauli = 2n 2 . Contoh: kulit ke-4 (n=4) dapat ditempati maksimum= 2 x 4 2 elektron = 32 elektron 2. Bilangan kuantum azimuth (l) : menunjukkan sub kulit dimana elektron itu bergerak sekaligus menunjukkan sub kulit yang merupakan penyusun suatu kulit. Bilangan kuantum azimuth mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1). n = 1 ; l = 0 ; sesuai kulit K n = 2 ; l = 0, 1 ; sesuai kulit L n = 3 ; l = 0, 1, 2 ; sesuai kulit M n = 4 ; l = 0, 1, 2, 3 ; sesuai kulit N dan seterusnya Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus: l = 0 ; sesuai sub kulit s (s = sharp) l = 1 ; sesuai sub kulit p (p = principle) l = 2 ; sesuai sub kulit d (d = diffuse) l = 3 ; sesuai sub kulit f (f = fundamental) Bilangan kuantum magnetik (m): mewujudkan adanya satu ataubeberapa tingkatan energi di dalam satu sub kulit. Bilangan kuantum magnetik (m) mempunyai harga (-l) sampai harga (+l). Untuk:
l = 0 (sub kulit s), harga m = 0 (mempunyai 1 orbital) l = 1 (sub kulit p), harga m = -1, O, +1 (mempunyai 3 orbital) l = 2 (sub kulit d), harga m = -2, -1, O, +1, +2 (mempunyai 5 orbital) l = 3 (sub kwit f) , harga m = -3, -2, O, +1, +2, +3 (mempunyai 7 orbital) 4. Bilangan kuantum spin (s): menunjukkan arah perputaran elektron pada sumbunya. Dalam satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua elektron ini berputar melalui sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-masing diberi harga spin +1/2 atau -1/2. Pertanyaan: Bagaimana menyatakan keempat bilangan kuantum dari elektron 3s 1 ? Jawab: Keempat bilangan kuantum dari kedudukan elektron 3s 1 dapat dinyatakan sebagai, n= 3 ; l = 0 ; m = 0 ; s = +1/2 ; atau -1/2
Konfigurasi Elektron Kimia Kelas 2 > Struktur Atom 226 < Sebelum Sesudah > Dalam setiap atom telah tersedia orbital-orbital, akan tetapi belum tentu semua orbital ini terisi penuh. Bagaimanakah pengisian elektron dalam orbital-orbital tersebut ? Pengisian elektron dalam orbital-orbital memenuhi beberapa peraturan. antara lain: 1. Prinsip Aufbau : elektron-elektron mulai mengisi orbital dengan tingkat energi terendah dan seterusnya. Orbital yang memenuhi tingkat energi yang paling rendah adalah 1s dilanjutkan dengan 2s, 2p, 3s, 3p, dan seterusnya dan untuk mempermudah dibuat diagram sebagai berikut:
Contoh pengisian elektron-elektron dalam orbital beberapa unsur: Atom H : mempunyai 1 elektron, konfigurasinya 1s 1
Atom C : mempunyai 6 elektron, konfigurasinya 1s 2 2s 2 2p 2
Atom K : mempunyai 19 elektron, konfigurasinya 1s 2 2s 2 2p 6 3S 2 3p 6 4s 1
2. Prinsip Pauli : tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum spinnya harus berlawanan. 3. Prinsip Hund : cara pengisian elektron dalam orbital pada suatu sub kulit ialah bahwa elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital terisi dengan sebuah elektron. Contoh:
- Atom C dengan nomor atom 6, berarti memiliki 6 elektron dan cara Pengisian orbitalnya adalah:
Berdasarkan prinsip Hund, maka 1 elektron dari lintasan 2s akan berpindah ke lintasan 2pz, sehingga sekarang ada 4 elektron yang tidak berpasangan. Oleh karena itu agar semua orbitalnya penuh, maka atom karbon berikatan dengan unsur yang dapat memberikan 4 elektron. Sehingga di alam terdapat senyawa CH 4 atau CCl 4 , tetapi tidak terdapat senyawa CCl 3 atau CCl 5 .
Sistem Periodik Unsur-Unsur Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur 227 < Sebelum Sesudah > MACAM-MACAM SISTEM PERIODIK 1. TRIADE DOBEREINER DAN HUKUM OKTAF NEWLANDS TRIADE DOBEREINER Dobereiner menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki kemiripan sifat, yang ada hubungannya dengan massa atom. Contoh kelompok-kelompok triade: - Cl, Br dan I - Ca, Sr dan Ba - S, Se dan Te HUKUM OKTAF NEWLANDS Apabila unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka unsur kesembilan mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesepuluh mirip dengan unsur kedua dan seterusnya. Karena setelah unsur kedelapan sifat-sifatnya selalu terulang, maka dinamakan hukum Oktaf. (+8) Contoh: Li (nomor atom 3) akan mirip sifatnya dengan Na (nomor atom 11) 3 11
2. SISTEM PERIODIK MENDELEYEV - Disusun berdasarkan massa atomnya dengan tidak mengabaikan sifat-sifat unsurnya. - Lahirlah hukum periodik unsur yang menyatakan bahwa apabila unsur disusun menurut massa atomnya, maka unsur itu akan menunjukkan sifat-sifat yang berulang secara periodik. - Beberapa keunggulan sistem periodik Mendeleyev, antara lain: - Ada tempat bagi unsur transisi. - Terdapat tempat-tempat kosong yang diramalkan akan diisi dengan unsur yang belum ditemukan pada waktu itu. - Kekurangan sistem periodik ini: - Adanya empat pasal anomali, yaitu penyimpangan terhadap hukum perioditas yang disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya. Keempat anomali itu adalah: Ar dengan K, Te dengan I, Co dengan Ni dan Th dengan Pa.
3. SISTEM PERIODIK BENTUK PANJANG Sistem ini merupakan penyempurnaan dari gagasan Mendeleyev, disusun berdasarkan nomor atomnya. Sistem ini terdiri dari dua deret, deret horisontal disebut periodik dan deret vertikal disebut golongan. 4. SISTEM PERIODIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON A. HUBUNGAN ANTARA PERIODA DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON
Dalam sistem periodik, perioda menunjukkan banyaknya kulit yang telah terisi elektron di dalam suatu atom. Sehingga sesuai dengan banyaknya kulit yaitu K, L, M, N, O, P, Q maka sistem periodik mempunyai 7 perioda. B. HUBUNGAN ANTARA GOLONGAN DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON C. CARA PENENTUAN PERIODA DAN GOLONGAN SUATU UNSUR D. BEBERAPA SIFAT PERIODIK UNSUR-UNSUR
Hubungan Antara Golongan Dengan Konfigurasi Elektron Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur 228 < Sebelum Sesudah > Unsur yang terletak pada satu golongan mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip (hampir sama). Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan unsur-unsur golongan B disebut unsur transisi (peralihan), semua unsur transisi diberi simbol B kecuali untuk triade besi, paladium dan platina disebut "golongan VIII''. - LAMBANG UNSUR-UNSUR GOLONGAN A Lambang Golongan Nama Golongan Konfigurasi Elektron Orbital Terluar I - A Alkali ns 1
II - A Alkali tanah ns 2
III - A Boron ns 2 - np 1
IV - A Karbon - Silikon ns 2 - np 2
V - A Nitogen - Posphor ns 2 - np 3
VI - A Oksigen ns 2 - np 4
VII - A Halogen ns 2 - np 5
VIII - A Gas mulia ns 2 - np 6
- LAMBANG UNSUR-UNSUR GOLONGAN B Konfigurasi Lambang Golongan Elektron (n - 1) d 1 ns 2 III - B (n - 1) d 2 ns 2 IV - B (n - 1) d 3 ns 2 V - B (n - 1) d 4 ns 2 VI - B (n - 1) d 5 ns 2 VII - B (n - 1) d 6-8 ns 2 VIII (n - 1) d 9 ns 2 I - B (n - 1) d 10 ns 2 II - B - GOLONGAN LANTANIDA DAN AKTINIDA, DIBERI LAMBANG nS 2 (n-2)f 1-14
Jika : n = 6 adalah lantanida n = 7 adalah aktinida
Cara Penentuan Perioda Dan Golongan Suatu Unsur Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur 229 < Sebelum Sesudah > 1. Unsur dengan nomor atom 11, konfigurasinya : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 1
- n = 3, berarti periode 3 (kulit M). - elektron valensi (terluar) 3s sebanyak 1 elektron, berarti termasuk golongan IA.
2. Unsur Ga dengan nomor atom 31, konfigurasinya : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 4s 2 3d 10 4p 1
- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N). - elektronvalensi 4s 2 4p 1 , berarti golongan IIIA.
3. Unsur Sc dengan nomor atom 21, konfigurasinya : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 4s 2 3d 1
- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N). - 3d 1 4s 2 berarti golongan IIIB.
4. Unsur Fe dengan nomor atom 26, konfigurasinya : 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 4s 2 3d 10
- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N). - 3d 6 4s 2 , berarti golongan VIII.
Beberapa Sifat Periodik Unsur-Unsur Kimia Kelas 2 > Sistem Periodik Unsur-Unsur 230 < Sebelum Sesudah > 1. Jari jari atom adalah jarak dari inti atom ke lintasan elektron terluar. - Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan jari jari atom berkurang. - Dalam satu golongan, dari atas ke bawah jari-jari atom bertambah. - Jari-jari atom netral lebih besar daripada jari-jari ion positifnya tetapi lebih kecil dari jari-jari ion negatifnya.
Contoh: jari-jari atom Cl < jari-jari ion Cl -
jari-jari atom Ba > jari-jari ion Ba 2+
2. Potensial ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang paling lemah/luar dari atom suatu unsur atau ion dalam keadaan gas. - Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan potensial ionisasi bertambah. - Dalam satu golongan, dari atas ke bawah potensial ionisasi berkurang.
3. Affinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan pada saat atom suatu unsur dalam keadaan gas menerima elektron. - Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan affinitas elektron bertambah. - Dalam satu golongan, dari atas ke bawah affinitas elektron berkurang.
4. Keelektronegatifan adalah kemampuan atom suatu unsur untuk menarik elektron ke arah intinya dan digunakan bersama.
SECARA DIAGRAMATIS SIFAT-SIFAT INI DAPAT DISAJIKAN SEBAGAI BERIKUT 1. Jari-jari atom 2. Sifat logam 3. Sifat elektropositif 4. Reduktor 5. Sifat basa/oksida basa
makin besar/kuat
1. Sifat elektronegatif 2. Oksidator 3. Potensial ionisasi 4. Affinitas elektron 5. Keelektronegatifan
Keterangan: tanda-tanda panah di atas mempunyai arti sebagai berikut : artinya, dalam satu periode dari kiri ke kanan : artinya, dalam satu periode dari kanan ke kiri + : artinya, dalam satu golongan dari atas ke bawah
: artinya, dalam satu golongan dari bawah ke atas
Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia 231 < Sebelum Sesudah > Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia. Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara menggunakan bersama dua elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia (ns 2 np 6 ) Contoh:
TEORI INI MENDAPAT BEBERAPA KESULITAN, YAKNI : 1. Pada senyawa BCl 3 dan PCl 5 , atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan atom fosfor dikelilingi 10 elektron. 2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur tergant~u~g jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut. Contoh : 8 O : 1s 2 2s 2 2p 2 2p x 2 2p y 1 2p z 1
Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2 ikatan (H-O-H; O=O).
akan tetapi:
5 B : 1s 2 2s 2 2p x 1
Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund, dimana cara pengisian elektron dalam orbital suatu sub kulit ialah bahwa elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital terisi dengan sebuah elektron. Contoh : 5 B : 1s 2 2s 2 2p x 1 (hibridisasi) 1s 2 2s 1 2p x 1 2p y 1
Tampak setelah terjadi hibridisasi untuk berikatan dengan atom B memerlukan tiga buah elektron, seperti BCl 3
3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan karena di sekelilingnya telah terdapat 8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui bahwa Xe dapat membentuk senyawa, misalnya XeF 2 den XeO 2 . Teori lain adalah teori ikatan valensi. Dalam teori ini ikatan antar atom terjadi dengan care saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron dalam orbital yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang berlawanan. BEBERAPA MACAM IKATAN KIMIA YANG TELAH DIKETAHUI, ANTARA LAIN : A. Ikatan antar atom 1. Ikatan ion = elektrovalen = heteropolar
2. Ikatan kovalen = homopolar
3. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar
4. Ikatan logam B. Ikatan antar molekul 1. Ikatan hidrogen
2. Ikatan van der walls
Ikatan Ion = Elektrovalen = Heteropolar Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia 232 < Sebelum Sesudah > Ikatan ion biasanya terjadi antara atom-atom yang mudah melepaskan elektron (logam- logam golongan utama) dengan atom-atom yang mudah menerima elektron (terutama golongan VIA den VIIA). Makin besar perbedaan elektronegativitas antara atom-atom yang membentuk ikatan, maka ikatan yang terbentuk makin bersifat ionik. PADA UMUMNYA UNSUR-UNSUR YANG MUDAH MEMBENTUK IKATAN ION ADALAH - IA VIIA atau VIA - IIA VIIA atau VIA - Unsur transisi VIIA atau VIA Contoh: Na Na + e - 1s 2 2s 2 2p 6 3s 1 1s 2 2s 2 2p 6 (konfigurasi Ne) Atom Cl (VIIA) mudah menerima elektron sehingga elektron yang dilepaskan oleh atom Na akan ditangkap oleh atom Cl. Cl + e - Cl - 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 5 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 (konfigurasi Ar) Antara ion-ion Na + dan Cl - terjadi gaya tarik menarik elektrostatik, sehingga membentuk senyawa ion Na + Cl - . Contoh lain : CaCl 2 , MgBr 2 , BaO , FeS dan sebagainya. SIFAT-SIFAT SENYAWA IONIK ANTARA LAIN
a. bersifat polar b. larutannya dalam air menghantarkan arus listrik c. titik lelehnya tinggi d. lelehannya menghantarkan arus listrik e. larut dalam pelarut-pelarut polar
Ikatan Kovalen = Homopolar Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia 233 < Sebelum Sesudah > Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama elektron dari atom-atom yang membentuk ikatan. Pada umumnya ikatan kovalen terjadi antara atom-atom bukan logam yang mempunyai perbedaan elektronegativitas rendah atau nol. Seperti misalnya : H 2 , CH 4 , Cl 2 , N 2 , C 6 H 6 , HCl dan sebagainya. IKATAN KOVALEN TERBAGI ATAS 1. IKATAN KOVALEN POLAR Atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap pasangan elektron persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan kedua atomnya. Elektron persekutuan akan bergeser ke arah atom yang lebih elektronegatif akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif.
Dalam senyawa HCl ini, Cl mempunyai keelektronegatifan yang lebih besar dari H. sehingga pasangan elektron lebih tertarik ke arah Cl, akibatnya H relatif lebih elektropositif sedangkan Cl relatif menjadi elektronegatif. Pemisahan muatan ini menjadikan molekul itu bersifat polar dan memiliki "momen dipol" sebesar: T = n . l dimana : T = momen dipol n = kelebihan muatan pada masing-masing atom l = jarak antara kedua inti atom
2. IKATAN KOVALEN NON POLAR Titik muatan negatif elektron persekutuan berhimpit, sehingga pada molekul pembentukuya tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron persekutuan mendapat gaya tarik yang sama. Contoh:
Kedua atom H mempunyai harga keelektronegatifan yang sama.
Karena arah tarikan simetris, maka titik muatan negatif elektron persekutuan berhimpit. Contoh lain adalah senyawa CO 2 , O 2 , Br 2 dan lain-lain
Ikatan Kovalen Koordinasi = Semipolar Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia 234 < Sebelum Sesudah > Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi apabila pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang membentuknya. Jadi di sini terdapat satu atom pemberi pasangan elektron bebas (elektron sunyi), sedangkan atom lain sebagai penerimanya. SYARAT PEMBENTUKANNYA 1. Atom yang satu memiliki pasangan elektron bebas 2. Atom lainnya memiliki orbital kosong Contoh: - Ion hidronium (H 3 O + ): H 2 O + H + H 3 O + L
- Ion amonium : NH 4 +
Ikatan Logam, Ikatan Hidrogen Dan Ikatan Van Der Walls Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia 235a < Sebelum Sesudah > IKATAN LOGAM Pada ikatan kovalen, elektron-elektron ikatan seolah-olah menjadi milik sepasang atom, sehingga tidak dapat bergerak bebas. Pada logam, elektron-elektron yang menyebabkan terjadinya ikatan di antara atom-atom logam tidak hanya menjadi milik sepasang atom saja, tetapi menjadi milik semua atom logam, sehingga elektron-elektron dapat bergerak bebas. Karena itulah maka logam-logam dapat menghantarkan arus listrik.
IKATAN HIDROGEN
Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Contoh: - molekul H 2 O
- molekul HF
IKATAN VAN DER WALLS Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini jarak antara molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat. Gaya tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya Van der walls.
Bentuk Molekul Kimia Kelas 2 > Ikatan Kimia 236 < Sebelum Sesudah > Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Teori ini menyatakan bahwa ikatan antar atom terjadi dengan cara saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron dalam orbital yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang berlawanan. Pertindihan antara dua sub kulit s tidak kuat, oleh karena distribusi muatan yang berbentuk bola, oleh sebab itu pada umumnya ikatan s - srelatif lemah. Sub kulit "p" dapat bertindih dengan sub kulit "s" atau sub kulit "p"lainnya, ikatannya relatif lebih kuat, hal ini dikarenakan sub kulit "p"terkonsentrasi pada arah tertentu. Contoh: a. Molekul HF: - konfigurasi atom H : 1s 1
- konfigurasi atom F: 1s 2 2s 2 2P x 2 2p y 2 2p z 1
Tumpang tindih terjadi antara sub kulit 1s dari atom H dengan orbital 2p z dari aton, F. Pertindihan demikian disebut pertindihan sp. b. Molekul H2O: - konfigurasi atom H : 1s 1
- konfigurasi atom O: 1s 2 2s 2 2P x 2 2p y 1 2p z 1
Dalam atom O terdapat 2 elektron dalam keadaan yang tidak berpasangan (orbital 2p y dan 2p z ), masing-masing orbital ini akan bertindihan dengan orbital 1s dari 2 atom H. Kedudukan orbital-orbital p saling tegak lurus, diharapkan sudut ikatannya sebesar 90 o , tetapi karena adanya pengaruh pasangan elektron 2p x , maka kedua ikatan tersebut akan tertolak dan membentuk sebesar 104.5 o . c. Molekul CH 4 - konfigurasi atom H: 1s 1
- konfigurasi atom C: 1s 2 2s 2 2P x 1 2p y 1 2p z 0
Untuk mengikat 4 atom H menjadi CH 4 , maka 1 elektron dari orbital 2s akan dipromosikan ke orbital 2p z , sehingga konfigurasi elektron atom C menjadi: 1s 1 2s 1 2p x 1 2p y 1 2p z 1 . Orbital 2s mempunyai bentuk yang berbeda dengan ketiga orbital 2p, akan tetapi ternyata kedudukan keempat ikatan C-H dalam CH 4 adalah sama. Hal ini terjadi karena pada saat orbital 2s, 2p x , 2p y dan 2p z menerima 4 elektron dari 4 atom H, keempat orbital ini berubah bentuknya sedemikian sehingga mempunyai kedudukan yang sama. Peristiwa ini disebut "hibridisasi". Karena perubahan yang terjadi adalah 1 orbital 2s dan 3 orbital 2p, maka disebut hibridisasi sp 3 . Bentuk molekul dari ikatan hibrida sp 3 adalah tetrahedron.
BEBERAPA BENTUK GEOMETRI IKATAN, ANTARA LAIN : Jenis ikatan Jumlah ikatan maksimum Bentuk geometrik sp 2 Linier sp 2 3 Segitiga datar sp 3 4 Tetrahedron dsp 3 5 Trigonal bipiramid sp 2 d ; dsp 2 4 Segiempat datar d2 s p 3 ; sp 3 d 2 6 Oktahedron