You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA TUSUK YANG TERPASANG VENTILATOR DI RUANG HCU RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

JAKARTA

I. KONSEP DASAR (1) LUKA TUSUK Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau. Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu : 1. Lokasi anatomi injury 2. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk dan arah tusukan. Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi. Penyebab kematian pada trauma abdomen adalah penurunan volume cairan karena perdarahan (syok hipovolemik). Secara ringkas proses tersebut dapat digambarkan sbb : Faktor penyebab (penurunan volume cairan) Penurunan arus balik vena Penurunan isi sekuncup Penurunan curah jantung Penurunan perfusi jaringan

Adapun tanda dan gejala dari hipovolemic syok mengarah pada berbagai sistem yaitu : 1. Sistem kardiovaskuler : takikardi, penurunan tekanan darah sistolik 2. Kulit : dingin, lembab, pucat, sianotik 3. Sistem Saraf Pusat : ansietas, keresahan, perubahan sensorium, penurunan tingkat kesadaran 4. Sistem Renal : penurunan haluaran urine, gagal ginjal akut atau kronis 5. Sistem Pernafasan : takipnea, peningkatan permiabilitas kapiler pulmonal (ARDS) 6. Sistem Hepatik : penurunan pembentukan faktor-faktor pembekuan, penurunan sintesis protein-protein plasma, penurunan albumin serum, penurunan kadar glukosa serum 7. Sistem Gastro Intestinal : ileus adinamik, ulcerasi, penurunan absorpsi nutrien, peningkatan masukan toksin dari lumen usus ke dalam aliran darah 8. Sistem vaskuler (2) KONSEP GAGAL NAFAS Definisi : Gagal nafas akut diartikan sebagai kegagaln pertukaran gas dalam paru, ditandai dengan turunnya kadar oksigen di arteri (hipoksemia) atau naiknya kadar karbon dioksida (hiperkarbia) atau kombinasi keduanya. Kriteria diagnosis pada pasien yang bernafas pada udara kamar didapatkan hasil pemeriksaan analisa gas darah : 1. PaO2 kurang dari 50 mmHg 2. PaCO2 lebih dari 50mmHg tanpa ada gangguan alkalosis metabolik primer Gagal nafas dapat diakibatkan oleh bermacam penyakit baik akut maupun kronik; setiap gangguan pada kelima tahap respirasi dapat menyebabkan gagal nafas. b) Patofisiologi Mekanisme yang menyebabkan terjadinya gagal nafas meliputi : 1. Hypoventilasi : keadaan dimana seseorang tidak dapat mempertahankan ventilasi alveolar yang cukup, sehingga terjadi kenaikan kadar CO2 dalam darah 2. Gangguan perfusi dan difusi Adanya emboli di salah satu cabang arteri pulmonali akan meningkatkan ruang rugi karena banyak alveoli yang hanya mengalami ventilasi tanpa perfusi 3. Pintasan intra pulmoner dan gangguan perbandingan ventilasi perfusi Pintasan intrapulmoner (Shunt) diartikan sebagai darah yang memperfusi paru yang tidak mengalami pertukaran gas karena alveoliya tidak terventilasi seperti pada atelectasis

c) Tanda dan gejala gagal nafas akut Diagnosa pasti gagal nafas akut ditegakkan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Namun gejala klinis gagal nafas akut dapat ditegakkan dengan mengamati hal-hal sbb : Pola pernafasan : laju pernafasan meningkat, pernafasan dangkal mungkin ada pernafasan cuping hidung dan terlihat otot pernafasan tambahan mulai aktif Warna kulit : pada keadaan awal mungkin masih merah, bila proses berlanjut/bertambah berat kulit berwarna pucat/biru yang menandakan hipoksemia yang bertambah berat. Tensi/laju nadi : umumnya nadi cepat, bila ada aritmia mungkin disebabkan hiperkarbia (dan hipoksia) Nadi yang melemah dan bertambah lambat menandakan keadaan bertambah parah, yang memerlukan tindakan segera. Tekanan darah, pada keadaan yang masih ringan mungkin masih dalam batas normal. Bila keadaan bertambah berat, tekanan darah mula-mula naik karena pelepasan katekolamin, bila tekanan darah mulai turun hal ini harus segera diatasi karena ini merupakan tanda perburukan. Gagal nafas dengan tanda-tanda yang nyata sangat mudah dikenali. Yang sulit adalah awal dari adanya gagal nafas, yang luput dari pengawasan ketat yang mungkin dalam waktu relatif singkat dapat memburuk. Pengawasan/observasi ketat memegang peranan penting sehingga bila therapi konvensional tidak menolong dan keadaan memburuk, dapat segera diambil tindakan lain seperti intubasi dan pemakaian alat bantu nafas/ventilator. d) Penatalaksanaan dan pengobatan Dasar pengobatan dibagi yang non spesifik dan spesifik, umumnya diperlukan kombinasi keduanya. Pengobatan non spesifik ditujukan langsung untuk memperbaiki pertukaran gas, seperti pemberian oksigen, pembersihan jalan nafas dan fisiotherapi dada serta usaha-usaha lain untuk menurunkan kebutuhan oksigen seperti menurunkan panas badan dan pemberian sedasi. Sedangkan pengobatan spesifik ditujukan kepada penyebab gagal nafas ; bila gagal nafas disebabkan karena adanya benda asing di bronkhus maka dilakukan bronkoskopi untuk mengatasi sumbatan karena benda asing tersebut juga melakukan pungsi pleura dan WSD pada efusi pleura yang masif dll. e) Indikasi ventilasi bantu/artifisial Pada keadaan yang ekstrem seperti penderita apneu atau pernafasan yang amat lemah, indikasi ventilasi bantu/artifisial mudah ditegakkan. Namun pada keadaan di lapangan sering dijumpai kasus yang sulit bagi kita untuk memutuskan apakah sudah merupakan indikasi untuk ventilasi artifisial, sebab penundaan alat bantu nafas yang berlarut dapat berakibat

fatal. Sebaliknya tindakan terlalu dini dan agresif tidak selalu menguntungkan bahkan dapat merugikan. Beberapa patokan untuk menentukan indikasi ventilasi adalah : Parameter 1. Mekanik Laju napas Volume tidal Kapasitas vital Tekanan inspirasi Indikasi Lebih 35/menit Kurang 5 ml/kgBB Kurang 15 ml/kgBB Kurang 25 cmH2O Nilai Normal 10 20 (dewasa) 57 65 75 75 100

maksimal 2. Oksigenasi - PaO2 3. Ventilasi PaCo2 Kurang 60 mmHg (FiO2 = 0,6) Lebih 60 mmHg 75 100 (udara kamar) 35 45

Lebih 0,6 0,3 - Vd/Vt Pemakaian alat bantu nafas (respirator/ventilator) bukanlah untuk menggantikan fungsi paru dan jantung, melainkan hanya berfungsi sebagai alat ventilasi yang memompakan udara/oksigen ke dalam paru dengan takanan positif. Fungsinya lebih bersifat mempertahankan agar penderita tetap hidup sambil menunggu proses reparatif badan dapat mengambil alih fungsi ventilasinya kembali. f) Obat yang dipakai pada gagal nafas Pada penderita gagal nafas karena asma, diberikan obat bronkhodilator baik per infus maupun per inhalasi, pada keadaan berat biasanya ditambahkan kortikosteroid. Untuk infeksi biasanya diberikan antibiotika ber spektrum luas. Untuk penderita dengan ventilator, diberikan sedativ seperti diazepam (valium), dormikum dan golongan narkotik untuk menekan pernafasan dan bila perelu obat pelumpuh otot seperti pavulon dll agar penderita dapat mengikuti/seirama perbafasannya dengan alat ventilator tersebut.

PENGKAJIAN Initial Klien Umur Agama Alamat Pendidikan Pekerjaan Tanggal Masuk RS Tanggal Pengkajian Diagnosa Medis : Tuan M.Y. : 20 Tahun : Islam : Cengkareng Timur, Jakarta : SMA : Karyawan : 29 November 1998 : 1 Desember 1998 : Post Op Laparatomy ec. Luka tusuk tembus abdomen

(1) Perjalanan Penyakit Pasien masuk ke IGD tanggal 27 November 1998 Pk. 17.25 WIB dimana sekitar 20 menit sebelumnya pasien terkena trauma tusuk di perut kemudian dilakukan operasi laparatomy tanggal 29 November 1998 dengan lama operasi 4 jam dengan tindakan pembedahan : Laparatomi eksplorasi Nefrektomy kiri Splenektomy jahit dua lapis gaster, jejenum dan mesenterium Drain pada ginjal kiri

Hasil Laboratorium : (a) Tanggal 30 November 1998 WBC 3,5 RBC 3,47 HGB 10,0 PLT 36 HCT 29,1 Trombocyt 36.000 Ureum darah 30 mg/DL Creatinin urine 1,15 mg/DL Urinalisa Sedimen + Kejernihan jernih Leukocyt 1 3 /LPB Eritrosit >100/LPB

Kristal ( - ) Berat jenis 1010 .pH 5 Glukosa 2+ Protein ( - ) Keton ( - ) Bilirubin ( - ) Urobilinogen 0,1 Nitrit ( - ) (b) Analisa Gas Darah Tanggal 30 November 1998 Pk. 06.49 Ventilator control TV : 450 FiO2 : 40% .pH 3,84 PCO2 37,7 PO2 163,4 HCO3 22,2 TCO2 23,3 BE 2,3 SBE 2,2 SAT 99,2 SBC 22,4 (c) Analisa Gas Darah Tanggal 1 Desember 1998 Pk. 05.14 Ventilator Assist Control RR 12, TV 450 FiO2 40% PH 7,508 PCO2 38,3 PO2 117,3 HCO3 30,5 TCO2 31,7 BE + 6,9 SBE + 6,8 SAT 98,7 SBC 30,7 Na 138 K 3,9

Cl ( - ) (d) Analisa Gas Darah Tanggal 2 Desember 1998 Ventilator SIMV FiO2 35% PH 7,455 PCO2 34,7 PO2 127,8 HCO3 23,2 TCO2 24,2 BE 0,3 SBE 0,3 SAT 98,8 SBC 24,1 Na 136 K 3,9 (e) Hasil Laboratorium Darah 2 Desember 1998 Ht 24 vol % Hb 8,7 gr/DL Leuko 12.700 Trombo 105.000 Pengukuran CVP : Tgl. 1-12-1998 + 11 cmH2O, Tgl 2-12-1998 10,5 cmH2O (f) Cairan Infus Tanggal 1-12-1998 KaEM MG3 500 cc Pan Amin 600 : 500 cc RL FFP 2 x 300 cc (g) Cairan Infus Tanggal 2-12-1998 KaEM MG3 Pan Amin Tranfusi Darah 500 cc FFP 2 x 300 cc RL

(h) Cairan Infus Tanggal 3-12-1998 KaEM MG3 Pan Amin RL FFP 3 x 300 cc (i) Obat-obatan Tanggal 30 s/d 2-12-1998 Cimetidine 3 x 1 Alinamin F 3 x 1 Vit K 3 x 1 Kemicitin 3 x 1 gr ( Tanggal 3-12-1998 diganti dengan Penicillin Prokain) Novalgin 3 x 50 mg (2) Pemeriksaan Fisik Kesadaran Kepala Mata Hidung Mulut Leher murni, gallop (-) Abdomen Ekstremitas : luka laparatomy, balutan rapi, kering, bising usus (-) : tangan kanan terpasang triway infus, CVP KaEM MG3, RL, Pan Amin ; kaki kanan terpasang infus NaCl spooling tranfusi (3) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 1. Gangguan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produk mukosa akibat adanya benda asing pada trachea (intubasi) 2. Resiko tinggi gangguan deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan, puasa 3. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, NPO 4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma abdomen, luka operasi, prosedur invasif (CVP, kateterisasi, ETT) 5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan 6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya ETT : Compos Mentis : Simetris : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : terpasang NGT, cairan warna coklat tua : terpasang ETT, mukosa kering : kelenjar getah bening tidak membesar

Dada : auskultasi paru, ronchi basah ringan +/+, wheezing (-) ; auskultasi jantung BJ I, II

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN. M.Y DI RUANG HCU RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA N

Dx. Perawatan o 1. Gangguan

Tujuan Kebersihan nafas 2. 1.

Intervensi Kaji kepatenan jalan 1. nafas pasien Evaluasi pengembangan kedua belah paru dada, 2. dan kaji suara nafas

Rasional Obstruksi

Implementasi dapat 1. Mengkaji jalan nafas kepatenan S : O:

Evaluasi

pembersihan jalan jalan dengan peningkatan produk akibat mukosa adanya

disebabkan dari penumpukan jalan nafas Pengembangan dada yang simetris dan suara nafas yang seimbang pada kedua belah paru menunjukkan Obstruksi ETT paru dapat berada tepat dan tidak ada obstruksi. (akibat atelektasis)

nafas berhubungan dapat terjaga

sekresi, perdarahan, spasme 2. Mengevaluasi

Sianosis (-)

pengembangan dada dan CVP : + 11 cm H2O, mengkaji suara nafas. N : 72x/menit, TD : Hasil : pengembangan 108/65 mmHg, RR : dada normal, ringan +/+ dalam suara batas 18 x/menit nafas (ventilator 12) Analisa Gas Darah : PCO2

benda asing pada trachea (intubasi) Ditandai dengan : sistem berbunyi suara nafas : penumpukan sputum terdengar 3. Catat adanya batuk yang peningkatan berlebihan, 3. dispneu, alarm

auskultasi ronchi basah Kulit hangat

pneumonia, 3. Mencatat adanya batuk PH 7,455 ; alarm, sekret

yang berlebihan, bunyi 34,2 ; PO2 127,8 ; ETT, HCO3 23,2 ; SAT ronchi. 98,8 peningkatan

menimbulkan suara ronkhi dan wheezing Pasien yang diintubasi mengalami batuk yang tidak

Hasil : batuk berlebih A : Masalah teratasi (-), bunyi alarm (-), P :

suara

nafas

bunyi alarm, sekret 4. pada

adanya ETT, sistem dan 4. sesuai 5.

efektif sehingga penumpukan sekret terjadi

sekret ETT (+) sedikit, Tetap peningkatan ronchi (-) 4. Memonitor humidifikasi

observasi

menurun (pada obstruksi jalan nafas/kolaps paru) pasien gelisah usaha klien meningkat penggunaan otot tambahan pernafasan (+) AGD : P CO2 meningkat, O2 dan menurun P PH 7. : 6. nafas 5.

adanya sekret

peningkatan ronchi Monitor humidifikasi temperatur Suction kebutuhan Ajarkan tehnik batuk efektif, nafas dalam 6. pursed lip breathingbila pasien kooperatif Ubah posisi secara periodik 7. 8. Anjurkan sesuai kondisi pasien 8. Pengentalan sekret dapat timbul akibat sistem humidifikasi kurang karena banyak memiliki efek negatif Meningkatkan kemampuan sekret ekspirasi Meningkatkan bagian paru, menimbulkan secara efektif, sehingga drainase menurunkan keenceran

sistem Jaga kepatenan jalan dan nafas Hasil : Observasi analisa cukup, gas darah suction kebutuhan.

temperatur. humidifikasi

temperatur 37^C sesuai putih, encer periodik postural drainase

Suction tidak boleh rutin 5. Melakukan

Hasil : sekret (+), warna mengeluarkan 6. Mengubah posisi secara retarged 7. Melakukan

menurunkan kolaps paru sekret dan ventilasi ke seluruh

untuk minum banyak

resiko atelektasis Meningkatkan

sekret Kolaboratif 1. Lakukan washing, dada drainase) 2. Berikan bronkhodilator /mukolitik indikasi. efektifitasnya. 2. Resiko gangguan volume dengan perdarahan, puasa.
B. Faktor resiko : Trombositopenia

bronkhial fisiotherapi Kolaboratif : (perkusi, 1. Membantu mengencerkan, meningkatkan sekret sehingga dikeluarkan sesuai 2. Evaluasi Meningkatkan nafas vital, 1. Perubahan menandakan penyakit, mengetahui therapi Demam tanda CVP defisit vital 1. Memonitor tanda vital, S : CVP, Tekanan Darah, O : Suhu. Hasil : TD 104/62 Tanda 37^C, CVP 7 cmH2O vital TD mmHg, N 79x/menit, S 107/65 mmHg, N 70x/menit, S 37,2^C, 3640 3825 cc, cc, nadi CVP +10 cmH2O untuk volume keenceran mobilisasi mudah

vibrasi,postural

sekret dan melebarkan jalan

tinggi Gagguan deficit deficit cairan volume cairan terjadi tidak

1. Monitor

tanda

CVP ; catat perubahan tekanan darah, observasi kenaikan temperatur

perkembangan

berhubungan

cairan dan respon terhadap cairan terjadi karena

pengganti. 2. Mempalpasi

perifer, capillary refill, Intake warna kulit, temperatur. output

peningkatan metabolisme dan

kehilangan cairan 2. Palpasi catat nadi capillary perifer, 2. Kondisi refill, deficit cairan tidak menyebabkan

Hasil : nadi perifer (+), balance (+) 185 cc capilarry refill < 2, Capilarry refill < 2, warna cyanosis, dingin kulit tidak mukosa baik. mulut temperatur cukup, turgor kulit

warna kulit, temperatur

adekuatnya perfusi organ dan mungkin menyebabkan syok

3. Monitor output urine, 3. Penggantian ukur dan estimasikan kehilahangan cairan dari lambung, drainase luka atau diphoresis 4. Timbang berat badan 4. Perubahan tiap hari, hitung balance cairan, 5. Berikan mulut, catat adanya perawatan memandikan 5. Mukosa mulut dan oedema pada tungkai dalam vaskular berat perubahan berdasarkan yang hilang jumlah

cairan 3. Memonitor output urine, Perdarahan drain 5 cairan balance cairan. Hasil : cc, NGT (-) urine output 1650, Dicoba minum Aqua (-), balance (+) 65 cc, intake 4 x 100 cc / NGT 2790 cc, NGT 300, Kembung badan Drain 275, IWL 500 distensi abdomen (-), mual (-) Hasil laboratorium : hasil Hb 8,7 g/DL, Ht 24 trombo 1. bibir Memonitor

merupakan tanda tidak akurat intra Kolaboratif :

laboratorium. Hasil : tgl vol%, cenderung kering %, Ht 291.00, trombosit 3,9 36.000, agregasi 2. mungkin elektrolit Na 130, K 3,9 Memberikan infus sesuai platelet

30-11-1998 Hb 10,0 gr 105.000, Na 136, K

pasien setiap hari dan berikan lotion 6. Kaji adanya dispneu,

A : Tidak terjadi cairan masalah, tapi resiko indikasi. tinggi mungkin

cyanosis, meningkatnya 6. Meningkatnya kecemasan, gelisah

7. Monitor batuk

tanda-tanda

menyebabkan emboli sistemik terhadap kekurangan cairan menyebabkan kardiopulmonary, untuk cairan koloid gangguan 3. terutama 4.

KaEM MG3, Pan Amin, terjadi RL, FFP, NaCl P: observasi balance cairan vitamin Monitor trombosit Monitor hemodinamik status tranfusi Tetap (sppoling tranfusi) Memberikan (FFP) 2 x 300 cc Memberikan K 3 x 1 amp.

produktif, 7. Koreksi yang terlalu cepat

dispneu, crakles

II. Kolaboratif

1.

hasil Kolaboratif : laboratorium Hb, Ht, 1. Balance metabolik elektrolit Trombosit, elektrolit, membutuhkan koreksi glukosa, PH, PCO2 2. Berikan cairan infus sesuai indikasi 2. Cairan : isotonis merupakan kristaloid yang memberikan perbaikan koloid protein diberikan sirkulasi secara tepat, RL adalah hipotonis, untuk mengoreksi konsentrasi plasma, bila darah terindikasi kekurangan

Monitor

Cairan isotonis seperti NaCl 0,9, Dextrose 5%

Cairan 0,45%, RL Cairan koloid : Dextran, Plasma, Albumin Darah : whole blood (tranfusi darah)

kehilangan darah yang aktif.

3. Resiko gangguan Gangguan pemenuhan nutrisi pemenuhan ; kurang dari nutrisi tidak tubuh terjadi kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme, NPO

1.

Mereview individual terhadap pencernaan (NPO), paralitik. yang

faktor berefek makanan. kemampuan

1.

Mempengaruhi pilihan intervensi

1. Memonitor

indikasi S : -

pemberian nutrisi. Hasil O : : NGT warna coklat tua, NGT cairan bening, bising usus (+) lemah, perdarahan (-) klien masih NPO 2. Mengidentifikasi status cairan 2. Mencatat intake sama pentingnya untuk Muntah dan kembung (-) Program pemberian (-),

Contoh : keadaan puasa nausea, ileus

2.

Timbang output

berat

output. Hasil : intake Bising usus (+) 2790 cc, output 1725 cc 3. Mengaulkutasi bising cairan per NGT 4 x infus :

badan, catat intake dan

memastikan metabolik 3. Menentukan

kebutuhan kembalinya

usus, flatus. Hasil : 100 cc bising usus (+) lemah, Cairan flatus (-) KaEMG3 (500 cc), Pan Amin (500 cc) kepatenan A : Gangguan nutrisi tidak terjadi cairan Tetap observasi pemberian

peristaltik usus 2 4 hari 3. Auskultasi bising setelah operasi

4.

usus, palpasi abdomen, 4. Untuk meningkatkan catat adanya flatus kerjasama pasien dalam hal Kolaboratif : Identifikasi diet protein dan vitamin C 1. Menjaga makanan yang disukai NGT membantu perbaikan dan atau yang tidak disukai pasien, beri dorongan untuk memilih pemeliharaan jaringan 2. Memberikan Amin, RL

infus KaEm MG3, Pan P :

makanan yang tinggi 5. Sindroma mal absorbsi dapat 3. Memberikan vitamin K indikasi

protein atau vitamin C 5. Observasi diare adanya

terjadi setelah operasi usus selanjutnya lemak Kolaborasi : 1. Menjaga dekompresi terhadap lambung, usus halus dan modifikasi

per IV Cimetidine 3 x !

makanan per NGT Tetap/ cairan indikasi Timbang Observasi laboratorium (albumin, glukosa, BUN) BB bila hasil darah glubolin, memungkinkan teruskan sesuai pemberian parenteral

kecil membutuhkan evaluasi 4. Memberikan diet. Contoh : diet rendah

Kolaborasi : 1. Menjaga kepatenan dari NGT 2.

dan meningkatkan istirahat atau penyembuhan dari usus Mengoreksi imbalance cairan dan elektrolit

2. Berikan

infus

cairan 3.

Masalah terganggu

intestinal

dapat

seperti albumin, lipid dan elektrolit 3. Berikan terutama vitamin vitamin dan 4. K

menyebabkan absorbsi cairan Antiemetik untuk mencegah muntah, antasida formasi untuk asam menurunkan

secara parenteral 4. Berikan obat-obat lain

untuk mencegah erosi mukosa

sesuai indikasi amin Antiemetik Antasida/hist 5. inhibitor 6.

dan kemungkinan ulkus Menentukan kebutuhan diet pasien Dimulainya pemberian cairan dan diet adalah penting untuk mengembalikan fungsi normal intestinal yang adekuat dan untuk meningkatkan intake nutrisi

(antagamed) 5. Konsultasi dengan ahli diet 6. Berikan cairan, bertahap dari cair sampai full diet sesuai dengan toleransi setelah NGT dicabut

You might also like