You are on page 1of 8

OBESITAS DENGAN KEHAMILAN Obesitas memberikan resiko lebih besar pada wanita hamil bagi timbulnya kelainan tertentu

seperti hipertensi dan diabetes militus. Pada penyelidikan terhadap wanita obeis yang hamil ditemukan kemungkinan anak dengan berat badan lebih dari 4000 gram dua kali lebih besar daripada normal, walaupun tidak menunjukkan risiko operatif yang lebih tinggi. Disamping itu, insiden persalinan yang lebih lama dari 24 jam setelah amniotomi,juga meningkatkan kejadian hemoragia postpartum primer,asfiksia neonatal, dan tireksia puerperal. Walaupun demikian, dengan pengelolaan antenatal yang baik termasuk pemantauan gula darah, fungsi fetoplasental, dan disproporsi sepalopelvik, maka adanya obesitas tidak menyebabkan kematian perinatal dan maternal yang lebih banyak. Gross menemukan adanya risiko antepartum yang lebih besar pada kelompok obeis yang hamil. RESIKO LAIN PADA OBESITAS Semua organ tubuh rupanya dapat terkena atau terpengaruh oleh obesitas dan memberikan risiko bagi timbulnya penyakit tertentu. Beberapa diantaranya yang penting sudah disebutkan terdahulu. Perlemakan hati lebih sering terjadi pada orang obeis. Kenaikan kadar SGOT, SGPT dan LDH darah dapat terjadi dan akan kembali normal setelah berat badan menurun kembali. Pada orang gemuk karena kelebihan berat badan, akan terjadi lipatan kulit yang lebih banyak dengan kelembaban yang lebih tinggi, hingga mempermudah terjadinya investasi jamur di lipatan kulit tersebut terutama di daerah aksila, perinial, serta di bawah lipatan payudara. Osteoarthritis lebih sering terjadi terutama pada sendi yang menahan berat badan. Pada anak yang obeis dapat terjadi genuvalgun. Menstruasi yang tidak teratur serta oligomenore lebih sering terjadi pada orang obeis. Vibrosis pada uterus serta timbulnya kanker endometrium juga lebih sering terjadi. DISLIPIDEMIA Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), trigliserida serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL). Dislipodemia berkaitan erat dengan aterosklerosis, yaitu sebagai factor resiko utama aterosklerosis. Dislipidemia yang menyertai beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, hipoteroidisme, sindrom nefrotik, dan gagal ginjal kronik disebut dislipidemia sekunder.

KLASIFIKASI A. Disipilidemia primer Banyak kelainan genetik dan bawaan dapat mengakibatkan dislipidemia dan keadaan ini disebut dislipidemia primer. Dislipidemia ditemukan sebagai dislipidemia sedang yang disebabkan hiperkolesterolemia poligenik, dislipidemia kombinasi, atau hipertrigliseridemia karena kegemukan atau penggunaan alcohol yang berlebihan. Dislipideia berat sebagian besar disebabkan oleh hiperkolesterolemia familial dan dislipidemia remnant. 1. Hiperkolesterolemia poligenik Keadaan ini merupakan hiperkoleterolimia yang paling sering ditemukan (lebih dari 90%) yang merupakan interaksi antara kelainan gen yang multiple, nutrisi,factor-faktor lingkungan lainnya serta mempunyai lebih dari satu dasar metabolic. Hiperkolesterolemia biasanya ringan atau sedang dan tidak ada xantoma. 2. Hiperkolesterolemia familial Kelainan ini bersifat autosomal dominan dan terdapat dalam bentuk homozigot maupun heterozigot. Hiperkolesterolemia familial homozigot mengenai satu diantara seribu orang. Kadar kolesterol total berkisar anatara 600-1000 mg/dl, tidak dapat diobati, serta menyebabkan penyakit kardiovaskular dan stenosis aorta pada masa anak-anak dan dewasa muda. Hiperkolesterolemia timbul karena peningkatan kadar kolesterol LDL yang disebabkan oleh kelainan fungsi atau jumlah reseptor LDL. Pada hiperkolesterolemia familial heterzigot biasanya kadar kolesterol bervariasi antara 350450 mg/dl . dan bila nilai > 300 mg/dl pada dewasa atau > 260 mg/dl pada usia dibawah 16 tahun perlu dicurigai diagnosis hiperkolesterolemia familial. Diagnosis dapat dibuat pada saat kelahiran dengan menggunakan darah yang berasal dari umbilicus. Kadar trigliserida normal atau meningkat. 3. Dislipidemia Remnan Kelainan ini ditandai dengan peningktan kolesterol dan trigliseridal (dislipidemia kombinasi) dan beratnya bervariasi. 4. Hiperlipidemia kombinasi familia Kelainan ini merupakan kelainan genetic metabolism lipoprotein yang sering ditemukan berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, dengan angka kejadian sekitar 1% dari jumlah penduduk. Mayoritas pasien menunjukkan peningkatkan plasma Apo B. Pada pasien dengan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida, diagnosis banding meliputi hiperlipidemia kombinasi familia, dislipidemia remnant, hiperkolesterolemia familial, dan dislipidemia sekunder. 5. Sindrom kilomikron Sindrom yang disebabkan kelainan lipoprotein lipase atau apolipoprotein C-II ini merupakan penyebab hipertrigliseridemia berat yang jarang ditemukan. Pada keadaan ini adanya hipertrigliseridemia berat dan HDL kolesterol yang sangat rendah tidak mengakibatkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler.

6. Hipertrigliseridemia familial Pada keadaan ini terdapat hipertrigliseridemia berat maupun ringan. Peningkatan trigliseridemia yag ringan menunjukkan kenaikan kadar very low density lipoprotein (VLDL), sedangkan dalam bentuk yang lebih berat disertai dengan kilomikronemia. 7. Peningkatan kolesterol HDL Kadar kolesterol tinggi mengakibatkan hiperkolesterolemia ringan. Keadaan ini tidak memerlukan terapi dan disebut longevity syndrome. Kadar lipoprotein lainnya normal. Keadaan ini terdapat pada wanita menopause yang menerima terapi estrogen pengganti bisa juga familial, atau karena memakan obat perangsang mikrosom ( misalnya fenitoin atau fenobarbital). 8. Peningkatan apolipoprotein B Pada beberapa penelitian ditemukan peningkatan apo B pada banyak pasien penyakit kardiovaskular.

B. Dislipidemia sekunder Dislipidemia yang disebabkan penyakit atau keadaan lain sehingga bila kondisi itu diperbaiki maka dislipidemia akan sembuh. Dislipidemia Autoimun Dislipidemia dapat terjadi karena mekanisme autoimun seperti pada mieloma multiple, LES, penyakit Graves, dan ITP. Pada keadaan ini terjadi pembentukan antibody yang mengikat dan mengubah fungsi enzim lipolitik (seperti LDL, HTGL), apoprotein, dan reseptor. Manifestasi Klinis Secara klinis, dislipidemia diklasifikasikan menjadi: 1. Hiperkolesterolemia 2. Hipertrigliseridemia 3. Campuran hiperkolesterolemia dan hepertrigliseridemia (dislipidemia campuran)

Penatalaksanaan Penatalaksanaan dislipidemia yang utama adalah upaya non farmakologi yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani, serta pengelolaan berat badan. Tujuan utama terapi diet adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol, mengembalikan keseimbangan kalori, serta memperbaiki nutrisi.

HIPERLIPIDEMIA Hiperlipidemia adalah keadaan terdapatnya akumulasi berlebih salah satu atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan metabolisme atau transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia dinyatakan sebagai hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya. Hiperlipidemia dapat terjadi secara primer (hiperlipidemia primer) maupun sekunder akibat penyakit lain (hiperlipidemia sekunder). Etiologi Hiperlipidemia primer disebabkan kelaian genetik. Hiperlipidemia primer dibagi dalam hiperlipedimia primer familial dan sporadic. Hiperlipidemia sekunder disebabkan oleh peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, gangguan tiroid, penyakit hati, dan penyakit ginjal serta obat- obatan. Manifestasi klinis Secara klinis, hiperlipidemia dapat dikategorikan dalam tiga bentuk tergantung kadar lipid yang meningkat, yaitu: Hiperkolesterolemia (kolesterol meningkat) Hipertrigliseridemia ( trigliserida meningkat) Hiperlipidemia campuran (kolesterol dan trigliserida meningkat)

Berdasarkan pola elektroforesis, hiperlipidemia dibagi atas (klasifikasi Fredickson-WHO): 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hiperlipidemia eksogen(kilomikron), tipe I Hiperlipidemia endogen (VLDL), tipe IV Hiperlipidemia campuran(mixed VLDL+kilomikron), tipe V Hiperkolesterolemia (LDL), tipe II-A Hiperlipidemia combined (LDL+VLDL), tipe IIB Hiperlipidemia remnan (b VLDL), tipe III

Sebagian besar Hiperlipidemia tidak memberikan gejala dan tanda klinis. Namun, terdapat gejala yang nyata antara lain xantoma,arkus senilis,lipidemia retinalis,dan kadang-kadang krisis abdomen akut. Hiperlipidemia harus dicurigai dan dicari jika ada manifestasi Hiperlipidemia di kulit serta adanya arteriosklerosis dan penyakit jantung koroner prematur. Penatalaksanaan Yang menjadi parameter adalah kadar kolesterol dan trigliserida, terkadang juga kadar kolesterol HDL. Diet pasien dengan dislipidemia umum sama dengan pasien yang menderita dislipidemia diabetes mellitus.

Dalam penerapan diet tersebut harus diperhatikan: Pengendalian berat badan, bila pasien gemuk berikan diet rendah kalori dan gerak badan hingga mencapai berat badan normal Konsumsi karbohidrat kompleks ditingkatkan Penggunaan asam oleat dan asam linoleat Peningkatan konsumsi buah,sayur-sayuran,dan serat Kurangi garam Bila diet PERKENI masih belum menolong terutama pada pasien dengan kadar lipid yang sangat tinggi boleh dicoba dengan diet tahap 2 NCEP

Obat-obat hipolipedemik a. Obat-obat yang menurunkan kadar kolesterol 1. 2. 3. 4. 5. Resin peningkat asam empedu Penghambat enzim HMG Ko A Reduktase Asam Nikotinat atau niasin D-tiroksin Probukol

b. Obat-obat yang menurunkan kadar trigliserida 1. Golongan asam fibrat 2. Asam nikotinat dan analognya asipimox c. Pengobatan Hiperlipidemia campuran : golongan asam fibrat, bila tidak berhasil dikombinasikan dengan golongan resin. d. Pengobatan kombinasi.

HIPERKOLESTEROLEMIA Hiperkolesterolemia adalah penyakit yang timbul akibat tingginya kadar lemak (kolesterol, trigliserida maupun keduanya) dalam darah. Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena termasuk faktor resiko utama PJK di samping Hipertensi dan merokok. Kadar Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, exercise. Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya resiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah.

PENYAKIT WOLMAN Penyakit Wolman adalah gangguan yang dihasilkan ketika jenis spesifik pada kolesterol dan gliserida menumpuk di jaringan, gangguan ini disebabkan pembesaran limpa dan hati. Penyimpanan kalsium pada kelenjar adrenalin membuat mereka lebih keras, dan diare lemak (steatorrhea) juga terjadi. Bayi dengan penyakit Wolman biasanya meninggal dalam usia 6 bulan. PENYAKIT REFSUN Penyakit Refsun, asam phytanic, yang menghasilkan metabolisme lemak, menumpuk di jaringan. Pembentukan asam phytanic menyebabkan kerusakan syaraf dan retina, gerakan kejang, dan perubahan pada tulang dan kulit. Pengobatan meliputi menghindari makan buahbuahan hijau dan sayuran yang mengandung klorofil. Plasmapheresis, dimana asam phytanic diangkat dari darah, kemungkinan sangat membantu. PENYAKIT TAY-SACHS Penyakit Tay-Sachs, pada penyakit tay-sach, ganglioside, yang menghasilkan metabolisme lemak, menumpuk pada jaringan. Penyakit tersebut paling sering terjadi asli yahudi di eropa timur. Pada usia yang sangat dini, anak dengan penyakit ini menjadi semakin lambat dan tampak mengalami sifat otot yang terkulai. Terbentuk kejang diikuti kelumpuhan, dementia, dan kebutaan. Anak ini biasanya meninggal di usia 3 atau 4 tahun. Penyakit tay-sachs bisa diidentifikasikan pada janin dengan contoh chorionic villus atau amniocentesis. Penyakit tersebut tidak dapat diobati atau disembuhkan. CEREBROTENDINOUS XANTHOMATOSIS Cerebrotendinous xanthomatosis terjadi ketika cholestanol, produk pada metabolisme kolesterol, menumpuk pada jaringan. Gangguan ini segera megakibatkan gerakan yang tidak terkoordinasi, dementia, katarak, dan perkembangan lemak (xanthomas) pada tendon. Gejalagejala kelumpuhan sering muncul setelah usia 30 tahun. ATEROSKLEROSIS Aterosklerosis merupakan penyakit yang melibatkan aorta, cabang-cabangnya yang besar dan arteri berukuran sedang, seperti arteri yang menyuplai darah ke bagian-bagian ekstremitas, otak, jantung dan organ dalam utama. Aterosklerosis tidak menyerang arteriol, dan juga tidak melibatkan sirkulasi vena. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan serta tungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung.

Penyebab terjadinya aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saat tertentu, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul sehingga menyebabkan timbulnya bercak penebalan di lapisan dalam arteri. Ateroma (zat yang mengandung lipid dalam jaringan terutama dalam dinding arteri) bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan. Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli). Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala.Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan. Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan akan oksigen. Contohnya, selama berolahraga, seseorang dapat merasakan nyeri dada (angina) karena aliran oksigen ke jantung berkurang; atau ketika berjalan, seseorang merasakan kram di tungkainya (klaudikasio interminten) karena aliran oksigen ke tungkai berkurang. Gejala yang timbul dari penyakit ateroskleros biasanya timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya suara seperti suara meniup pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis adalah dengan melakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan, pemeriksaan doppler di daerah yang terkena, skening ultrasonik duplex, CT scan di daerah yang terkena, arteriografi resonansi magnetic, arteriografi di daerah yang terkena dan IVUS (intravascular ultrasound). Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang hendaknya menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan tekanan darah, berhenti merokok, menurunkan berat badan dan berolah raga secara teratur. Pada orang-orang yang sebelumnya telah memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung, merokok sangatlah berbahaya karena merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (kolesterol HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (kolesterol LDL), merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam

darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri, merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit karena aterosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke jaringan dan merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit arteri koroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah pembedahan. Resiko seorang perokok untuk menderita penyakit arteri koroner secara langsung berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. Orang yang berhenti merokok hanya memiliki resiko separuh dari orang yang terus merokok, tanpa menghiraukan berapa lama mereka sudah merokok sebelumnya. Berhenti merokok juga mengurangi resiko kematian setelah pembedahan bypass arteri koroner atau setelah serangan jantung. Selain itu, berhenti merokok juga mengurangi penyakit dan resiko kematian pada seseorang yang memiliki aterosklerosis pada arteri selain arteri yang menuju ke jantung dan otak. Sampai tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya sendiri dengan cara membentuk pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis dengan ABI (ankle-brachial index) yang dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan, pemeriksaan doppler di daerah yang terkena, skening ultrasonik duplex, CT scan di daerah yang terkena, arteriografi resonansi magnetic, arteriografi di daerah yang terkena dan IVUS (intravascular ultrasound). Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol,lovastatin. Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan.

You might also like