You are on page 1of 2

Makalah Hukum Pertanahan & Perkebunan

Tahun 2012 Tahun Konflik Perkebunan Kelapa Sawit

Disusun Oleh : M.Ali Hanafiah 11/14496/BP_SPKS D

9/10/2012

Tahun 2012 Tahun Konflik Perkebunan Kelapa Sawit


IndoWatch: Konflik di perkebunan kelapa Sawit di tahun 2012 akan terus membesar seiring dengan makin mandulnya negara dalam menyikapi konflik dalam perkebunan kelapa sawit. Rupanya konflik yang terjadi di PT SWA (Sumber Wangi Alam) di Mesuji, Sumatra Selatan, alias kasus Mesuji, tidak menjadi rujukan bagi pemerintah untuk penyelesaian konflik perkebunan secara cepat. Hal ini kami gambarkan ketika munculnya konflik berdarah pada 2 Februari 2012 di Desa Batang Kumu Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Riau, beber Mansuetus Darto, Koordinator Forum Nasional Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Mansuetus Darto. Ia mengungkapkan, pihak-Pihak yang terkait belum bertindak untuk menyelesaikan masalah ini. Adapun Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) belum melakukan upaya konkrit untuk bertindak terkait dengan masalah tanah perbatasan Riau Sumatra Utara yang mengakibatkan petani di tembak. Padahal, lanjutnya, masyarakat telah meminta Kemendagri sejak lama terkait dengan Perusahaan Mazuma Agro Indonesia yang mendapatkan Izin dari Sumatra Utara dan beroperasi di wilayah administrasi Riau. Begitupun halnya pemerintah yang telah membiarkan perusahaan PT Mazuma Agro Indonesia ini yang beroperasi tanpa Izin, ungkap Darto. Menurutnya, hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Masyarakat tengah berkonflik dengan PT. Borneo Ketapang Permai akibat tidak membangun Plasma selama kurang lebih 13 tahun padahal sebelum tanahnya di ambil perusahaan, di janjikan petani mendapatkan plasma. Sehingga masyarakat melakukan pendudukan terhadap kebun sawit pada tanah yang telah di serahkan. Begitupun yang terjadi di kabupaten Batang Hari Jambi dengan PT. PT. BGR (Bahari Gembira Ria) di mana petani setelah tanahnya di ambil perusahaan dan Pemerintah memberikan Izin Perkebunan, masyarakat tidak mendapatkan hasil kebun sedikitpun, papar Koordinator Forum Nasional SPKS. Dari beberapa kasus tersebut di atas, jelas dia, pemerintah seakan tidak berbuat apa-apa atas kasus yang di alami oleh petani. Hingga terjadi konflik, Negara membiarkan masyarakat tertembak oleh aparat kepolisian dan secara tidak langsung turut memaksa petani melepaskan tanahnya. Yang terjadi petani seakan-akan pihak yang selalu salah. Ia menilai, negara dalam hal ini adalah pihak yang harusnya bertanggungjawab karena investasi perkebunan diberikan Ijin oleh pemerintah. Kami mencatat, Negara tidak sekalipun menyelesaian konflik perkebunan hingga tuntas. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk bertindak cepat menyelesaikan konflik perkebunan agar tidak terulang kembali pelanggaran Hak Asasi Manusia. SARAN : Negara juga perlu membentuk Komisi Khusus Penyelesaian Konflik Perkebunan. Begitupun halnya institusi kepolisian untuk segera menarik diri dari konflik perkebunan dan perlu memperbarui institusi tersebut untuk menghormati HAM, tegasnya.

You might also like