You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGANTAR ENERGI TERBARUKAN TENTANG BIOGAS

Dibuat Oleh : Nama : Yongki Adi Pratama Putra NIM : B42120491 Prodi : Teknik Energi Terbarukan Pembimbing : Ir. Anang Supriadi Saleh, MP

POLITEKNIK NEGERI JEMBER SEPTEMBER 2012

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas ramah-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah pengantar energi terbarukan tentang biogas. Laporan praktikum ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas praktikum mata kuliah pengantar energi terbarukan. Dibalik terselesaikannya laporan praktikum ini, tentunya tidak lepas dari peranan pihak-pihak yang membantu. Untuk itu pembuat ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Anang Supriadi Saleh, MP selaku dosen pembimbing.

2. Seluruh teknisi Laboratorium Energi Tarebarukan


3. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan praktikum ini.

Pembuat menyadari bahwa laporan praktikum ini masih sederhana dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu, pembuat senantiasa mengharapkan masukan pembaca demi penyempurnaan laporan praktikum berikutnya dan semoga laporan praktikum ini juga bisa bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 21 September 2012 Pembuat Laporan Praktikum

Yongki Adi Pratama Putra NIM : B42120491 / 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakin meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal, apakah kita tidak bisa hidup tanpa menggunakan bahan bakar minyak tersebut. Ternyata tidak demikian. Sumber energi alternatif telah banyak ditemukan sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya adalah Biogas. Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Berbagai negara telah mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun yang lalu seperti petani di Inggris, Rusia dan Amerika serikat. Sementara itu di Benua Asia, India merupakan negara pelopor dan pengguna biogas sejak tahun 1900 semasa masih dijajah Inggris, negara tersebut mempunyai lembaga khusus yang meneliti pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural Research instutute dan Gobar Gas Research Station, Lembaga tersebut pada tahun 1980 sudah mampu membangun instalasi biogas sebanyak 36.000 unit. Selain negara negara tersebut diatas, Taiwan, Cina, Korea juga telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku pembuatan biogas. Jika kita menggantungkan terus pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas sebagai energi utama tanpa mencari alternatif lain maka beban hidup akan semakin berat terutama masyarakat kecil pedesaan padahal ada alternatif yang mudah dengan membuat biogas dari kotoran ternak. Pemerintah sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk mengembangkan biogas dari kotoran ternak ke seluruh pelosak pedesaan. Sudah saatnya pula kita berfikir dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternatif dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil. Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat.

Usaha ini juga harus didukung dengan mengubah pola pikir masyarakat untuk menerima kehadiran teknologi baru. 1.2.Tujuan : 1. Memberi wawasan luas terhadap masyarakat mengenai pentingnya pemanfaatan limbah terutama limbah dari kotoran ternak sapi. 2. Menjadikan solusi baru mengatasi masalah keterbatasan energi. 3. Menjadikan bahan refrensi bagi mahasiswa lain untuk membuat laporan praktikum yang baik. 4. Menjadikan sebuah laporan praktikum yang diharapkan dapat menuntaskan tugas dalam kegiatan praktikum mata kuliah Pengantar Energi Terbarukan.

BAB II

DASAR TEORI Prinsip pembuatan biogas adalah adanya perombakan bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses perombakan anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal.

BAB III

MEKANISME DAN RANCANGAN 3.1.Rancangan Instalasi Biogas dan Mekanisme Pembuatan Biogas Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Tabung penampung yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Besar kecilnya tabung penampung tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat tabung penampung diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon. Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam tabung penampung. Disamping tabung penampung harus dibangun juga penampung lumpur dimana lumpur tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Selanjutnya diatas tabung harus diberi lubang dengan tutup sebagai tempat pemantau isi dalam tabung, tentunya kran pipa dengan kran penutup dan pembuka gas wajib dibuat guna pengaliran gas hasil fermentasi. Saluran pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan gas secara optimal. Untuk mencegah resiko terjadinya ledakan gas tabung penampung, maka pada pipa paralon dibuat tempat penetralisir tekanan berupa tabung air yang memiliki lubang kecil diatasnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar di samping ini merupakan disain peletakan pipa paralon dengan penetralisir tekanan yang baik.

Setelah komponen-komponen diatas terpasang. Kemudian jangan lupa letakkan pemutar pengaduk kotoran pada tabung yang berguna untuk mengaduk kotoran sehingga dapat mengeluarkan gas-gas yang terendap pada bagian bawah kotoran, dengan secara otomatis ketika diaduk cairan dari kotoran tersebut akan ikut keluar dengan sendirinya sehingga menjadi pupuk organik cair.

Pada pipa paralon yang akan masuk ke kompor gas harus dipasang blower guna untuk menarik gas untuk masuk ke kompor.

Setelah pengerjaan tabung penampung selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Kotoran sapi dicampur dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan ke dalam tabung. 2. Lumpur dialirkan kedalam tabung dengan kran gas harus dibuka agar udara yang ada di dalam tabung terdesak keluar. Pengisian diusahakan penuh. 3. Setelah tabung penuh kran gas ditutup agar terjadi proses fermentasi. 4. Proses pembentukan gas hanya memerlukan waktu 1 hari dengan gas yang dibentuk yaitu gas Metan (CH4) dan Karbon dioksida (CO2)

5. Biogas ini tidak berbau seperti kotoran sapi, selanjutnya tabung terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga akan dihasilkan secara optimal. 3.2.Mekanisme sistim pengamanan instalasi biogas Apabila gas yang terbentuk telah penuh dan mendesak untuk keluar dan tabung penampung dan pipa pengalir gas tidak mampu menampung volume aliran gas yang terbentuk, maka secara otomatis tabung penetralisir tekanan gas akan berkerja dengan mekanisme seperti gambar dibawah ini. Keterangan : Aliran gas ketika penuh : Gas :

Air

Tabung Penetralisir

Tidak terjadi ledakan karena gas keluar melalui lubang kecil penetralisir BAB IV PENUTUP 4.1.Komposisi Hasil Biogas 1. 8 sapi akan menghasilkan gas dengan nyala api kompor + 4 jam / 2 sapi menghasilkan nyala api kompor + 1 jam dan gas bewarna biru 2. Komposisi gas : Metan dan Karbondioksida.

Tabung Biogas

3. Limbah kotoran sapi dapat dijadikan pupuk organic padat maupun cair setelah diambil gasnya. 4. Gas tidak berbau seperti kotoran sapi, melainkan baunya lebih tidak menyengat dibandingkan dengan gas LPG dan aman dari ledakan. 4.2.Kesimpulan : Ternak sapi, kerbau, kuda, ayam petelur, kambing banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan sebagai usaha sampingan selain bercocok tanam. Limbah dari usaha tersebut berupa limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku dan lain lainnya. Volume dan jenis limbah tergantung pada jenis dan banyaknya ternak yang dipelihara. Feses, urine, sisa makanan yang merupakan limbah utama dari ternak selama ini oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan Limbah ternak selama ini belum optimal, karena sebelum kotoran ternak itu dijadikan pupuk organik terlebih dahulu dapat diproses untuk menghasilkan biogas dimana gas itu dapat digunakan untuk memasak menggantikan minyak tanah ataupun gas LPG. Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui. Disisi lain, peternakan juga menjadi penyebab timbulnya pencemaran air, bau tak sedap, mengganggu pemandangan dan bahkan sebagai sumber penyakit. Kita ingat belum lama ini dengan timbulnya wabah flu burung. Dengan adanya teknologi biogas seluruh permasalahan lingkungan akibat pencemaran dapat dikurangi.

You might also like