Professional Documents
Culture Documents
TIKUS PUTIH ( Rattus norvegicus L.) DIABETIK YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Lembar Persembahan
Wahai bani Adam tidaklah Alloh Azza wa Jalla menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah dan beribadah kapada Allah. Beribadah kepada Allah tentunya tidak sekedar beribadah tetapi perlu ilmu bagaimana beribadah yang benar sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan keikhlasan. Oleh karena itu menuntut ilmu agama yang pokok dan dasar wajib bagi seluruh muslim Kebahagiaan dunia adalah ilmu khususnya ilmu agama sebagaimana perkataan para ulama seandainya para raja tahu kebahagiaan yang ada pada kami niscaya mereka akan merebutnya dengan pedang dan kekuasaan mereka padahal semua kebahagiaan dunia sudah ada ditangan raja, mereka memiliki tiga TA yaitu harTA, tahTA dan WaniTA Yang terpenting adalah ilmu itu tidak sekedar dituntut tetapi juga diamalkan, oleh karena itu Alloh tidak menegaskan balasan bagi mereka yang mengetahui tetapi Alloh menegaskan balasan bagi mereka yang mengamalkan.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi
robbil
alamin,
berkat
rahmat
dan
hidayah yang Allah anugerahkan kepada saya sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir yang berjudul efek ini. Saya harap tugas akhir etanol buah
hipoglikemik
ekstrak
Melodi (Solanum muricatum Aiton) pada tikus putih (Rattus Novergicus L.) diabetesyang diinduksi streptozotocin
dapat bermanfaat. Selesainya penelitian ini sebagai dasar penyusunan karya akhir ini tidak lepas dari peran banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof.Dr.dr. Hardyanto Soebono,Sp.KK, dekan
Fakultas Kedokteran UGM atas ijin dan perkenannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana. 2. Dra. Nur Anisah, MS, pembimbing materi, atas
kesabaran dan bimbingannya dalam penelitian ini. 3. Dr. Zaenal Muttaqien, AIFM, pembimbing metodologi, atas bimbingannya dalam penelitian ini. 4. Drs. Muhammad Ghufron, MS, atas kesediannya
menjadi dosen penguji. 5. Ibu Wiwit, Ibu Yati, dan semua karyawan di Bagian Histologi dan Biologi Sel FK UGM, atas bantuannya selama pembuatan preparat penelitian.
iv
6. Kedua orang tuaku yang telah mendidik, membesarkan dan mengasuhku. maafkan anakmu ini yang banyak salah dan selalu doakan anakmu ini. 7. Buat adikku Sarah dan Zaki, rajin belajar dek, tapi jangan lupakan agama dan akhirat karena
tujuan utama kita adalah akhirat. 8. Rekan satu tim penelitian, Imam, Adnan, Raehan, dan Arif yang saling membantu dan mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini. 9. Buat semua keluarga dan sahabatku semoga Alloh
mengumpulkan kita semua di surga firdaus dan masuk kedalamnya tanpa hisab kemudian merasakan
kenikmatan diatas kenikmatan yaitu melihat wajah Allah yang Mulia. 10. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Menyadari tugas akhir ini belum sempurna, maka
koreksi, saran dan perbaikan sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ................................... Halaman Pengesahan ............................. Lembar Persembahan.............................. Kata Pengantar ................................. Daftar Isi ..................................... Daftar Tabel ................................... Daftar Gambar................................... Daftar lampiran ................................ Intisari ....................................... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan .............. B. Perumusan masalah......................... C. Kepentingan Penelitian.................... D. Tujuan Penelitian......................... II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal.................................... B. Diabetes Mellitus......................... c. Streptozotocin............................ D. Tanaman Obat.............................. E. Nefropati Diabetikum...................... F. Landasan Teori Dan Hipotesis F.1. Landasan Teori ....................... F.2. Hipotesis ............................ 17 18 vi 5 9 11 13 15 1 3 3 4 i ii iii iv vi viii ix x xi
III. CARA PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................... B. Subyek Penelitian ......................... C. Bahan dan Alat ............................ D. Jalannya Penelitian D.1. Pelaksanaan Penelitian .............. D.2. Perlakuan Hewan Uji ................. E. Pembuatan Ekstrak......................... F. Pengamatan Gambaran Histologik Ginjal..... G. Identifikasi Variable Penelitian G.1. Variable Bebas (Variable Perlakuan).. G.2. Variable Tergantung .................. G.3. Variable Terkendali .................. H. Pengolahan Data H.1. Pengamatan Jumlah Korpuskulum Renalis H.2. Pengamatan Diameter Korpuskulum 28 28 27 26 27 27 20 22 24 24 19 19 19
Renalis .............................. H.3. Pengamatan Diameter Glomerulus ....... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ..................................... B. Pembahasan ................................ V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................... B. Saran ....................... ............
29 56
66 66 67 70 vii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Gambaran histologik nefropati diabetikum pada pasien proteinuria dan Diabetes Mellitus tipe I ........................... Nilai rerata kadar glukosa darah pada hari 0, hari 3, hari 9 dan hari 15 ............. Nilai rerata berat badan pada hari minus 4 dan hari 14 .............................. Nilai rerata jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis serta diameter glomerulus semua kelompok ................. Perbandingan signifikansi jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis dan diameter glomerulus antar kelompok ..................................
16
2.
31
3.
31
4.
32
5.
34
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Gambaran ginjal tikus kelompok I perbesaran 10X .... .................................. Gambaran ginjal tikus kelompok I perbesaran 40X .... .................................. Gambaran ginjal tikus kelompok II perbesaran 10X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok II perbesaran 40X ........................... Gambaran ginjal tikus kelompok II perbesaran 40X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok II perbesaran 40X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok III perbesaran 10X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok III perbesaran 40X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok IV perbesaran 10X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok IV perbesaran 40X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok V perbesaran 10X ....................................... Gambaran ginjal tikus kelompok V perbesaran 40X ....................................... Gambaran ginjal tikus kelompok VI perbesaran 10X ............................ Gambaran ginjal tikus kelompok VI perbesaran 40X ............................
41
2.
42
3.
44
4.
45
5.
46
6.
47
7.
48
8.
49
9.
50
10.
51
11.
52
12.
53
13.
54
14.
55
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Nilai rerata statistik dari masing masing kelompok .................................. Grafik nilai rerata jumlah korpuskulum renalis dari masing masing kelompok ..... Grafik nilai rerata diameter korpuskulum renalis dari masing masing kelompok ..... Grafik nilai rerata diameter glomerulus dari masing masing kelompok ............. Hasil analisis uji statistik one-way Anava terhadap setiap parameter dari masing masing kelompok ........................... Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test terhadap jumlah korpuskulum renalis antar kelompok ................... Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test terhadap diameter korpuskulum renalis antar kelompok ................... Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test terhadap diameter glomerulus antar kelompok ............................
70
2.
71
3.
72
4.
73
5.
74
6.
75
7.
76
8.
77
PEPINO FRUIT (Solanum muricatum Aiton) ETHANOL EXTRACT EFFECT ON RENAL CORPUSCLE HISTOLOGYCAL FEATURES OF STREPTOZOTOCIN INDUCED DIABETIC WHITE RAT (Rattus novergicus L.)
xi
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIK KORPUSKULUM RENALIS GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus novergicus L.) DIABETIK YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan Masa transisi demografi akibat keberhasilan upaya menurunkan angka kematian, dapat menimbulkan transisi epidemiologis, infeksi Salah akut satu dimana ke pola penyakit bergeser yang erat dari
penyakit
degeneratif berkaitan
menahun. dengan
diantaranya
yang
penyakit
metabolisme
dan
cenderung
akan
mengalami
peningkatan sebagai dampak adanya pergeseran perilaku pola konsumsi gizi makanan adalah Diabetes Mellitus(DM) (Suharmiati, 2003). Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme
karbohidrat yang khas dengan gejala kadar gula darah yang tinggi, ini glukosuria dapat dan setelah beberapa pada tahun
disertai
darah.
Penyakit
ini
berdampak manusia
kualitas
sumber
komplikasi. Komplikasi utama yang sering terjadi adalah makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, penyembuhan luka yang lama, dan nefropati (Jameson, 2004). Nefropati penderita DM diabetik tipe 1. terjadi pada 30-40% dari
Gagal
ginjal
kronis
merupakan
salah satu penyebab kematian pada DM. Pada nefropati diabetik, ginjal penderita DM mengalami perubahan
fisiologis maupun morfologis. Terdapat empat tipe jejas pada nefropati diabetik : lesi pada glomerulus, lesi pada vaskular pada ginjal, ginjal. pielonefritis Kelainan utama dan perubahan terjadi
perlemakan
yang
pada nefropati diabetikum adalah perubahan glomerulus. Sehingga pada tikus diabetik terjadi kehilangan sel
glomerulus (Jameson, 2004) Buah Pepino (Solanum muricatum) merupakan salah satu jenis tanaman Indonesia yang keberadaannya belum banyak diketahui masyarakat, namun diduga mengandung khasiat obat. Penelitian untuk mengetahui efek
hipoglikemik ektrak buah Pepino sampai saat ini belum pernah dipublikasikan. Tetapi telah dilakukan
penelitian untuk mengetahui efek hipoglikemik pada buah Alpokat. Penelitian Wijayakusuma (1999) menunjukkan
bahwa buah Alpokat yang mengandung zat lemak, gula, garam fosfat, vitamin B1, vitamin C dan antioksidan berkhasiat untuk penderita Diabetes Mellitus.
Hiperglikemia pada DM menginduksi pembentukan radikal bebas seperti superoksida, hidrogen peroksida, nitric oxide, dan radikal hidroksil (Jameson, 2004).
Antioksidan berfungsi untuk melawan radikal bebas yang merupakan pada salah Diabetes satu penyebab tipe rusaknya 1. sel
pankreas melawan
Mellitus
radikal
bebas
Pepino
k+andungan-kandungan yang bersifat antioksidan sehingga buah Pepino berpotensi untuk mengatasi Diabetes
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka timbul beberapa permasalahan, yaitu : 1. Apakah buah Pepino (Solanum Muricatum Aiton) mempunyai efek hipoglikemik ? 2. Bagaimana gambaran ginjal? pengaruh histologik buah Pepino terhadap renalis
korpuskulum
C. Kepentingan Penelitian Mengingat prevalensi Diabetes Mellitus yang cukup tinggi, sementara biaya pengobatan untuk penyakit ini sangatlah besar, maka pengobatan tradisional dengan
menggunakan ekstrak buah Pepino yang diketahui memiliki kandungan Diabetes antioksidan Mellitus yang berguna diteliti untuk lebih terapi lanjut.
perlu
Diharapkan buah Pepino dapat digunakan sebagai terapi alternatif bagi penderita Diabetes Mellitus.
D. Tujuan Penelitian Penelitian mengetahui efek ini dilakukan dengan ekstrak tujuan etanol untuk buah
hipoglikemik
Pepino terhadap gambaran histologik korpuskulum renalis dan glomerulus ginjal tikus putih (Rattus novergicus L.) yang diinduksi Streptozotocin.
posterior
abdomen
rongga
peritonium.
Setiap ginjal pada orang dewasa beratnya sekitar 159 gram dan seukuran kepalan tangan (panjang antara 10 12 cm, tebal 3,5 5 cm). Sisi medial setiap ginjal merupakan lewatnya daerah arteri lekukan dan vena yang disebut hilum tempat
renalis,
cairan
limfatik,
suplai saraf dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih, dimana urin disimpan hingga dikosongkan (Leeson et al., 1985). Ginjal dapat dibagi kedalam korteks luar dan
medula dalam. Pada manusia, medula renal terdiri dari 10 18 struktur berbentuk kerucut atau piramidal yang disebut piramid dengan medula, piramid terjulur medula. berkas Dari dasar berkas setiap tubulus
paralel, yaitu berkas medula yang menyusup ke dalam korteks (Junqueira et al., 1998). Satuan fungsional ginjal disebut dengan nefron. Setiap ginjal terdiri atas 1 4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian melebar; korpuskulum
renalis; tubulus kontortus proksimal; segmen tipis dan tebal ansa Henle; dan tubulus kontortus distal. Tubulus dan duktus koligens menampung urin yang dihasilkan oleh nefron dan menghantarkannya ke pelvis dan renis
(Guyton, 1994). Korpuskulum renalis bergaris tengah sekitar 200 m dan terdiri atas seberkas kapiler yaitu glomerulus,
dikelilingi oleh kapsula epitel berdinding ganda yang disebut kapsula Bowman. Lapisan dalam (lapisan
viseralis) meliputi kapiler glomerulus. Lapisan luar membentuk batas luar korpuskulum renalis dan disebut lapisan 1998). Glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel sel epitel yang telah mengalami modifikasi menjadi podosit. Podosit mempunyai badan sel yang akan menjulurkan beberapa cabang yang disebut dengan prosesus primer. Setiap cabang primer menjulurkan banyak prosesus sekunder, disebut dengan pedikel, yang memeluk kapiler dari glomerulus. Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus memiliki sel mesangial yang melekat pada dinding parietal kapsula Bowman (Junqueira et al.,
kapiler pada tempat lamina basal dan membentuk selubung yang dipakai bersama oleh dua atau lebih kapiler. Sel
mesangial memiliki juluran sitoplasma yang menerobos diantara sel endotelial dan masuk ke dalam lumen
kapiler. Sel mesangial menghasilkan matriks amorf yang mengelilingi sel mesangial sendiri dan ikut menunjang dinding kapiler (Junqueira et al., 1998). Glomerulus berperan dalam filtrasi aliran darah. Tekanan darah arteriol lebih tinggi dibanding dengan tekanan hidrostatik daerah lain yaitu sekitar 45 mmHg. Tekanan ini ditentang oleh tekanan osmotik koloid
plasma (20 mmHg) dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman (10 mmHg) menghasilkan tekanan filtrasi sebear 15 mmHg pada ujung aferen kapiler glomerulus (Guyton, 1994). Tubulus kontortus proksimal manusia memiliki
panjang sekitar 15 mm dan berdiameter 55 micrometer. Tubulus ini dilapisi oleh epitel selapis kuboid atau slindris. mikrovili Pada dengan bagian panjang apeks kira sel terdapat kira 1 m, banyak yang
membentuk suatu brush border (Junqueira et al., 1998). Pada tubulus kontortus proksimal terjadi proses absorbsi semua glukosa dan asam amino serta lebih
kurang 85% natrium klorida dan air dari filtrat. Selain aktivitas mensekresi organisme ini, tubulus dan asam kontortus substansi para proksimal asing juga
kreatinin seperti
terhadap hipurat,
amino
penisilin dan iodopiraset dari plasma interstisial ke dalam filtrat (Guyton, 1994). Tubulus kontortus distal memiliki panjang sekitar 5 mm dengan epitel yang lebih rendah dibandingkan
dengan tubulus proksimal, memiliki beberapa mikrovili dan tidak berbatas tegas. Lumen tubulus distal lebih besar dan tidak memiliki brush border. Tubulus ini
relatif tidak permeabel terhadap air. Tubulus distalis bersatu membentuk tubulus koligentes sepanjang 20 mm berjalan bermuara 1998). Tubulus kontortus distal merupakan daerah melewati kedalam korteks pelvis dan medula renalis et untuk al.,
renalis
(Junqueira
pertukaran ion, jika aldosteron terdapat dalam jumlah banyak, maka ion natrium akan diabsorbsi dan ion kalium disekresi. Disinilah tempat mekanisme yang
mengendalikan jumlah total garam dan air tubuh. Tubulus distal juga mensekresikan ion hidrogen dan amonium ke dalam urin tubulus. Proses ini penting dalam
mempertahankan keseimbangan asam basa darah (Guyton, 1994). Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk produk ini meliputi urea, kreatinin, asam urat
dan
metabolit
dari
berbagai
hormon.
Ginjal
juga
membuang banyak toksin yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, makanan adalah: a. Mengatur tekanan arteri jangka panjang dengan mengekskresi sejumlah natrium dan air. b. Mengatur keseimbangan asam dan asam basa dengan seperti pestisida, Adapun fungsi obat obatan yang dan lain
tambahan.
ginjal
mengatur
penyimpanan
c. Mengatur produksi eritrosit dengan menyekresikan eritropoetin darah merah d. Mengatur produksi 1,25 Dihidroksi vitamin D3 yang penting dalam pengaturan kalsium dan fosfat e. Mensintesis prekursor panjang (Ganong, 1995). glukosa amino dan asam amino masa serta puasa yang merangsang pembentukan sel
asam
lainnya
pada
B. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) menggambarkan kelompok dari gangguan metabolik yang menunjukkan fenotip
hiperglikemia. Beberapa perbedaan yang nyata pada DM disebabkan genetik, Mengacu oleh interaksi lingkungan DM, kompleks dan antara gaya faktor hidup.
faktor pada
pilihan yang
etiologi
faktor
berkontribusi
terhadap hiperglikemia dapat berupa penurunan sekresi insulin, penurunan penggunaan glukosa dan peningkatan produksi glukosa. Dengan adanya peningkatan insidensi diseluruh morbiditas dunia, dan DM akan menjadi di masa penyebab utama DM yang
mortalitas berdasarkan
mendatang. patogenik
diklasifikasikan
proses
menyebabkan hiperglikemia. Dua kategori besar DM adalah DM tipe I dan DM tipe II. DM tipe I dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu sel : 1) DM tipe IA disebabkan yang DM sangat oleh
beta
akibat
autoimun 2)
akhirnya tipe IB
defisiensi marker
insulin,
immunologik
yang
sedikit
terhadap proses perusakan sel beta dan oleh karena itu digolongkan kedalam DM idiopatik. DM tipe II disebabkan oleh gangguan yang disebabkan berbagai jenis kelompok faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin, gangguan sekresi insulin dan peningkatan produksi
glukosa. Defek metabolik dan genetik pada kerja insulin memberikan penampakan fenotip hiperglikemia pada DM
10
Gejala klinik diabetes Mellitus meliputi gejala pada serta stadium gejala kompensansi kronis dan dekompensasi Gejala pankreas, pada
lainnya. misalnya
gejala
stadium
kompensasi
polifagi,
polidipsi,
poliuri dan kenaikan berat badan. Apabila keadaan ini tidak segera diobati, akan timbul gejala gejala tahap dekompensasi penurunan pankreas, badan, misalnya bahkan poliuri berat dan
berat
dapat
diikuti
dengan
nausea dan koma diabetik (Soehadi, 1996). Diabetes dan non Mellitus mempunyai Komplikasi komplikasi spesifik spesifik ialah :
spesifik.
retinopati, nefropati, diabetic foot dan kerusakan kulit. Komplikasi non spesifik ialah aterosklerosis, katarak dan infeksi. Komplikasi dapat mengenai mata dan ginjal mengenai akibat dari mikroangiopati akibat dan dapat juga
jantung
sebagai
dari
makroangiopati
(Moerdowo, 1989).
C. Streptozotocin Streptozotocin adalah senyawa campuran glukosamin nitrosourea. Nama kimiawi senyawa ini adalah 2-
deoksi-2-(3-metil-3-nitrosoureido)-D-glukopiranosa (C8H15N3O7). Senyawa ini dapat masuk kedalam sel melalui transporter glukosa (GLUT 2). Sel beta pankreas
11
memiliki jumlah GLUT 2 lebih banyak daripada sel sel tubuh lainnya sehingga streptozotocin memiliki
toksisitas selektif terhadap sel beta pankreas (Ling Li, 2001). Streptozotocin (STZ) biasa digunakan untuk
menginduksi hewan eksperimental diabetik. Ada beberapa mekanisme diabetogenik STZ, antara lain : 1. STZ menyebabkan kerusakan DNA pada islet pankreas dan menstimulasi poly(ADP-ribose) synthetase untuk menurunkan kadar NAD+ dan NADP+ sehingga produksi proinsulin terganggu. 2. STZ menginduksi misalnya terbentuknya superoksida radikal (O2-), radikal hidrogen
bebas,
peroksida (H2O2), hidroksil (OH-), dan lain lain (Ling Li, 2001).
Streptozocin memiliki kemampuan diabetogenik pada beberapa monyet. spesies Hal ini hewan telah seperti tikus, anjing, dan
dibuktikan
dalam
beberapa et al.
et al. (1971),
et al. (1967).
Efek diabetogenik dari STZ pada hewan didapatkan dari reduksi konsentrasi nicotinamide adenine
12
dinucleotide Penurunan
(NAD)
diantara NAD
sel-sel ini
beta terkait
pankreas. dengan
konsentrasi
peningkatan gambaran histologik dari sel-sel beta pulau langerhans pankreas dan merupakan hasil dari menurunnya pengambilan prekursor oleh sel-sel beta yang kemudian menurunkan sintesa NAD intraseluler (Schein 1967). et al.,
beberapa nama pasaran antara lain sweet melon dan melon pear. Buah ini memiliki rasa yang manis, berwarna
kuning, berat per buah kira-kira 200-350 gram. Buah ini memiliki rasanya hampir dengan buah melon (Cucumis
melo). Batang dan bentuk daunnya seperti tanaman cabe, dengan tinggi tidak lebih dari 1 meter. Untuk tumbuh tanaman ini butuh bantuan penyangga. Buah Pepino berasal dari daerah Andean, Colombia, Peru dan Chile. Buah ini ditanam untuk kepentingan
komersial di New Zealand, Chile dan Di Indonesia, di tanaman ini telah Desa
dijual
Dusun
Projayan,
Wonokerto,
Kecamatan
13
Turi,
Sleman,
Yogyakarta
(http://
www.ipteknet.
com/cakrawala iptek. html. 2002). Pepino ketinggian daerah adalah 10.000 tanaman kaki di yang atas biasa tumbuh laut pada pada
permukaan
yang lebih baik pada daerah yang lebih hangat. Tanaman ini juga mampu bertahan hidup pada suhu rendah 27-28o F. Tanaman ini berukuran kecil dan merupakan jenis
tanaman semak akar fibrous. Pertumbuhannya meninggi dan biasanya setinggi 3 kaki dan melebar beberapa kaki. Daunnya dengan berwarna sedikit hijau rambut muda . dan biasanya ditutupi kecil
Bunganya
berukuran
berwarna biru, ungu violet ataupun putih keungu-unguan dan memiliki bentuk yang serupa dengan bunga kentang yang tidak terbuka. Tanaman ini juga tidak akan
menghasilkan buah jika suhu malam tidak lebih tinggi dari 65 F. Untuk hasil budidaya di desa, biasanya buah berbentuk seperti telur dengan panjang sekitar 2-4
inci. Kulit berwarna kuning atau hijau keunguan sering disertai dengan garis gelap yang banyak. Daging buahnya berwarna kehijauan dan kuning oranye. Umumnya buah
matur 30-80 hari setelah polinasi. Adapun klasifikasi buah Pepino sebagai berikut:
14
Hasil analisa laboratorium uji teknologi pangan menunjukkan buah Pepino fruktosa dan mempunyai kandungan sukrosa,
dari asam organik non volatile, asam aspartat 70% dari asam amino (Redgwell et al., 2006).
E. Nefropati Diabetikum Nefropati komplikasi hiperglikemia dari diabetikum diabetes merupakan pada salah satu Keadaan yang
ginjal. Nitric
memacu
penurunan
Oxide
nantinya memacu peningkatan tekanan intrakapiler. Hal ini juga dimungkinkan terhadap oleh adanya peningkatan II pada
respon
Angiotensin ini
darah.
Seluruh
proses
permeabilitas seharusnya
pembuluh di
terdapat
15
ginjal dan kemudian terbuang keluar tubuh melalui urin sehingga terjadi albuminuria (Jameson, 2004). Albuminuria yang persisten 200 g/menit) merupakan dapat ( > 300 mg/24 jam atau khas dari nefropati jika
penanda
yang
didiagnosa
klinis :
kriteria dan
antara
absennya
klinis
laboratorium
penyakit
saluran
ginjal
Definisi klinis ini valid baik untuk DM tipe I maupun II (Jameson, 2004). Perubahan histologik yang dapat dilihat paling
awal adalah perubahan membran basal dari glomerulus. Perubahan ini secara paralel diikuti oleh perubahan
basal dari membrane basal tubular. Setelah 4-5 tahun dapat ditemukan adanya ekspansi dari sel-sel mesangial. Ekspansi sel-sel absolut sedangkan mesangial dan ini disebabkan matriks volume dari sel oleh sel hanya
relative
penambahan
sedikit sel
kontribusi.
Sedangkan
sebaliknya oleh
intertisial
lebih
disebabkan
16
TABEL 1. Gambaran histologik nefropati diabetikum pada pasien proteinuria dan Diabetes Mellitus tipeI Selalu muncul Penebalan membrane basalis glomerulus Biasanya muncul Sklerosis glomerulus (noduler, global, fokal-segmental) Jarang muncul Hyaline "exudative" lesions (subendothelial) Capsular drops Atrofi fokus fokus tubular Afferent and efferent arteriolar hyalinosisa Atherosclerosis Mikroaneurisme glomerulus
Penebalan membrane basalis tubular Sklerosis glomerulus difus Ekspansi interstitial yang ditandai dengan peningkatan maktriks ekstraseluler Peningkatan jumlah membrane basalis glomerulus, membrane basalis tubulus, dan pewarnaan terhadap kapsul Bowman menunjukkan adanya timbunan albumin
F. Landasan Teori dan Hipotesis F.1. Landasan teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan landasan teori sebagai berikut: 1. Buah Alpukat mengandung zat lemak, gula, garam fosfat, Vitamin B1 dan Vitamin C, yang
17
diantaranya
bersifat
antioksidan,
berkhasiat
umtuk penderita DM (Wijayakusuma, 1999). 2. Buah Pepino memiliki kandungan kandungan yang bersifat 2003). 3. Kandungan diperkirakan antioksidan dapat pada buah stress Pepino oksidatif antioksidan (Kusnidar & Rahmawati,
mencegah
pada tingkat seluler, sehingga mampu memperbaiki perubahan morfologis ginjal tikus putih.
F.2. Hipotesis Pemberian mengandung zat ekstrak etanol buah Pepino yang
antioksidan
menyebabkan
perubahan
18
adalah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur Wistar sebanyak 46 ekor, umur 2 bulan, dan berat badan 200-250 g. Hewan coba penelitian ini diperoleh dari UPHP (Unit Pengembangan Hewan Percobaan) UGM.
C. Bahan dan Alat C.1. Bahan 1. tikus putih 2. ekstrak buah Pepino 3. Streptozotocin (STZ) 4. pakan standar (Formula 521) 5. air minum 6. buffer sitrat pH 4,5 7. Pengecatan histologik HE 8. Formalin
19
C.2. Alat 1. kandang tikus 2. timbangan elektronik 3. spuit injeksi 4. sonde oral 5. glass slide 6. mikroskop cahaya 7. peralatan bedah minor
D. Jalannya Penelitian D.1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Histologi dan Biologi Sel Fakultas Kedokteran UGM. Hewan coba diperoleh dari UPHP (Unit Pengembangan Hewan Percobaan) UGM. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian adalah 14 hari. tikus berjumlah 30 dan dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan, yaitu: Kelompok I: Kelompok kontrol normal Lima ekor tikus putih disuntik dengan buffer
sitrat pH 4,5 dosis 60 mg/KgBB secara intraperitoneal sebanyak satu kali, diberi secara ad libitum. pakan standar dan air minum
20
Kelompok II: Kelompok kontrol positif diabetes Lima 60mg/KgBB ekor dalam tikus buffer putih disuntik pH STZ 4,5 dosis secara
sitrat
intraperitoneal sebanyak 1 kali, diberi pakan standar dan air minum secara ad libitum. Kelompok III: Kelompok perlakuan I Lima ekor tikus putih disuntik STZ dosis 60mg/KgBB dalam buffer sitrat pH 4,5 secara intraperitoneal
sebanyak 1 kali, diberi pakan standar, ditambah dengan ekstrak buah Pepino dosis 32,4 mg/KgBB/hari per oral, dan air minum secara ad libitum. Kelompok IV: Kelompok perlakuan II Lima ekor tikus putih disuntik STZ dosis 60mg/KgBB dalam buffer sitrat pH 4,5 secara intraperitoneal
sebanyak 1 kali, diberi pakan standar, ditambah dengan ekstrak buah Pepino dosis 64,8 mg/KgBB/hari per oral, dan air minum secara ad libitum. Kelompok V: Kelompok perlakuan buah Pepino I Lima ekor tikus putih disuntik dengan buffer
sitrat pH 4,5 dosis 60 mg/KgBB secara intraperitoneal sebanyak satu kali, diberi pakan standar, ditambah
dengan ekstrak buah Pepino dosis 32,4 mg/KgBB/hari per oral, dan air minum secara ad libitum.
21
Kelompok VI: Kelompok perlakuan buah Pepino II Lima ekor tikus putih disuntik dengan buffer
sitrat pH 4,5 dosis 60 mg/KgBB secara intraperitoneal sebanyak satu kali, diberi pakan standar, ditambah
dengan ekstrak buah Pepino dosis 64,8 mg/KgBB/hari per oral, dan air minum secara ad libitum. Pada hari ke-15 tikus putih diterminasi, ginjal diambil untuk dibuat sediaan histologik dengan metode parafin dan dicat dengan Hematoksilin eosin (Harris). Parameter renalis, yang diameter diamati yaitu jumlah renalis korpuskulum dan diameter
korpuskulum
glomerulus.
D.2. Perlakuan Hewan Uji 1. Sebelum perlakuan dimulai, dilakukan adaptasi hewan coba selama 7 hari. 2. Dilakukan induksi streptozotocin pada III tikus 60 mg/KgBB II
intraperitoneal (kontrol
kelompok +
diabetes),
(diabetes
Pepino
32,4 mg/KgBB), dan IV (diabetes + Pepino 64,8 mg/KgBB). Dilakukan induksi Buffer sitrat pH 4,5 60 mg/KgBB pada kelompok I (kontrol
normal), V (normal + Pepino 32,4 mg/KgBB) dan VI (normal + Pepino 64,8 mg/KgBB).
22
3.
Setelah hewan coba kelompok II, III, dan IV dalam kondisi hiperglikemik (2 hari setelah induksi STZ), Dilakukan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB/hari peroral selama 2 minggu pada kelompok III dan V. Dan pemberian ekstrak etanol Pepino 2 dosis minggu 64,8 pada
mg/KgBB/hari
peroral
selama
kelompok IV dan VI. 4. Setiap glukosa minggu darah dilakukan untuk pemeriksaan mengetahui kadar efek
hipoglikemik dari perlakuan. 5. Dilakukan terminasi pada hari ke 15, kemudian dilakukan pengambilan jaringan ginjal. 6. Jaringan mikrotom objek. 7. Kemudiaan lalu sediaan difiksasi dengan alkohol dengan ginjal dipotong dibuat dengan sediaan menggunakan pada kaca
kemudian
dilakukan
pengecatan
histologik
menggunakan HE (Hematoksilin Eosin) Hewan coba dibuat diabetes dengan menyuntikan STZ secara intraperitoneal. Dosis STZ yang digunakan
23
Penelitian Obat Tradisional) UGM. Pada penelitian ini penentuan dosis dilakukan dengan mengkonversi dari
dosis manusia ke dosis tikus. Pada penelitian ini penentuan dosis dilakukan
dengan mengkonversi dari dosis manusia ke dosis tikus berdasarkan Ghosh (1971): Dosis manusia = 1,8 gram/hari
Konstanta konversi tikus putih = 0.018 Dosis tikus putih = 1,8 gram/hari x 0.018 = 0.0324 gram/hari Pemberian ekstrak buah Pepino dilakukan per oral, oleh karena itu jumlahnya harus disesuaikan dengan kapasitas lambung tikus yaitu kira-kira sebesar 2 ml (total
volume lambung tikus sebesar 5 ml). Jadi, dosis ekstrak Pepino sebesar 0,0324 gram tersebut dilarutkan dalam 2 ml air, sehingga diperoleh ekstrak buah Pepino dengan konsentrasi 1,62%.
F. Pengamatan Gambaran histologik ginjal Setelah mendapat perlakuan selama diterminasi preparat kemudian rennya dengan diambil metode 14 hari, tikus untuk dibuat dengan
histologik,
parafin,
24
diberi pengecatan HE (Hematoksilin Eosin), pembuatan preparat dilakukan oleh teknisi bagian Histologi dan Biologi Sel Fakultas Kedokteran UGM. Bahan yang
digunakan dalam pewarnaan HE antara lain : 1. potassium 10% akuades 2. hematoksilin 10% alkohol absolut 3. Mercuric oxide yellow 4. Asam asetat glasial 5. Alkohol 70% 6. HCL pekat 7. Asam alkohol 8. Eosin Teknik pewarnaan preparat histologik ren adalah : 1. Deparanisasi akuades a. Deparanisasi I. Masukkan kedalam xylol I dan xylol II selama 5 menit II. Kemudian berturut turut diberikan
alkohol 96%, alkohol 80%, alkohol 70%, alkohol 50% dan alkohol 30% 2. Diberikan menit 3. Dimasukkan kedalam larutan asam alkohol selama 1 menit larutan Harris hematoksilin selama 5
25
4. Dibilas dengan air mengalir selama 5 menit 5. Dibilas dengan akuades 6. Diamati dibawah mikroskop 7. Dimasukkan ke eosin selama 2 menit 8. Dibilas dengan akuades 3 kali 9. Dehidrasi dengan alkohol mulai dari 50%, 70%, 80%, 90%, 95%, 100% dengan waktu yang sebentar 10. Dimasukkan ke larutan xylol I, xylol II, xylol III masing masing 3 menit 11. Menutup dengan kanada balsam (Disbrey & Rack, 1970).
G. Identifikasi Variabel Penelitian G.1. Variabel bebas (variabel perlakuan) 1. Perlakuan coba: pemberian STZ dan ekstrak etanol buah Pepino. 2. Perlakuan kontrol positif diabetik: pemberian STZ tanpa ekstrak etanol buah Pepino. 3. Perlakuan kontrol normal: disuntik buffer
26
G.2. Variabel tergantung Gambar histologik ginjal yang berupa jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis
dan diameter glomerulus yang diperoleh dari kontrol normal, kontrol positif DM, kontrol positif ekstrak buah Pepino, dan pemberian ekstrak buah Pepino. G.3. Variabel terkendali G.3.1. Variabel subjek penelitian: subjek diambil dari tikus dengan galur, jenis kelamin, umur, dan berat badan yang homogen. G.3.2. Variabel bahan coba: ekstrak buah Pepino
diperoleh dari Toko Swalayan Carrefour Yogyakarta. Ekstrak etanol dilakukan di PPOT (Pusat Penelitian Obat Tradisional) UGM, Yogyakarta. G.3.3. Variabel perawatan: meliputi pemeliharaan di
dalam kandang dengan jenis dan kualitas pakan dan air minum yang sama.
H. Pengolahan data H.1. Pengamatan Jumlah korpuskulum renalis Data kuantitatif jumlah korpuskulum renalis ini diuji dengan uji analisis of varians (Anava) satu jalan dalam satu kelompok. Kemudian
27
dilanjutkan
dengan
uji
LSD
Post
Hoc
untuk
membandingkan antar kelompok. H.2. Pengamatan Diameter Korpuskulum Renalis Data kuantitatif diameter korpuskulum renalis ini diuji dengan uji analisis of varians (Anava) satu jalan dalam dengan satu uji kelompok. LSD Post Kemudian Hoc untuk
dilanjutkan
membandingkan antar kelompok. H.3. Pengamatan Diameter Glomerulus Data kuantitatif diameter glomerulus ini diuji dengan uji analisis of varians (Anava) satu jalan dalam satu kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji LSD Post Hoc untuk membandingkan antar
kelompok.
28
A. Hasil Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2007 di Laboratorium Histologi dan Biologi Sel Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini
menggunakan tikus dari galur Wistar jantan sebanyak 46 ekor sebagai binatang percobaan, 30 ekor tikus
digunakan untuk percobaan sedangkan 16 tikus sebagai cadangan. Dari seluruh binatang coba, 8 ekor mati. Selama 14 hari perlakuan terdapat 8 tikus yang mati. Kematian dari tikus DM. tikus tersebut disebabkan DM
komplikasi
Patogenesis
komplikasi
berhubungan dengan stres oksidatif (Wiensperger, 2003). Adanya komplikasi DM dibuktikan dengan tikus mengalami penurunan tikus yang berat badan yang DM progresif pada kelompok (STZ)
diinduksi
dengan
streptozotocin
(Bahraen, 2008). Subyek penelitian yang digunakan yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus L.) galur Wistar jantan dewasa sebanyak 30 ekor. Berat badan tikus pada awal perlakuan adalah antara 200 250 gram, sedangkan
29
berat badan tikus pada akhir perlakuan (hari ke-14) berkisar antara 140 250 gram. Berat badan tikus ada yang meningkat dan ada yang menurun, tikus yang mati digantikan oleh tikus cadangan.
A.1. Berat Badan dan Kadar Glukosa darah Penelitian ini menggunakan streptozotocin untuk membuat tikus diabetes, dan dari hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah, seluruh tikus yang disuntik STZ mengalami peningkatan kadar glukosa darah yang nyata bila dibandingkan kontrol normal (TABEL 2). Hal ini menunjukkan bahwa tikus berada dalam kondisi diabeticinduced streptozotocin. Berat badan juga menunjukkan penurunan kelompok diabetes dibanding kelompok kontrol pada (lihat
TABEL 3). Kemudian setelah 15 hari, terlihat pada TABEL 2, terdapat perbaikan kondisi kadar glukosa darah pada kelompok meskipun mungkin perlakuan bukan 2. Terlihat rentang adanya besar, yang perbaikan, hal ini lama
dalam
yang
disebabkan
waktu
percobaan
kurang
30
TABEL 2. Nilai rerata kadar glukosa darah pada hari 0, hari 3, hari 9 dan hari 15.
Kadar glukosa darah (mg/dL) Hari 0 Hari 3 Hari 9 Hari 15 p Kelompok Rerata SD KI 73,19 1,62 74,20 1,68 74,38 0,96 74,94 1,16 0,83 KII 73,39 2,57 257,67 0,83 250,81 12,99 207,03 12,78 0,00* KIII 74,22 1,49 252,61 8,42 233,65 2,45 218,67 13,28 0,00* KIV 73,58 1,78 257,35 3,59 239,28 9,05 200,08 0,91 0,00* KV 75,20 1,45 73,33 0,97 74,30 0,64 72,93 1,22 0,79 KVI 72,93 1,92 74,06 1,16 73,74 1,46 71,65 0,97 0,76 0,77 0,00* 0,00* 0,00*
*p<0,05 TABEL 3. Nilai rerata berat badan pada hari minus 4 dan hari 14
Berat Badan tikus (gram) Hari minus 4 Hari 14 p Kelompok Perlakuan Rerata SD KI 255 12,91 244 32,86 0,79 KII 260 18,71 205 25,17 0,02* KIII 260 18,71 172 36,33 0,00* KIV 244 29,67 192 22,80 0,01* KV 268 17,89 208 43,82 0,02* KVI 260 28,28 p 0,77
*p<0,05 Bahraen (2008) telah meneliti tentang perubahan berat badan dan kadar glukosa darah pada tikus diabetes setelah diinduksi STZ dan tikus normal. Terlihat pada TABEL 2. Berat badan menunjukkan penurunan pada
31
darah
menunjukkan
adanya
peningkatan
kadar
glukosa
darah (hiperglikemia). A.2. Jumlah korpuskulum renalis pada preparat histologik TABEL 4 menunjukkan nilai rerata jumlah
korpuskulum renalis yang terdapat pada kelompok kontrol KI dan kelompok perlakuan KII, KIII, KIV, KV dan KVI. Variabel glomerulus berukuran ini diukur penuh. kecil dari korpuskulum yang rusak yang berisi atau tidak
yang sangat
Korpuskulum dianggap
kosong dan
dihitung sebagai variabel. TABEL 4. Nilai rerata jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis serta diameter glomerulus dari semua kelompok
Kel I Jumlah korpuskulum renalis Diameter korpuskulum renalis (m) Diameter glomerulus (m) 262.88 33.91 2.78 0.22 2.37 0.15 Kel II 275.24 27.13 2.75 0.18 2.31 0.14 Means SD Kel Kel Kel V III IV 274.48 243.12 280.72 12.07 69.49 17.67 2.60 0.23 2.43 0.29 2.71 0.13 2.42 0.12 2.69 0.14 2.28 0.78 Kel VI 282.68 8.63 2.88 0.91 2.65 0.36 p 0.49 0.26
Parameter
0.16
sebagai
kelompok
merupakan
kelompok kontrol normal, kelompok 2 merupakan kontrol positif DM, kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan 1
32
(diabetes + Pepino 32,4 mg/KgBB), kelompok 4 merupakan kelompok perlakuan 2 (diabetes + Pepino 64,8 mg/KgBB), kelompok 5 merupakan kelompok perlakuan 3 (normal + Pepino 32,4 mg/KgBB) dan kelompok 6 merupakan kelompok perlakuan 4 (Normal + Pepino 64,8 mg/KgBB). Selanjutnya dilakukan uji ANAVA satu arah untuk
membandingkan rerata jumlah korpuskulum renalis antar masing masing kelompok kemudian dilakukan uji lanjut dengan multiple comparison (LSD Post Hoc Test) dengan menggunakan program SPSS 12. TABEL bermakna 4 dari menunjukkan tidak ada perbedaan rerata masing yang jumlah kelompok
perbandingan dari
nilai
korpuskulum
renalis
masing
secara keseluruhan. Untuk menunjukkan perbedaan yang lebih spesifik, dilakukan uji multiple comparison test dengan LSD Post Hoc Test. TABEL 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kontrol normal dan kontrol positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai p > 0,05. Hal ini mendefinisikan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan secara histologik dari jumlah korpuskulum renalis ginjal tikus pada tikus normal dengan tikus DM yang diinduksi oleh streptozotocin.
33
TABEL 5. Perbandingan signifikansi jumlah korpuskulum renalis, diameter korpuskulum renalis dan diameter glomerulus antar kelompok.
No Kelompok Jumlah korpuskulum renalis 0,579 0,603 0,378 0,425 0,377 0,973 0,157 0,805 0,738 0,167 0,779 0,712 0,100 0,084 0,930 p Diameter korpuskulum renalis 0,786 0,129 0,526 0,434 0,371 0,207 0,715 0,607 0,247 0,363 0,446 0,020* 0,880 0,133 0,101 Diameter glomerulus 0,680 0,668 0,727 0,507 0,058 0,403 0,449 0,799 0,024* 0,936 0,279 0,132 0,315 0,114 0,014*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KIKII KIKIII KIKIV KIKV KIKVI KIIKIII KIIKIV KIIKV KIIKVI KIIIKIV KIIIKV KIIIKVI KIVKV KIV-KV KV-KVI
perbandingan antara rerata jumlah korpuskulum renalis antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6. Dapat diamati tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6. Hal etanol ini dapat dosis didefinisikan 32,4 5) mg/KgBB pemberian pada tikus ekstrak normal
Pepino
perlakuan dari
tidak
menyebabkan
perubahan yang (p =
jumlah
renalis normal
dibandingkan
34
ekstrak
etanol
Pepino
64,8 6)
normal dampak
(kelompok bermakna
perlakuan
memberikan
yang
dibandingkan
kontrol normal (p = 0,377). TABEL antara kelompok perbedaan kontrol 5 dapat menggambarkan DM dengan dilihat perbandingan masing
positif
masing tidak
perlakuan.
Dapat
ditemukan
kelompok perlakuan 1 dan antara kontrol positif dengan kelompok perlakuan 2 (p > 0,05). Hal ini dapat diartikan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus DM yang diinduksi streptozotocin (kelompok perlakuan 1) tidak menyebabkan perubahan jumlah korpuskulum renalis yang bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p = 0,973). Pemberian mg/KgBB pada ekstrak DM 2) etanol Pepino dosis 64,8
tikus
yang tidak
diinduksi
(kelompok
perlakuan
memberikan
35
A.3. Diameter korpuskulum renalis pada preparat histologik TABEL 4 menunjukkan rerata nilai dari
masing kelompok perlakuan. Variabel ini diukur dengan menggunakan mikrometer dengan pebesaran 40 x pada 5 buah korpuskulum renalis. Nilai diameter dari 5
glomerulus ini dirata ratakan untuk masing masimg slide. Selanjutnya dilakukan uji ANAVA satu arah untuk membandingkan rerata diameter korpuskulum renalis antar masing masing kelompok kemudian dilakukan uji lanjut dengan multiple comparison (LSD Post Hoc Test). TABEL signifikan korpuskulum 4 menunjukkan dari renalis tidak ada perbedaan yang
rerata masing
diameter kelompok
secara keseluruhan. Untuk menunjukkan perbedaan yang lebih spesifik, dilakukan uji multiple comparison test dengan LSD Post Hoc Test. TABEL 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kontrol normal dan kontrol positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai p > 0,05 ( signifikan jika p < 0,05). Hal ini mendefinisikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna secara histologik dari diameter
36
korpuskulum
renalis
tikus
pada
tikus
normal
dengan
tikus DM yang diinduksi oleh streptozotocin. Selain itu dari TABEL 5 juga dapat diamati
perbandingan antara rerata diameter korpuskulum renalis antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6. Dapat diamati tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6. Hal ini dapat didefinisikan pemberian
ekstrak etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus normal (kelompok perlakuan 5) tidak menyebabkan
perubahan histologik dari diameter korpuskulum renalis yang bermakna dibandingkan dengan kontrol normal (p = 0,434). Pemberian pada tikus ekstrak etanol Pepino 64,8 6) mg/KgBB tidak dengan
normal dampak
(kelompok bermakna
perlakuan
memberikan
yang
dibandingkan
kontrol normal (p = 0,371). Pada antara kelompok perbedaan TABEL 5 juga dapat DM dilihat perbandingan masing
kontrol
positif
dengan dilihat
masing tidak
perlakuan.
Dapat
ditemukan
kelompok perlakuan 1 dan antara kontrol positif dengan kelompok perlakuan 2 (p > 0,05).
37
Hal
ini
dapat
diartikan
pemberian
ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus DM yang diinduksi streptozotocin (kelompok perlakuan 1) tidak menyebabkan perubahan diameter korpuskulum renalis yang bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p = 0,207). Pemberian mg/KgBB pada ekstrak DM 2) etanol Pepino dosis 64,8
tikus
yang tidak
diinduksi
(kelompok
perlakuan
memberikan
A.4. Diameter glomerulus pada preparat histologik TABEL 4 menunjukkan rerata nilai dari
menggunakan mikrometer dengan pebesaran 40 x pada 5 buah glomerulus. Nilai diameter dari 5 glomerulus ini dirata ratakan untuk masing masimg slide. Selanjutnya dilakukan uji ANAVA satu arah untuk membandingkan rerata diameter glomerulus antar masing masing kelompok kemudian dilakukan uji lanjut dengan multiple comparison (LSD Post Hoc Test).
38
TABEL
menunjukkan
tidak
ada
perbedaan
yang
signifikan dari perbandingan rerata diameter glomerulus dari masing masing kelompok secara keseluruhan. Untuk menunjukkan perbedaan yang lebih spesifik, dilakukan uji multiple comparison test dengan LSD Post Hoc Test. TABEL 5 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kontrol normal dan kontrol positif. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai p > 0,05 ( signifikan jika p < 0,05). Hal ini mendefinisikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna secara histologik dari diameter glomerulus tikus pada tikus normal dengan tikus DM yang diinduksi oleh streptozotocin. Selain itu dari TABEL 5 juga dapat diamati
perbandingan antara rerata diameter glomerulus antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6. Dapat diamati tidak ada perbedaan yang bermakna antara
kontrol normal dengan kelompok perlakuan 5 dan 6. Hal ini dapat didefinisikan pemberian
ekstrak etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus normal (kelompok perlakuan dari 5) tidak menyebabkan yang (p =
histologik dibandingkan
diameter
glomerulus normal
dengan
kontrol
39
ekstrak
etanol
Pepino
64,8 6)
normal dampak
(kelompok bermakna
perlakuan
memberikan
yang
dibandingkan
kontrol normal (p = 0,058). TABEL antara kelompok perbedaan 5 juga dapat DM menggambarkan dengan dilihat perbandingan masing
kontrol
positif
masing tidak
perlakuan.
Dapat
ditemukan
kelompok perlakuan 1 dan antara kontrol positif dengan kelompok perlakuan 2 (p > 0,05). Hal ini dapat diartikan pemberian ekstrak
etanol Pepino dosis 32,4 mg/KgBB pada tikus DM yang diinduksi streptozotocin (kelompok perlakuan 1) tidak menyebabkan perubahan diameter glomerulus yang bermakna dibandingkan dengan kontrol positif DM (p = 0,403). Pemberian mg/KgBB pada ekstrak DM 2) etanol Pepino dosis 64,8
tikus
yang tidak
diinduksi
(kelompok
perlakuan
memberikan
40
Tp
Td
Gl
Kp
GAMBAR 1. Gambaran ginjal tikus kelompok I. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis ( Kp) dengan glomerulus (Gl)yang utuh, tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
41
GAMBAR 2 menunjukkan struktur ginjal yang normal yang terdiri dari: a. Korpuskulum renalis Korpuskulum renalis memiliki gambaran membran
basalis berupa epitel pipih selapis. Terdiri dari dua lapisan: parietal dan viseral. Diantara kedua lapisan terdapat ruang urin.
Td
Gl Kp
Tp
GAMBAR 2. Gambaran ginjal tikus kelompok I. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis (Kp) dengan glomerulus (Gl) yang utuh, tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
42
b.
atas anyaman anyaman kapiler. Sel penyusunnya terdiri dari sel epitel yang disebut dengan podosit. c. Tubulus kontortus proksimal Tubulus dengan sel kontortus berbentuk proksimal memiliki lumen membran tubulus
kuboid.
Terlihat
berbentuk ovoid. d. Tubulus kontortus distal Tubulus kontortus distal memiliki membran dengan sel berbentuk kuboid pendek. Terlihat lumen tubulus
berbentuk bulat.
43
2.
Gr
Dr Kp
Gs
GAMBAR 3. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpukulum renalis (Kp) yang berisi darah (Dr), korpuskulum yang kosong (Gs) dan korpuskulum yang berisi glomerulus yang rusak (Gr).
44
Gr
Dr
Kp
GAMBAR 4. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum serta renalis (Kp) yang berisi darah (Dr)
GAMBAR 3,4 dan 5 menunjukkan keadaan abnormal yang terjadi pada keadaan diabetes, yaitu : a. Adanya darah didalam korpuskulum renalis Pembuluh kapiler pada glomerulus mengalami
45
Gr
Kp
GAMBAR 5. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulua yang rusak (Gr).
b.
46
Kp
Sm
GAMBAR 6. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang mengalami kebocoran membran, tampak sel mesangial keluar (Sm).
c.
Ekspansi mesangial Terlihat membran korpuskulum dari membran renalis mengalami sel
kebocoran.
Kebocoran
menyebabkan
47
Dr Kp
GAMBAR 7. Gambaran ginjal tikus kelompok III. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis (Kp) yang berisi darah (Dr).
48
Td
Dr
Tp
Kp
GAMBAR 8. Gambaran ginjal tikus kelompok III. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi darah (Dr). Dapat dilihat pula tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Pada GAMBAR 8 terlihat gambaran korpuskulum yang menyerupai gambaran diabetes. Terlihat korpuskulum
berisi darah.
49
Gr
Kp
GAMBAR 9. Gambaran ginjal tikus kelompok IV. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis normal (Kp) dan korpuskulum yang berisi glomerulus yang rusak (Gr).
50
Td
Tp Kp
Gr
GAMBAR 10.
Gambaran ginjal tikus kelompok IV. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulus yang rusak (Gr). Dapat dilihat pula tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Pada GAMBAR 10 terlihat gambaran korpuskulum yang menyerupai gambaran diabetes. Terlihat korpuskulum
51
Kp
GAMBAR 11. Gambaran ginjal tikus kelompok V. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis yang utuh (Kp).
52
Td
Gl Tp
Kp
GAMBAR 12. Gambaran ginjal tikus kelompok V. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulus yang utuh (Gl). Dapat dilihat pula tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td).
Pada
GAMBAR
12
terlihat
gambaran
korpuskulum
glomerulus,
kontortus
proksimal
dan
kontortus distal.
53
Kp
GAMBAR 13. Gambaran ginjal tikus kelompok VI. Perbesaran 10X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korteks ginjal yang berisi korpuskulum renalis yang utuh (Kp).
54
Tp
Td
Kp
Gl
GAMBAR 14. Gambaran ginjal tikus kelompok II. Perbesaran 40X. Pewarnaan HE. Terlihat gambaran korpuskulum renalis (Kp) yang berisi glomerulus yang utuh (Gl). Dapat dilihat pula gambaran tubulus kontortus proksimal (Tp) dan tubulus kontortus distal (Td)
Pada GAMBAR 14 terlihat gambaran korpuskulum renalis yang menyerupai gambaran Terlihat gambaran tubulus normal dari pada kontrol normal. korpuskulum proksimal dan renalis, tubulus
glomerulus,
kontortus
kontortus distal.
55
B. Pembahasan Dari pemberian ekstrak Pepino selama 14 hari tidak didapati jumlah renalis perubahan korpuskulum dan diameter histologik renalis, glomerulus yang signifikan dari
diameter pada
korpuskulum kelompok
tikus
kontrol positif dengan kelompok perlakuan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis awal, bahwa pemberian ekstrak etanol Pepino dosis 64,8 mg/KgBB/hari histologik memberikan ginjal tikus efek perbaikan yang gambaran diinduksi renalis,
diabetik
streptozotocin
berupa
jumlah
korpuskulum
diameter korpuskulum renalis dan diameter glomerulus. Bahraen (2008) melakukan penelitian terhadap efek hipoglikemik buah Pepino terhadap tikus putih jantan galur Wistar diabetik yang diinduksi streptozotocin. Hasil penelitian dilaporkan bahwa pemberian ekstrak
pepino 32, mg/kgBB peroral pada tikus diabetes (kadar glukosa darah = 252,61 mg/dl) dapat menurunkan kadar
glukosa darah setelah pemberian selama 15 hari menjadi 218, 67 mg/dl. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek
hipoglikemik minyak buah merah, dan hasil penelitian tersebut menunjukkan perbaikan yang signinfikan pada efek hipoglikemik antioksidan seperti vitamin E, dan C
56
yang
banyak
terkandung
dalam
minyak C
buah dan E
merah secara
(Winarto,
2007).
Pemberian
vitamin
tunggal atau kombinasi keduanya pada hewan coba dapat menormalkan beberapa parameter stres oksidatif seperti peroksidasi lipid, peningkatan isoprostanes, dan
malondialdehide (MDA) plasma. Serta dapat mencegah atau mengembalikan penyakit darah, endotel, tanda-tanda nefropati, di retinopati, dalamnya dan
kardiovaskuler konduksi
termasuk
aliran
saraf, dan
permeabilitas, kontraktilitas
disfungsi vaskuler
albuminuria,
(Kuroki et al., 2003). Gambaran dilihat terlihat kontortus pada histologik GAMBAR 2. ginjal Struktur tikus normal dapat ginjal tubulus dan
mikroskopik glomerulus,
korpuskulum proksimal,
renalis, tubulus
kontortus
distal
pembuluh darah. Korpuskulum renalis dilapisi membran oleh basal epitel yang pipih selapis
tidak
terlalu
tebal.
Korpuskulum
renalis normal berisi anyaman glomerulus yang penuh dan utuh. Tubulus kontortus proksimal dilapisi oleh epitel kuboid selapis dengan dinding lumen berbentuk ovoid, sedangkan tubulus kontortus distal dilapisi oleh epitel kuboid rendah dan dengan lumen berbentuk bulat.
57
ginjal pada tikus yang mengalami diabetes . GAMBAR 4 menunjukkan renalis, adanya 5 perdarahan menunjukkan pada gambaran korpuskulum korpuskulum
GAMBAR
hanya berisi sebagian dari glomerulus dan menunjukkan adanya kebocoran membran
korpuskulum sehingga tampak ekspansi sel mesangial. GAMBAR 8 dan 10 secara umum menunjukkan gambaran
korpuskulum yang mirip dengan kelompok diabetes. Gambar 8 menunjukkan adanya darah didalam korpuskulum renalis ginjal, sedangkan gambar 10 menunjukkan gambaran
korpuskulum renalis yang berisi glomerulus rusak. GAMBAR 12 dan 14 secara umum menunjukkan gambaran korpuskulum yang mirip dengan kelompok kontrol normal. Pada kedua gambar dapat dilihat struktur normal ginjal berupa korpuskulum renalis, glomerulus, tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Penelitian lain untuk memeriksa gambaran
histologik ginjal telah menunjukkan perbaikan gambaran ginjal secara signifikan terhadap grup dengan perlakuan Allium sativum L. dan Allium ascalonicum B. pada tikus diabetik yang diinduksi aloksan (Bangun, 2003). Penelitian ini menggunakan uji ANAVA untuk
58
parameter
antar
kelompok.
Nilai
signifikansi
dari
diameter glomerulus sebesar 0,15. Ketiga nilai tersebut menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05). Hasil uji lanjutan dengan menggunakan Hoc test menunjukkan signifikansi dari LSD Post
perbandingan
rata rata dari diameter korpuskulum renalis antara KIII dan KVI, serta perbandingan rata rata dari
diameter glomerulus antara KII dan KVI serta KV dan KVI. Banyak penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi
ginjal dengan menyerang glomerulus. Penyakit glomerular merusak glomerulus, mengakibatkan bocornya urin dan
kadang sel darah merah kedalam urin. Kadang penyakit glomerular juga mengganggu clearance dari hasil
metabolisme oleh ginjal, sehingga akhirnya berakumulasi dalam darah. Kemudian, ekskresi protein darah seperti albumin pada urin dapat mengakibatkan penurunan
kadarnya dalam aliran darah sehingga darah kehilangan kemampuannya dari tubuh. untuk mengabsorbsi cairan cairan akan ekstraselular dan kaki
Akibatnya, edema
menyebabkan
pada
wajah,
(Prabhakar, 2007).
59
Penyakit
glomerular
disebabkan
berbagai
macam
faktor baik genetik maupun lingkungan, namun penyakit glomerular dapat dibagi kedalam dua kategori utama : 1. Glomerulonephritis, yaitu inflamasi membran
jaringan dari ginjal yang berfungsi sebagai filter yang memisahkan limbah dengan cairan ekstraselular dalam darah 2. Glomerulosclerosis, yaitu proses pengerasan
pembuluh darah kecil dalam ginjal. Diabetes nephropathy juga dikenal dengan sebutan Kimmelstiel Wilson syndrome dan glomerulonephritis interkapiler. Diabetes nephropathy merupakan penyebab utama dari end stage renal disease (ERSD). Gambaran histologik dari renal menunjukkan adanya perubahan yang konsisten dengan kondisi klinis dari diabetes
nephropathy, termasuk penebalan arteriolar, dilasi dan atropi tubular, penebalan membran basal glomerular, dan kadang
ekspansi penimbunan
mesangial amiloid.
Perubahan
perubahan ini dihubungkan dengan penigkatan level urin dan ekspresi dari 8-hydroxydeoxyguanosine, indikator
60
Vestra et al.(2001) meelakukan penelitian dengan melakukan biopsi ginjal dari 3 pasien diabetes dengan mikroalbuminuria. Pada hasil biopsi didapati gambaran khas diabetik nefropatikum membran serta berupa ekspansi sel
mesangial, renalis
penebalan
basalis
korpuskulum nodular
dan
glomerulus
munculnya
primer maupun sekundari terhadap kondisi lain, dapat terlokalisasi pada satu area ataupun bersifat sistemik. Amiloid primer cenderung mengenai jaringan mesodermal, kebanyakan menyerang saraf perifer, lidah, kulit,
sendi, jantung dan hati. Sedangkan amiloidosis sekunder kebanyakan menyerang organ parenkim seperti limpa,
ginjal dan adrenal. Nephropathy merupakan manifestasi klinis yang paling umum dari amiloidosis (Nishi, 2008). Deposit amiloid biasanya terdiri dari tiga
komponen. Protein fibril amiloid menyumbang 90% dari komposisi amiloid. Terdapat dua tipe utama dari protein amiloid yang berbeda secara kimiawi, disebut dengan AL dan AA, dan terdapat juga beberapa tipe minor yang tidak berkaitan dengan AL dan AA. AL (Amyloid Light Chain) berhubungan dengan imunoglobulin monoklonal
61
rantai
ringan
yang
disintesis
dari
sel
plasma
yang
abnormal (Rysava, 2007). AA berhubungan dengan protein amiloid non imunoglobulin (AA) dan prekursor serumnya (SAA), reaktan fase akut yang disintesis oleh sel hati (Lachmann, 2007). Yang dimaksud dengan glomerulosclerosis adalah
dari glomerulus di
ginjal. Glomerulosclerosis dapat dibagi kedalam focal segmental glomerulosclerosis dan nodular
glomerulosclerosis. Pada keadaan diabetik yang biasanya terjadi adalah nodular glomerulosclerosis (Qian, 2008). Meskipun tidak semua penyakit renal yang diderita oleh pasien diabetes disebabkan oleh glomerulosclerosis,
kebanyakan pasien yang mengalami tahapan gagal ginjal yang lebih advance menderita glomerulosclerosis nodular (Schmidt et al., 2000). Salah satu karakter lain dari penyakit glomerular adalah peningkatan jumlah sel pada glomerulus. Sel sel ini dapat berupa leukosit yang menginfiltrasi
glomerulus, pembentukan crescent; merupakan akumulasi dari sel yang terdiri dari sel epitel parietal dan leukosit, serta proliferasi dari sel mesangial. Dengan adanya kebocoran dari jaringan membran glomerulus, sel
62
sel mesangial yang berproliferasi ini akan keluar dari korpuskulum renalis (Gruden et al., 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Bonke et al. (2007) pada tikus Sprague sebagai Dawley NADPH menunjukkan oksidase apocinin yang dapat
berfungsi
inhibitor
menormalkan beberapa parameter stress oksidatif seperti penghambatan pembentukan superoksida sitosol dan
penurunan VEGF terkait protein kinase C. Juga ditemukan perbaikan dari parameter fisiologik seperti penurunan albuminuria. parameter Selain histologik dan itu ditemukan berupa luas area pula perbaikan indeks
penurunan
glomerulosclerosis
tubulointerstitial
tidak terjadinya peningkatan matriks interstitial. Oksidasi merupakan reaksi kimia dimana terjadi
transfer elektron dari suatu zat ke agen pengoksidasi. Reaksi ini dapat menghasilkan radikal bebas yang
berikutnya menyebabkan kerusakan sel, keadaan ini yang disebut dengan stress oksidatif. Keadaan hiperglikemia dapat memicu terjadinya stress oksidatif dalam berbagai cara. Kelebihan kadar glukosa menyebabkan peningkatan transfer elektron pada mitokondria, yang menyebabkan produksi anion superoksida yang berlebih yang pada
keadaan normal dibersihkan oleh superoksida dismutase mitokondria. Jika mekanisme ini gagal, stress oksidatif
63
berkembang pembentukan
dan
dapat
mengaktivasi yang
semua
jalur
utama
komponen
menyebabkan
komplikasi
vaskular diabetik (glycation, aktivasi protein kinase C (PKC), sorbitol pathway). Mekanisme lain yang terjadi yaitu keadaan tinggi glukosa dapat menstimulasi stress oksidatif melalui autooksidasi glukosa akibat transisi logam dan juga pembentukan oksigen reaktif selama
proses glikasi (Wiernsperger, 2003). Stress oksidatif dapat dimasukkan kedalam penyebab terjadinya diabetik nephropati. Pada ginjal, terdapat beberapa jalur yang menghasilkan oksigen reaktif
seperti glikolisis, polyol pathway, pemisahan nitric oxide synthase, xanthine oksidase, NAD(P)H oxidase dan glikasi. Mekanisme mekanisme ini diidentifikasi
sebagai kontributor utama dalam patogenesis diabetik nephropati (Forbes et al., 2008). Antioksidan merupakan molekul yang mampu mencegah ataupun memperlambat bekerja oksidasi dengan dari meolekul lain. rantai
Antioksidan
cara
memutuskan
reaksi dengan membersihkan intermediate radikal bebas dan menghambat oksidasi lain dengan menjadi zat yang dioksidasi. Banyak tipe antioksidan yang telah
diteliti, termasuk vitamin C, vitamin E, karoten, asam lipoat, taurin dan lainnya. Kesemuanya dilaporkan
64
dapat mencegah hiperglikemia yang diinduksi perubahan biologik seperti induksi sitokin, sintesis matriks dan pertumbuhan selular (Kuroki Salah dengan satu antioksidan et al., 2003). yaitu vitamin E dan bekerja lipid d-
cara
superoksida E,
peroksidase.
vitamin
terutama
tokoferol dapat mengaktivasi DAG diasilgliserol (DAG) kinase dan kemudian menurunkan kadar DAG, yang dapat menyebabkan 2003). penurunan aktivitas PKC (Kuroki et al.,
65
disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian ekstrak etanol buah pepino 32,4 mg/KgBB menyebabkan terjadi peningkatan jumlah korpuskulum renalis, penurunan diameter korpuskulum renalis dan peningkatan diameter glomerulus ginjal tikus putih (p > 0,05). 2. Pemberian ekstrak etanol buah pepino 64,8 mg/KgBB menyebabkan terjadi penurunan jumlah korpuskulum
renalis, peningkatan diameter korpuskulum renalis dan penurunan diameter glomerulus ginjal tikus
ekstrak etanol buah Pepino dengan waktu yang lebih lama dan menggunakan ekstrak zat antioksidan yang spesifik dari buah Pepino.
66
Anderson, T., Schein, P. S., McMenamin, M. G., 1974. Streptozotocin Diabetes: Correlation with Extent of Depression on Pancreatic Islet Nicotinamide Adenine Dinucleotide. J Clin Invest 54: 672-7. Arison, R. N., Ciaccio, E. I., Glitzer, M. S., 1967. Light and Electron Microscopy of Lesions in Rats Rendered Diabetic with Streptozotocin. Diabetes 16: 51-6.cccchtccccccchttp://www.ipteknet.iptek. Bahraen, R., 2008. Efek Ekstrak Etanol Pepino Dulce (Solanum muricatum Ait.) Terhadap Kadar glukosa darah Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) Normal dan Diabetik Setelah Diinduksi Streptozotocin [skripsi]. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bangun, R. M. L., 2003. Perbandingan Pengaruh Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.)dan Bawanng Merah (Allium ascalonicum B.) Terhadap Gambaran Histologik Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Setelah Disuntik Aloksan [skripsi]. Univ. Gajah Mada, Yogyakarta. Bonke, V. T., Thorpe S. R., Coughlan M. T., Fukami K., Yap F. T., Sourris K. C., Penfold S. A., Bach L. A., Cooper M. E., Forbes J. M., 2007. Inhibition of NADPH Oxidase Prevents Advanced Glycation End ProductMediated Damage in Diabetic Nephropathy Through a Protein KinaseC- Dependent Pathway. Carter, S. K., Broder, L., Friedman, M., 1971. Streptozotocin and Metastatic Insulinoma. Ann Intern Med 74:445-6. Disbrey, D.B., Rack, J.H., 1970. Histologycal Laboratory Methods. E & S Livingstone. Evans, J. S., Gerritsen, G. C., Mann, K. M., 1965. Antitumor and Hyperglycemic Activity of Streptozotocin (NSC-37917) and Its Cofactor, U-15. Cancer Chemother Rep, 774(48):1-6.
67
Fioretto, P., Caramori M.L., Mauer M., 2008. The kidney in diabetes: dynamic pathways of injury and repair. The Camillo Golgi Lecture 2007. Diabetologia. Forbes, J.M., Coughlan M.T., Cooper M.E., 2008. Oxidative stress as a major culprit in kidney disease in diabetes. Diabetes. Junod, A., Lambert, A. E., Orci, L., 1967. Studies of the Diabetogenic Action of Streptozotocin. Proc Soc Exp Biol Med 126:201-5. Ganong, W.F., 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 24, Penerbit EGC, Jakarta. Ghosh, M. N. 1971. Fundamentals of Experimental Pharmacology. Scientific Book Agency. Calcutta. Gruden G., Perin P.C., Camussi G., 2005. Insight on the pathogenesis of diabetic nephropathy from the study of podocyte and mesangial cell biology. Curr Diabetes Rev. Guyton A.C., 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. http://www.brainomics.com/patobiologi Dm. htm. http://www.ipteknet.com/cakrawala iptek. html.2002. Jameson, B.F., 2004. Harrisons Principal Internal Medicine. 16th edition. The Mc Graw - Hill Company, United States. Junqueira, L.C, Carneiro, J., Kelley, R.O., 1998, Sistem Kemih, Ginjal, Histologi Dasar, alih bahasa Dr. Jan Tambayong, edisi ke-8, penerbit EGC, pp 314 316, 408. Kuroki, T., Isshiki, K., King, G. L., 2003. Oxidative Stress: The Lead or Supporting Actor in the Pathogenesis of Diabetic Complications. J Am Soc Nephrol 14, pp: 216-20. Kusnindar, A & Rahmawati, M., 2003. Mencegah Penyakit Degeneratif dengan Makanan. Cermin Dunia Kedokteran No. 140. Lachmann H.J., Goodman H.J., Gilbertson J.A., Gallimore J.R., Sabin C.A., Gillmore J.D., Hawkins P.N., 2007. Natural history and outcome in systemic AA amyloidosis. N Engl J Med. Leeson, C. R., Leeson, T. S., Paparo, A. A., 1985. Textbook of Histology. W. B. Saunders Company Ling Li., 2001. Streptozotocin. Free Radicals in Biology and Medicine. 77:222. Moerdowo,R.M.,1989. Spektrum Diabetes Melllitus. Percetakan Anem Kosong Anem.
68
Nishi, S., Alchi B., Imai N., Gejyo F., 2008. New advances in renal amyloidosis. Clin Exp Nephrol. Prabhakar, S., Starnes J., Shi S., Lonis B., Tran R., 2007. Diabetic nephropathy is associated with oxidative stress and decreased renal nitric oxide production. J Am Soc Nephrol. Rakieten, N., Rakieten, M. L., Nadkarni, M. V., 1963. Studies on the Diabetogenic Action of Streptozotocin (NSC-37917). Cancer Chemother Rep 29:91-8. Redgwell, R. J., Turner, N.A., 2006. Pepino (Solanum muicatum): Chemical Composition of Ripe Fruit. Journal of The Scinece of Food and Agriculuture. Rysav, R., 2007. AL amyloidosis with renal involvement. Kidney Blood Press Res. Schein, P. S., Cooney, D. A., Vernon, M. L., 1967. The use of nicotinamide to modify the toxicity of streptozotocin diabetes without loss of antitumor activity. Cancer Res 27:2324-32. Schmidt S., Ismail A., Ritz E., 2000. Diabetic glomerulopathy: pathogenesis and management. Saudi J Kidney Dis Transpl. Soehadi., 1996. Diabetes Mellitus Pria. Airlangga University Press. Suharmiati. Pengujian Bioaktivitas Anti DM Tumbuhan Obat. Cermin Dunia Kedokteran 2003 : 140. Vestra M. D., Saller A., Mauer M., Fioretto P., 2001. Role of mesangial expansion in the pathogenesis of diabetic nephropathy. J Nephrol. Wiensperger, N.F., 2003. Oxidative stress as a therapeutic target in diabetes : revisiting the controversy. Diabetes Metab. Wijayakusuma, H. & Dalimartha S., 1999. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Winarto, 2007. Pengaruh Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Gambaran Sel Pankreas dan Efek Hipoglikemik Glibenklamid pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar Diabetik [tesis]. Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta Zhang, Fanglin, Y. E., Chuanzong, Li, G., Ding, W., Zhou, W., Zhu, H., Chen, G., Luo, T., Guang, M., Liu, Y., Zhang, D., Zheng, S., Yang, J., Gu, Y., Xie, X., Luo, M., 2003. The Rat Model of Type 2 Diabetic Mellitus and Its Glycometabolism Characters. Exp. Anim. 52(5):401-407.
69
LAMPIRAN - LAMPIRAN
golongan 1
Total
Mean N Std. Deviation Mean N Std. Deviation Mean N Std. Deviation Mean N Std. Deviation Mean N Std. Deviation Mean N Std. Deviation Mean N Std. Deviation
jumlah glomerulus 262.8800 5 33.91065 275.2400 5 27.13020 274.4800 5 12.07195 243.1200 5 69.48807 280.7200 5 17.66952 282.6800 5 8.62624 269.8533 30 34.47606
diameter korpuskulum renalis 2.7784 5 .22490 2.7480 5 .18352 2.6048 5 .22722 2.7072 5 .13489 2.6904 5 .14413 2.8792 5 .09189 2.7347 30 .18061
diameter glomerulus 2.3720 5 .15554 2.3144 5 .14452 2.4320 5 .29486 2.4208 5 .12340 2.2789 5 .07839 2.6472 5 .36470 2.4109 30 .23258
70
Lampiran 2 Grafik nilai rerata jumlah masing masing kelompok korpuskulum renalis dari
GRAPH
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00 1 2 3 4 5 6
golongan
71
Lampiran 3 Grafik nilai rerata diameter korpuskulum renalis dari masing masing kelompok
GRAPH
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00 1 2 3 4 5 6
golongan
72
Lampiran 4 Grafik nilai rerata diameter glomerulus dari masing masing kelompok
GRAPH
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00 1 2 3 4 5 6
golongan
73
ANOVA Sum of Squares jumlah glomerulus Between Groups Within Groups Total diameter korpuskulum renalis Between Groups Within Groups Total diameter glomerulus Between Groups Within Groups Total 5481.643 28987.712 34469.355 .213 .733 .946 .423 1.146 1.569
df 5 24 29 5 24 29 5 24 29
F .908
Sig. .492
1.393
.262
1.773
.157
74
Lampiran 6 Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test terhadap jumlah korpuskulum renalis antar kelompok
Multiple Comparisons LSD Dependent Variable (I) golongan (J) golongan Mean Difference (I-J) 95% Confidence Interval Lower Bound Jumlah korpuskulum renalis 1 2 -12.36000 3 4 5 6 2 1 3 4 5 6 3 1 2 4 5 4 6 1 2 3 5 6 5 1 2 3 4 6 6 1 2 3 4 5 -11.60000 19.76000 -17.84000 -19.80000 12.36000 .76000 32.12000 -5.48000 -7.44000 11.60000 -.76000 31.36000 -6.24000 -8.20000 -19.76000 -32.12000 -31.36000 -37.60000 -39.56000 17.84000 5.48000 6.24000 37.60000 -1.96000 19.80000 7.44000 8.20000 39.56000 1.96000 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 21.98019 .579 .603 .378 .425 .377 .579 .973 .157 .805 .738 .603 .973 .167 .779 .712 .378 .157 .167 .100 .084 .425 .805 .779 .100 .930 .377 .738 .712 .084 .930 -57.7249 -56.9649 -25.6049 -63.2049 -65.1649 -33.0049 -44.6049 -13.2449 -50.8449 -52.8049 -33.7649 -46.1249 -14.0049 -51.6049 -53.5649 -65.1249 -77.4849 -76.7249 -82.9649 -84.9249 -27.5249 -39.8849 -39.1249 -7.7649 -47.3249 -25.5649 -37.9249 -37.1649 -5.8049 -43.4049 33.0049 33.7649 65.1249 27.5249 25.5649 57.7249 46.1249 77.4849 39.8849 37.9249 56.9649 44.6049 76.7249 39.1249 37.1649 25.6049 13.2449 14.0049 7.7649 5.8049 63.2049 50.8449 51.6049 82.9649 43.4049 65.1649 52.8049 53.5649 84.9249 47.3249 Dependent Variable Upper Bound
Std. Error
Sig.
75
Lampiran 7 Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test terhadap diameter korpuskulum renalis antar kelompok
Multiple Comparisons LSD Dependent Variable (I) golongan (J) golongan Mean Difference (I-J) Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound diameter korpuskulum renalis 1 2 .03040 3 4 5 6 2 1 3 4 5 6 3 1 2 4 5 6 4 1 2 3 5 6 5 1 2 3 4 6 6 1 2 3 4 5 .17360 .07120 .08800 -.10080 -.03040 .14320 .04080 .05760 -.13120 -.17360 -.14320 -.10240 -.08560 -.27440(*) -.07120 -.04080 .10240 .01680 -.17200 -.08800 -.05760 .08560 -.01680 -.18880 .10080 .13120 .27440(*) .17200 .18880 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .11054 .786 .129 .526 .434 .371 .786 .207 .715 .607 .247 .129 .207 .363 .446 .020 .526 .715 .363 .880 .133 .434 .607 .446 .880 .101 .371 .247 .020 .133 .101 -.1978 -.0546 -.1570 -.1402 -.3290 -.2586 -.0850 -.1874 -.1706 -.3594 -.4018 -.3714 -.3306 -.3138 -.5026 -.2994 -.2690 -.1258 -.2114 -.4002 -.3162 -.2858 -.1426 -.2450 -.4170 -.1274 -.0970 .0462 -.0562 -.0394 .2586 .4018 .2994 .3162 .1274 .1978 .3714 .2690 .2858 .0970 .0546 .0850 .1258 .1426 -.0462 .1570 .1874 .3306 .2450 .0562 .1402 .1706 .3138 .2114 .0394 .3290 .3594 .5026 .4002 .4170 Dependent Variable Upper Bound
Sig.
76
Lampiran 8 Hasil analisis uji statistik lanjutan Post Hoc test terhadap diameter glomerulus antar kelompok
Multiple Comparisons LSD Dependent Variable (I) golongan (J) golongan Mean Difference (I-J) Std. Error 95% Confidence Interval Lower Bound diameter glomerulus 1 2 3 4 5 6 2 1 3 4 5 6 3 1 2 4 5 6 4 1 2 3 5 6 5 1 2 3 4 6 6 1 2 3 4 5 .05760 -.06000 -.04880 .09312 -.27520 -.05760 -.11760 -.10640 .03552 -.33280(*) .06000 .11760 .01120 .15312 -.21520 .04880 .10640 -.01120 .14192 -.22640 -.09312 -.03552 -.15312 -.14192 -.36832(*) .27520 .33280(*) .21520 .22640 .36832(*) .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .13818 .680 .668 .727 .507 .058 .680 .403 .449 .799 .024 .668 .403 .936 .279 .132 .727 .449 .936 .315 .114 .507 .799 .279 .315 .014 .058 .024 .132 .114 .014 -.2276 -.3452 -.3340 -.1921 -.5604 -.3428 -.4028 -.3916 -.2497 -.6180 -.2252 -.1676 -.2740 -.1321 -.5004 -.2364 -.1788 -.2964 -.1433 -.5116 -.3783 -.3207 -.4383 -.4271 -.6535 -.0100 .0476 -.0700 -.0588 .0831 Dependent Variable Upper Bound .3428 .2252 .2364 .3783 .0100 .2276 .1676 .1788 .3207 -.0476 .3452 .4028 .2964 .4383 .0700 .3340 .3916 .2740 .4271 .0588 .1921 .2497 .1321 .1433 -.0831 .5604 .6180 .5004 .5116 .6535
Sig.
77