You are on page 1of 69

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

Disusun Oleh : FAHMI YAHYA DBD 111 0022

LABORATORIUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2012

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

DISUSUN OLEH :

FAHMI YAHYA DBD 111 0022

PALANGKA RAYA, JUNI 2012

MENYETUJUI ,

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM

ASISTEN PRAKTIKUM

FAHRUL INDRAJAYA, ST NIP. 19791215 200812 1 001

ANGELIA LAURA CHRISTAVENI DBD 108 007

DAFTAR ISI
BAB I. KRISTALOGRAFI .......................................................................... 1 I.1. I.2. I.3. I.4. Lampiran BAB II. MINERALOGI FISIK .................................................................... 10 II.1. Warna ....................................................................................... 12 II.2. Perawakan kristal (crystal habit) .............................................. 13 II.3. Kilap (luster) ............................................................................ 22 II.4. Kekerasan (hardness) ............................................................... 24 II.5. Gores (streak) ........................................................................... 26 II.6. Belahan (cleavage) ................................................................... 26 II.7. Pecahan (fracture) .................................................................... 27 II.9. Berat jenis (Specific gravity) .................................................... 28 II.10. Kemagnetan ............................................................................. 29 II.11. Derajat ketransparanan ............................................................. 29 Lampiran BAB III.PENUTUP ........................................................................................ 31 III.1. Kesimpulan ............................................................................... 31 III.2. Saran ......................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA Sistem Reguler.......................................................................... 4 Sistem Tetragonal ..................................................................... 5 Sistem Triklin ........................................................................... 7 Sistem Monoklin ...................................................................... 8

BAB I KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari mengenai sistemsistem kristal serta bertujuan untuk menentukan susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh komposisikimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu. Ada beberapa ketentuan agar dapat disebut sebagai Kristal, diantaranya adalah padat, tidak dapat teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan proses fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang serta sudut inklimasi pada setiap kristal tertentu. Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan dialam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktu rdielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalamkristal fotonik. Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang: Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari bentukbentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.

Kimia Kristal Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung pada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral. Kimia kristal sejak penemuan sinar X, penyelidikan kristalografisinar X telah mengembangkan pengertian tentang hubungan antarkimia dan struktur. Tujuannya adalah : 1. 2. Mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu jenis krisal. Dalam bidang geokimia, mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan.

Daya Ikat dalam Kristal Daya yang mengikat atom (atau ion atau grup ion) dari zat padakristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan,belahan daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara lansung terhadap daya ikat. Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu : ionik, kovalen, logam dan van der waals.

1)

GEOMETRI KRISTAOGRAFI Sumbu dan Sudut Kristalografi Sumbu kristalografi ialah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai 3 bentuk dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat dimensi sehingga proyeksi orthogonal. Sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas adalah sumbu a. Sumbu horizontal pada bidang kertas adalah sumbu b. Sumbu yang vertikal pada bidang kertas adalah sumbu c.

Sudut Kristalografi

Sumbu Kristalografi Gambar 1.1. Sudut dan Sumbu Kristalografi Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik potong (pusat kristal). sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c. sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c. sudut ialah sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.

Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristalografi.

Gambar 1.2. Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal

2)

KLAS SIMETRI Pengelompokan dalam klas simetri berdasarkan pada : 1. Sumbu Simetri 2. Bidang Simetri 3. Titik Simetri atau pusat simetri 1. Sumbu Simetri Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dimana apabila kristal tersebut sebagai poros putarannya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukan kenampakan-kenampakan seperti semula. Ada 4 jenis sumbu simetri yaitu : sumbu simetri gyre, sumbu simetri gyre polair, sumbu cermin putar dan sumbu invers putar. Sumbu simetri gyre berlaku bila kenampakkan (kondigurasi) satu sam lain pada kedua belah pihak/ kedua ujung sumbu sama. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre) dituliskan pada kanan atas atau kanan bawah. Misal L4 = L4 = g4 = g4.

Gambar 1.3. Digyre (L2 = l2g2 = g2) Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan muncul dua kali kenampakan yang sama.

Gambar 1.4. Trigyre (L2 = l2g2 = g2) Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya. Akan muncul 3 kali kenampakan yang sama.

Gambar 1.5. Tetragyre (L4 = L4 = g4 = g4) Apabila kristaldiputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, akan 4 kali kenampakannya

Gambar 1.6. Hexagyre (L6 = L6 = g6 = g6) Apabila kristal diputar 360o dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya. Akan muncul 6 kali kenampakan yang sama Sumbu simetri gyre polair berlaku bila kenampakkan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua belah pihak berbeda/ tidak sama. Jika pada salah satu sisinya berupa sudut maka pada sisi lainnya berupa bidang. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Misal L2 = g2.

(i) Keterangan : (i) (ii) (iii) (iv)

(ii) Digyre polair (L2 = g2) Trigyre polair (L3 = g3) Tetrahyre polair (L4 = g4) Hexagyre polair (L6 = g6)

(iii)

(iv)

Gambar 1.7. Sumbu Simetri Gyre Polair

10

Sumbu cermin putar didapatkan dari kombinasi suatu perputaran dimana sumbu tersebut sebagai porosnya, dengan pencerminan ke arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Dinotasikan dengan huruf S (spilegel Axepy). a. b. c. d. Digyroide (S2) Trigyriode (S3) Tetragyroide (S4) Hexagyroide (S6)

Digyroide (S2)

Gambar 1.8. Digyroide (S2) Sumbu cermi putar bernilai 2, besar perputarannya 180o. 1 putaran sebesar 180o menuju 1, dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran menempati 2. 2 diputar 180o menuju 2, kemudian dicerminkan menempati 1 kembali. Dari 1 1 menempati 2 2 2 menempati 1

11

Trigyroide (S3)

Gambar 1.9. Trigyroide (S3) Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 120o. Dalam penentuan dan cara mendapatkan sumbu bernilai tiga caranya sama dengan digyroide. Cermin putaran menempati. Dari 1 lewat 1 menempati 2 Dari 2 lewat 2 menempati 3 Dari 3 lewat 3 menempati 4 Dari 4 lewat 4 menempati 5 Dari 5 lewat 5 menempati 6 Dari 6 lewat 6 menempati 1

12

Tetragyroide (S4)

Gambar 1.10. Tetragyroide (S4) sumbu cermin putar bernilai 4, besar perputaran 90o. Dari 1 lewat 1 menempati 2 Dari 2 lewat 2 menempati 3 Dari 3 lewat 3 menempati 4 Dari 4 lewat 4 menempati 1 Pada kenampakan pertama, tetragyroide merupakan dyrogire, asal susunan keseluruhan diputar sebesar 180o.

13

Hexagyroide (S6)

Gambar 1.11. Hexagyroide (S6) Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 60o, kenampakan pertama hexagyroide juga trigyroide, dengan perputaran sebesar 120o. Dari 1 lewat 1 menempati 2 Dari 2 lewat 2 menempati 3 Dari 3 lewat 3 menempati 4 Dari 4 lewat 4 menempati 5 Dari 5 lewat 5 menempati 6 Dari 6 lewat 6 menempati 1

14

Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik pusat simetri pada sumbu tersebut. Misal L4i, L6i dan sebagainya.

(i)

(ii)

(iii)

(iv)

Gambar 1.12. Sumbu Invers Putar Keterangan: (i) (i) (ii) Sumbu invers putar bernilai 2 Sumbu invers putar bernilai 3 Sumbu invers putar bernilai 4

(iii) Sumbu invers putar bernilai 6 2. Bidang Simetri Kristal Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.

15

Gambar 1.13. sumbu utama horizontal dan vertikal Bidang simetri utama ada 2 yaitu: Bidang utama horizontal dinotasikan Bidang utama vertikal dinotasikan

Gambar 1.14. bidang simetri tambahan 3. Pusat Simetri Kristal Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.

16

Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, yakni: 1. Sistem Isometrik Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. 2. Sistem Tetragonal Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masingmasing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. 3. Sistem Hexagonal Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). 4. Sistem Trigonal Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. 5. Sistem Orthorhombik Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda. 6. Sistem Monoklin Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. 7. Sistem Triklin Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Berikut dijelaskan mengenai 4 sistem kristal yakni Isometrik (reguler), Tetragonal, Triklin dan Monoklin.

17

1.1.

Sistem Reguler Sistem ini juga disebut sistem kristal Sistem Isometrik, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal reguler memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).

Gambar 1.15. Ketentuan Sistem Reguler

Gambar 1.16. Cara Menggambar Sistem Regulaer

Gambar 1.17. Bidang pada Sistem Reguler

18

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b. Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

Tetaoidal Gyroida Diploida Hextetrahedral Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992) Penentuan Klas Simetri Sistem Reguler Menurut Herman Mauguin Bagian pertama : Menerangkan nilai sb a (SB a, b, c), mingkin bernilai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : ,4, , ,2

Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf , menunjukan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian kedua : Menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang bernilai itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau Bagian ketiga : Menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermedite / diagonal bernilai 2 dan tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut. Bagaian ketiga dinotasikan dengan Contoh : Klas Hexotahedral ......................................... 43 2 3m , 2, m atau tidak ada.

KlasPentagonal Icositetrahedral .................... 4 3 2 Klas Hextetrahedral ....................................... 3 m Klas Dyakisdodecahedral ..............................

19

Klas Tetratohedris .......................................... 2 3

23 -

Penentuan Klas Simetri Sistem Reguler Menurut Schoenflish Bagian pertama: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2. kalau sumbu c bernilai 4 dinotasukan dengan huruf O (Octaeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4 adalah Octahedron. kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T (Tetraeder), karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah bentuk Tetrahedron. Bagian kedua: Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut mempunyai: 1. 2. 3. 4. 5. Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Bidang simetri diagonal (h) (v) (d) (h) (v) (v) (d) (d) | dinotasikan d | dinotasikan v | dinotasikan h | dinotasikan h

Kalau mempunyai:

Kalau mempunyai:

Kalau mempunyai: Contoh : Klas Hexoctahedral ........................................ Oh Klas Pentagonal icositetrahedral .................... O Klas Hextetrahedral ........................................ Td Klas Dykisdodecahedral ................................. Th Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedral .... T

20

Tabel 1.1. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Reguler

Planes

System (1) Isometric

2Fold Tetartoidal 3 Diploidal 3 Hextetrahedral 3 Gyroidal 6 Hexocahedral 6

Class Name (2)

3-Fold 4 4 4 4 4

4Fold 3 3

6Fold -

3 6 9

yes Yes

Center

AXES

HermanMaugin Symbols (3) 23 2/m 3 4 3m 432 4/m 3 2/m

21

1.2.

Sistem Tetragonal Sama dengan sistem Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).

Gambar 1.18. Ketentuan Sistem Tetragonal

Gambar 1.9. Cara Menggambar Sistem Tetragonal

22

Gambar 1.20. Bidang Sistem Tertragonal Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b. Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

Piramid Bipiramid Bisfenoid Trapezohedral Skalenohedral Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992) Penentuan Klas Simetri Sistem Tetragonal Menurut Herman Mauguin Bagian Pertama : Menerangkan nilai sumbu c, munkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c. Bagian ini dinotasikan dengan : Bagian kedua : ,4,

Menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : , 2 , m atau tidak ada

23

Bagian Ketiga :

Menerangkan ada tidaknya sumbu simtri imtermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : 2, 2, m atau tidak ada. Contoh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Klas Ditetragonal bipyramidal ... , , Klas Tetragonal trapexohedral . 4 2 2 Klas Ditetragonal pryramidal ..... 4 m m Klas Tetragonal sclenohedral .... 2 m Klas Tetragonal bipyramidal ...... 4 Klas Tetragonal pramdal ........... 4 Klas Tetragonal bisphenoidal .... , , 4 4 2 4 m m 2 m 4 - 4 - - -

Penentuan Klas Simetri Tetragonal Menurut Schoenflish Bagian pertama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan: Bagian kedua: Bagian ketiga: Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari Diedrish. kata Cyklich. Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c. Menerangkan kandungan bidang simetrinya. Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Kalau mempunyai: Bidang simetri diagonal (d) | dinotasikan d (h) (v) (d) (h) (v) (v) (d) | dinotasikan v | dinotasikan h | dinotasikan h

Kalau mempunyai:

Kalau mempunyai:

24

Contoh : 1. Klas Ditetragonal pyramidal ........................................C4v 2. Klas Ditetragonal bipyramidal .....................................D4h 3. Klas Tetragonal scalenohedral....................................D2d 4. Klas Tetragonal trapezohedral ....................................D 5. Klas Tetragonal bipyramidal........................................C4h 6. Klas Tetragonal pyramidal ..........................................C4 7. Klas Tetragonal bispenoidal ........................................S4 8. Klas Dihexagonal pyramidal........................................C6 9. Klas Dihexagonal bipyramidal .....................................D6h 10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................D6 11. Klas Hexagonal bipyramidal .......................................C6h 12. Klas Hexagonal pyramidal ..........................................C6 13. Klas Trigonal bipyramidal ...........................................C3h 14. Klas Trigonal trapezohedral........................................D3 15. Klas Trigonal rhombohedral .......................................C3i 16. Klas Trigonal pyramidal ..............................................C3 17. Klas Ditrigonal scalenohedral .....................................D3d 18. Klas Ditrigonal bipyramidal .........................................D3h 19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................C3v 20. Klas Orthorombic pyramidal .......................................C2v 21. Klas Orthorombic bisphenoidal...................................D2 22. Klas Orthorombic bipyramidal ....................................D2h 23. Klas Prismatik .............................................................C2h 24. Klas Spenoidal ...........................................................C2 25. Klas Domatic ..............................................................C1h 26. Klas Pinacoidal ...........................................................Ci 27. Klas Asymetric ............................................................C1

25

Tabel 1.2. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Tetragonal Planes System (1) Class Name (2) Dispheoidal Pyramidal Dipyramidal Scalenohedral Ditetragonal pyramidal Trapezohedral DitetragonalDipyramidal 2Fold 1 3 4 4 3-Fold 4Fold 1 1 1 1 6Fold Center yes yes

AXES

HermanMaugin Symbols (3) 4 4 4/m 4 2m 4mm 422 4/m 2/m 2/m

Tetragonal

1 2 4 5

26

1.3.

Sistem Triklin Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Sb a disebut Brachy, sb disebut sb Macro, dan sb c disebut Basal/vertikal.

Gmabar 1.21. Ketentuan Sistem Triklin

Gambar 1.22. Cara Menggambar Sistem Triklin

27

Gambar 1.23. Bidang pada Sistem Triklin Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Pedial Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992) Penentuan Klas Simetri Sistem Triklin Menurut Herman Mauguin Sistem ini hanya mempunyai dua klas simetri, yaitu : 1. Memunyai titik simetri .................................. Klas pinacoidal 2. Tidak Meempunyai unsur simetri................. Klas asymmetric 1

28

Penentuan Klas Simetri Triklin Menurut Schoenflish Bagian pertama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\mediet, ada 2 kemungkinan: Bagian kedua: Bagian ketiga: Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari Diedrish. kata Cyklich. Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c. Menerangkan kandungan bidang simetrinya. Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Kalau mempunyai: Bidang simetri diagonal (d) | dinotasikan d Contoh : 1. Klas Ditetragonal pyramidal ........................................C4v 2. Klas Ditetragonal bipyramidal .....................................D4h 3. Klas Tetragonal scalenohedral....................................D2d 4. Klas Tetragonal trapezohedral ....................................D 5. Klas Tetragonal bipyramidal........................................C4h 6. Klas Tetragonal pyramidal ..........................................C4 7. Klas Tetragonal bispenoidal ........................................S4 8. Klas Dihexagonal pyramidal........................................C6 9. Klas Dihexagonal bipyramidal .....................................D6h 10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................D6 11. Klas Hexagonal bipyramidal .......................................C6h 12. Klas Hexagonal pyramidal ..........................................C6 (h) (v) (d) (h) (v) (v) (d) | dinotasikan v | dinotasikan h | dinotasikan h

Kalau mempunyai:

Kalau mempunyai:

29

13. Klas Trigonal bipyramidal ...........................................C3h 14. Klas Trigonal trapezohedral........................................D3 15. Klas Trigonal rhombohedral .......................................C3i 16. Klas Trigonal pyramidal ..............................................C3 17. Klas Ditrigonal scalenohedral .....................................D3d 18. Klas Ditrigonal bipyramidal .........................................D3h 19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................C3v 20. Klas Orthorombic pyramidal .......................................C2v 21. Klas Orthorombic bisphenoidal...................................D2 22. Klas Orthorombic bipyramidal ....................................D2h 23. Klas Prismatik .............................................................C2h 24. Klas Spenoidal ...........................................................C2 25. Klas Domatic ..............................................................C1h 26. Klas Pinacoidal ...........................................................Ci 27. Klas Asymetric ............................................................C1

Tabel 1.3. Contoh Bentuk-Bentuk Kristal Sistem Triklin Planes System (1) Triclinic Class Name (2) Pedial Pinacoidal 2Fold 3-Fold 4Fold 6Fold Center yes

AXES

HermanMaugin Symbols (3) 1 1

30

1.4.

Sistem Monoklin Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring). Sb a disebut sb Clino, sb b Ortho dan sb c disebut sb Basal/vertikal.

Gamabar 1.24. Ketentuan Sistem Monoklin

Gambar 1.25. Cara Penggambaran Sistem Monoklin

31

Gambar 1.26. Bidang Sistem Monoklin Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b. Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

Sfenoid Doma Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

Penentuan Klas Simetri Sistem Monoklin Menurut Herman Mauguin Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut. Contoh : 1.Klas prismatic ........................................................
2. Klas Sphenoidal ................................................... 2

3. Klas domatik ........................................................ m

32

Penentuan Klas Simetri Monoklin Menurut Schoenflish Bagian pertama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu inter\mediet, ada 2 kemungkinan: Bagian kedua: Bagian ketiga: Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari Diedrish. kata Cyklich. Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c. Menerangkan kandungan bidang simetrinya. Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Bidang simetri horisontal Bidang simetri vertical Bidang simetri vertical Bidang simetri diagonal Kalau mempunyai: Bidang simetri diagonal (d) | dinotasikan d Contoh : 1. Klas Ditetragonal pyramidal ........................................C4v 2. Klas Ditetragonal bipyramidal .....................................D4h 3. Klas Tetragonal scalenohedral....................................D2d 4. Klas Tetragonal trapezohedral ....................................D 5. Klas Tetragonal bipyramidal........................................C4h 6. Klas Tetragonal pyramidal ..........................................C4 7. Klas Tetragonal bispenoidal ........................................S4 8. Klas Dihexagonal pyramidal........................................C6 9. Klas Dihexagonal bipyramidal .....................................D6h 10. Klas Hexagonal trapezohedral ...................................D6 11. Klas Hexagonal bipyramidal .......................................C6h 12. Klas Hexagonal pyramidal ..........................................C6 (h) (v) (d) (h) (v) (v) (d) | dinotasikan v | dinotasikan h | dinotasikan h

Kalau mempunyai:

Kalau mempunyai:

33

13. Klas Trigonal bipyramidal ...........................................C3h 14. Klas Trigonal trapezohedral........................................D3 15. Klas Trigonal rhombohedral .......................................C3i 16. Klas Trigonal pyramidal ..............................................C3 17. Klas Ditrigonal scalenohedral .....................................D3d 18. Klas Ditrigonal bipyramidal .........................................D3h 19. Klas Ditrigonal pyramidal ............................................C3v 20. Klas Orthorombic pyramidal .......................................C2v 21. Klas Orthorombic bisphenoidal...................................D2 22. Klas Orthorombic bipyramidal ....................................D2h 23. Klas Prismatik .............................................................C2h 24. Klas Spenoidal ...........................................................C2 25. Klas Domatic ..............................................................C1h 26. Klas Pinacoidal ...........................................................Ci 27. Klas Asymetric ............................................................C1

Tabel 1.4. Contoh Bentuk-Bnetuk Kristal Sistem Monoklin

AXES
Planes System (1) Class Name (2) 2Fold Domatic Sphenoidal Prismatic 1 1 3-Fold 4Fold 6Fold Center yes

HermanMaugin Symbols (3) m 2 2/m

Monoclinic

1 1

34

BAB II MINERALOGI FISIK


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya. Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing diartikan sebagai bahan bukan ormanik (anorganik). Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya. Definisi mineral menurut beberapa ahli : L. G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan. Batasan-batasan definisi mineral 1. Suatu bahan alam Harus terjadi secara alamiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun kadang-kadang pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai suatu bentuk kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit dibedakan dengan kristal di alam, tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat disebut sebagai mineral. NaCI dibuat dialam disebut mineral Halite Dibuat di laboratorium disebut Natrium Chlorida.

35

2.

Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap : Mineral mempunyai sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan kristal, gores, belahan dll. Mineral mempunyai sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap api oksidasi, api reduksi, pelentingan, pengarangan, dll.

3.

Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap : Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C) Native Silver (Ag), dll. Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Zircon (ZrSiO4), Cassiterite (SnO2). Mineral dapat berupa senyawa kimia yang komplek.

4.

Pada umumnya anorganik : batasan ini mengandung pengertian arti mineral yang lebih luas : Mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral yang merupakan hasil kehidupan atau disebut juga mineral organik. Contoh : Amber, Coal, Asphalt, Mallite.

5. 6.

Homogen : mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang Jebih sederhana oleh proses fisika. Dapat berupa padat, cair dan gas. Berupa zat padat : Quartz (SiO2), Barite (BaSO4) Berupa zat cair : Air raksa (HgS), Air (H2O) Sifat-sifat fisik dari mineral : Warna (Colour) Perawakan kristal (Crystal habit) Kilap (Luster) Kekerasan (Hardness) Gores (Streak) Belahan (Cleavage) Pecahan (Fracture) Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity) Berat jenis (Specific gravity) Rasa dan bau (Tasteand odour) Kemagnetan Derajat ketransparanan Nama mineral dan rumus kimia

36

2.1.

Warna Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:

Putih

Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)

Gypsum (CaSO4.H2O), Milky

Gambar 2.1. Kaolin

Kuning

Belerang (S)

Gambar 2.2. Belerang

Emas

Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Emas (Au)

Gambar 2.3. Pirit

37

Hijau

Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)

Gambar 2.4. Klorit

Biru

Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))

Gambar 2.5. Azurit

Merah

Jasper, Hematit (Fe2O3)

Gambar 2.6. Jasper

Coklat

Garnet, Limonite (Fe2O3)

Gambar 2.7. Limonite

38

Abu-abu

Galena (PbS)

Gambar 2.8. Galena

Hitam

Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

Gambar 2.9. Biotit Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama idochromatic. Misal : Sulfur warna kuning. Magnetite Hitam Pyrite warna kuning loyang Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama allochromatic.

39

Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah Abu-abu Kuning Coklat gelap Merah muda Biru bervariasi Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/ pengotoran, warna berubah-ubah menjadi : Merah muda Coklat hitam Violet Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama chromophroses. Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophroses dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru. Faktor yang dapat mempengaruhi warna : a. Komposisi kimia Chlorite Albite Melanite Erythrite - Hijau..............Cholor - Putih...............Albus - Hitam.............Melas - Merah ...............Erythrite (greak) (latin) (greek)

(greek) (sel darah merah) Rhodonite - Merah Jambu...Erythrite(greek) b. Struktur kristal dan ikatan atom Intan tak berwarna hexagonal Graphite hitam hexagonal c. Pengotoran dari mineral Mineral : Silica tak berwarna Jasper merah Chalsedon coklat hitam Agate asap/putih

40

2.2.

Perawakan kristal (crystal habit) Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam sistem kristalografi. Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated). Perawakan kristal; dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) yaitu : A. Elongated habits (meniang/berserabut) Meniang (Columnar) Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang. Contoh : - Tourmaline - Pyrolusite - Wollastonite

Gambar 2.10. Tourmaline Menyerat (fibrous) Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil. Contoh : - Asbestos - Gypsum - Silimanite - Tremolite - Pyrophyllite

41

Gambar 2.11. Asbestos Menjarum (acicular) : Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contoh : - Natrolite - Glaucophane

Gambar 2.12. Natrolite Menjaring (Reticulate) : Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring Contoh : - Rutile - Cerussite

Gambar 2.13. Rutile

42

Membenang (filliform) : Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang. Contoh : - Silver

Gambar 2.14. Silver Merabut (capillary) Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut. Contoh : - Cuprite - Bysolite (variasi dari Actionalite)

Gambar 2.15. Cuprite Mondok (stout, stubby, equant) : Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dad sumbu yang lainnya.

43

Contoh :

- Zircon

Gambar 2.16. Zircon Membintang (stellated): Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang Contoh: - Pirofilit

Gambar 2.17. Pirofilit Menjari (radiated) : Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. Contoh : - Markasit - NatroHt

Gambar 2.18. Markasi

44

B.

Flattened habits (lembaran tipis) Membilah (bladed) : Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh Contah : - Kyanite - Glaucophane - Kalaverit

Gambar 2.19. Kyanite Memapan (tabular) Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contoh: - Barite - Hematite - Hypersthene

Gambar 2.20. Barite Membata (blocky) : Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sarna. Contoh: - Microline

45

Gambar 2.21. Microline Mendaun (foliated) : Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas / dipisahkan. Contoh : - Mica - Talc - Chorite

Gambar 2.22. Mica Memencar (divergent) Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka. Contoh : - Gypsum - Millerite

Gambar 2.23. Gypsum

46

Membulu (plumose) : Bentuk kristal yang tersu5un membentuk tumpukan bulu. Contoh : - Mica

Gambar 2.24. Mica C. Rounded habits (membutir) Mendada (mamilary) Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like) Contoh : - Malachite - Opal - Hemimorphite

Gambar 2.25. Malachite Membulat (colloform): Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat. Contoh: - Glauconite - Cobaltite - Bismuth - Geothite - Franklinite - Smallite

47

Gambar 2.25. Geothite Membulat jari (colloform radial) Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari. Contoh : - Pyrolorphyte

Gambar 2.27. Pyrolorphyte Membutir (granular) Contoh : - Olivine - Anhydrite - Chromite - Sodalite - Alunite - Niveolite - Cryollite - Cordirite - Cinabar - Rhodochrosite

48

Gambar 2.28. Sodalite Memisolit (pisolitic) Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah. Contoh: - Opal (variasi Hyalite) - Gibbsite - Pisolitic Limestone

Gambar 2.29. Pisolitic Stalaktif (stalactitic) Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping Contoh : - Geothite

Gambar 2.30. Geothite

49

Mengginjal (reniform) : Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal. Contoh : - Hematite

Gambar 2.31. Hematite 2.3. Kilap (luster) Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat ditentukan dari kilapnya contohnya batubara. Macam-macam kilap : a. Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.

Gambar 2.32. Galena b. Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai indeks bias antara 2, 6 sampai 3. contoh : cuprite (n = 2.85)

50

Gambar 2.33. Cuprite c. Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari gores dari mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda. Macam-Macam Kilap bukan logam : 1. Kilap Kaca (Vitreous luster) Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas. Contoh : - Quartz - Spinel - Garnet - Carbonates - Silicates - Leucite - Sulphates - Fluorite - Corondum

- Halite yang segar

Gambar 2.34. Spinel

51

2.

Kilap intan (adamantile luster) Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata. Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, zircon, Rutile

Gambar 2.35. Diamond 3. a. Kilap Lemak (greasy luster) Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi. - Halite yang sudah terkena udara.

Gambar 2.36. Halit b. Kilap Lilin (waxy luster) Merupakan kilap seperti lilin yang khas Contoh : - Serpentine - Cerargyrenite

Gambar 2.37. Serpentine Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.

52

4.

Kilap Sutera (silky luster) Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang parallel atau berserabut (parallel fibrous structure) Contoh: - Asbestos - Selenite (Variasi gypsum) - Serpentine - Hematite

Gambar 2.38. Asbestos 5. Kilap Mutiara (pearly luster) Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transporant yang berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara. Contoh : - Talc - Mica - Gypsum

Gambar 2.39. Talc 6. Kilap Tanah (earthy luster) Kilap buram (dull luster) Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak dippntulkan kembali. Contoh : - Kaoline - Diatoea - Montmorilonite - Pyrolusite

53

- Chalk - variasi ochres

Ganbar 2.40. Montmorilonite Tidak sulit untuk rnembedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam, ` perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakdn jenis-jenis kilap bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral tertentu.

54

2.4.

Kekerasan (hardness) Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras . Tabel 2.1. Skala Kekerasan Mineral

Kekerasan Mohs

Mineral

Formula kimia

Kekerasan absolut

Gambar

Talek

Mg3Si4O10(OH)2

Gipsum

CaSO42H2O

Kalsit

CaCO3

Fluorit

CaF2

21

55

Kekerasan Mohs

Mineral

Formula kimia

Kekerasan absolut

Gambar

Apatit

Ca5(PO4)3(OH,Cl ,F)

48

Feldspar Ortoklas

KAlSi3O8

72

Kuarsa

SiO2

100

Topaz

Al2SiO4(OH,F)2

200

Korundum

Al2O3

400

10

Intan

1600

56

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari alat penguji standar : Tabel 2.2. Alat Uji Kekerasan Alat Penguji Kuku manusia Kawat Tembaga Paku Pecahan Kaca Pisau Baja Kikir Baja Kuarsa Derajat Kekerasan Mohs 2,5 3 5,5 5,5 6 5,5 6 6,5 7 7

2.5.

Gores (streak) Gores adalah warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan stabil dan penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung. Mineral yang warnanya terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Contoh : Quartz - putih/ tak berwarna Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Contoh : Luecite - warna abu-abu dan gores putih Mineral yang mempunyai kilap metalik kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih gelap daripada warna mineralnya sendiri. Contoh : Contoh : Pyrite Cinnabar - warna kuning dan gores hitam - warna dan gores merah Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.

57

Gambar 2.41. Gores pada Mineral 2.6. Belahan (cleavage) Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelahbelah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994). Belahan tersebut akan menghasikan kristal menjadi bagian-bagian kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari kualitas permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi : Sempurna (perfect) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain bidang belahannya. Contoh : calcite Baik (good) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang belahannya. Contoh : feldspar Jelas (distinct) ialah apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. Contoh : staurolite Tidak jelas (indistinct) ialah apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.

58

Contoh :

beryl

Tidak sempurna (imperfect) ialah apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata. Contoh : apatite

Ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi : 1. Belahan Satu Arah

Gambar 2.42. Belahan Satu Arah 2. Belahan dua arah

Gambar 2.43. Belahan Dua Arah

59

3. Belahan tiga arah

Gambar 2.44. Belahan Tiga Arah 4. Belahan empat arah

Gambar 2.45. Belahan Empat Arah

60

2.7.

Pecahan (fracture) Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994). Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu: Choncoidal ialah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. Contoh : quartz Hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi. Contoh : copper Even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang dasar. Contoh : muscovite Uneven ialah pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahannya kasar dan tidak teratur. Contoh : Contoh : calcite kaoline Splintery ialah pecahan mineral yang hancur seperti tanah.

2.8.

Daya tahan terhadap pukulan (tenacity) Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkakan, penghancuran dan pemotongan. Macam-macam tenacity : Brittle ialah apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. Contoh : calcite

61

Gambar 2.46. Calcite Sectile ialah apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung. Contoh : gypsum

Gambar 2.47. Gypsum Malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih. Contoh : gold

Gambar 2.48. Gold Ductile ialah apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula.

62

Contoh :

silver

Gambar 2.49. Silver Flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah. Contoh : olivine

Gambar 2.50. Olivine 2.9. Berat jenis (Specific gravity) Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut. Tabel 2.3. Berat Jenis Mineral No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Nama Mineral Emas Perak Tembaga Platina Besi Arsen Antimon Bismut Belerang Intan Grafit Sulfida Kalkosit Rumus Kimia Au Ag Cu Pt Fe As Sb Bi S C G Ag2S Cu2S Berat Jenis (gram/cm3) 19,3 10,5 8,9 21,4 7,3-7,8 5,75 6,68 9,8 2,1 3,5 2,2 7,04 5,77

63

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60.

Bornit Galena Spalerit Kalkopirit Millerit Kovelit Sinabar Pirit Molibdenit Kalaverit Stibnit Realgar Pirargirit Halida Silvit Serargirit Fluorit Kuprit Korundum Hematit Ilmenit Spinel Krisoberil Rutil Brokit Pirolusit Kasiterit Uranit Brukit Manganit Karbonat Dolomit Aragonit Azurit Nitrat Shelit Wolframit Borak Olivin Zirkon Andalusit Sillimanit Kianit Topas Sphen Spodumen Jadeit

Cu5FeS4 PbS ZnS CuFeS2 NiS Cus HgS FeS2 MoS2 AuTe2 Sb2S3 AsS AgSbS3 NaCl KCl AgCl CaF2 Cu2O Al2O3 FeO3 FeTiO2 MgAl2O4 BeAl2O4 TiO2 TiO2 MnO2 SnO2 UO2 Mg(OH)2 MnO(OH) CaCO3 CaMg(Co3)2 CaCO3 Cu(OH)2(CO3)2 NaNO3 CaWO4 (Fe, Mn) WO4 Na2B4O5(OH)4 . 8H2O (Mg,Fe)2(SiO4) Zr(SiO4) AlAlO(SiO4) AlAlO(SiO4) AlAlO(SiO4) Al2(SiO4)(F2OH)2 CaTiO(SiO4) LiAl(Si2O6) NaAl(Si2O6)

5,0 7,58 3,9-4,1 4,28 5,5 4,6 8,09 5,01 4,7 9,24 4,63 3,48 5,85 2,16 1,9 5,55 3,18 6,14 4,0 4,9-5,26 4,72 3,5-4,1 3,75 4,23 4,14 4,75 6,99 8-10 2,39 4,38 2,71 2,85 2,94 3,77 2,27 6,1 7,0-7,5 1,71 3,27-4,37 4,68 3,16-3,20 3,23 3,56-3,66 3,4-3,6 3,4-3,55 3,15-3,20 3,3-3,5

64

2.10. Kemagnetan Kemagnetan ini merupakan salah satu sifat yang dapat kita temui dalam beberapa,jenis mineral. Sifat kemagnetan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu : 1. Paragmagnetik Apabila didalam tubuh mineral terkandung sebagian sifat kemagnetan (tidak menyeluruh). Contoh : Limonit (FeO2).

Gambar 2.51. Limonit (FeO2) 2. Diagmagnetik Apabila didalam tubuh suatu mineral sama sekali tidak terkandung sifat kemagnetan. Contoh : Batubara (C).

Gambar 2.52. Batubara (C) 3. Magnetik Apabila seluruh bagian dari tubuh mineral mengandung sifat kemagnetan. Contoh : Hematite (Fe2O3).

Gambar 2.54. Hematite (Fe2O3). 65

Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak, cara mudah yakni dengan menggantung magnet pada seutas tali atau benang, dengan sedikit demi sedikit mineral didekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya daya tarik, dapat dilihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat oleh benang yang digantungkan magnet tersebut dengan garis vertical. 2.11. Derajat ketransparanan Merupakan salah satu parameter atau acuan untuk menentukan apakah mineralmineral yang diamati memiliki unsur kristal didalamnya. Derajat ketransparanan terdiri dari beberapa macam,diantaranya : Opaque Suatu mineral dikatakan opaque apabila mineral tersebut tidak memiliki system kristal,sehingga nampak gelap (tidak tembus pandang), Gelas Suatu mineral dikatakan gelas apabila mineral tersebut mempunyai system kristal, Sehingga bagian belakang dari mineral nampak jelas terlihat apabila dipandang dari bagian depan mineral (trasparan). Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu: (a) (b) Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan mempunyai struktur _brus atau berserat. (c) (d) Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran. Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi. Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular, liformis, membilah,dll. Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran.

66

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh komposisi kimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu. Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang: Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin. Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, akan tetapi akan diterangkan lebih lanjut tentang 4 sistem kristal yaitu sistem reguler, sistem tetragonal, sistem triklin, dan monoklin. Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.

67

Definisi mineral menurut beberapa ahli : L. G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan. Sifat-sifat fisik dari mineral : 3.2. Saran - Diharapkan pada saat praktikum penggambaran sistem kristal, asisten memperlihatkan satu sempel mineral kepada praktikan agar praktikan mengetahui contoh mineralnya secara kasat mata. - Pada saat praktikum diskripsi mineral, diharapkan para asisten terlebih dahaulu menjelaskan salah satu mineral kepada praktikan agar praktikan tidak bingung pada saat praktikum. Warna (Colour) Perawakan kristal (Crystal habit) Kilap (Luster) Kekerasan (Hardness) Gores (Streak) Belahan (Cleavage) Pecahan (Fracture) Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity) Berat jenis (Specific gravity) Rasa dan bau (Tasteand odour) Kemagnetan Derajat ketransparanan

68

DAFTAR PUSTAKA

_____ .Skala Mohs http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Mohs. Diakses pada tanggal 29 Mei 2012. ______.Kristalografi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalografi. Diakses pada tanggal 29 Mei 2012. Graha, Setia Doddy Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Nova, Bandung. Murdani, Surya. Kristalografi Mineralogi. http://www.scribd.com/doc/58740945/Kristalografi-Dan-Mineralogi. Diakses pada tanggal 29 Mei 2012. Pambudi, Aan. 2011. Mineralogi. http://aanpambudi.wordpress.com/mineralogi/. Diakses pada tanggal 29 Mei 2012. Tim Penyusun. 2012. Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi. Jurusan Teknik Pertambangan, Palangka Raya.

69

You might also like