You are on page 1of 3

Bertelepon dengan Kalimat yang Efektif dan Bahasa yang Santun (Kelas VII Semester 2)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : 10. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan telepon : 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun : o Mampu mendiskusikan tata cara bertelepon o Mampu mendata kesalahan-kesalahan kalimat dalam bertelepon o Mampu bertelepon dengan berbagai mitra bicara sesuai dengan konteks : Bertelepon dan etikanya

Materi

Garis Besar Materi: 1. Bertelepon Bertelepon adalah kegiatan berkomunikasi melalui pesawat telepon. Bertelepon sudah menjadi aktivitas komunikasi sehari-hari di berbagai kalangan masyarakat. Berkat kemajuan teknologi di bidang komunikasi, jaringan telepon sudah merambah hingga ke desa-desa. Orang pun bisa berkomunikasi jarak jauh dalam waktu yang relatif singkat. Ketika menyampaikan informasi yang penting dan mendesak, orang tidak lagi harus melakukan tatap muka secara langsung, tetapi cukup dengan menekan nomor telepon saja. 2. Kalimat Efektif Dalam bertelepon kita perlu menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat disebut efektif bila menggunakan struktur dan pilihan kata yang tepat. Kalimat yang kurang efektif Halo, dengan siapa, nih? Mau bicara sama siapa? Saya Ahmad, teman sekelas Dhika. Tolong carikan dia sekarang juga, ada informasi penting yang akan saya sampaikan. Kalimat yang efektif Halo, selamat malam! Dengan siapa ini? Ada yang bisa saya bantu? Selamat malam. Saya Ahmad, teman sekelas Dhika. Maaf, bisakah saya bicara dengan Dhika? Ada informasi penting yang akan saya sampaikan. Baik, terima kasih. Selamat malam, Dhika. Ada informasi penting dari kepala sekolah. Kita diminta untuk menjadi panitia seminar tentang Hak Asasi Manusia di kalangan pelajar. Kamu tidak keberatn, kan?

Tolong, cepat sedikit, ya? Dhika, ada informasi penting dari kepala sekolah. Kita diminta untuk menjadi panitia seminar tentang Hak Asasi Manusia di kalangan pelajara. Kamu sanggup apa tidak? Soalnya, panitia harus segera dibentuk. Kalau tidak sanggup, aku sudah menyiapkan penggantinya. Bagaimana, Dhika? Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, Maaf, Ahmad, apa kira-kira saya mampu dan cari saja penggantiku. Aku memang tidak pantas menjadi panitia? pantas untuk ikut menjadi panitia. Selamat malam. Sama-sama, Ahmad. Selamat malam.

3. Bahasa yang Santun Bahasa yang santun adalah bahasa yang menggunakan pilihan kata yang sopan sesuai dengan konteks komunikasi. 4. Tatacara Bertelepon Tata cara bertelepon bagi penerima telepon: Angkatlah segera gagang telepon ketika pesawat telepon berdering! Sapalah penelepon dengan ucapan salam yang ramah dan tanyakan maksudnya! Siapkan kartu pesan dan alat tulis! Dengarkan dengan saksama informasi yang disampaikan oleh penelepon! Jika ada hal-hal yang belum jelas, mintalah penelepon untuk mengulanginya dengan cara yang santun! Catatlah informasi dari penelepon di dalam kartu pesan. Contoh kartu pesan:

Ucapkan salam dengan cara yang ramah ketika penelepon mengakhiri pembicaraan. Tata cara bertelepon bagi penelepon: Jawablah salam penerima telepon dengan cara yang ramah! Sampaikan informasi dengan kalimat yang efektif! Ulangilah informasi yang disampaikan jika ada permintaan dari penerima telepon! Ucapkan terima kasih kepada penerima telepon dengan cara yang ramah dan akhirilah pembicaraan dengan ucapan salam! 5. Bertelepon Sesuai dengan Konteks Bahasa menunjukkan bangsa, demikian kata pepatah. Pepatah itu mengandung aryi bahwa tutur kata (bahasa) yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan kepribadian kita. Jika kita terbiasa berbicara dengan sikap yang ramah dan santun, hal itu menunjukkan bahwa kita juga memiliki kepribadian yang ramah dan santun. Oleh karena itu, kita perlu membiasakan diri untuk bertutur kata dengan cara yang ramah dan santun. Demikian juga ketika kita bertelepon dengan berbagai mitra bicara. Kita perlu bertutur kata sesuai dengan konteks pembicaraan: apa yang kita bicarakan, dengan siapa kita berbicara, dan dalam situasi yang bagaimana kita berbicara. Berbicara dengan teman sebaya, misalnya, tentu berbeda situasinya jika kita berbicara dengan orang yang dihormati. Kita perlu memperhatikan penggunaan kata ganti, kata acuan, kata panggilan, atau kata gelar sesuai dengan konteksnya. Kita juga perlu mempertimbangkan perbedaan nilai rasa sebuah kata yang kita gunakan ketika bertelepon dengan berbagai mitra bicara. Kata sapaan Anda atau

Kamu, misalnya, memiliki nilai rasa yang kurang santun jika digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua atau dihormati.

You might also like