You are on page 1of 13

INILAH.COM,Jakarta - Cita rasa adalah cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa makanan tersebut.

Untuk meningkatkan cita rasa seringkali digunakan bahan tambahan makanan, yaitu penyedap rasa. Penyedap rasa identik dengan monosodium glutamat (MSG) sehingga sebagian masyarakat enggan memakainya. Masako kembali menegaskan bahwa bila produknya menggunakan MSG yang masih di batas aman. Penggunaan MSG, atau dikenal dengan nama vetsin atau micin pada makanan, masih menimbulkan kontroversi dalam masyarakat Indonesia. Hal itu dipicu dari sejumlah penelitian yang terkait keamanan penyedap rasa tersebut. Tidak jarang, MSG dituding sebagai penyebab berbagai keluhan atau penyakit. Misalnya yang disebut dengan istilah Chinese Restaurant Syndrome. Istilah ini berasal dari kejadian ketika seorang dokter di Amerika Serikat yang makan di restoran China, kemudian mengalami mual, pusing, dan muntah-muntah. Ketakutan ini terjadi lantaran makanan China mengandung banyak MSG. Ada lagi yang menghubungkan MSG dengan timbulnya sesak napas pada penderita asma. Bahkan ada yang menuduh MSG menjadi penyebab timbulnya tekanan darah tinggi dan kanker. Menjawab soal keamanan MSG, sejumlah penelitian dan pengujian telah dilakukan terhadap produk ini terbukti aman dikonsumsi. MSG tersusun dari sodium (natrium), glutamat, dan air yang merupakan unsur nutrisi bagi tubuh. "Produk kita aman dari MSG karena sebagaimana diketahui, aturan kadar MSG dalam produkconsumer goods termasuk Masako hanya bisa ditentukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)," kata Bagian Produksi Ajinomoto Co, Jasman kepada INILAH.COM saat acara temu media peresmian pabrik Ajinomoto di kawasan industrial city Karawang, baru-baru ini. Jasman menjelaskan, pihak kami telah melakukan banyak penelitian dan pengujian bahwa MSG aman digunakan asal dalam batas wajar. Dalam produk Masako, misalnya, komposisi yang digunakan lebih banyak menggunakan garam, gula, dan ekstrak daging ayam dan sapi daripada larutan MSG. Untuk membuat MSG harus memakai gula. Glutamat, naturium, air, Tiga komponen pembuat MSG. Secara sains, tidak ada bukti alergi karena glutamat. Glutamat ada banyak di tomat, keju, daging," jelas Jasman. Sementara itu, Presiden Direktur Sales Indonesia Ajinomoto Taro Komura menambahkan, BPOM Indonesia juga menentukan batas penggunaan MSG secukupnya. Sesuai fungsinya sebagai bumbu masak yang menyedapkan rasa. Batasan ini sama dengan penggunaan garam dan gula dalam masakan. "MSG, seperti hal lainnya, selama dikonsumsi dengan baik atau masih berada di batas aman, tidak masalah. Kami mengikuti aturan BPOM, mengikuti aturan kesehatan yang berlaku di Indonesia. Aturan halal MUI juga kita ikuti," tambahnya. Sekadar informasi, Ajinomoto Co, perusahaan penyedap masakan asal Jepang yang sudah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 40 tahun ini memiliki pabrik seluas 167 ribu meter persegi. Berdiri pada 1969 dan telah beroperasi di 26 negara. [mor] http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1906866/penyedap-rasa-tak-selamanya-berbahaya

KONTRAVERSI: BAHAYA EFEK SAMPING PENGGUNAAN MSG DI DALAM MAKANAN


September 17th, 2010 | 10 Comments

Siapa yang tidak kenal dan tidak pernah merasakan MSG? Hampir semua orang pernah merasakan rasa gurih yang ada dalam MSG. Hampir di setiap rumah makan atau warung-warung yang tidak luput dari penambahan MSG dalam setiap masakan. MSG dikenal sebagai bahan penyedap rasa yang menguatkan rasa makanan menjadi lebih enak dan sedap. Sejak ditemukan di Jepang tahun 1909 oleh Ajinomoto Corp, monosodium glutamat (MSG) telah berkembang menjadi salah satu zat aditif makanan yang paling populer di sakaeluruh dunia. Selain MSG, ada penyedap rasa lain yang digunakan oleh industri makanan seperti disodium inosinat (IMP) dan disodium guanilat (GMP). Namun MSG-lah yang paling disukai orang karena kemurahan dan keefektifannya dalam menguatkan rasa.MSG digunakan di seluruh dunia pada hampir semua jenis sayuran, kaldu dan lauk-pauk. MSG juga hadir dalam berbagai makanan olahan seperti daging kalengan dan daging olahan beku, saus tomat, mayones, kecap, sosis, makanan ringan, beberapa produk olahan keju, bumbu mie instan, dll. Penggunaan MSG kadang-kadang tersembunyi di balik label makanan dengan nama yang berbeda. Jika Anda melihat penyedap rasa alami, protein hidrolisat dan rempah-rempah dalam label makanan Anda, bukan berarti di dalamnya tidak ada MSG. Aman menurut Badan Pengawas Makanan MSG adalah bubuk putih yang cepat larut dalam air atau air liur. Setelah larut, MSG terurai menjadi natrium dan glutamat. Glutamat adalah asam amino nonesensial yang ditemukan di hampir semua protein. Di Amerika Serikat, MSG termasuk dalam daftar bahan makanan yang aman menurut Food and Drug Administration. Komite Ilmiah Uni Eropa juga menilai MSG sebagai zat makanan yang aman. Di Jepang, MSG adalah zat aditif makanan yang boleh digunakan tanpa pembatasan. Di Indonesia sendiri, MSG termasuk bahan makanan yang dianggap aman oleh BPOM.Micin atau penyedap rasa, atau MSG, aman dikonsumsi masyarakat. Asosiasi pangan dunia juga telah menguji kalau efek negatif yang selama ini digembar-gemborkan ke masyarakat tentang penggunaan micin tidak terbukti, kata Kepala BPOM Pusat, Husniah Rubiana Thamrin, dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (25/5/2009). Tidak Aman Menurut Russell Blaylock Namun, menurut Russell Blaylock, penulis buku Excitotoxins The Taste That Kills, MSG adalah excitotoxin yaitu zat kimia yang merangsang dan dapat mematikan sel-sel otak. Blaylock menyatakan bahwa MSG dapat memperburuk gangguan saraf degeneratif seperti alzheimer, penyakit Parkinson, autisme serta ADD (attention deficit disorder). MSG juga meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel kanker. Ketika konsumsi glutamat ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat, dan kemudian ketika glutamat diblokir, secara dramatis pertumbuhan kanker melambat. Para peneliti telah melakukan beberapa eksperimen di mana mereka menggunakan pemblokir

glutamat yang dikombinasi dengan pengobatan konvensional, seperti kemoterapi, dan hasilnya sangat baik. Pemblokiran glutamat secara signifikan meningkatkan efektivitas obat-obat anti kanker. Berikut adalah beberapa efek samping dan gangguan spesifik yang berhubungan dengan MSG menurut Blaylock :

Kejang Mual Alergi Ruam Serangan asma Sakit kepala Mulut terasa kering Hilang ingatan

Reaksi terhadap MSG dapat terjadi kapan saja, dari mulai segera setelah mengkonsumsi MSG sampai beberapa hari kemudian. Anak-anak lebih rentan terhadap efek negatifnya dibandingkan orang dewasa. Bagaimana Sebaiknya? Kita sebaiknya menghindari atau membatasi penggunaan MSG dalam makanan kita. Makanlah makanan dalam bentuknya yang paling alami. Bagaimanapun, tubuh kita tidak diciptakan untuk menyerap dan memanfaatkan zat sintetis buatan manusia. Tubuh kita diciptakan untuk mencerna makanan buatan alam. Makanan yang paling baik bagi kita adalah makanan yang berasal dari buatan alam tentu saja dengan cara pengolahan makanan yang baik apalagi bahan makanan itu terbebas dari segala zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti dalam bahan makanan organik , kita juga perlu mengetahui jenis-jenis bahan makanan organik.

search terms :

bahaya msg bagi tubuh,Bahaya ajinomoto,dinatrium inosinat,bahaya penyedap rasa,bahaya micin,dinatrium guanilat,bahaya penyedap rasa bagi kesehatan,bahaya penyedap makanan,dinatrium inosinat dan guanilat,dinatriuminosinat,efek micin,efek samping bahan kimia dalam makanan,akibat mengkonsumsi MSG,efek penyedap rasa,bahaya penyedap rasa makanan,kegunaan dan efek samping bahan kimia,penguat rasa mononatrium glutamat,efek samping royco,efek msg,akibat msg,kerugian MSG,bahan penyedap rasa,efek samping ajinomoto,efek ajinomoto,kegunaan msg,bahaya royco,bahaya ajinamoto,bahaya penyedap masakan,bahaya penguat rasa,pengganti micin,efek msg terhadap kesehatan,pengganti royco,ajinomoto berbahaya,efek samping dari penyedap rasa,bahaya penggunaan msg,bahaya mecin,dampak micin,pengaruh micin,penguat rasa msg,bahaya penggunaan penyedap rasa,keuntungan dan kerugian msg,bahaya penggunaan penyedap buatan,makalah bahaya makanan ringan,dampak negatif dari micin,dampak negatif ajinomoto,akibat dari msg,dinatrium inosinat adalah,efek samping penyedap rasa masako,makalah msg,efek samping penyedap rasa

Rabu, 25 April 2012

zat perasa dalam makanan


Diposkan oleh hilda di 20:23 April 26, 2012 oleh hilda yulistiyanita

Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa , tekstur , flavor dan memperpanjang daya simpan.Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein , mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan atau sintetis. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan. Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut zat adiktif kimia (food aditiva).Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi. Jenis-jenis bahan tambahan 1. Penguat Rasa 2. Pemanisa 3. Pengawet 4. Pewarna 5. Pengental 6. Pengemulsi ZAT PERASA Zat perasa ada beberapa jenis,dua diantaranya yaitu: s1. Penguat rasa

Zat aditif ini dapat memberikan, - Penyedap rasa dan aroma (flavour)

menambah,

mempertegas

rasa

dan

aroma

makanan.

Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester. Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum) - Penguat rasa (flavour echancer) Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin. Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan buatan dan juga untuk melezatkan makanan. Adapun penguat rasa alami diantaranya adalah bunga cengkeh, pala,merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan adalah monosodium glutamat/vetsin, asam cuka, benzaldehida, amil asetat. 2. Pemanis

- Pengertian Zat Pemanis Pada Makanan Pemanis adalah bahan makanan yang digunakan untuk menimbulkan rasa manis baik diperoleh dari bahan alami maupun buatan - Jenis-jenis Pemanis Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu sintetis dan natural. Pemanis sintetis dihasilkan melalui proses kimia. Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Contoh dari pemanis ini antara lain aspartam, sakarin dan siklamat. Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, adapun contohnya adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt. *Pemanis Sintesis

a. Aspartam Aspartam ditemukan pada tahun 1965 secara kebetulan. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yaitu Lfenilalanin-metil ester yang mempunyai daya kemanisan kurang lebih dua ratus kali kemanisan sakarosa. Struktur kimianya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

HOO H2NCCNHCHCOCH3 CH2 CH2 gugus kecil C==O OH Asam aspartat Fenilalanin Aspartam merupakan pemanis sintesis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanin. Aspartam dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal Nutrasweet dan Canderel dan telah digunakan di hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia. Terutama digunakan di minuman soda dan permen Belakangan aspartam mendapat penyelidikan lebih lanjut mengenai kemungkinan aspartam menyebabkan banyak efek negatif. Dan akhirnya, pangsa pasarnya mulai berkurang direbut oleh pemanis lain yaitu sukralosa. b. Sakarin Sakarin berupa Ca- atau Na-sakarin merupakan pemanis buatan yang paling lama dikenal. Sakarin merupakan senyawa benzosulfimida atau o-sulfobenzimida dengan rumus molekul C7H5NO3S. OO N Ca. 3H2O N Na+ SS O2 O2 2 Sakarin merupakan pemanis rendah kalori yang sudah di kenal sejak lama. Sakarin tidak mengandung kalori. c. Siklamat Siklamat diperkenalkan ke dalam makanan dan minuman pada awal tahun 1950-an. Daya kemanisannya adalah 80 kali kemanisan sukrosa. Siklamat biasa dipakai dalam bentuk garam natrium dan asam siklamat. H NSO2-ONa d. Sukade Sukade adalah manisan kulit jeruk sitrus, Citrus medica. Setelah dipetik dan dimasak dengan gula, sukade dikeringkan dan dipotong-potong kecil. Sukade biasanya berwarna kuning atau hijau tembus pandang, rasanya mirip jeruk tapi lebih pahit. Sukade digunakan dalam berbagai kue dan pastry, oliebollen, dan roti kismis (krentenbrood) *Pemannis Natural

a. Sukrosa b. Glukosa c. Fruktosa d. Galaktosa e. Manosa f. Pentosa g. Maltosa h. Laktosa i. Sorbitol j. Manitol k. Trehalosa l. Inositol m. Sukralosa n. Palatinit o. Leukrosa p. Palatinosa q. Xylitol

B. PRODUKSI ZAT PEMANIS Konsumsi gula dunia cenderung meningkat sejalan perkembangan populasi dan peningkatan taraf hidup terutama di negara-negara maju. Di lain pihak, dengan alasan kesehatan, konsumen berusaha mencari pemanis yang tidak menghasilkan kalori agar mereka tetap dapat menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk atau menimbulkan respon glikemik (peningkatan kadar gula darah). Industri pangan dan farmasi berlomba-lomba menciptakan pemanis-pemanis sintetik bebas kalori. Pemanis yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat mengganti sukrosa (gula tebu), glukosa atau gula-gula lain yang berkalori tinggi, mendukung usaha konsumen untuk mengontrol berat badan, menekan kadar glukosa darah, mengurangi sedapat mungkin karies gigi yang

diakibatkan konsumsi gula, akan tetapi tetap dapat menikmati rasa manis. Evaluasi terhadap pemanis buatan sebelum dilempar ke pasaran meliputi mutu sensorik (rasa manis, ada tidaknya rasa pahit, ada tidaknya bau), keamanan, pengaruhnya terhadap zat-zat lain dalam bahan pangan, stabilitas dalam proses dan pengolahan pangan. Trend terbaru, industri pangan mulai suka menggunakan kombinasi beberapa pemanis buatan sekaligus. Industri pangan di Indonesia sudah lama mengenal pemanis buatan sakarin, siklamat dan aspartam. Hanya dua yang pertama penggunaannya sangat ketat, bahkan di negara-negara tertentu sudah dilarang. Sedangkan aspartam banyak digunakan industri pangan Indonesia, khususnya untuk produk makanan dan minuman diet. C. DISTRIBUSI ZAT PEMANIS Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari. Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dangula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain. Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain sebagainya (perhatikan Gambar 8.7). Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat: 1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan; 2. membuat makanan tampak lebih menarik; 3. meningkatkan cita rasa makanan; dan 4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk. Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat pemanis pada makanan kini bebas dikonsumsi oleh siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa. Kebanyakan masyarakat yang belum menyadari akan berbagai jenis makanan yang dikonsumsinya mengandung berbagai macam zat-zat aditif terutama zat pemanis buatan. Mereka lebih memilih membeli makanan yang dijual secara ekonomis dan rasanya pun enak untuk dikonsumsi, tetapi mereka belum sadar bahwa makanan atau produk yang secara bebas ditawarkan dan dijual kepada masyarakat dapat memberikan dampak yang negati terutama pada kesehatan. Zat pemanis pada makanan telah tersebar di segala penjuru terutama di kota-kota besar yang memiliki penduduk sangat padat juga di daerah terpencil yang kini pendistribusiannya sudah menjangkau di desa-desa. Berbagai macam jenis zat pemanis terutama pemanis sintetik pada berbagai macam produk makanan yang telah di distribusikan di semua daerah. Bahkan sudah menjadi hal yang ketergantungan menggunakannya sehari-hari. D. PENGOLAHAN ZAT PEMANIS PADA MAKANAN Makanan manis yang dikombinasikan dengan warna-warna menarik sungguh membuat anak kecil tertarik. Apalagi kalau makanan itu empuk sehingga mudah dikunyah. Belum lagi kalau dibentuk sebagai minuman dingin yang dibekukan, seperti es krim atau serbuk es yang dituangi sirup.

Meski banyak digemari anak-anak, makanan manis yang banyak dijual di pasaran ini perlu diwaspadai. Pasalnya, banyak produk makanan, terutama produk industri rumah tangga, yang menggunakan pemanis buatan sebagai pengganti gula. Di Indonesia masih banyak permasalahan terkait dengan penggunaan pemanis buatan. Meski sudah ada ketentuan batas maksimum yang diizinkan, penggunaan pemanis buatan masih sering dilakukan semena-mena melebihi batas maksimum yang diperbolehkan. Sakarin dan siklamat harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan pemanis lainnya, seperti aspartam, acesulfam, alitam, dan neotam. Salah satu yang dapat dijadikan pengetahuan yaitu penggunaan sakarin pada saat proses pembuatan minuman botolan (syrup). Proses produksi dimulai dengan pembuatan sirup, yaitu mencampur gula dengan air dingin, kemudian dijernihkan dengan penambahan karbon aktif dan bahan penyaring yang dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan alat berupa plat atau frame filter. Larutan sirup kemudian dapat disterilisasi dengan penyinaran ultraviolet. Sirup, bahan tambahan, air, dan karbondioksida diaduk dengan temperatur dan tekanan diatur pada kondisi tertentu, kemudian produk akhir berupa minuman ringan dikemas dalam botol / kaleng. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat terus meningkat karena makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat. Data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Selain itu, kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5% energi dan 4,2% protein. Akibat kemajuan teknologi pangan dewasa ini, tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis karena semakin sibuk sehingga tidak sempat memasak, dan terjaminnya kebutuhan berbagai jenis makanan dalam jumlah besar sepanjang tahun tanpa menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi, semua hal tersebut mendorong produksi dan penggunaan bahan tambahan makanan (BTM). Penggunaan BTM tidak hanya dimanfaatkan oleh industri pangan saja, tetapi juga oleh ibu rumah tangga dengan berbagai alasan dan tujuan. Dari hasil survey dilaporkan bahwa ibu-ibu yang tinggal di wilayah kumuh lebih banyak menggunakan penyedap rasa (MSG) dan pemanis buatan (gula biang), sedangkan bahan pengembang dan bahan untuk perbaikan teskstur seperti pengempuk, perenyah, dan lain sebagainya lebih banyak digunakan ibu-ibu di wilayah menengah. Sedangkan bahan pewarna dan pengawet sering digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga dikedua wilayah tersebut (Winarno dan Rahayu, 1994). Penelitian LKJ menunjukkan setidaknya terdapat 47 produk makanan anak-anak yang mengandung bahan pemanis dan pewarna buatan yang berbahaya dan beberapa di antaranya merupakan jajajan produk merek terkenal. Pemanis tiruan yang dibubuhkan antara lain aspartame, siklamat, dan sakarin. Sedangkan pewarna yang sering dipakai adalah rhodamin B dan kuning metanil (Lembaga Konsumen Jakarta, 2005). Pengamatan secara kualitatif terhadap jenis pemanis makanan jajanan menunjukkan bahwa pemanis yang digunakan pada sebagian besar makanan jajanan adalah campuran pemanis sintetis sakarin dan siklamat. Pemanis sakarin dan siklamat tersebut terdapat pada berbagai jenis makanan jajanan. Sedangkan untuk pemanis jenis dulcin tidak ada karena di Indonesia sudah dilarang beredar berdasarkan Permenkes No 722/MenKes/Per/IX/1988 (Depkes RI, 2007). Di Yogyakarta sendiri, dari semua jajanan yang ada, 40-50% mengandung pemanis buatan dari jenis sakarine dan siklamat, serta 50% mengandung pewarna sintesis (Anonima, 2008). Secara umum, pemanis dan pewarna tersebut bisa menimbulkan alergi seperti batuk, tenggorokan sensitif, dan yang paling parah adalah gangguan sirkulasi darah. Anak-anak yang sensitif terhadap fenilalanin dalam aspartame akan mengalami hiperaktif atau cacat mental. Sementara ini, percobaan konsumsi siklamat dan sakarin untuk binatang menyebabkan kanker

kandung kemih. Sedangkan aspartame di laboratorium Ramajimie Foundation di Bologna Italia terbukti menimbukan kanker pada tikus percobaan. Jika pada binatang percobaan saja berbahaya, pada manusia juga tentu berbahaya (Nurhasan, 2006). E. KONSUMSI ZAT PEMANIS PADA MAKANAN Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi. b. Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam (lihat Gambar 8.12), dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel. Pemakaian pemanis buatan banyak dipakai pedagang kecil dan industri rumahan karena dapat menghemat biaya produksi. Harga pemanis buatan jauh lebih murah dibandingkan dengan gula asli. Pemanis buatan hanya sedikit ditambahkan untuk memperoleh rasa manis yang kuat Hasil kajian terbatas yang dilakukan Badan POM di beberapa sekolah dasar (SD) di Malang, Jawa Timur, menemukan ada konsumsi pada level yang tidak aman pada penggunaan bahan pemanis buatan sakarin dan siklamat. Dari anak-anak SD yang diteliti, ada konsumsi siklamat mencapai 240 persen dari nilai ADI (acceptable daily intake). Sedangkan konsumsi sakarin ditemukan sebesar 12,2 persen nilai ADI. ADI diartikan sebagai jumlah maksimum senyawa kimia yang bisa dikonsumsi setiap hari secara terus-menerus tanpa menimbulkan risiko pada kesehatan. Senyawa kimia yang dimaksud adalah bahan tambahan pangan dan pemanis buatan. Nilai ADI dinyatakan dalam miligram per kilogram berat badan. Badan POM hanya melakukan kajian terhadap siklamat dan sakarin karena disinyalir pemanis buatan ini digunakan tanpa batas oleh pedagang jajanan anak sekolah. Sakarin dan siklamat harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan pemanis lainnya, seperti aspartam, acesulfam, alitam, dan neotam. Asupan terhadap pemanis buatan bukan hanya berasal dari makanan, tetapi dapat juga berasal dari rokok, kosmetik, food suplement, produk-produk farmasi, termasuk resep dokter yang diracik dengan tambahan pemanis buatan. Karena tidak mempertimbangkan toksisitas sinergis, maka level yang aman untuk penggunaan pemanis buatan hanya 45 persen nilai ADI. Siklamat pada manusia mempunyai nilai ADI maksimun 11 mg/kg berat badan (BB). Jadi kalau pada anak ditemukan siklamat 240 persen ADI, berarti kandungan pemanis buatan itu sudah mencapai 240 persen/0,45 = 533,3 persen. Jika dikonversikan, berarti kandungan siklamat sebesar 5,333 x 11 mg/kg = 58,63 mg/kg BB. Pemanis buatan di Amerika dan Jepang penggunaan siklamat sudah dilarang. Demikian juga dengan sebagian besar negara-negara di Eropa. Sedangkan untuk sakarin, meski tidak dilarang di Amerika dan Jepang, tetapi penggunaannya mulai banyak berkurang karena keamanannya dianggap meragukan. Pada hewan percobaan, sakarin dianggap bisa

menimbulkan kanker kandung kemih. Sementara penggunaan siklamat juga sudah dilarang di ASEAN, kecuali Indonesia yang masih membolehkan siklamat. Jumlah jenis pemanis buatan yang digunakan di masing-masing negara ASEAN berkisar dua-lima jenis. Sedangkan di Indonesia ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya dalam produk-produk pangan. Ketigabelas jenis pemanis buatan itu adalah aspartam, acesulfam-K, alitam, neotam, siklamat, sakarin, sukralosa, dan isomalt serta lima lagi yang termasuk ke dalam kelompok poliol, yaitu xilitol, maltitol, manitol, sorbitol, dan laktitol.Penggunaan pemanis buatan memang tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemanis buatan sebetulnya hanya boleh dikonsumsi oleh orang yang sedang diet gula (penderita diabetes melitus). Makanan tradisional buatan home industry yang menggunakan pemanis buatan jelas melanggar aturan. Pasalnya, pemanis buatan bukan untuk konsumsi orang sehat. Orang memilih jenis pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya tentu dengan alasan masing-masing. Pemanis alami tentu lebih aman, tetapi harganya lebih mahal. Pemanis buatan lebih murah, tetapi aturan pemakaiannya sangat ketat karena bisa menyebabkan efek negatif yang cukup berbahaya. Pada kadar yang rendah atau tertentu, pemanis buatan masih diijinkan untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan, tetapi pada kadar yang tinggi bahan ini akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan F. DAMPAK PENGGUNAAN ZAT PEMANIS A. Zat Aditif Pada Makanan Produk makanan dan minuman sekarang ini banyak memakai bahan pengawet / zat additive / Bahan Tambahan Makanan (BTM) dalam memproduksinya dan kita tidak banyak tahu tentang bahaya kandungan tersebut pada makanan dan minuman yang telah kita konsumsi melalui produk-produk yang telah kita beli.Beberapa alasan produsen makanan menggunakan BTM yang dilarang yaitu karena ketidaktahuan akan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan,keinginan untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya (harga BTM sintetis jauh lebih murah dibandingkan yang alami), serta karena lemahnya sistem pengawasan dan pengambilan tindakan terhadap para pelanggarnya.Demikian akan diperjelas mengenai pengertian zat additive, penggunaannya, bahayanya, macam-macam bahan alamiah pengganti, jenis-jenis beserta daftar zat additive pada produk. Pengertian : Zat aditif adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan , baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. Zat aditif diberikan untuk meningkatkan kualitas, menambah rasa, dan memantapkan kesegaran produk makanan. Keuntungan dari zat aditif makanan adalah membuat makanan menjadi tahan lama, mempertahankan nilai gizi, dan memperbaiki penampilan. Pada awalnya, orang hanya menggunakan bahan aditif makanan yang alami, seperti gula, cabe, kunyit, dan merica. Akan tetapi, dengan berkembangnya industri makanan yang membutuhkan bahan dalam jumlah besar dan waktu penyimpanan yang lebih lama, orang mulai memproduksi dan menggunakan bahan sintesis. Kegunaan : Zat additive pada produk makanan dan minuman berfungsi sebagai bahan yang dapat memperpanjang masa simpan produk serta untuk memperoleh mutu sensoris (citarasa,warna,dan tekstur). Bahaya : Penggunaan zat addtive secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan karena bahan tersebut ada kemungkinan bersifat mutagenik/karsinogenik yang dapat menimbulkan kelainan genetik seperti kanker, penuaan sel, dan kerusakan organ yang lain. Macam-macam bahan alamiah pengganti : Zat Pemanis : Pemanis nutritif (menghasilkan kalori), berasal dari tanaman (sukrosa/ gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian karbohidrat (sirup glukosa, dekstrosa, sorbitol). - Pemanis non nutritif (tidak menghasilkan kalori), berasal dari tanaman (steviosida), dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).

Zat Pewarna : Daun suji untuk warna hijau Gula merah untuk warna coklat Kunyit untuk warna kuning Daun jati untuk warna merah - Kulit buah manggis untuk warna ungu Pewarna alami adalah pigmen-pigmen yang diperoleh dari bahan nabati, hewani, bakteri dan algae. Pigmen tersebut antara lain : Antosianin (oranye, merah biru) Betasianin dan betanin (kuning dan merah) Karotenoid (kuning merah dan oranye) Klorofil (warna hijau sampai hijau kotor) Flavonoid (kuning) Tanin (kuning) Betalain (kuning, merah) Kuinon (kuning sampai hitam) Xantin (kuning) Pigmen heme (merah, coklat) Zat warna alami komersial yang diijinkan untuk dipakai pada makanan dan minuman di Indonesia antara lain: anato, karamel, karoten, karmin, klorofil, safron, santaksantin, titanium dioksida dan tumerik. Jenis-jenis : Bahan tambahan makanan yang diijinkan digunakan pada makanan terdiri dari 11 golongan yaitu: 1. Antioksidan (untuk mencegah/ menghambat oksidasi) 2. Antikempal (untuk mencegah mengempalnya makanan yang berupa bubuk) 3. Pengatur keasaman (untuk mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan) 4. Pemanis buatan (zat yang dapat menimbulkan rasa manis pada makanan yang tidak/ hampir tidak memiliki nilai gizi) 5. Pemutih dan pematang tepung (mempercepat proses pemutihan untuk memperbaiki mutu pemanggangan) 6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (untuk membantu terbentuknya sistem dispersi yang homogen pada makanan) 7. Pengawet (untuk mencegah / menghambat kerusakan oleh mikroba) 8. Pengeras (untuk memperkeras / mencegah melunaknya makanan) 9. Pewarna (untuk memperbaiki / memberi warna pada makanan) 10. Penyedap rasa dan aroma (untuk memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma) 11. Sequesteran (untuk mengikat ion logam yang ada pada makanan) Kandungan zat additive yang ada pada produk : 1. Kandungan zat additive pada produk makanan seperti: Antioksidan, dinatrium, benzoat, natrium benzoat, kalsium benzoat, kalium benzoat, pewarna, ferro fumarat, asam sitrat, vitsin, sodium benzoat, zat besi, pengatur keasaman, pengental, asam folat, thickener, guargum, mononatrium glutamat, trikalsium fosfat, asam laktat, asam asetat, tokoferol, citrid acid, lactid acid, potassium, ascorbid acid, metil-p-hidroksi benzoat. 2. Kandungan zat additive pada produk minuman seperti : Natrium banzoat, pewarna, natrium sulfat, asam sitrat, natrium nitrit, mononatrium glutamat, poliphospat, ascorbid acid, magnesium karbonat, natrium klor, asam laktat, belerang dioksida, sodium nitrit. B. Dampak Zat Pamanis Pada Makanan Anak -anak pasti suka dengan minuman dalam kemasan yang berwarna warni, karena rasanya manis dan menghilangkan haus seketika. Begitu juga dengan kembang gula aneka rasa, bentuknya menarik dan menjadi jajanan idola bagi anak anak. Sebagian besar dari kita mungkin sudah mendengar hasil penelitian beberapa

waktu lalu dari lembaga konsumen jakarta (LKJ) bahwa 9 jenis makanan dari 48 jenis makanan khususnya makanan anak anak ; menggunakan pemanis buatan yang efek negatifnya dapat mempengaruhi syaraf otak dan penyakit ganas seperti kanker. Uji laboratorium dari 9 jenis makanan tersebut terdapat kandungan aspartame, sakarin, dan siklamat. Di negara Eropa penggunaan bahan bahan tersebut sudah lama dilarang. Memang mengerikan sekali jika bahan yang membahayakan tubuh tersebut itu ternyata ada di makanan anak seusia balita. Tingkatkan resiko Obesitas Meskipun mengandung rendah kalori, pemanis buatan meningkatkan nafsu anak untuk mengkonsumsi makanan yang rasanya manis. Itu bisa terjadi karena tingginya proses metabolisme dalam tubuh. Jadi anak akan mencari makanan manis lain dan meningkatkan asupan kalori mereka sehingga, bisa terjadi kelebihan berat badan. Selain Obesitas pengaruh pemanis buatan ini bila sering dikonsumsi adalah: 1. Karies gigi 2. Diabetes Mellitus 3. Panyakit kardiovaskuler,asteroklerosis 4. Behavioral disturbance(sakit kepala, ganguan belajar, emosi dan mental) C. Cara Menghindari Dampak Negatif Konsunsumsi Zat Pemanis Sementara menunggu tindakan nyata pemerintah yang malah sibuk dengan hal-hal yang tidak kita pahami, anakanak kita tetap harus diselamatkan. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan: 1. Biasakan sikecil mengkonsumsi makanan sehat, yaitu makanan dengan gizi seimbang, perbanyak makanan utama, buah dan susu, kurangi kebiasaan jajan anak yang mungkin mengandung zat pemanis buatan, Sebaiknya teliti dulu zat zat makanan yang didalamnya sebelum membeli makanan dalam kemasan, beri pengertian anak sedikit demi sedikit tentang bahaya jajan sembarangan, Para orang tua terutama ibu juga bisa belajar membuat jajanan sehat sendiri dirumah untuk anak anak. 2. Mengkampanyekan agar bersikap hati-hati terhadap makanan/jajanan di luar rumah. Makanan/minuman dengan warna yang mencolok sebaiknya dihindari, karena ada kemungkinan menggunakan pewarna yang bukan untuk makanan. Lakukan kampanye ini kepada anggota keluarga, saudara, dan orang-orang di sekitar Anda. 3. Sekedar tambahan, junk food yang digilai banyak orang di Indonesia, di negara asalnya justru sudah mulai ditinggalkan karena terbukti menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Jadi, jangan alihkan anak-anak dari jajanan biasa di sekitar kita ke junk food yang juga sama-sama berisiko membahayakan kesehatan. 4. Sebaiknya kita juga mengetahui adanya ciri-ciri makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan diantaranya adalah : Ada beberapa ciri dari produk yang menggunakan pemanis buatan, yaitu : a. Makanan/minuman yang diberi pemanis buatan mempunyai rasa pahit ikutan (after taste), terutama sakarin. b. Minuman yang diberi pemanis buatan lebih encer dibandingkan dengan minuman yang menggunakan gula.

sumber : http://indahahaddini.wordpress.com/2010/12/15/hello-world/ http://purwaningtias.wordpress.com/2011/05/13/zat-perasa-pada-makanan/

You might also like