You are on page 1of 23

REFERAT DIABETES PADA ANAK

Oleh: GLORIA KRISTINA LIKO, S.Ked 07700118 SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD Kab.KEDIRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2012 KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul DIABETES PADA ANAK . Penyusunan referat ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di SMF ANAK RSUD PARE KEDIRI.
Kedua,Kami berterimakasih kepada pembimbing kami

dr.R.Soerjatmono,Sp.A yang telah membimbing kami sehingga refrat ini dapat terselesaikan sengan baik. Kami menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam

penyusunan referat ini, oleh karena itu kami mohon petunjuk, kritik dan saransaran dari pembaca yang sangat kami harapkan guna memperbaiki referat ini. Harapan kami semoga referat ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi Dokter Muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik untuk memperlancar studinya.

Pare,9 Juli 2012

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
I.BATASAN
Inisiatif International Diabetes Federation dan WHO, setiap 14 November dirayakan sebagai Hari Diabetes Dunia. Ini menandai ulang tahun Dr Frederick Banting yang berperan menemukan insulin: hormon pengobatan diabetes yang menyelamatkan banyak jiwa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, lebih dari 220 juta orang di dunia mengidap diabetes. Jumlah ini mungkin akan lebih dari 2 kali lipat pada 2030 tanpa intervensi bersama. Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah. Penyakit ini merupakan penyebab kematian terbesar nomor lima di dunia. WHO melaporkan, jumlah kematian akibat penyakit ini di seluruh dunia adalah 3,2 juta orang per tahun. Itu artinya, setiap menit, 6 orang meninggal dunia akibat diabetes. Di tengah kondisi seperti itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan.Lalu tahukah anda diabetes pada anak? Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat karena jumlah insulin yang kurang,atau karena bisa juga kerja insulin yang tidak optimal,insulin merupaka hormon yang dilepaskan oleh pankreas,yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gyula darah yang tepat. Insulin membuat gula berpindah dalam sel sehingga menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P dan kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis. Gejala 3P adalah polifagi (sering makan karena rasa lapar yang berulang), polidipsi (sering minum karena rasa haus yang berulang), dan poliuri (sering kencing, termasuk mengompol pada malam hari pada anak yang biasanya sudah tidak mengompol, atau pamit kencing berulang saat jam pelajaran di kelas). Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin. Diabetes tipe 1 pada anak sering kali didahului keluhan sakit perut berulang dan riwayat infeksi virus, seperti parotitis (atau gondhongen), cacar air (cangkrangen), diare akut, dan flu singapura (HMFD), yang diikuti penyebaran virus sampai ke dan merusak pankreas. Pada tahun 1920, Frederick Banting, seorang pakar bedah Kanada, menemukan bahwa cairan pankreas memusnahkan hormon yang dihasilkan oleh sel Langerhand. Pada Mei 1921, Frederick Banting dan Charles Best memulai eskperimen untuk menghasilkan insulin, dan akhirnya menemukan bahwa bahan yang diesktrak dari sel Langerhans dapat mengurangi kandungan gula. Mereka melakukan uji coba pertamanya pada anjing yang menderita diabetes. Sejak itu, kedua orang di atas terus menguji penemuan insulin dari waktu ke waktu, dan penemuan insulin merupakan awal perubahan besar serta dianggap sebuah keajaiban dalam dunia kedokteran. Sejak dikembangkan, insulin menjadi harapan baru dalam dunia pengobatan.

II.1.DEFINISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat karena jumlah insulin yang kurang,atau karena bisa juga kerja insulin yang tidak optimal,insulin merupaka hormon yang dilepaskan oleh pankreas,yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gyula darah yang tepat. Insulin membuat gula berpindah dalam sel sehingga menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Atau Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

II.2.PATOGENESIS DIABETES MELITUS


Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjdai glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar,zat makanan itu, harus masuk terlebih dahulu kedalam sel,agar dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses metabolism,yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolism ini, insulin memegang peran yang sangat penting,yaitu memasukkan glukosa kedalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.Hidrat arang dalam makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa. Glukosa darah dalam tubuh manusia, diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh insulin. Sebaliknya, jika glikogen hati maupun otot akan digunakan,dipecah lagi menjadi glukosa oleh adrenalin. Jika kadar Insulin darah berkurang,kadar glukosa darah akan melebihi normal,menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pancreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci,yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian didalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjdai tenaga. Bila insulin tidak ada,maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel akibatnya glukosa akan tetap berada pada pembuluh darah, yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam keadaan ini, badan akan menjdai lemah,karena tidak ada sumber energy didalam sel.Inilah yang terjadi pada diabetes mellitus.

II.3.KLASIFIKASI
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus adalah sbb:

1. Diabetes Melitus tipe 1(Insulin dependet Diabetes mellitus)


DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes Juvenile onset atau Insulin dependent atau Ketosis prone, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah juvenile onset sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau menjelang 40. Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin. DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan histopatologi pankreas menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel Langerhans. Pada 85% pasien ditemukan antibodi sirkulasi yang menyerang glutamic-acid decarboxylase (GAD) di sel beta pankreas tersebut. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4. Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang menyerupai protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi. Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.

2.Diabetes Melitus tipe 2 (Non insulin dependent Diabetes Melitus) Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup). DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan lipolisis. Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik. Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbeda-beda untuk setiap ras.

II.4.EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS


II.4.1 DISTRIBUSI DAN FREKUENSI a.Menurut Orang
Pada Negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia 45-64 tahun,sedangkan pada Negara maju, DM cenderung dierita oleh penduduk usia diatas 64 tahum. Penderita DM tipe 1 biasanya umur <40 tahun dan penerita DM tipe 2 biasanya umur >40 tahun.

Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002 diperoleh data bahwa DM berada diurutan keenam dengan PMR sebesar3,6% dari sepuluh penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi peneybab utama kematian dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005 menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap akibat penyakit metabolik, yaitu sebanyak 42.000 kasus dengan 3.316 kematian.

b.Menurut tempat
Pada tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes Melitus terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalan Negara India (31,7 juta), Cina(20,8 juta),Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang(6,8 juta). Berdasarkan survey lokal,prevalensi DM di pulau Bali pada tahun 2004, mencapai angka 7,2%. Pada tahun 2005, di DKI Jakarta telah dilakukan survey dan diapatkan prevalensi DM sebersar 12,8% Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbnyak di kota-kota besar antara lain: Jakarta 12, 8%, Surabaya 1,8%, Makasar 1,5%, dan Manado 6,7%. Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat didaerah pedesaan antara lain Tasikmalaya sebesar1,8%, dan Tanah Toraja sebesar 0,9%. Adanya perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian DM

c.Menurut waktu
Pada tahun 2009, terdapat 2,9 juta kematian akibat DM di dunia, dimana 1,4 juta atau 48,28%, kematian terjadi pada pria,dan selebihnya 1,5 juta atau 51,72% pada wanita. Dari jumlah kemtian ini, 1 juta atau 34,48%, kematian terjadi dinegara maju dan 1,9 juta atau 65,52% kematian terjadi di Negara berkembang. Pada tahun 2003 WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79tahun menderita Diabetes Melitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3% Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih banyak disebabkanoleh factor herediter, life style(kebiasan hidup), dan factor lingkungannya. WHO menyatakan penderita DM tipe 2 sebanyak 171 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030.

II.4.2 DETERMINAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi DM adalah:

a.Genetik atau faktor keturunan


DM cenderung diturunkan atau diwariskan, an tidak ditularkan. Faktor genetis memberikan peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemnungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak mendrita DM. Apabiala ada orang tua atau saudara kandung yang menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40% menderita DM. DM tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan DM tipe 2 . Sekitar 50% DM tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita DM, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita DM. Pada penderita DM tipe 2 hanya sekitar 3-5% yang mempunyai orangutan menderita DM juga.

Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita DM bila salah satu orang tuan anak tersebut menderita DM pada usia <40 tahun dan 1:13 bila salah satu orangtua anak tersebut menderita DM pada usia >40 tahun. Namunbila kedua orangtuanya tesebut menderita DM tipe 1, maka kemnugkinan menderita DM adalah 1:2

b.Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama >40 tahun karena resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penuruna fisiologis, yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin, DM tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia <40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasanya terjadi pada usia >40 tahun. Di Negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM berusia diatas 65 tahun dan 1 dari penderita berusia diatas 85 tahun.

c.Jenis kelamin
Peremupan memliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM . Pada penenlitan media tahun 1998 diseluruh Rumah Sakit di Kota Bogor, proporsi pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%)

d.Pola makan dan Kegemukan


Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan berserat dirumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula. Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untk diperhatikan,sebab meningkatnya angka kejadian DM tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita DM tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT(Indeks Massa Tubuh) 30kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena DM daripada seseorang dengan IMT normal (22kg/m2) Bila IMT >35kg/m2 kemungkinan mengidap DM menjadi 90 kali lipat.

e.Kurang gerak badan


Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan aktivitas maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormone insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang olah raga zat makanan yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar tetapi hanya akanditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjdai gula memerlukan hormone insulin. Namun jika hormone insulin kurang mencukupi, makan akan timbul gejala DM.

f.Infeksi
Virus yang dapat memicu DM adalah rubella,mumps dan human coxsackie virus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pancreas, virus ii menyebabkan kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta pakreas. Pada kasus DM tipe 1 yang sering dijumpai pada anakanak,serngkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang ulang, yang disebabkan oleh virus mumps, dan coxsackkie virus. DM akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

II.5.Gejala diabetes
Ada 2 tipe DM, yaitu tipe I atau insulin dependent diabetic mellitus (IDDM) dan DM tipe II atau non-insulin dependent diabetic mellitus (NIDDM). Pada pasien DM tipe I, jumlah insulin yang diproduksi tubuhnya kurang, sehingga butuh bantuan insulin dari luar. DM tipe I inilah yang biasanya terjadi pada anak-anak. Sedangkan DM tipe II, yang biasa terjadi pada orang dewasa dan orang tua, tidak tergantung pada insulin. Penyebab DM I sebagian besar genetik. Akan tetapi, teori baru menyebutkan adanya infeksi virus yang juga bisa memicu DM tipe I,yang sudah dibuktikan adalah infeksi virus Coxsackie tipe B14. Virus ini merusak sel penghasil insulin di pankreas, sehingga insulin tidak dihasilkan dalam jumlah yang cukup. Gejala yang muncul biasanya panas tinggi, muntah-muntah, diare, dan terkadang, karena elektrolitnya terganggu, anak kejang dan tidak sadar. Diagnosanya biasanya infeksi otak (ensefalistis). Setelah dperiksa cairan otaknya, ternyata gula darahnya tinggi sekali. Gula darah yang terlalu tinggi itu membuat kejang di otak. Padahal, kedua orang tuanya tidak punya riwayat DM. Gejala awal DM biasa disebut dengan 3 P, yakni polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing). Akan tetapi, yang seringkali terjadi, kalau anak banyak makan dan banyak minum, orang tua menganggap wajar. Sering kencing juga dianggap wajar, wong makan minumnya juga banyak. Itu yang membuat orang tua dan dokter kecolongan. Baru setelah anak terkena infeksi, diabetesnya kelihatan." Oleh karena itu, pasien yang datang dalam keadaan kejang dan kesadaran menurun, langsung dicek gula darahnya. "Pemeriksaan gula darah ini dijadikan pemeriksaan rutin supaya tidak kecolongan

Berat berlebih
Pada penderita DM tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat menjadi ketoasidosis diabetikum. Kurangnya insulin mengakibatkan sel-sel tubuh mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).

Gejala lain yang harus diwaspadai orang tua adalah jika si kecil tiba-tiba ngompol. Misalnya, sudah 34 tahun anak tidak ngompol, lalu mendadak, kok, ngompol lagi. Nah, itu harus dicurigai sebagai gejala diabetes. DM tipe I bisa muncul sejak usia dini, bahkan bayi sekali pun., kalau masih kecil, meski kekurangan insulin, biasanya tidak banyak. Jadi, tidak terlalu tampak meski kadar gulanya naik. Baru setelah anak semakin besar, makin kelihatan karena kebutuhan insulinnya makin banyak." Selain diabetes tipe I, diabetes tipe II juga bisa menyerang anak-anak. Salah satu faktor risikonya adalah obesitas. Anak-anak kan hobi makan junk food yang jumlah kalorinya sangat besar. Tanpa serat, isinya hanya protein, lemak, dan karbohidrat. Kalau dihitung, bisa ribuan kalori per porsi, padahal seharusnya porsi untuk sehari, sementara kalori yang dikeluarkan tidak sebanyak yang diasup.Pada anak obesitas, kebutuhan insulin untuk metabolisme juga lebih banyak. Kekurangan insulin makin lama akan makin menumpuk, meskipun kadang-kadang tidak bermanifestasi. Pada anak obesitas, biasanya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. Apabila sangat meningkat, harus diwaspadai anak mudah menjadi diabetes, meskipun biasanya ada faktor genetik.Memang, tidak semua pasien obesitas menjadi diabetes tipe II. Hanya sedikit, tapi diet tetap perlu. Selain gula darah tinggi, risiko kegemukan lain adalah kolesterol tinggi.

Apa saja gejala diabetes tipe 2 pada anak? Gejala diabetes tipe 2 pada anak-anak berkembang secara perlahan. Pada awalnya, mungkin tidak ada gejala. Pada akhirnya, Anda mungkin melihat satu atau lebih dari gejala-gejala ini:

Unexplained weight loss Meningkatnya rasa lapar atau haus, bahkan setelah makan Mulut kering Sering buang air kecil Kelelahan Penglihatan kabur Pernapasan berat Penyembuhan luka yang lambat Kulit gatal Sering kesemutan di tangan atau kaki

KELUHAN LAIN
1.Gangguan saraf tepi/ kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.

2.Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik. 3.Gatal/bisul Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Seringpula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti. 4.Gangguan ereksi Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang. 5.Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadangkadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

II.6.KOMPLIKASI DIABETES MELITUS


DM sering disebut dengan the great imitator yaiu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan didalam dirinya. Karena itu jelas bahwa DM bisa menjadi penyebab yterjadinya kompliksi baik yang akut maupun kronis.

II.6.1.Komplikasi akut
Komplikasi akut akibat DM terjadi secara mendadak.Keluhan dan gejalanya terjadi dnegan cepat dan biasanya berat.Komplikasi akut umunya timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia),kejang, tidak sadarkan diri (koma hipoglikemia), dan bisa menyebabkan kematian.

Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah gawat darurat akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energy sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut dengan keton. Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik. Biasanya paling sering ditemukan pada penderita DM tipe 1 namun pada pendrita DM tipe 2pada keadaan tertentu seperti stress, infeksi, kelainan vaskuler, ataupun stress emosional juga beresiko mendapatkan KAD. Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah. Keluhan dan gejala tersebut berupa nafas yang cepat dan dalam, nafas bau keton atau aseton, nafsu makan turun,mual,muntah, demam,nyeri perut, berat badan turun,capek, lemah,bingung,mengantuk, dankesadaran menurun sampai koma.

Hiperosmolar Non ketotik


Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi kental kadar glukosa darah DM bisa sampai diatas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing. Maka timbulah kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi. Gejala hiperosmolar non ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya pada Hiperosmolar Non Ketotik tidak dijumpai nafas yang cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing, lemah,kaki dan tungkai kram,bingung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma.

II.6.2.Komplikasi Kronik
Kadar gula darah pada penderita DM dapat dikontrol. Jika kadar gula darah tetap tinggi akan timbul komplikasi kronik. Komplikasi kronik diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung., gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf. Komplikasi kronik sering dibedakan berdasarkan bagian tubuh yang mengalami kerusakan,seperti kerusakan pada saraf, ginjal,mata jantung dan lainnya.

a.Kerusakan Ginjal (Diabetic Nefrophaty)


DM dapat mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal. Ginjal menjadi tidak dapat menyaring zat yang terkandung didalam urin. Bila ada kerusakan ginjal, racun tidak apat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor keluar. Penderita DM memiliki resiko 20 kali lebih besar menderita kerusakan gingal dibandingkan dengan orang tanpa DM. Gambaran gagagl ginjal pada penderita DM adalah : lemas, pucat, mual,sesak nafas akibat penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin/ureum serum berkisar 2-7% dari penderita DM ,selain itu adanya proteinuria tanpa kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefrophaty diabetic.

b.Kerusakan saraf (Diabetic Neurophaty)


Kerusakan saraf adalah kompliksai DM yang paling sering terjadi. Baik penderita DM tipe 1 maupun tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini bisa terjadi setelah glukosa darah terus tinggi,tidak terkontrol dengan baik,danberlangsung samapai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau mengantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat dikirim. Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya kerusakan saraf. Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sam[ai membuat penderita tidak bisa berjalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat denyut jantung dan munculnya banyak keringat. Kerusakan saraf sensoris (perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas,dingin atau meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram,semutan,rasa tebal, atau nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi.

c.Kerusakan mata (Diabetic Retinophaty)


Penyakit DM dapat merusak mata dan menjadi penyebab utama kebutaan. Setelah mengidap DM selama 15 tahun, rata-rata 2 persen penderita DM menjadi buta dan 10 persen menjadi cacat penglihatan. Kerusakan mata akibat DM yang paling sering adalah retinopati(Kerusakan retina)Glukosa darah yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina bahkan dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah yang keluar dari pembuluh darah inilah yang menutup sinar yang menuju retina sehingga penglihatan penderita DM menjadi kabur. Kerusakan yang lebih berat akan menimbulkan keluhan seperti tampak bayangan jaringan atau sarang laba-laba pada penglihatan mata, mata kabur,nyeri mata, dan buta. Selain menyebabkan retinopati, DM juga apat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih), yang disebut dengan katarak, serta dapat menyebabkan glaucoma(menyebabkan tekanan bola mata).

d.Penyakit jantung
DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makan kibat suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung, penyempitan pembuluh darah juga akan mengakibatkan tekanan darah meningkat,sehingga dapat menyebabkan kematian mendadak.

e.Hipertensi

Penderita DM cenderung kena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak terkena DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung,retinopati, kerusakan ginjal atau stroke. Antara 35-75% komplikasi DM disebabkan oleh hipeertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati,obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah.

f.Gangguan saluran pencernaan


Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tinggal didalam lambung. Gangguan pada usus yang sering diutarakan pada penderita DM adalah sukar buang air besar,perut kembung, dan kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.

II.7. UPAYA PENCEGAHAN DIABETES MELITUS


Jumlah penderita DM tiap tahun semakin meningkat (prevalensinya menunjukkan peningkatan tiap tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan penderita DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut kearah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat. Usaha pemcegahan pada penyakit DM terdiri dari: Pencegahan Primordial yaitu pencegaha kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memiliki faktor resiko untuk terjadinya DM, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM. Pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak teradi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi.

II.7.1 Pencegahan primordial


Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan ini adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik.

II.7.2 Pencegahan Primer


Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM, pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. Pada pengelolaaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa: apa itu DM, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk mengurangu faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk

mengotrol gula darah, perencanaan makanan, mengurangi kegemukan dan meningkatkan kegiatan jasmani. A.Penyuluhan Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyrakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu dberikan pada pasiedn DM adalah definisi penaykit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM,pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM serta pemeliharaan kaki. B.Latihan Jasmani Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak unutk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain: 1.Memperbaiki metabolism yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah. 2.Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa. 3.Membantu menurunkan berat badan. 4.Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri. 5.Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai,jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. C.Perencanaan Pola Makan Perencanaan pola makan yangbaik dan sehat merupaka kunci sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umunya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM,meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Namun ada standar yang dianjurkan yaitu makanan dengan komposisi seimbang dalam karbohidrat,protein dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi. Jumlah asupan kolesterol seharidisarankan kurang dari 300 mg/hari dan diusahakn lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh danmembatasi asam lemak jenuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,status gizi, umur,ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Tidak merokok Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 200.000 orang berusia 50-71 tahun yang tetap sehat, diketahui tidak ada yang pernah menjadi perokok atau minimal tidak merokok dalam 10 tahun terakhir.

11makanan pengontrol gula darah


KOMPAS.com - Pengaturan makan merupakan pilar terpenting bagi pengobatan diabetes. Penderita diabetes (diabetesi) yang bijak pasti mau belajar mengenali makanan yang menyebabkan gula darahnya tinggi dan berusaha menghindari makanan tersebut. Pada dasarnya diabetesi bisa mengonsumsi segala makanan seperti orang lain, tetapi harus dibatasi yang mengandung gula, lemak, dan kadang-kadang makanan yang bergaram tinggi. Penting pula awasi jumlah makanan yang diasup. Disadari atau tidak alam telah memberikan beberapa makanan luar biasa yang dapat membantu mengontrol kadar gula darah Anda. Berikut ini adalah 11 makanan yang baik untuk gula darah: 1. Labu pahit (Karela) Jika Anda memiliki anggota keluarga menderita diabetes, sudah saatnya untuk menyiapkan karela di meja makan. Sayuran ini sangat bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah dan kencing manis. Tetapi jangan menggabungkan makanan ini dengan obat penurun gula darah, karena bisa membuat gula darah Anda turun drastis. 2. Gandum Cobalah untuk memasukkan lebih banyak produk gandum dalam daftar makanan Anda. Disamping mengandung banyak vitamin esensial, mineral, dan serat, gandum juga mengandung karbohidrat kompleks yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi. Karbohidrat kompleks diserap lebih lambat ketimbang karbohidrat sederhana, sehingga kadar gula darah tetap stabil. 3. Apel Kandungan pektin tinggi dalam buah ini dipercaya membantu menurunkan kebutuhan insulin tubuh. Sebuah studi tahun 2005 menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi setidaknya satu apel sehari 28 persen lebih kecil menderita diabetes tipe 2 ketimbang mereka yang tidak makan apel. 4. Kacang Serat larut yang tinggi dalam kacang tidak hanya bermanfaat untuk sistem pencernaan dan jantung, tetapi juga menyimpan gula darah setelah makan. Jika Anda mengalami resistensi insulin, hipoglikemia atau diabetes, kacang benar-benar dapat membantu Anda menyeimbangkan kadar gula darah. 5. Kayu manis Bahan paling aktif yang terkandung dalam kayu manis adalah methylhydroxy-chalcone polimer (MHCP) yang meniru efek insulin, dan bekerja sinergis dengan insulin dalam sel. Namun penelitian sejauh ini baru melibatkan sejumlah kecil orang dan belum dieksplorasi manfaat jangka panjang dari kayu manis. 6. Ikan Ikan (seperti salmon dan tuna) merupakan sumber yang kaya akan asam lemak omega-3 - lemak sehat yang mengurangi risiko penyakit jantung, mengurangi peradangan, dan meningkatkan resistensi insulin. 7. Cabai Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Nutrition, para peneliti Australia menemukan bahwa memasukan cabai dalam bagian rutin diet setiap hari akan membantu menurunkan gula darah setelah menyantap makan. Selain itu, cabai juga mengandung antioksidan, vitamin C dan karotenoid yang dapat membantu meningkatkan regulasi insulin. 8. Fenugreek Fenugreek, selain mengandung banyak serat yang sangat penting bagi penderita diabetes, dapat menurunkan resistensi insulin dan mengontrol kadar glukosa darah dengan meningkatkan jumlah reseptor insulin dalam sel darah merah. 9. Brokoli Brokoli adalah sumber terbaik dari kromium - mineral yang membantu mengatur insulin dan gula darah. Akan lebih protektif bila dimakan mentah atau dimasak sebentar. 10. Bawang putih

Bawang putih memiliki bahan-bahan aktif seperti alil propil disulfida (APDS) dan diallyldisul-phide oksida (allicin). Apabila dikombinasikan dengan flavonoid maka akan memainkan peran penting dalam menurunkan kadar glukosa. Allicin dapat digabungan dengan vitamin B1 (tiamin) untuk merangsang pankreas melepaskan insulin. 11. Kedelai Kedelai memiliki sedikit kandungan pati tetapi jumlah serat dan protein yang tinggi dapat memberikan sebuah efek yang berharga dalam menurunkan ekskresi urin pada orang yang menderita diabetes.

Bagaimana Diabetes Type 2 pada anak dapat dicegah? Langkah yang sama digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2 pada anak-anak dapat juga digunakan untuk pencegahan. Mengurangi lemak dan gula-gula dalam makanan anak Anda. Pastikan anak Anda melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap harinya. Kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa latihan memiliki efek yang sangat siginifikan mengurangi resistensi insulin. Kedua strategi tersebut dapat membantu anak Anda mencapai atau mempertahankan berat badan normal dan kadar glukosa darah normal.

II.7.3 Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendekteksian dini DM sert penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan pencegahan sekunder ada;ah unutuk mengedentifikasikan orang-orang tanpa gejala yang telah skait atau penderita yang beresiko tinggi untuk memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komlpikasi menahun. Edukasi dan pengelolaaan DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat. a.Diagnosa Dini Diabetes Melitus Dalam menetapkan diagnose DM bagi pasien biasanya dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemriksaan kadar glukosa dalam darah pasien yang umunya dilakukan adalah: 1. Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa. Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara 70-110 mg/dl/ Seseorang ddidagnosa DM bila kadar glkuosa darah pada pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena. 2. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu Jika kadar glukosa darah berkisar antar 110-199mg/dl , maka harus dilakukan ter lanjut. Pasien didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri ataupu vena lebih dari 200mg/dl. 3. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tes ini merupaka tes yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya : 0,5 jam <115mg/dl, 1 jam <200 mg/dl dan 2 jam <140 mg/dl. Selain pemeriksaan kadar gula darah dapat juga dilakuaknpemerikasaan HbAic adaalah protein yangterbentuk dari perpaduan antaragula dan hemoglobin dalam sel darah merah. Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C normal(terkontrol) 4%-5,9%. Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resikotimbulnya komplikasi.Oleh karena itu pada penderita DM HbA1C ditargetkan kurang dari 7%

b.Pengobatan Segera Dalan pengobatan ada 2 macamobat yang diberikan yaitu secara oral atau disebut juga Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO dibagi menjadi 3 golongan yaitu: pemicu sekresi insuli (sulfonylurea dan glinid), penambah sensivitas terhadap insuli (Metformin),penambah absoprsi glukosa (penghambat glukosidase alfa) Selain 2 macam pengobatan tersebut dapat juga dilakuakn denganterapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau 3 kelompok OHO jika dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan dalam pemakaian OHO baik tunggal maupun kombinasi.

Pedoman Pemberian Insulin Jenis insulin Meal Time Insulin Insulin Lispro (Rapid acting) Regular (Short acting) Background Insulin NPH dan Lente (Intermediate acting) Ultra Lente (Long acting) Insulin Glargine (Peakless Long acting) Awitan 5-15 menit Puncak kerja 1 jam Lama kerja 4 jam 5-8 jam

30-60 menit 2-4 jam

1-2 jam 2 jam

4-12 jam 6-20 jam

8-24 jam 18-36 jam

2-4 jam

4 jam

24-30 j

Bagaimana Diabetes Type 2 pada anak dapat diobati? Langkah pertama dalam mengobati diabetes tipe 2 untuk anak Anda adalah mengunjungi dokter. Dokter dapat menentukan apakah anak Anda kelebihan berat badan berdasarkan usia anak Anda dan tingginya. Dokter juga dapat meminta anak Anda untuk di tes glukosa darah, untuk melihat apakah anak Anda memiliki diabetes atau pradiabetes. Jika anak Anda memiliki diabetes, Anda dan anak Anda akan bekerja sama dengan dokter dan para medis lainnya untuk membuat rencana pengelolaan diabetes. Para medis terdiri dari seorang diabetes educator, seorang dietitian (ahli nutrisi), dan seorang perawat diabetes. Tujuannya adalah untuk mengurangi glukosa darah anak Anda kembali normal. Strategi utama adalah untuk membantu anak Anda mencapai berat badan normal. Perencanaan penanganan terhadap anak Anda mungkin mencakup langkah-langkah ini:

Belajar untuk membuat pilihan makanan yang bijaksana, terutama mengurangi jumlah lemak dan permen Meningkatkan aktivitas fisik setidaknya 30 menit setiap hari Pemberian obat-obatan

II.7.4 Pencegahan tersier


Pencegahan tersier dalam semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi,Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menujukecacatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh,asetosal dosis rendah (80-325mg) dapat dianjurkan untuk diberikansecara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyakit makroangiopati. Dalam upaya ini diperlukan kerjaama yang baik antara pasien dengan dokter maupun dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalika penyakit DM. dalam penyuluhan inimyang perlu disuluhkan mengenai: a.Maksud,tujuan dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes. b.Upaya rehabilitsi yang dapat dilakukan. c.Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerimadanmemanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik.

Masalah Khusus yang perlu diperhatikan pada Diabetes Type 2 pada anak Anak-anak terutama remaja kemungkinan susah dalam pengaturan waktu untuk mencegah atau mengelola diabetes tipe 2. Anda dapat membantu dengan mengikuti beberapa saran di bawah ini:

Bicarakan dengan anak Anda secara jujur tetapi tetap support mengenai kesehatan dan berat badan. Dorong anak Anda untuk berbicara tentang keprihatinannya.

Jangan melakukan perlakuan secara khusus pada anak Anda dalam hal diet dan aktivitas. Meningkatkan kegiatan kesukaan anak Anda, sementara pada saat yang sama mengurangi aktivitas seperti menghabiskan waktu dengan menonton TV atau bermain video game. Jika anak anda menolak untuk mengikuti rencana nya, cobalah untuk mencari tahu mengapa. Remaja, misalnya, berurusan dengan perubahan hormon, tuntutan pada waktu mereka, pengaruh teman sebayanya, dan faktor lain yang tampaknya lebih penting bagi mereka daripada mengurus diabetes. Lakukan langkah-langkah dengan bijaksana seperti memberikan hadiah khusus bagi anak Anda ketika dia berhasil mencapai segala sesuatunya. Bicaralah dengan diabetes pendidik, dokter, ahli diet, atau para medis diabetes profesional lainnya tentang gagasan bagaimana membantu anak Anda menjadi lebih sehat.

Dengan bekerja sama, Anda, anak Anda dan para medis diabetes dapat lebih yakin bahwa anak Anda akan tetap sehat selama bertahun-tahun yang akan datang.

BAB III KESIMPULAN


Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: , diabanein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk. Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


1.Nurdin Badollah, Satriono. Hipoglikemia Pada Anak. Laboratorium Ilmu KesehatanAnak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSU Ujungpandang, Ujungpandang.Cermin Dunia Kedokteran No. 75. 1992;27-32.2. 2.Batubara,Jose. Buku Ajar Endokrinologi Anak Jilid I. IDAI. Jakarta : 2010. Hal 195. 3.(http://www.jevuska.com/2010/01/05/diabetes-mellitus-tipe-2-pada-anak-anak) 4. (http://health.kompas.com/read/2011/11/08/06214256/Kenali.Diabetes.pada.Anak) 5. (http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=11743) 6. (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/05/01/89860/Mengapa-Diabetespada-Anak-Lebih-Berbahaya?/11 7. (http://health.kompas.com/read/2011/09/30/13271555/11.Makanan.Pengontrol.Gula.Darah)

You might also like