You are on page 1of 3

PERBEDAAN BAHAN KEMASAN DAN PERIODE SIMPAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR AIR BENIH JAGUNG DALAM RUANG

SIMPAN TERBUKA Robiin1

enyimpanan benih atau kelompok benih (lot benih) diharapkan dapat mempertahankan kualitas benih dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Penyimpanan benih jagung pada ruang terbuka akan mengakibatkan benih cepat mengalami kemunduran atau daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan kelembapan. Hal ini karena ruang simpan terbuka berhubungan langsung dengan lingkungan di luar ruangan atau melalui jendela dan ventilasi. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan. Penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Barton dalam Justice dan Bass (1979), kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Di daerah tropis, benih jagung minimal disimpan 3 bulan hingga musim tanam berikutnya. Benih jagung memiliki sifat agak mudah menyerap dan menahan uap air (higroskopis) sehingga perlu dikemas bila disimpan dalam ruangan terbuka. Bahan kemasan yang baik adalah yang memiliki kekuatan tekanan, tahan terhadap kerusakan serta tidak mudah sobek (Rineka Cipta 1986). Bahan untuk kemasan banyak macamnya dan masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Bahan

kemasan benih di daerah tropika basah umumnya memiliki sifat impermeabilitas terhadap uap air. Sifat lain yang penting adalah mempunyai daya rekat (sealibility), kuat, elastis, mudah diperoleh, murah, dan tahan lama. Percobaan ini bertujuan untuk (1) mempelajari pengaruh empat jenis bahan kemasan dan periode simpan terhadap kadar air benih jagung pada ruang simpan terbuka, dan (2) mendapatkan informasi bahan kemasan yang sesuai untuk benih jagung yang disimpan pada ruang simpan terbuka

BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih (suhu 25-30C, kelembapan 75-85%) Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret sampai Mei 2002. Bahan yang digunakan adalah benih jagung hibrida (F2) berkadar air 9%, bahan kemasan yaitu kertas HVS (70 g), kain blacu (bekas kantong tepung terigu), aluminum foil dan kantong plastik berpenutup (klip plastik), kertas coklat dan kertas label, serta bahan pembantu lain. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, oven, desikator, dan alat lainnya. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah bahan kemasan yaitu kertas (K1), kain (K2), aluminum foil (K3), dan plastik (K4). Faktor kedua adalah periode simpan yaitu 0 (PS0), 2 (PS2), 4 (PS4), 6 (PS6) dan 8 (PS8) minggu sehingga terdapat 20 kombinasi perlakuan dan 60 satuan percobaan. Semua kombinasi perlakuan dengan periode simpan 0 minggu digunakan sebagai kontrol, yaitu K1PS0, K2PS0, K3PS0, dan K4PS0. Percobaan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut. Benih jagung diambil dari lot benih di gudang penyimpanan, lalu diukur kadar airnya dengan alat pengukur kadar air tipe Steinlite. Kemasan dipersiapkan sesuai dengan jenisnya. Kemasan kertas dibuat amplop, kemasan kain dijahit dibentuk kantong kecil, serta kemasan aluminum foil dibuat seperti amplop, sedangkan plastik telah ada penutupnya (klip plastik). Benih dimasukkan ke dalam masing-masing kemasan sebanyak 60 butir per jenis kemasan atau masing-masing 20 butir untuk tiga ulangan. Selanjutnya benih yang telah 7

Teknisi Litkayasa Pelaksana pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Jalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 188 Malang 65101, Telp. (0341) 494052, Faks. (0341) 471255

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007

dikemas ditempatkan pada keranjang plastik, dan disimpan dalam ruangan laboratorium yang diasumsikan memiliki kelembapan alami selama periode simpan 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu. Pada periode simpan 0 minggu, benih belum mengalami masa penyimpanan, dan kadar air ditetapkan sebagai kadar air awal penyimpanan. Kadar air benih diukur dengan metode langsung yakni melalui proses pengovenan dengan suhu 103C selama 18 jam. Perhitungan perkiraan kadar air benih dilakukan berdasarkan basis basah, yaitu bobot akhir benih setelah dioven dibagi bobot awal (basah) benih sebelum dioven dikali 100 persen (Mugnisjah et al. 1994). Peubah atau parameter yang diamati dan diukur adalah kadar air benih pada tiap periode simpan, yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu. Penetapan kadar air benih dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut: - Memasang (setup) oven dengan suhu 103C. - Menyiapkan 12 buah wadah dari kertas coklat berbentuk segi empat dengan sisi atas terbuka, berukuran 5 cm x 3 cm. - Menyetel (menera) timbangan analitik. - Menimbang wadah kertas coklat (bentuk seperti takir) dan ditentukan beratnya (M1) sebelum dioven. - Mengambil benih dari masing-masing kemasan yaitu tiga biji per ulangan untuk dipecahkan atau diretakkan menjadi potongan kecil dengan mortar. - Benih yang telah menjadi potongan kecil dimasukkan ke dalam wadah takir yang telah ditimbang terlebih dahulu. - Menimbang benih dan wadah dan ditentukan beratnya (M2) sebelum dioven. - Memasukkan benih dan wadah ke dalam oven dengan suhu 103C selama 18 jam. - Mendinginkan benih dan wadah pada desikator ( 30 menit) setelah selesai dioven. - Menimbang dan menentukan beratnya (M3). - Menetapkan dan menghitung kadar air benih, dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut: (M2-M3) (M2-M1)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua faktor tunggal maupun interaksinya berpengaruh terhadap kadar air benih jagung (Tabel 1). Hal ini berarti pada perlakuan yang dicobakan minimal terdapat sepasang kombinasi yang berbeda dengan perlakuan lainnya (Gaspersz 1989; Mattjik dan Sumertajaya 2002). Pada percobaan ini, penilaian bahan kemasan didasarkan pada kemampuan bahan kemasan mempertahankan kadar air benih pada periode simpan yang dikehendaki. Bahan kemasan yang paling baik adalah aluminum foil pada periode simpan 4 minggu (K3PS4) dengan kadar air 10,90%, sedangkan bahan kemasan yang paling buruk pada periode simpan yang sama adalah kain (K2PS4) dengan kadar air 21,69% (Tabel 1). Bahan kemasan kain (K2PS8) paling buruk karena kadar air benih meningkat pesat hingga periode simpan 8 minggu (24,59%). Pada periode simpan yang sama, kadar air benih yang disimpan dalam kemasan kertas (K1PS8) sebesar 23,74% (Gambar 1). Pada periode simpan 2 minggu (K4PS2), perlakuan kemasan plastik dan aluminum foil (K3PS2) paling baik dibanding perlakuan lainnya dengan kadar air berturut-turut 8,94% dan 8,89% (Tabel 1). Pada periode simpan yang sama,

Tabel 1. Pengaruh bahan kemasan dan periode simpan terhadap kadar air benih jagung. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Bogor, 2002 Perlakuan Bahan kemasan Kertas Kain Al-foil Plastik Kertas Kain Al-foil Plastik Kertas Kain Al-foil Plastik Kertas Kain Al-foil Plastik Kertas Kain Al-foil Plastik Periode simpan (minggu) 0 0 0 0 2 2 2 2 4 4 4 4 6 6 6 6 8 8 8 8 Kadar air (%) 8,83 8,68 8,73 8,76 12,39 13,15 8,89 8,94 20,18 21,69 10,90 11,73 25,84 26,84 17,97 15,65 23,74 24,59 20,14 18,76

KA = KA M1 M2 M3 8

x 100 %

= kadar air benih = berat wadah sebelum dioven (g) = berat wadah + benih sebelum dioven (g) = berat wadah + benih selesai dioven (g)

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007

perlakuan kemasan kertas (K1PS2) mampu mempertahankan kadar air benih sebesar 12,39%, sedangkan kemasan kain (K2PS2) 13,15% (Tabel 1). Pada periode simpan 4 minggu, kemasan plastik dapat mempertahankan kadar air sebesar 11,73% dan dianggap tidak berbeda dengan kemasan kertas dengan periode simpan 2 minggu (K1PS2) dengan kadar air 12,39%. Namun, kemasan plastik dinilai lebih baik karena periode simpannya lebih lama 2 minggu dibanding kemasan kertas. Kemasan kertas memang tidak sebaik kemasan plastik dalam mempertahankan kadar air benih, tetapi masih lebih baik dibanding kemasan kain. Sifat kertas yang mudah basah pada kondisi lembap diduga sebagai penyebab meningkatnya kadar air benih pada periode simpan selanjutnya. Laju perubahan kadar air benih pada kemasan kertas seiring dengan perubahan kadar air benih dalam kemasan kain (Gambar 1). Bahan kemasan aluminum foil paling baik sampai periode simpan 4 minggu dan kurang baik pada periode simpan selanjutnya. Pada periode simpan 6 dan 8 minggu, kadar air benih dalam kemasan aluminum foil meningkat masing-masing menjadi 17,97% dan 20,14%, lebih buruk dibanding bahan kemasan plastik pada periode simpan yang
Kadar air (%) 30 25 20 15 10 5 0

sama dengan kadar air masing-masing 15,65% dan 18,76%. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, aluminum foil lebih baik dibanding plastik, tetapi dari segi kekuatan dan keelastisan, aluminum foil mudah sobek. Hal inilah yang menyebabkan kadar air benih yang disimpan dalam kemasan aluminum foil meningkat selama periode simpan 6 dan 8 minggu.

KESIMPULAN DAN SARAN Bahan kemasan aluminum foil paling baik untuk menyimpan benih jagung sampai periode simpan 4 minggu (kadar air 10,90%). Kemasan plastik mampu mempertahankan kadar air benih 11,73% hingga periode simpan 4 minggu, namun tidak sebaik kemasan aluminum foil. Kemasan kertas kurang sesuai untuk penyimpanan benih jagung karena tidak mampu mempertahankan kadar air benih hingga periode simpan 8 minggu. Namun demikian, kemasan kertas masih mampu mempertahankan kadar air benih 12,39% pada periode simpan 2 minggu. Kemasan kain paling buruk untuk menyimpan benih jagung dengan kadar air 13,15-26,84% pada periode simpan 2-8 minggu. Aluminum foil dapat digunakan sebagai bahan kemasan benih jagung. Namun, dalam aplikasinya harus dikombinasikan dengan bahan kemasan lain dan tetap mengacu pada sifat-sifat bahan kemasan yang ada, seperti impermeabilitas, kekuatan, ketebalan, dan keuletan. Bahan kemasan plastik dapat disarankan sebagai alternatif kedua, dan mungkin akan menjadi lebih baik jika ketebalan plastik diperhatikan.

Kertas Kain Aluminum foil Plastik

DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, V. 1989. Metode Perancangan Percobaan. Armico, Bandung. hlm. 185-210. Justice, O.L. dan L.N. Bass. 1979. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih (Terjemahan). PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm. 219-273. Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid I. Edisi Kedua. IPB Press, Bogor. hlm. 103-112. Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja Grafindo, Jakarta. hlm. 62-65. Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih. Pengolahan benih dan tuntunan praktikum. Rineka Cipta, Jakarta. hlm. 120-122.

2 4 6 Periode simpan (minggu)

Gambar 1. Perubahan kadar air benih jagung yang dikemas pada beberapa jenis bahan kemasan selama periode simpan 8 minggu, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Bogor, Maret-Mei 2002

Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1, 2007

You might also like