You are on page 1of 9

QUANTUM LEARNING DALAM STDANDAR PROSES PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Drs. HERI RAKHMAT A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Mengajar adalah tergolong pekerjaan yang mudah tapi juga sulit.Dikatakan Mudah k arena hampir seluruh orang terlibat dalam kegiatan ini, senior mengajari yuniorn ya, Orang tua mengajari anaknya dan sebagainya. Dikatakan sukar karena dalam akt ifitas di atas tidak ada yang berani menjamin keberhasilannya. Dengan kata lain tidak ada yang bias memastikan bahwa setiap upaya mengajari pasti berhasil. Sekolah sebagai sebuah lembaga yang dipercaya masyarakat bahkan diadakan secara resmi oleh Negara untuk melaksanan kegiatan turun temurun itu berusaha untuk m ereduksi ekses ekses negatif dan berupaya agar selalu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dibantu oleh lembaga penyedia tenaga Guru, sekolah melaksanakan tug as mulia ini dengan sebaik-baiknya. Maka bermunculanlah beberapa Pendekatan dalam proses pembelajaran baik yang munc ul dari ilmuan-ilmuan barat yang nota bene lebih dahulu maju maupun ilmuan-ilmua n dalam negeri sendiri. Bahkan tak kurang Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 t entang Standar Nasional Pensisikan yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menter i Pendidikan Nasional No. 40 tahun 2007 tentang Standar Proses. B. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini akan menjawab beberapa pertanyaan antara lain: 1. Mengapa diperlukan Pendekatan Pembelajaran yang efektif dan Efisien 2. Apa saja Model Pembelajaran yang popular akhir-akhir ini 3. Bagaimanakah mengajar dengan Quantum Learning 4. Model Pembelajaran seperti apakah yang dituntut oleh Peraturan Menteri No. 40 tentang Standar Proses 5. Apakah dalam Peraturan Menteri itu terdapat prinsip-prinsip Quantum Lear ning C. PEMBAHASAN

1. Pendekatan Pembelajaran Kegiatan Belajar mengajar menyangkut aktifitas dari dua belah pihak yakni Guru d an Siswa, Guru sebagai Pendidi k yang mempunyai tugas mengajar mempunyai kepriba daian yang khas demikian juga Sisawa. Oleh karena itu perlu dilakukan penyesuaia n yang dapat memadukan bagaimana cara guru mengajar dan bagaimana cara siswa be lajar, sehingga tujuan yang telah ditentukan oleh kedua belah bias berhasil. Mak a amat logis jika guru wajib mengetahui segala Sesutu tentang siswa antara lain apakah dia sebagai pelajar yang mengandalkan matanya dalam belajar atau yang se ring disebut pelajar Visual, atauAuditorial yang mengandalkan pendengarannnya at au pelajar yang selalu bergerak atau Kinestetik. Demikian juga apakah pelajarnya itu mempunyai kecerdasan Linguisti, personal, Intrapersonal dan sebagainya. Tid ak itu saja, beberapa faktor yang juga diperhatikan adalah karakteristik dari is i pelajaran dan Fasilitas yang tersedia yang juga akan berpengaruh dalam proses pembelajaran. Bahkan isi Pembelajaran yang diorganisasikan dengan berpijak pada karakteristik struktur bidang studi dapat meningkatkan perolehan belajar dan re tensi belajar daripada pengorganisasian pembelajaran dengan sekedar mengikuti u rutan isi buku teks. ( Degeng,1988) Maka untuk itu semua diperlukan Pendekan Pembelajara. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang k ita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsipra si, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertent u. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu : (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (studen t centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berp

usat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dal am strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengem ukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu: 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out p ut) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi da n selera masyarakat yang memerlukannya. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang pal ing efektif untuk mencapai sasaran. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempu h sejak titik awal sampai dengan sasaran. 4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubah an profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipanda ng paling efektif. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode da n teknik pembelajaran. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriter ia dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajara n adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar t ujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam stra tegi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada das arnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil da lam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learnin g dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinja u dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibeda kan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi mer upakan a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in ach ieving something (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ter dapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasika n strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran . Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakuka n seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, pe nggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membu tuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggu naan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, den gan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas ya ng siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam ha l ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang s ama. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbe da dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banya k diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.

Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing g uru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang ber sangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus ju ga seni (kiat) 2. Model Pembelajaran Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajar an sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang di sebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupaka n bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secar a khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bi ngkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembela jaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) mo del personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian , seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kira nya dapat divisualisasikan sebagai berikut: Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umu m dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pemb uatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagai nya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Seda ngkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, mau pun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, s etelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profe sional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memad ai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan men yenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, p ara guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pem belajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran s ebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai de ngan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya sema kin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. 3. Quantum Learning Kurikulum yang digunakan di SuperCamp adalah kombinasi dari keterampilan akademi s (academic skills), prestasi atau tantangan fisik (physical challenge), dan ket erampilan dalam hidup (life skills). Di SuperCamp diajarkan keterampilan akademi s yang berupa keterampilan-keterampilan how-to-learn yaitu membuat catatan yang efektif, membaca dengan cepat, mempelajari teknik menulis yang canggih, mengemba ngkan hafalan yang menakjubkan, dan berpikir kreatif. Tantangan- tantangan fisik digunakan sebagai simbol-simbol untuk terobosan-terobosan belajar, sehingga dap at mematahkan mitos aku tak bisa yang membuat orang mundur dalam kehidupannya. Kombinasi dari ketiga unsur ini - keterampilan akademis, tantangan fisik, dan ke terampilan dalam hidup harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara sei mbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya ter

bentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisik pembelajar, namun lebih penti ng lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Arends (1997 : 243) d alam Trianto (2007)mengemukakan : it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we except students to solve problems yet s eldom teach then about problem solving, yang berarti dalam mengajar guru selalu m enuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana si swa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi ja rang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah. Demikianlah, dalam SuperCamp diajarkan ketrampilan hidup seperti memecahkan masalah, berkomun ikasi secara efektif, menjalin hubungan dengan orang lain, berlatih mendengarkan , serta mengikuti petualangan di alam terbuka. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lazanov seorang pendidik berkeban gsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut suggestology atau sugg estopedia. Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti akan mempengaruhi hasil bel ajar, yang dapat berupa sugesti positif ataupun negatif. Teknik untuk menumbuhka n sugesti positif dengan mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik latar d i dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untu k memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam pengajaran sugesti. Istilah lain yang hampir dapat dip ertukarkan dengan suggestology adalah pemercepatan belajar (accelerated learning ), yaitu memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankaan, de ngan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP ), yaitu suatu penelitian bagaimana otak mengatur informasi. Dengan pengetahuan NLP, para pendidik dapat mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif un tuk meningkatkan tindakan-tindakan positif yang merupakan faktor penting untuk m erangsang fungsi otak yang paling efektif. Quantum Learning menggabungkan sugges tology, teknik pemercepatan belajar, dan program neurolinguistik (NLP) dengan te ori, keyakinan, dan metode kami sendiri (DePorter dalam Quantum Learning, 1999). Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi bela jar yang lain, seperti : a. Teori otak kanan/kiri Tiga bagian otak dapat dibagi menjadi belahan kanan (otak kanan) dan belahan kir i (otak kiri). Berdasarkan eksperimen, kedua belahan otak tersebut bertanggungja wab terhadap cara berpikir dan masing-masing memiliki spesialisasi dalam kemampu an-kemampuan tertentu. Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, lin ear, dan rasional sedangkan cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratu r, intuitif, dan holistik. Kedua belahan otak sangat penting. Orang yang memanfa atkan kedua belahan otaknya cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupannya. Ada teori yang mengatakan bahwa dalam situasi otak kiri sedang bekerja, seperti mempelajari materi baru, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuiti f dan kreatif sehingga masukan dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. b. Teori otak triune ( 3 in 1 ) Menurut teori otak triune (Three in One), otak manusia memiliki tiga bagian dasa r yaitu batang atau otak reptil, sistem limbik atau otak mamalia dan neokorteks. Batang atau otak reptil merupakan komponen kecerdasan terendah dari spesies man usia, yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motor sensorik-pengetahuan tenta ng realitas fisik yang berasal dari panca indra. Sistem limbik berfungsi untuk m enyimpan perasaan, memori, kemampuan belajar, juga mengendalikan bioritme, seper ti pola tidur, haus, lapar, tekanan darah, detak jantung, dan gairah seksual. Da lam neokorteks semua kecerdasan yang lebih tinggi berada, yang membuat manusia u nik sebagai spesies.Fungsi neokorteks dalam hal penalaran, berpikir secara intel ektual, pembuatan keputusan, bahasa, perilaku waras,dan ideasi nonverbal. Menuru t ilmuwan peneliti otak, Dr. Marian Diamond bahwa pada umur berapapun sejak lahi r hingga mati, adalah mungkin untuk meningkatkan kemampuan mental melalui rangsa ngan lingkungan. Semakin otak terangsang dengan aktivitas intelektual dan intera ksi lingkungan, semakin banyak jalinan yang dibuat antara sel-sel saraf sehingga potensi menjadi tak terbatas. Jadi, proses pendidikan sudah semestinya mengemba ngkan setiap bagian otak, sehingga ketiga bagian otak baik otak reptil, sistem l imbik, dan neokorteks dapat terkembangkan.

c. Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) Dunn dan Dunn (1993) dalam Slavin (2008) menemukan bahwa siswa-siswa berbeda pil ihan tentang hal-hal seperti jumlah cahaya, tempat duduk yang keras dan lembut, lingkungan sekitar yang tenang atau ribut, dan bekerja sendirian atau bersama te man. Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar, (1) bagaimana kita m enyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan (2) cara kita mengatur informasi tersebut. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar terdiri dari : visual yaitu belajar dengan cara melihat, auditorial yaitu belajar dengan cara mendenga r, dan kinestetik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Wa laupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini p ada tahap-tahap tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diant ara ketiganya. d. Teori kecerdasan ganda Psikolog Dr. Howard Gardner telah mengidentifikasi berbagai kecerdasan khas pada manusia, yaitu kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/pe rasa, musik, dan antarpribadi. Mungkin kecerdasan tertinggi dan bentuk terbaik d ari pikiran yang kreatif yaitu intuisi. Intuisi adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima kelima indra kita. Agar kecer dasan-kecerdasan ini terawat secara baik, maka syarat yang harus dipenuhi, adala h : e. Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energi dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi. f. Anak harus merasa aman secara fisik dan emosional. g. Harus ada model untuk memberikan rangsangan yang wajar. h. Pendidikan holistik (menyeluruh) Belajar secara menyeluruh (global learning) merupakan cara efektif dan alamiah b agi seorang manusia untuk mempelajari bahwa otak seorang anak hingga usia enam a tau tujuh tahun adalah seperti spons, menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik , dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stres, dan ditambah dengan faktor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingk ungan, dengan hal ini akan menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa s aja (dalam DePorter, Quantum Learning, 1999). i. Belajar berdasarkan pengalaman Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu (Sanjaya, 2006). Belajar adalah melakukan organisasi kembali pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus menerus mengalami penyempurnaa n. Menurut teori perkembangan kognitif dari Piaget, bahwa perkembangan kognitif sebagai suatu proses, dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemaha man realitas melalui pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. j. Belajar dengan simbol (Metaphoric learning) Tantangan- tantangan fisik digunakan sebagai metafora untuk mempelajari terobosa n-terobosan belajar, sehingga terjadi pergeseran paradigma yang mengubah pemaham an tentang belajar. k. Simulasi/permainan Simulasi, sebagai metode mengajar berarti cara penyajian pengalaman belajar deng an menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Sanjaya, 2006). Simulasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya : 1.. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa untuk menghadapi situasi y ang sebenarnya kelak. 2.. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa. 3.. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. 4.. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam belajar. 4.Prinsip dan Strategi Pembelajaran Kuantum Pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip (Bobby DePorter, 2000) sebagai beriku t: 1. Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dapat mengirim pesan tentang belajar. 2. Segalanya bertujuan, maksudnya semua yang terjadi dalam penggubahan pembelaja ran harus mempunyai tujuan yang jelas dan terkontrol.

3. Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya proses pembelajaran paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama un tuk apa yang mereka pelajari. 4. Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha yang telah dilakukan oleh siswa harus mendapat pengakuan dari guru dan siswa lainnya, agar menumbuhkan kepercaya an pada diri siswa yang telah berusaha dalam belajar. a. Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil dalam suatu pembelaj aran selayaknya harus dirayakan dengan tujuan untuk meningkatkan asosiasi emosi positif dalam belajar. Pujian yang diberikan oleh guru digunakan untuk memperkua t perilaku yang diinginkan dan memberikan balikan kepada siswa atas apa yang mer eka lakukan dengan baik. Brophy (1981) dalam Nur (2001), mengatakan bahwa merupa kan ide yang baik untuk sering menggunakan pujian, khususnya terhadap anak-anak muda usia dan didalam kelas yang banyak memiliki siswa yang prestasinya rendah. Selanjutnya Bobby DePorter mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui i stilah TANDUR (dalam Saud, 2008) yang mengandung makna : b. Tumbuhkan, maksudnya minat siswa dalam belajar harus ditumbuhkan sehingga sis wa menjadi termotivasi dalam belajar dan memahami Apa Manfaatnya BagiKu (AMBAK). AMBAK adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (DePorter dalam Quantum Learning, 1999) c. Alami, maksudnya dalam pembelajaran, siswa hendaknya diberikan pengalaman nya ta yang dapat dimengerti oleh semua siswa. d. Namai, maksudnya dalam pembelajaran sediakan kata kunci, konsep, model, rumus , strategi dan metode lainnya. e. Demonstrasikan, maksudnya siswa hendaknya diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. f. Ulangi, maksudnya siswa harus diberi kesempatan mengulangi apa yang telah mer eka pelajari sehingga siswa dapat menegaskan Aku tahu bahwa aku memang tahu. g. Rayakan, maksudnya respon pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan peme rolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. 5.Model Pembelajaran Kuantum Model pembelajaran kuantum hampir sama dengan sebuah permainan orkestra simfoni, yang melibatkan banyak unsur. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan dalam dua kate gori, yaitu : a. Konteks (context), yang pada sebuah simfoni di ibaratkan sebagai : Semangat konduktor dan pemain musiknya. Dalam pembelajaran kuantum merupakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kar ena suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi kegiatan bel ajar. Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruanga n yang apik dan menarik yang memenuhi unsur kesehatan dan unsur keindahan serta melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yaitu dengan menggun akan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta g erakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Keakraban ruang orkestra. Dalam pembelajaran kuantum merupakan lingkungan yang mendukung situasi belajar, karena lingkungan kelas sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusa tkan perhatian dan menyerap informasi selama proses pembelajaran. Keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama. Dalam pembelajaran kuantum sebagai landasan yang kukuh. Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dengan cara : mengkomunikasikan tujuan pembela jaran; mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan; meyakini kemampuan diri dan kemam puan siswa; kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan ; serta menjaga komu nitas belajar tetap tumbuh dan berjalan. Interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik. Dalam pembelajaran kuantum merupakan perancangan pengajaran yang dinamis. Peranc angan pembelajaran disesuaikan dengan modalitas belajar yang dimiliki masing-mas ing siswa sehingga pembelajaran dapat diselesaikan dengan cepat, lebih melekat d an lebih bermakna dengan hasil belajar yang memuaskan. b. Konten/Isi, yang pada sebuah simfoni merupakan lembaran musik itu sendiri. Di mensi konten/isi terdiri dari : Penyajian yang prima, merupakan kemampuan guru berkomunikasi dengan menekankan i

nteraksi sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam berko munikasi dengan siswa, hendaknya guru tidak hanya berkomunikasi secara verbal sa ja tetapi juga secara non verbal. Komunikasi secara non verbal berupa ekspresi w ajah, nada suara, kontak mata, gerak tubuh, dan sosok (postur). Fasilitasi yang luwes, berarti memudahkan partisipasi siswa dalam aktivitas bela jar sesuai dengan yang diinginkan dengan tingkat ketertarikan, minat, fokus, dan partisipasi yang optimal. Keterampilan belajar dan keterampilan hidup. Keterampilan belajar dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar dengan efesien dan cepat, dengan tetap mempertaha nkan minat belajar, karena belajar dapat berlangsung secara terfokus tetapi sant ai. Belajar di sekolah bukan hanya kegiatan belajar secara akademik saja, tetapi siswa perlu juga mempelajari keterampilan hidup (life skill) dan keterampilan s osial (social skill). 4. STANDAR PROSES standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis yang merup akan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaks anaan pembelajaran Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam Peraturan Men teri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu sa tuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Komponen-komponen dalam Standar Proses Pendidikan: 1. Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembela jaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompe tensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi p embelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaia n hasil belajar, dan sumber belajar. 1. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Berikut ini syarat-syarat terlaksananya suatu proses pembelajaran. 1. Rombongan belajar Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah: 1) SD/MI : 28 peserta didik 2) SMP/MT : 32 peserta didik 3) SMA/MA : 32 peserta didik 4) SMK/MAK : 32 peserta didik. 1. Beban kerja minimal guru 1) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran , melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih p eserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan; 2) beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada 1) di atas adalah sekurang-ku rangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. 1. Buku teks pelajaran 1) buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih mel alui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks pe lajaran yang ditetapkan oleh Menteri; 2) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pela jaran; 3) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pen gayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya; 4) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah. 1. Pengelolaan kelas 3. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tin gkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusun an laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaia n dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulis atau lisan, dan nontes dalam bentuk pengamatan kerja, peng

ukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portof olio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penil aian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. 4. Pengawasan Proses Pembelajaran Pemantauan 1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksa naan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi. 3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh penyelenggara program, penilik, da n/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Supervisi 1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksan aan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, dis kusi, pelatihan, dan konsultasi. 3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/at au dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Evaluasi 1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembela jaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaks anaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. 2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: 1) membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan stan dar proses pendidikan kesetaraan, 2) mengidentifikasi kinerja pendidik dalam proses pembelajaran sesuai denga n kompetensi peserta didik. 1. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja pendidi k dalam proses pembelajaran. 2. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/ata u dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporka n kepada pemangku kepentingan. Tindak lanjut 1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada pendidik yang telah memenuhi standar. 2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada pendidik yang belum meme nuhi standar. 3. Pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lan jut. D. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa quantum learning adala h suatu model pem belajaran yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan i nteksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar ses eorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi sebagai keter libatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar y ang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar. standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis yang merup akan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaks anaan pembelajaran. Dalam Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa pro ses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspi ratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi ak tif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandiri an sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

Salah satu metodologi pembelajaran yang dirasakan sesuai dengan proses pembelaja ran tersebut adalah pembelajaran kuantum (Quantum Learning) sebuah karya dari Bo bby DePorter. Quantum Learning, meminjam istilah dalam fisika, kuantum, dan menu njukkan bahwa potensi yang dimiliki manusia itu ibarat kuantum yang dapat diubah menjadi energi yang dahsyat,yang berarti manusia pada dasarnya memiliki kemampu an luar biasa untuk melampaui kemampuan yang ia perkirakan. DAFTAR PUSAKA 1. Soemarsono, Dr,M.Ed,2005. Teori Pembelajaran, Program Pascasarjana Magis ter Pendidikan IPS, Universitas Kanjuruhan Malang . 2. Degeng, I Nyoman Sudana,1997 Strategi Pembelajaran ,Mengorganisas isi de ngan Model Elaborasi.Penerbit IKIP Malang dan Ikatan Profesi Teknologi Pendidika n Indonesia, Jakarta 3. De Porter Bobbi, Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie, Penerjemah , Ary Nilandari, Penyunting Femmy Syahrani-Ed I, cet 16, Bandung Kaifa 2005 4. Dryden, Gordon, Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolusion) Penerje mah Word ++ Translation service, Penyunting Ahmad Baiquni,Cet 5 Bandung ,Kaifa 2 002 5. R. Tetty Roetikawati, mind mapping dalam metode quantum learning pengaru hnya terhadap prestasi belajar dan kreatifitas siswa. Biology Education Study Program FKIP UNKAP, (internet) 6. Pemmeileta Evi,Guru Biologi SMAN 2 Amlapura (Internet) 7. http://mursyid.wordpress.com/2007/11/16/standar-proses-pendidikan/

You might also like