You are on page 1of 13

DAFTAR ISI

Bab 1 Arab Pra Islam ............................................................................................................ 1.1. Letak Geografis .................................................................................................. 1.2. Sistem Politik dan Kemasyarakatan ................................................................... 1.2.1. Sistem Politik ............................................................................................ 1.2.2. Sistem Kemasyarakatan ............................................................................ 1.3. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan ................................................................ 1.4. Kehidupan Masyarakat Jazirah Arab .................................................................. Bab 2 Penutup ........................................................................................................................ 2.1. Kesimpulan .........................................................................................................

BAB 1 ARAB PRA ISLAM


1.1. Letak Geografis Istilah Arab biasa digunakan untuk menyebut daerah yang terletak di Jazirah Arab sedangkan Jazirah itu sendiri berarti pulau. Sedangkan Noeldeke meneliti lafadz Arab kemudian menyimpulkan bahwa: makna hakiki bagi lafadz arab yaitu padang pasir ( ashShahra). Namun ada juga yang menggunakannya untuk menyebut masyarakat yang tinggal didaerah tersebut. Selain itu, Bangsa Arab juga digunakan untuk menyebut salah satu dari bangsa Smith, yang mendiami daratan yang dinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu jazirah Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa daerah tersebut adalah tempat kelahiran bangsa Smith meski tak ada kesepakatan akan hal tersebut. Kaum orientalis berpendapat bahwa bangsa Smith berasal dari Afrika. Pendapat ini berdasarkan faktor kedekatannya antara negeri Habsyi dengan negeri Arab, baik letak geografis maupun aspek bahasanya. Arab merupakan pusat peradaban Islam pertama didunia. Bangsa arab yang berdiam di Jazirah arab terletak didaerah Asia. Daerahnya berbentuk memanjang yang dibatasi oleh laut merah dibagian barat, Teluk Persia di sebelah timur, lautan India di sebelah selatan, suriah dan Mesopotamia di sebelah utara. Pada dasarnya bangsa arab sebelum Islam tidak hanya daerah Jazirah Arab, akan tetapi pembahasan bangsa arab Pra-islam dibatasi hanya daerah jazirah arab saja. Daerah yang menjadi salah satu daerah pusat peradaban islam ini, merupakan daerah yang gersang dan minim air. Bahkan mungkin sangat jarang terdapat kehidupan didaerah tersebut, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Di daerah tersebut juga tidak ada sungai. Hanya terdapat lembah-lembah dan padang pasir sahara, yang mempunyai tipe yang berbeda-beda. Sehingga padang pasir sahara ini terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu: a) Sahara Langit (Sahara Nufud) memanjang 140 mil dari utara keselatan dan 180nmil dari timur ke barat. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh. b) Sahara Selatan yang membentang menyambung sahara langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan al-rub al-Khali (bagian yang sepi). c) Sahara harrat yaitu suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara Ini, Seluruhnya mencapai 29 buah. 1

Namun keadaan jazirah arab yang seakan mengenaskan ini ternyata tidaklah seperti yang terbayangkan. Sejarah mengatakan bahwa didaerah tersebut masih terdapat sebuah daerah yang subur yaitu daerah Yaman. Dalam peradaban Islam, Yaman merupakan satusatunya daerah Arab yang terdapat air didalamnya. Disana dibentuk bendungan tempat penampungan air saat hujan yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengairi lahan.

1.2. Sistem Politik dan Kemasyarakatan 1.2.1. Sistem Politik Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendirisendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh anggotaanggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya. Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah. Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja. Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mata pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka. Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenang-senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun. 2

Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang bersaing mencari simpati.

1.2.2. Sistem Kemasyarakatan Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita. Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa menyulutkan api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki-laki tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita harus melalui persetujuan wali wanita. Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan, sedangkan kelas masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara laki-laki dan wanita. Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk berhubungan yang lebih dalam pun tidak ada batasan. Yang lebih parah lagi, wanita bisa bercampur dengan lima orang atau lebih laki-laki sekaligus. Hal itu dinamakan hubungan poliandri. Perzinahan mewarnai setiap lapisan masyarakat. Semasa itu, perzinahan tidak dianggap aib yang mengotori keturunan. Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti : a) Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula. 3

b) Para laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut wanita pelacur. c) Pernikahan Istibdha, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada lakilaki lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil istrinya kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran seorang anak yang pintar dan baik. d) Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan. Untuk pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut kemauannya. Banyak lagi hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang diluar kewajaran. Diantara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa jahiliyah ialah poligami tanpa da batasan maksimal, berapapun banyaknya istri yang dikehendaki. Bahkan mereka bisa menikahi janda bapaknya, entah karena dicerai atau karena ditinggal mati. Hak perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada batasannya. Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya terjadi di lapisan tertentu atau golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian kecil dari kaum laki-laki dan wanita yang memang masih memiliki keagungan jiwa. Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafikan. Atau ada juga yang membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Disini kami tidak bisa menggambarkannya secara detail kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang keji, buruk, dan menjijikkan. Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.

1.3. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Ismail Alaihis-Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim Alaihis-Salam yang intinya menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.

Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani Khuzaah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani. Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Kabah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Kabah dan penduduk tanah suci. Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka ditempattempat tertentu, seperti : a) Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid. b) Lata, mereka tempatkan di Thaif. c) Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.

Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim. Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti : a) Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdoa untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki. b) Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya. c) Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.

d) Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhalaberhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu.

Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepadaNya, serta memberikan manfaat di sisi-Nya. Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal, Orang Pintar dan Ahli Nujum. Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan sesuatu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tentram jika dendamnya belum dibalaskan, ruh nya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan di padang seraya berkata,Berilah aku minum, berilah aku minum!jika dendamnya sudah dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram. Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap kabah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya. Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari , keyakinan terhadap hayalan dan khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, dan Shabiah yang masuk kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat. Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan islam. Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak. Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan larangan syariat Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka tak terhitung banyaknya, dan seiring dengan perjalanan waktu, mereka berubah menjadi para paganis (penyembah berhala), dengan tradisi dan kebiasaan yang menggambarakan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama, kemudian mengimbas kekehidupan social, politik dan agama. Sedangkan orang-orang Yahudi, berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan 6

kedudukan, sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang dianjurkan untuk mensucikannya. Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan pencampuradukkan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan. Semua agama dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.

1.4. Kehidupan Masyarakat Jazirah Arab Pada tahun 632, bangsa Arab mendiami semenanjung Arab serta padang pasir Syiria dan sekitarnya. Namun saat berlangsungnya penaklukan, semakin bertambah banyak orang yang berbahasa Arab dan banyak pula yang sebenarnya tidak memiliki darah Arab tetapi menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa aslinya. Pada beberapa area di mana asimilasi antara penakluk dan masyarakat yang ditaklukkan berlangsung sangat cepat, perbedaan antara Arab dan non-Arab menjadi sangat samar pada akhir abad pertama Islam. Fenomena sosial tersebut muncul menjelang awal abad ke-7 M di mana telah terjadi suatu kombinasi pertemuan kebudayaan yang mampu mampu memberi tatanan politik baru yang mencakup seluruh jazirah Arab, seluruh tanah Sassaniyah, Provinsi-provinsi Syuriah dan Mesir milik imperium Bizantium. Suatu kebudayaan baru oleh kekuasaan baru yang dibawa oleh bangsa Arab dari Arabia Barat, sebagian besar dari Mekkah. Penguasa Arab ini menisbahkan tatanan barunya dengan wahyu yang diturunkan Tuhan kepada Muhammad SAW. Suatu tatanan masyarakat sebagai wadah dari pengembangan kebudayaan dengan meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam di dalamnya. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah SAW pada umumnya merupakan sejumlah nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi, dan politik yang bersumber pada Al-Quran. Lembaga utama yang didirikan oleh Rasulullah SAW adalah masjid Quba di Yatsrib sebagai tempat beribadah dan pertemuan bagi Rasulullah SAW dengan para sahabatnya dan kaum muslimin. Di masjid ini pula kaum muslimin melakukan kegiatan

belajar mengajar, mengadili suatu perkara, berjual beli, bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan umat dan berbagai kegiatan lainnya. Dalam kebijakan politik Rasulullah SAW telah menunjukkan dirinya sebagai seorang ahli politik dan diplomat yang bijak. Hal itu terlihat dengan adanya Piagam Madinah (Madinah Carter) sebagai bentuk kemerdekaan dan kebebasan setiap golongan dalam memeluk agamanya masing-masing. Suatu bentuk perdamaian damai dengan penduduk nonmuslim dalam rangka menyelenggarakan keamanan dan membela serta mempertahankan negeri terhadap ancaman dan serangan musuh. Rasulullah SAW meletakkan sistem masyarakat Islam yang dibentuk atas dasar prinsip-prinsip al-ikha, al-musawah, al-tasamuh, al-tasyawur, al-taawun, dan al-adalah. Seluruh prinsip hidup dalam sebuah masyarakat tersebut merupakan sebuah upaya mengikis dan menghilangkan sistem sosial masyarakat Arab sebelum Islam. Piagam Madinah (Madinah Carter) sebagai landasan dasar tatanan masyarakat Islam yang dicetuskan Rasulullah SAW telah membawa kepada suatu bentuk negara Islam dengan sistem pemerintahan barunya yang berlandaskan asas-asas Islam. Negara dan pemerintahan Madinah bercorak teokrasi yang dikepalai oleh Rasullullah Muhammad SAW sebagai representasi dari kedaulatan Tuhan tanpa mengabaikan kedaulatan rakyat. hal ini dapat dilihat dengan diterapkannya sistem majelis syura yang menunjukkan ke-republikan sistem pemerintahan dan menghapus klaim monarki dalam sistem kepemimpinan Muhammad SAW. Dalam pelaksanaan administrasi negara sudah dibentuk sekretaris negara dan pembagian daerah kekuasaan menjadi sembilan bagian di mana setiap bagian dikepalai oleh gubernur (wali) dan dua puluh satu bagian yang dikepalai oleh amil sebagai tax collector. Di samping itu terdapat departemen pendapatan negara, departemen kehakiman, departemen pertahanan, dan departemen keagamaan. Negara Islam yang dikepalai oleh Nabi Muhammad SAW memberikan kemerdekaan individu, kebebasan beragama, kebebasan hak sebagai warga sosial dan negara. Gambaran di atas memberikan sedikit potret sistem sosial politik masyarakat Arab pasca Islam. Di mana sistem sosial masyarakat Arab telah mengalami perubahan yang signifikan ke arah yang lebih maju dan beradab, baik perkembangan secara materi maupun moral. Pada masa Rasulullah SAW merupakan dasar terbentuknya kebudayaan dan peradaban Islam dengan mengakomodir setiap budaya local yang dinilai bermanfaat bagi kelangsungan pemerintahan Islam. Kemudian dikembangkan pada masa Khulafaur Rasyidin dan mengalami pertukaran budaya dan pemikiran Islam dengan peradaban di luar Islam pada masa Khalifah 8

Umayah dan mencapai puncak keemasannya pada masa Abbasiyah. Orangorang Arab kini sekitar 40% tinggal di kota-kota besar. Hal ini, telah menyebabkan ikatan tradisional keluarga dan suku putus. Kini, para wanita dan pria memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan kesempatan kerja yang lebih besar. Semua itu, juga perubahan-perubahan yang lain, menciptakan adanya kelas menengah baru dalam masyarakat mereka. Komunitas imigran Arab (orang Arab yang tinggal di negara-negara bukan Arab) masuk dalam ketegori kelas menengah. Karena para imigran Arab sangat terbuka terhadap budaya barat, sehingga budaya dan gaya hidup tradisional mereka telah mengalami banyak perubahan. Akibatnya, ikatan budaya mereka merenggang . Pemikiran sebagai bentuk kegiatan manusia dalam mencari hubungan sebab akibat ataupun asal mula dari sesuatu materi dan esensi serta renungan terhadap suatu wujud telah membawa manusia kepada upaya untuk berfikir. Hasil berfikir manusia tersebut menunjukkan segmentasi formal cause menjadi material cause. Istilah pemikiran merupakan bagian dari konsep kebudayaan dan peradaban yang mengedepankan aspek aqli dalam diri manusia. Pemikiran baik secara isoteris maupun eksoteris telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa Arab. Pemikiran bangsa Arab pada awalnya lebih kepada upaya penalaran akal yang lebih di kenal dengan filsafat yang lebih cenderung isoteris, terutama pada masa Islam pasca kemajuan peradaban Islam masa Abbasiyah ketika terjadi sentralisasi kegiatan keilmuan pada upaya penerjemahan buku-buku Yunani dan Persia oleh bait al-hikmah. Para filosof tersebut di antaranya adalah Al-Kindi, Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Ibnu Bajjah dan lain sebagainya. Pemikiran secara eksoteris bangsa Arab muncul dan berkembang setelah revolusi Perancis, di mana masyarakat, pelajar, dan cendekiawan muslim mulai berkenalan dengan budaya Barat terutama budaya Perancis dan Inggris. Ragam pemikiran banyak muncul pasca revolusi Perancis. Menurut Kurzman kecenderungan pemikiran bangsa Arab terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu Islam adat (customary Islam) yang ditandai oleh kombinasi-kombinasi kebiasaan daerah dengan kebiasaan Islam, Islam Revivalis (Revivalist Islam) yang dikenal dengan Islam fundamentalisme, Islamisme atau wahabisme, dan Islam Liberal yang mengkaji masa lalu atau Islam awal untuk kepentingan modern. Para pemikir yang Islam yang termasuk dalam kelompok Islam revivalis dia antaranya adalah Muhammad Ibnu Abdul Wahhab (1703- 1792). Jamaluddin Al-Afghani (1838-1897), Muhammad Abduh (1849-1905) , Muhammad Rashid Rida (1865 1935). Para pemikir 9

tersebut mengembangkan pemikirannya di wilayah Arab pada umumnya dan di Timur Tengah pada khususnya. Mereka merupakan para pemikir besar yang banyak mempengaruhi pemikir Islam sesudanya di seluruh dunia Islam dan mampu menggerakkan umat Islam untuk memperbaharui kehidupannya dan mengusir dominasi asing di negeri-negeri Islam. Sedangkan pemikir yang termasuk dalam kelompok Islam liberal di antaranya Mohamad Arkoun (1928- 2010), Hasan Hanafi (1935-), Nashr Hamid Abu Zayd (1943- 2010), Al Jabiri (1936-2010) dan lain sebagainya.

10

BAB 2 PENUTUP
2.1 Kesimpulan Pada dasarnya masyarakat arab pra islam hidup bergerombol bahkan sendiri sendiri. Namun, kebanyakan dari mereka hidup bergerombol atau berkabilah kabilah. Dalam suatu kabilah terdapat seorang pemimpin atau dictator yang menguasai kabilah tersebut. Pemimpin ini, bertugas untuk meminpin anggota anggotanya. Baik itu memimpin perang maupun menyuruh kaumnya berdamai. Biasanya pemimpin ini selalu bersikap otoriter apapun yang ia kehendaki selalu terjadi baik itu yang berdampak positif untuk rakyatnya ataupun yang berdampak negatif. Para pemimpin ini selalu bertindak sewenang wenang terhadap rakyatnya. Misalnya saja, menarik uang (harta benda) sebagai umpeti untuk kelompok, namun pada kenyataannya harta benda itu dipakai untuk berfoya foya, memuaskan nafsu, minum minuman keras, dan masih banyak lagi. Sedangkan, keadaan masyarakat pada waktu itu dalam keadaan kemiskinan dan kelaparan yang terpaksa harus menerima kedzaliman pemimpin kabilah mereka. Dalam masyarakat arab pra islam dikenal dengan beberapa perbedaan derajat antara bangsawan dan kaum kecil. Kaum bangsawan biasanya sangat di hargai ketimbang kaum yang ada dibawahnya. Kehormatan kaum bangsawan ini ditas segalanya, setiap orang yang memiliki strata di bawah kaum bangsawan ini harus tunduk dan selalu menghormati kaum bangsawan ini. Biasanya pada kaum bangsawan kaum wanita memiliki peranan yang sangat berpengaruh. Misalnya, jika ada seorang wanita yang mengkhendaki suatu kabilah untuk berperang maka peperangan itu akan terjadi. Kebiasaan pada masa itu sangatlah berbeda dengan masa masa setelahnya. Pada masa itu, tidak ada tata cara atau adab dalam pergaulan. Pergaulan antara wanita dan laki-laki tidak ada batasnya, sampai ke hal yang intim. Bahkan, seorang wanita boleh bercampur dengan lima orang laki-laki sekaligus tidak menjadi masalah dalam kebiasaan pergaulan bangsa arab pra islam. Kemaksiatan dan perzinahan sudah menjadi hal yang lumlah dan wajar pada saat itu, ini tidak terikat pada suatu golongan melaikan disetiap golongan selalu terjadi hal yang seperti ini. Bahkan banyak para orang tua yang mengubur hidup-hidup bayi nya karena takut aib dan dilanda kelaparan juga kemiskinan. Pada dasarnya saat itu masyarakat arab masih di selimuti kebodohan dan kelemahan dalam segala aspek.

11

Dalam segi agama masyarakat arab masih menyembah berhala dan menganut kepercayaan animisme (kepercayaan terhadap roh leluhur). Banyak sekali berhala yang ditempatkan disekitar Kabah. Biasanya, orang-orang itu berjalan mengitari berhala-berhala yang berjejer mengitari kabah sambil komat-kamit membaca bacaan yang tidak jelas. Masyarakat arab pada masa itu masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistis (syirik). Namun, selain kepercayaan animisme dan dinamisme pada saat itu pula telah ada agama agama lain misalnya yahudi, majusi, shalbiah. Tetapi, hanya sedikit masyarakat yang memeluk agama tersebut, karena kemusyrikan sangat berkembang pesat lebih dari agamaagama yang ada pada saat itu.

12

You might also like