You are on page 1of 3

Class!

Im in Love
Ara memeriksa kembali tasnya, memeriksa lagi apakah masih ada buku yang tertinggal atau tidak. Ara melirik jam dinding di kamarnya, pukul 4 sore sekarang. Ah biarkan saja pria aneh itu menunggu. Lalu setelah Ara mempersiapkan keperluan Ara yang lain, sekitar 5 menit kemudian Ara telah siap berangkat ke tempat lesnya. Ara menyambar tasnya dan pamit ke Ibunya. Ara belum bisa mengendarai sepeda motor jadi dia berangkat menggunakan angkutan umum. Rumah Ara terletak di dalam komplek perumahan, perlu berjalan terlebih dahulu sekitar 5 menit untuk dapat bertemu dengan jalan raya dan lalu menaiki angkutan umum. Angkutan umum penuh sesak saat itu, membuat Ara merasa kesusahan bernafas. Sejujurnya Ara sangat lelah, Ara baru saja pulang sekolah jam 3.30 tadi dan sekarang? Dia sudah harus berangkat ke tempat lesnya, padahal seharusnya dia tidak ada jadwal hari ini. Tapi karena pria aneh itu memintanya, dia dengan terpaksa berangkat. Ah dasar pria aneh, baru saja kenal sudah langsung meminta aku untuk menemani dia konsul matematika Pikir Ara dalam hati. Perjalanan memakan waktu sekitar 10 menit. Pintu tempat les Ara yang transparan membuat Ara bisa melihat ke dalam tempat les itu sebelum Ara masuk. Ara menghentikan angkutan umum yang Ia tumpangi tepat di depan parkiran tempat les Ara. Benar saja, dari tempat Ara turun, nampak pria aneh itu sudah terlebih dahulu datang. Pria itu mengenakan kaos putih serta bawahan celana berwarna biru ketuaan. Dia sedang duduk di kursi panjang biru yang terletak di dalam tempat les, dekat dengan pintu masuk. Di depannya terdapat meja tempat Ia menaruh tas birunya. Lalu Ara masuk dan menyapanya dengan agak malas Mana gurunya? tanya Ara Tuh Ia menunjuk guru matematika yang akan mengajari mereka. Oke, masuk lah cepet. Kak, ayo mulai sekarang aja konsulnya ajak Ara. Lalu Ara, Dika dan guru mereka berjalan menuju ruangan konsul di tempat les itu. Ya, pria aneh yang daritadi dimaksud itu bernama Dika. Dika, kenapa Ara lebih suka menyebut dia dengan sebutan pria aneh? Karena di mata Ara, pria itu memang aneh. Pria itu selalu terlihat sok tau ketika di kelas saat les, dia juga seperti mempunyai dunianya sendiri, berbeda dengan lelaki lain. Ara sendiri membenci beberapa sifat pria itu, namun entah apa yang membuat Ara mau saja mengiyakan ajakannya sehingga sekarang ini Ara dan Dika bersama-sama berada di ruangan konsul itu dengan guru matematika mereka. Ara tidak mau hanya menemani Dika konsul saja, Ara tak mau membuang waktu maka Ara pun juga menyodorkan soal yang Ia belum mengerti. Guru Matematika Ara dan Dika duduk di antara Ara dan Dika sehingga terlihat adil. Konsul berlangsung sekitar 30 menit saja. Ara dan Dika sama-sama telah lelah melihat angka-angka di materi Integral. Lalu guru mereka pun keluar, tinggalah Ara dan Dika di ruangan itu. Ara hampir saja pulang ketika Ia telah selesai membersekan alat tulisnya, namun tibatiba saja Dika mengajaknya untuk mengobrol. Ra, di sekolah lu pelajaran matematikanya sampai bab apa?

Gatau, seinget gue udah ngelewatin Integral deh Oh... Ara tiba-tiba ingat bahwa Ia kesusahan mempelajari materi Corel Draw di sekolahnya, dan Ara rasa, Dika bisa membantunya mengerti. Eh, ngomong-ngomong lu bisa ngajarin gue Corel Draw gak? Pelajaran komputer di sekolah gue lagi bahas itu. Di sekolah lu juga kan? Gue bawa notebook gue nih, minta tolong ajarin ya Ara mengeluarkan notebook yang berada di dalam tasnya. Menyalakannya lalu membuka aplikasi Corel Draw. Lalu Ara menyodorkan notebooknya ke Dika untuk mengajarinya. Entah, Ara bukannya memperhatikan gerakan tangan Dika, namun justru memperhatikan Dika, tepatnya wajah Dika. Ra, udah ngerti kan? Sapaan Dika membuyarkan lamunan Ara. Ah? Oh iya udah kok. Makasih Ara berpura-pura mengerti padahal Ara tidak memperhatikan apa yang Dika tunjukkan. Lalu Dika pun beranjak membereskan barangnya serta alat tulisnya yang berserakan di meja. Begitu juga Ara. Butuh waktu sekitar 5 menit untuk itu dan akhirnya mereka keluar dari ruangan itu untuk pulang. Ada yang aneh. Saat kali ini Ara melihat sosok itu berjalan membelakanginya, Ara merasa aneh. Ara merasa ada sesuatu di hatinya. Tapi Ara coba menepis itu dan lalu Ia pun bergegas keluar dari tempat lesnya. Sesampainya di rumah, Ara merasa sepi, Ara tiba-tiba saja teringat akan Dika. Ara meraih ponselnya, mencari nama Dika di kontaknya, lalu mencoba mengetik pesan singkat. Namun Ara menghapusnya lagi, Ara merasa pesan singkatnya tidak menarik untuk dibalas. Ara merasa tidak bisa membuat kalimat sapaan yang menarik sehingga Dika berkenan membalas pesan singkat Ara. Jadi Ara mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan singkat ke Dika. Ara lalu membuka lagi tas yang Ia gunakan untuk les tadi sore. Dan Ara melihat ada sesuatu yang bukan miliknya berada di dalam tasnya. Kartu Peserta Ujian Tengah Semester milik Dika Ardiansyah Kontan Ara pun mengirim pesan singkat ke Dika, memberitahu bahwa Kartu Persertanya terbawa oleh Ara. Dika tidak akan bisa mengikuti Ujian di sekolahnya tanpa kartu ini! Pikir Ara cemas. Di satu sisi lain, Ara merasa senang karena Ia bisa membuat alasan untuk mengirim pesan singkat ke Dika. Tak lama kemudian Ara menerima balasan dari Dika Titip aja ke temen sekolah gue yang tinggal di deket rumah lu. Gampang kan? Ara bergegas pergi ke rumah tetangganya yang satu sekolah dengan Dika. Ara pun memberitahu bahwa Ia sudah menitipkan kartu ujian Dika ke tetangga Ara. Dan dengan singkat, Dika hanya membalas Ok

Ada semburat wajah kecewa di wajah Ara karena Dika hanya membalas pesannya dengan amat singkat. Apa gue udah suka sama Dika? Pikir Ara. Namun Ara menepis keras pikiran itu. Kalo memang gue suka sama Dika, apa sih yang gue suka dari Dika? Aneh, cuek, sok tahu. Ga mungkin gue suka sama Dika!!! Hati dan otak Ara berdebat. Merasa lelah, Ara pun memilih untuk bergegas membereskan buku pelajaran yang ada di jadwal belajar sekolahnya esok hari dan lalu pergi tidur.

********** Esoknya, setelah pulang sekolah, Ara bergegas pergi menuju ke tempat lesnya. Jadwal les hari ini Biologi. Jam masuk les adalah jam 4 dan Ara telah tiba di tempat lesnya sekitar jam setengah 4. Ara memutuskan menunggu di kelas yang nantinya akan menjadi tempat belajarnya setengah jam lagi. Ruangan kelas bernuansa putih biru, berukuran tidak terlalu besar. Ara mengambil posisi di paling belakang karena mood Ara untuk belajar hari tidak terlalu besar. Ruang kelas itu sangat sunyi karena memang baru Ara saja yang datang. Ara telah mendengarkan lagu di ponselnya selama setengah jam untuk membunuh waktu. Bel pertanda masuk kelas pun berbunyi. Selama setengah jam Ara mendengarkan lagu di ponselnya, teman-teman Ara yang lain telah berdatangan. Dan tepat semenit setelah bel masuk kelas, guru Biologi di tempat les Ara pun masuk ke kelas Ara. Pelajaran telah berlangsung sekitar 10 menit ketika tiba-tiba saja pintu kelas itu terbuka. Ara menoleh ke arah pintu yang berada di bagian belakang Ara. Dan..... Ternyata Dika. Dika masih mengenakan pakaian seragamnya lengkap dengan tas sekolahnya. Tanpa menoleh ke arah Ara yang diam-diam memperhatikan langkah Dika, Dika memilih meletakkan tasnya di sebelah bangku Ara. Dika memilih duduk di sebelah Ara. Jantung Ara berdegup kencang, ada perasaan senang yang meletup pelan-pelan timbul di hati Ara ketika Dika berada tepat di samping Ara. Perasaan ini....... Udah lama, Ra mulai kelasnya? Tanya Dika.

********* END *********

You might also like