Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya penyusunan buku Tanya Jawab tentang Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara): Instrumen Keuangan Berbasis Syariah, yang merupakan edisi revisi dan penyempurnaan dari buku tanya jawab edisi sebelumnya, dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Pada dasarnya, penyusunan buku ini dilatarbelakangi oleh niat tulus untuk terus melaksanakan proses edukasi dan sosialisasi mengenai Sukuk Negara kepada masyarakat, stakeholders, dan semua pihak yang terkait. Untuk itu, buku ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seputar Sukuk Negara, sekaligus memperluas pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Sukuk Negara. Agar lebih memudahkan pembaca, buku ini sengaja disusun dalam format tanya jawab yang ditulis secara sistematis, yang mencakup tanya jawab mengenai prinsip keuangan syariah, kondisi pasar keuangan syariah, sukuk, dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Kemudian, pada bagian akhir buku ini terdapat penjelasan singkat mengenai istilah-istilah dalam keuangan syariah, khususnya yang terkait dengan sukuk. Hal ini mengingat istilah-istilah dimaksud berasal dari bahasa Arab, yang relatif masih kurang dikenal dan dipahami oleh sebagian masyarakat. Akhirnya kami berharap semoga buku ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, serta turut memberikan kontribusi terhadap pengembangan keuangan syariah di Indonesia. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
SAMBUTAN DIREKTUR PEMBIAYAAN SYARIAH Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bersumber dari Surat Berharga Negara (SBN) semakin mengalami peningkatan, sehingga diperlukan pengembangan instrumen SBN sekaligus diversifikasi sumbersumber pembiayaan. Seiring dengan kebijakan Pemerintah untuk mengembangkan pasar keuangan syariah di Indonesia, Pemerintah berupaya meluncurkan instrumen investasi dan pembiayaan yang berbasis syariah, yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dikenal dengan Sukuk Negara. Alhamdulillah, usaha dan kerja keras Pemerintah selama ini dalam menyediakan landasan hukum bagi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dapat tercapai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang SBSN pada 7 Mei 2008. Keberadaan UndangUndang ini diperlukan untuk menyediakan basis serta koridor hukum dalam pengelolaan SBSN secara hati-hati, transparan, dan akuntabel, serta memberikan kepastian hukum bagi investor. Undang-Undang SBSN tersebut merupakan angin segar baik bagi Pemerintah maupun pelaku pasar dalam upaya mengembangkan pasar keuangan dalam negeri, khususnya pasar keuangan syariah yang perkembangannya relatif tertinggal dibandingkan dengan pasar keuangan syariah di beberapa di negara lain. Dalam kurun waktu dua tahun sejak disahkannya undang-undang SBSN tersebut, intrumen SBSN telah mengambil peran penting sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah telah sukses menerbitkan SBSN untuk pertama kalinya pada bulan Agustus tahun 2008 melalui cara bookbuilding, Sukuk Negara Ritel, dan SBSN Valas di pasar internasional. Selain itu, Pemerintah juga telah menerbitkan SBSN dengan cara lelang dan private placement. Penerbitan SBSN tersebut berhasil menarik minat yang luar biasa dari para investor, baik dalam maupun luar negeri. Keberhasilan penerbitan
ii
Dahlan Siamat
iii
iv
B. JENIS-JENIS SUKUK 40. Jenis-Jenis Sukuk 41. Sukuk Ijarah 42. Sukuk Salam 43. Sukuk Istishna 44. Sukuk Musyarakah 45. Sukuk Mudharabah 46. Sukuk Wakalah 47. Sukuk Muzaraah 48. Sukuk Musaqah 49. Sukuk Dengan Kombinasi Akad Tertentu IV. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) / SUKUK NEGARA A. PAPARAN UMUM SBSN 50. Pengertian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara 51. Dasar hukum penerbitan SBSN 52. Kewenangan penerbitan SBSN 53. Tujuan penerbitan SBSN 54. Perlunya penerbitan SBSN oleh Pemerintah 55. Perbedaan antara SBSN dengan SUN 56. Keuntungan berinvestasi dalam SBSN 57. Bukti Kepemilikan SBSN B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN / SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV) 58. Pengertian Special Purpose Vehicle (SPV) 59. Konsep SPV dalam penerbitan sukuk 60. Fungsi SPV dalam penerbitan sukuk
15 15 15 16 16 16 17 17 17 17 18
C. UNDERLYING ASSET PENERBITAN SBSN 68. Pengertian underlying asset 69. Pengertian hak manfaat 70. Pengertian Aset SBSN 71. Pengertian Barang Milik Negara (BMN) 72. Fungsi underlying asset dalam penerbitan SBSN 73. Aset yang dapat dijadikan underlying asset penerbitan SBSN 74. Apakah terjadi perpindahan kepemilikan aset SBSN 75. Mekanisme pemindahtanganan BMN sebagai underlying asset dalam penerbitan SBSN Ijarah Sale and Lease Back 76. Cara penentuan nilai BMN yang dijadikan underlying asset SBSN 77. Pihak yang bertanggung jawab merawat Aset SBSN D. PENERBITAN SBSN 78. Tahapan penerbitan SBSN 79. Pihak yang berperan dalam penerbitan SBSN 80. Persetujuan DPR dalam penerbitan SBSN 81. Peran BI dalam penerbitan SBSN 82. Penerbitan SBSN secara langsung dan tidak langsung 83. Penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding 84. Penerbitan SBSN dengan cara lelang 85. Penerbitan SBSN dengan cara private placement 86. Pernyataan Kesesuaian Syariah (Sharia Compliance Endorsement) 87. Buyback SBSN sebelum jatuh tempo 88. Opsi pelunasan SBSN sebelum jatuh tempo (call-option) 89. Jangka waktu (tenor) SBSN 90. Manfaat penerbitan SBSN jangka pendek (Islamic Treasury Bills) 91. Posisi Outstanding SBSN E. DOKUMEN PENERBITAN SBSN 92. Dokumen transaksi penerbitan SBSN 93. Dokumen penerbitan SBSN Ijarah Al Khadamat 94. Pengertian Fatwa 95. Fatwa-Fatwa terkait SBSN
vi
F. IMBALAN SBSN 98. Mekanisme Penentuan imbalan SBSN 99. Penetapan imbalan SBSN sebelum penerbitan dibolehkan syariah 100. Jaminan atas pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN 101. Pajak terhadap imbalan SBSN G. PASAR SEKUNDER SBSN 102. 103. 104. 105. SBSN dapat diperdagangkan di pasar sekunder Perdagangan SBSN di pasar sekunder Capital gain Pajak terhadap capital gain SBSN
29 30 30 30
H. SERI SBSN 106. 107. 108. 109. SBSN seri IFR SBSN seri SR SBSN seri SNI SBSN seri SDHI 30 30 31 31 31 32 32 33 33
I. SKEMA PENERBITAN SBSN 110. Jenis-jenis SBSN 111. Ijarah sale and lease back 112. Skema Penerbitan SBSN Ijarah Sale and Lease Back 113. Ijarah Al-Khadamat 114. Skema Penerbitan SBSN Ijarah Al-Khadamat V. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEUANGAN SYARIAH A 1. Akad 2. Ajir 3. Ashiil 4. Ariyah 5. An Taradhin B 6. Bai 7. Ba`i' 8. Bagi Hasil 9. Bagi Untung (profit sharing) 10. Bagi Pendapatan (revenue sharing) 11. Bai al-Inah
34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 35
vii
viii
Kafalah Kafiil Khiyar Majur Mabi Makful Bih Malik Marhun Maysir Maqashid Syariah Mudi Mudharabah Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muthlaqah Mudharib Muhal Muhal Alaihi Muhil Mukhabarah Muqridh Muqtaridh Muqaradhah Murabahah Murtahin Musyarakah Muslam Muslam Fihi Muslam Ilaihi Musyarakah Mutanaqishah Musytari Mustashni Muzaraah Musaqah Mujir
39 39 39 39 39 39 39 39 39 40 40 40 40 40 40 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 42 42 42 42 42 42 42 42 42
ix
W 117. Waad
46
xi
2.
3.
4.
5.
Riba fadhl, disebut juga riba buyu, yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria yang sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa`an bi sawa`in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Riba fadhl dapat ditemui dalam transaksi valas yang tidak dilakukan secara tunai. Riba Nasiah atau riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama risiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Riba
Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman karena peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada saat jatuh tempo.
6.
Apakah yang dimaksud dengan Gharar (Uncertainty)? Gharar adalah sesuatu yang mengandung ketidakjelasan, keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan merugikan orang lain. Dalam jual beli, gharar dapat terjadi jika mengandung ketidakjelasan atau ketidakpastian, baik mengenai obyek, cara penyerahan maupun cara pembayaran. Apakah yang dimaksud dengan Maysir (Speculation)? Maysir adalah aktivitas spekulasi, judi, dan untung-untungan di dalam transaksi keuangan yang memungkinkan diperolehnya suatu kekayaan dengan cara yang mudah, dengan kemungkinan adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan pihak yang lain. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap riba? Syariah Islam melarang praktik riba dalam segala aktivitas ekonomi, karena dampak negatifnya terhadap sistem sosial dan perekonomian masyarakat. Secara sosial, praktik riba yang bersifat eksploitatif cenderung menciptakan hutang, merendahkan martabat manusia, serta menciptakan jurang ketidakadilan yang sangat besar di masyarakat. Sementara secara perekonomian, riba cenderung mengeksploitasi perekonomian, menyebabkan misalokasi sumber daya, menciptakan ketidakadilan dan ketidakefisienan perekonomian, serta menciptakan pembangunan ekonomi yang bersifat semu (bubble economy) yang pada akhirnya berdampak pada terjadinya krisis dan ketidakstabilan perekonomian. Jelaskan bagaimana pandangan Keuangan/Ekonomi Syariah terhadap bunga? Pada dasarnya, bunga adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (qardh) yang diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok pinjaman tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di muka, dan pada umumnya bersifat persentase. Karakteristik bunga dimaksud telah memenuhi unsur dan kriteria riba, yakni riba nasiah. Dengan demikian, praktik bunga termasuk salah satu bentuk riba, sehingga tidak dibolehkan dalam transaksi keuangan syariah.
7.
8.
9.
Bagi untung (Profit Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah; Bagi pendapatan (Revenue Sharing), yaitu pembagian hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.
13. Apakah yang dimaksud dengan margin? Margin adalah jumlah keuntungan yang diperoleh penjual dalam akad jual beli (murabahah, salam dan istishna), yang merupakan tambahan yang diberikan pembeli atas cost of capital barang yang dijual beserta keuntungan yang diperoleh. 14. Apakah yang dimaksud dengan ujrah/fee? Ujrah/fee adalah imbalan yang diberikan oleh pengguna jasa sebagai bentuk pertukaran atas jasa/manfaat yang diberikan oleh pemberi jasa dalam akad ijarah (sewa menyewa). Ujrah atau imbalan yang diperjanjikan dapat bersifat tetap (fixed).
Semakin meningkatnya partisipasi investor konvensional di pasar keuangan syariah; Besarnya kebutuhan sektor perbankan dan lembaga keuangan syariah lainnya untuk portofolio investasi; Besarnya partisipasi aktif dari para pelaku pasar, ekonom, pakar syariah, dan para stake-holder keuangan syariah lainnya untuk menciptakan struktur baru yang sesuai dengan prinsip syariah.
22. Bagaimanakah potensi permintaan Sukuk Negara oleh investor domestik maupun luar negeri saat ini? Potensi permintaan terhadap Sukuk Negara oleh investor domestik dan luar negeri diperkirakan sangat tinggi, dengan mengacu pada kondisi antara lain:
tingginya peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah market share produk syariah dibandingkan produk konvensional relatif masih sangat kecil; tingginya kecenderungan negara-negara yang berpenduduk minoritas muslim untuk mengadopsi konsep keuangan syariah banyaknya investor konvensional menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah sebagai salah satu pilihan investasi. repatriasi dana-dana Timur Tengah dari pasar Amerika dan Eropa pasca peristiwa 9/11; masih terbatasnya instrumen keuangan syariah dibandingkan dengan permintaan; dan terus meningkatnya peringkat kredit (credit rating) Indonesia.
Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) No. 17 tentang Investment Sukuk (Sukuk Investasi), Sukuk didefinisikan sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti atas bagian kepemilikan yang tak terbagi terhadap suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa, atau atas kepemilikan suatu proyek atau kegiatan investasi tertentu. Investment Sukuk are certificate of equal value representing undivided shares in ownership of tangible assets, usufruct and services or (in the ownership of) the assets of particular projects or special investment activity. Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) Nomor KEP-181/BL/2009, Sukuk didefinisikan sebagai Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas : 1. Kepemilikan aset berwujud tertentu; 2. Nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau 3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu. Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, Sukuk (Obligasi Syariah) didefinisikan sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, SBSN atau Sukuk Negara didefinisikan sebagai Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian ( ) kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
26. Jelaskan bagaimana suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah? Suatu sukuk yang diterbitkan dapat dikatakan memenuhi prinsip syariah apabila seluruh kegiatan penerbitan sukuk, termasuk akad/perjanjian penerbitannya, tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, thayyib, dan maslahat. Sukuk juga harus terbebas dari berbagai unsur larangan, antara lain riba, maysir, dan Gharar. Untuk itu, penerbitan Sukuk memerlukan adanya pernyataan kesesuaian syariah (sharia compliance) dari ahli syariah yang diakui secara umum atau dari lembaga yang memiliki keahlian di bidang syariah, yang menyatakan bahwa sukuk yang diterbitkan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.
10
11
39. Apakah perdagangan sukuk di pasar sekunder dibolehkan berdasarkan prinsip syariah? Pada prinsipnya, sukuk adalah bukti kepemilikan investor atas aset/manfaat/jasa dan bukan merupakan surat utang. Sehingga berdasarkan prinsip syariah, perdagangan/jual beli sukuk di pasar sekunder dibolehkan karena pada dasarnya yang diperjualbelikan adalah aset/manfaat/jasa yang menjadi underlying asset sukuk, bukan jual beli hutang. Hal tersebut sesuai dengan pasal 5/2 Standar Syariah AAOIFI Nomor 17 tentang Sukuk Investasi, yang memperbolehkan perdagangan/jual beli sukuk. Namun demikian, perdagangan sukuk tetap memperhatikan struktur dan jenis akad yang melandasi penerbitannya. Hal itu dikarenakan terdapat beberapa jenis struktur sukuk yang tidak dapat diperdagangkan, misalnya sukuk dengan struktur Istishna, Salam, dan Murabahah. Ketentuan mengenai dibolehkannya perdagangan suatu sukuk dapat diketahui dari terms and conditions yang tercantum pada memorandum informasi penerbitan sukuk.
12
B.
JENIS-JENIS SUKUK
40. Apa saja jenis-jenis sukuk? Mengacu pada Standar Syariah The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), terdapat 14 jenis akad yang dapat digunakan dalam penerbitan sukuk, yaitu antara lain Sukuk Ijarah, Sukuk Murabahah, Sukuk Salam, Sukuk Istishna, Sukuk Mudharabah, Sukuk Musyarakah, Sukuk Wakalah, Sukuk Mugharasah, Sukuk Muzaraah, Sukuk Musaqah. 41. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Ijarah? Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. Sukuk Ijarah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad Ijarah, dan dapat diklasifikasikan menjadi antara lain:
Sukuk kepemilikan aset berwujud yang disewakan Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset yang disewakan atau yang akan disewakan, dengan tujuan untuk menjual aset tersebut dan mendapatkan dana dari hasil penjualan, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik aset tersebut Sukuk kepemilikan manfaat Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset atau pemilik manfaat aset, dengan tujuan untuk menyewakan aset/manfaat dari aset dan menerima uang sewa, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik manfaat dari aset. Sukuk kepemilikan jasa Yaitu sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu jasa tertentu melalui penyedia jasa (seperti jasa pendidikan pada universitas) dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa.
42. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Salam? Salam adalah kontrak jual beli suatu barang yang jumlah dan kriterianya telah ditentukan secara jelas, dengan pembayaran dilakukan dimuka sedangkan barangnya diserahkan kemudian pada waktu yang disepakati bersama. Sukuk Salam adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan dana untuk modal dalam akad Salam, sehingga barang yang akan disediakan melalui akad Salam menjadi milik pemegang sukuk.
13
14
47. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Muzaraah? Muzaraah adalah akad kerjasama di bidang pertanian, dimana pemilik lahan memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani). Keuntungan yang diperoleh dari hasil lahan dibagi bersama sesuai kesepakatan. Sukuk Muzaraah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan mendapatkan dana untuk membiayai kegiatan pertanian berdasarkan akad Muzaraah, sehingga pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian. 48. Apakah yang dimaksud dengan Sukuk Musaqah? Musaqah adalah akad kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian, dimana pemilik lahan memberikan hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (penggarap) untuk melakukan penyiraman (irigasi) dan pemeliharaan tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian dibagi bersama sesuai kesepakatan. Sukuk Musaqah adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana hasil penerbitan sukuk untuk melakukan kegiatan irigasi atas tanaman berbuah, membayar biaya operasional dan perawatan tanaman tersebut berdasarkan akad musaqah, dengan demikian pemegang sukuk berhak atas bagian dari hasil panen sesuai kesepakatan. 49. Apakah sukuk dapat diterbitkan dengan kombinasi akad tertentu? Suatu sukuk dapat diterbitkan dengan menggunakan kombinasi dari dua atau lebih akad. Misalnya penerbitan sukuk Istishna-Ijarah, yang menggunakan kombinasi akad Istishna dalam rangka membangun suatu proyek/bangunan, untuk kemudian disewakan dengan menggunakan akad Ijarah.
III. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA / SUKUK NEGARA A. PAPARAN UMUM 50. Apakah yang dimaksud dengan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara? Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
15
16
56.
Jelaskan keuntungan berinvestasi dalam SBSN? Keuntungan yang diperoleh investor dari berinvestasi dalam SBSN atau Sukuk Negara, antara lain: merupakan investasi yang aman, karena pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh Pemerintah; berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah, serta aman dan terbebas dari hal-hal yang dilarang syariah, seperti riba, gharar, dan maysir, sehingga selain aman juga menentramkan; memberikan penghasilan berupa imbalan atau bagi hasil yang kompetitif, dibandingkan dengan instrumen keuangan lain; dapat diperdagangkan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar, sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain; turut berpartisipasi serta mendukung pembiayaan pembangunan nasional. Apakah bukti kepemilikan SBSN oleh investor? Pencatatan kepemilikan Surat Berharga Syariah Negara tidak dilakukan secara fisik, melainkan dilakukan secara elektronik (scripless). Kepemilikan SBSN oleh investor tercatat di sub-registry yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia selaku agen penatausahan SBSN dalam rangka membantu pelaksanaan penatausahaan tersebut.
57.
B. PERUSAHAAN PENERBIT SBSN ATAU SPECIAL PURPOSE VEHICLE (SPV) 58. Apakah yang dimaksud dengan Special Purpose Vehicle (SPV)? Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang dibentuk untuk memfasilitasi penerbitan sukuk. SPV pada dasarnya dapat dibentuk oleh obligor atau pihak ketiga atau gabungan antara obligor dan pihak ketiga.
17
60.
61.
62.
63.
18
65.
Dalam melaksanakan fungsi sebagai Penerbit SBSN, Perusahaan Penerbit SBSN menerbitkan SBSN berdasarkan penetapan Menteri Keuangan. Untuk menerbitkan SBSN, Perusahaan penerbit SBSN dibantu oleh satuan kerja Pemerintah dalam melakukan penyiapan dokumen transaksi aset SBSN, penyiapan memorandum informasi, penyiapan dokumen perjanjian perwaliamanatan, penyiapan terms and conditions SBSN, penyiapan laporan pelaksanaan penerbitan SBSN dan laporan tahunan, serta kegiatan lain yang terkait dengan penerbitan SBSN. Adapun Fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai Wali Amanat (trustee), antara lain: melakukan perikatan dengan pihak lain untuk kepentingan pemegang SBSN; mengawasi aset SBSN untuk kepentingan pemegang SBSN; dan mewakili kepentingan lain pemegang SBSN, terkait dengan perikatan dalam rangka penerbitan SBSN. Dalam melaksanakan fungsi wali amanat, Perusahaan Penerbit SBSN dibantu oleh satuan kerja Pemerintah dalam melakukan penatausahaan aset SBSN, pengawasan atas aset SBSN, dan kegiatan lain yang terkait dengan pelaksanaan fungsi Perusahaan Penerbit SBSN sebagai wali amanat.
66.
Apakah penerbitan SBSN dapat dilakukan tanpa melalui Perusahaan Penerbit SBSN? Berdasarkan Undang-Undang SBSN, penerbitan SBSN di dalam negeri dapat dilakukan dengan atau tanpa Perusahaan Penerbit SBSN (SPV). Dalam hal ini, beberapa negara lain telah menerbitkan sukuk secara langsung tanpa melalui SPV, antara lain Malaysia dan Bahrain. Namun demikian, penerbitan SBSN di
19
69.
70.
71.
20
73.
74.
75.
penjualan/penyewaan BMN tersebut hanya atas hak manfaat (benefecial title) BMN, tidak disertai dengan pemindahan hak kepemilikan (legal title); pemerintah akan menyewa kembali BMN tersebut, tidak terjadi pengalihan fisik BMN sehingga tidak mengurangi kewenangan Pemerintah dalam menggunakan BMN tersebut; tidak terdapat permasalahan dari sisi akuntansi mengingat kepemilikan BMN tidak berpindah sehingga tetap tercantum dalam neraca atau on balance sheet;
21
Pada saat SBSN jatuh tempo, Pemerintah wajib membeli kembali/membatalkan sewa atas asset SBSN dan SPV wajib menjual aset SBSN kepada Pemerintah sebesar nilai nominal SBSN.
76.
Bagaimana cara menentukan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan dijadikan sebagai underlying asset penerbitan SBSN? Proses penentuan nilai Barang Milik Negara (BMN) yang akan dijadikan sebagai underlying asset penerbitan SBSN dapat dilakukan oleh internal appraiser atau independent appraiser yang ditunjuk oleh Pemerintah, dengan menggunakan metode penilaian yang berlaku umum. Siapa yang bertanggung jawab melakukan perawatan atas Aset SBSN selama jangka waktu SBSN? Berdasarkan perjanjian pengelolaan aset (servicing agency agreement), Pemerintah sebagai pihak yang menyewa dan menggunakan aset SBSN, adalah pihak yang wajib memelihara Aset SBSN sampai dengan SBSN jatuh tempo.
77.
D. PENERBITAN SBSN 78. Jelaskan bagaimana tahap-tahap penerbitan SBSN? Penerbitan SBSN dilakukan melalui proses sebagai berikut: identifikasi Barang Milik Negara atau proyek yang akan dijadikan sebagai underlying; perumusan struktur SBSN yang meliputi jenis akad, tenor, volume, denominasi, metode penerbitan; penyusunan dokumen syariah dan pasar modal; permintaan pernyataan kesesuaian syariah atas akad SBSN; pelaksanaan penerbitan/penjualan, baik dengan metode lelang, bookbuilding, maupun teknik lainnya; dan setelmen SBSN. 79. Pihak mana saja yang berperan dalam penerbitan SBSN? Menteri Keuangan atas nama Pemerintah, yaitu pihak yang memiliki underlying asset dan bertanggungjawab atas pembayaran pokok serta imbal hasil sukuk yang diterbitkan; Perusahaan Penerbit SBSN yang berperan sebagai SPV, yaitu badan hukum yang didirikan khusus untuk menerbitkan sukuk; Bank Indonesia yaitu pihak yang berperan sebagai Agen Pembayar yang bertanggung jawab atas penerimaan dana hasil penerbitan sukuk, pembayaran imbalan dan pokok sukuk saat jatuh tempo, serta sebagai Agen
22
80. Apakah penerbitan SBSN memerlukan persetujuan dari DPR? Penerbitan SBSN atau Sukuk Negara memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), karena SBSN merupakan bagian dari Surat Berharga Negara yang bertujuan untuk memenuhi pembiayaan APBN. Melalui pengesahan APBN, DPR memberikan persetujuan atas SBSN sebagai bagian dari nilai bersih maksimal Surat Berharga Negara yang akan diterbitkan oleh Pemerintah dalam satu tahun anggaran. 81. Jelaskan peranan Bank Indonesia dalam penerbitan SBSN? Peranan Bank Indonesia dalam penerbitan SBSN adalah sebagai: agen penata usaha untuk SBSN yang diterbitkan di pasar perdana dalam negeri, yang mencakup antara lain kegiatan pencatatan kepemilikan, kliring dan setelmen; agen pembayar untuk SBSN yang diterbitkan di pasar perdana dalam negeri, yang meliputi kegiatan menerima dan membayarkan hasil penerbitan SBSN kepada Pemerintah, menerima imbalan SBSN dan membayarkannya kepada pemegang SBSN; dapat menjadi agen lelang SBSN 82. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN secara langsung dan tidak langsung oleh Pemerintah? Sesuai dengan Pasal 6 Undang-Undang No 19 tahun 2008 tentang SBSN, yang dimaksud dengan penerbitan SBSN secara langsung oleh pemerintah adalah penerbitan yang dilakukan tanpa melalui Perusahaan Penerbit SBSN. Adapun penerbitan SBSN secara tidak langsung adalah penerbitan yang dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN. Penerbitan SBSN domestik dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh Pemerintah. Sedangkan untuk penerbitan SBSN internasional dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN. 83. Apakah yang dimaksud dengan penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding? Penerbitan SBSN dengan cara bookbuilding menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 118 tahun 2008 tentang Penerbitan dan Penjualan
23
24
86.
25
88.
89. Berapa lamakah jangka waktu (tenor) SBSN? Berdasarkan jangka waktunya, terdapat dua jenis Surat Berharga Syariah Negara, yakni SBSN jangka pendek dan SBSN jangka panjang. SBSN jangka pendek adalah SBSN yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan. Adapun SBSN jangka panjang adalah SBSN yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. 90. Apakah manfaat dilakukannya penerbitan SBSN jangka pendek (Islamic Treasury Bills)? Manfaat penerbitan SBSN jangka pendek adalah untuk mengembangkan pasar keuangan syariah dalam negeri dan untuk menutupi kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran (cash mismatch). Adapun dari perspektif bank, khususnya bank syariah, SBSN Jangka Pendek bisa menjadi alternatif instrumen dalam pengelolaan likuiditasnya. Posisi Outstanding SBSN Hingga akhir Juni 2010, posisi outstanding SBSN mencapai sebesar Rp 38,3 triliun, yang terdiri dari SBSN seri Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk Negara Ritel (SR), Sukuk Negara dalam denominasi Valas (SNI) dan Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI). Informasi selengkapnya mengenai posisi outstanding SBSN dapat diperoleh di website Kementerian Keuangan www.depkeu.go.id dan website Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang www.dmo.or.id
91.
26
Dokumen transaksi/hukum, antara lain: Perjanjian Jual Beli Aset dan Perjanjian Sewa Aset (dalam hal SBSN diterbitkan dengan akad Ijarah Sale and Lease Back); Pernyataan untuk Menjual Aset (Sale Undertaking); Pernyataan untuk Membeli Aset (Purchase Undertaking); Perjanjian Pengelolaan Aset (Servicing Agency Agreement). Dokumen syariah, antara lain Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah. Dokumen pasar modal, antara lain: Memorandum Informasi (Offering Memorandum); Perjanjian Perwaliamanatan (Declaration of Trust); Perjanjian Keagenan (Agency Agreement); Perjanjian Pembebanan Biaya (Cost Undertaking).
Penggunaan dokumen tersebut sangat tergantung pada jenis akad dan mekanisme penerbitan SBSN yang digunakan.
93.
Dokumen apa saja yang digunakan dalam Penerbitan SBSN dengan Akad Ijarah Al Khadamat? Dokumen yang digunakan dalam penerbitan SBSN dengan Akad Ijarah AlKhadamat, antara lain: Perjanjian Penyediaan Jasa Layanan Haji, yang terdiri dari Akad Wakalah dan Akad Ijarah Al-Khadamat; Fatwa atau Pernyataan Kesesuaian Syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
94.
Apakah yang dimaksud dengan Fatwa? Fatwa adalah suatu ketetapan hukum yang dikeluarkan oleh pihak yang memiliki keahlian di bidang syariah. Di Indonesia, pihak yang berwenang mengeluarkan Fatwa adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Sebutkan Fatwa-Fatwa yang terkait dengan SBSN? Hingga Juli 2010, telah terdapat 5 (lima) Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang terkait dengan Surat Berharga Syariah Negara, yaitu:
95.
27
Fatwa DSN-MUI Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; Fatwa DSN-MUI Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back; Fatwa DSN-MUI Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back. Fatwa DSN-MUI Nomor 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased (Sukuk Milkiyah al-Maujudat al-Muajjarah).
Keterangan selengkapnya mengenai Fatwa tersebut dapat diperoleh di website Majelis Ulama Indonesia www.mui-online.org dan website Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang www.dmo.or.id 96. Apakah yang dimaksud dengan Pernyataan Kesesuaian Syariah/Opini Syariah? Pernyataan Kesesuaian Syariah/Opini Syariah adalah pernyataan kesesuaian syariah yang dikeluarkan oleh pihak yang memiliki kewenangan dan keahlian di bidang syariah, yang menyatakan bahwa sukuk yang diterbitkan tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Apakah yang dimaksud dengan Memorandum Informasi? Memorandum Informasi adalah informasi tertulis mengenai penawaran SBSN kepada investor. Memorandum Informasi sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: tata cara pemesanan pembelian jenis akad tanggal jatuh tempo, tanggal penjatahan dan setelmen metode penetapan harga SBSN periode penjualan obyek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang akan dijadikan sebagai Aset SBSN; dan pokok-pokok ketentuan dan syarat (terms and conditions)
97.
F. IMBALAN SBSN 98. Bagaimanakah cara penentuan imbalan SBSN ? Berdasarkan international best practice, penentuan imbalan SBSN dalam mata uang asing ditentukan dengan menggunakan benchmark pada tingkat bunga internasional, misalnya Libor atau US Treasury ditambah dengan margin. Sementara untuk penentuan imbalan SBSN di pasar dalam negeri, dapat menggunakan benchmark dalam negeri, misalnya dengan mempertimbangkan suku bunga Bank Indonesia, suku bunga deposito atau yield Obligasi Negara dengan tenor yang setara.
28
99.
Apakah penetapan imbalan SBSN sebelum penerbitan dibolehkan berdasarkan prinsip syariah? Penentuan imbalan SBSN sebelum penerbitan adalah dibolehkan dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah, apabila penerimaan dari aset SBSN yang digunakan bersifat tetap (fixed), sesuai dengan akad yang digunakan. Adapun akad yang memberikan imbalan bersifat tetap antara lain akad Ijarah (sewa), Murabahah (jual beli) dan Istishna. Penentuan imbalan SBSN yang bersifat tetap tersebut dapat dianalogikan dengan dibolehkannya penentuan tarif sewa rumah yang bersifat tetap sebelum ditempati oleh penyewa. Adapun jika penerimaan dari underlying asset yang digunakan tidak tetap, seperti menggunakan saham sebagai underlying asset dimana deviden yang dihasilkan nilainya tidak tetap/sama setiap tahunnya, maka imbalan tidak bisa ditentukan sebelum penerbitan.
100. Apakah pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN dijamin oleh pemerintah? Pembayaran imbalan dan nilai nominal SBSN pada saat jatuh tempo dijamin secara penuh oleh Pemerintah, sebagaimana diatur dalam dalam UndangUndang nomor 19 tahun 2008. Dana untuk pembayaran imbalan dan nilai nominal tersebut dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun anggaran, yang ditetapkan melalui Undang-Undang APBN. 101. Berapa persenkah pajak yang dikenakan terhadap imbalan SBSN? Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2009 tentang PPh kegiatan Usaha Berbasis Syariah, ketentuan perpajakan terhadap SBSN sama dengan (mutatis mutandis) perlakuan pajak terhadap Surat Utang Negara (SUN). Dengan demikian, pajak yang dikenakan terhadap imbalan SBSN jangka panjang adalah Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 15% yang bersifat final, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2009 tentang PPh Atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi. Sedangkan pajak yang dikenakan terhadap imbalan SBSN jangka pendek adalah Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 20% yang bersifat final. G. PASAR SEKUNDER SBSN 102. Apakah SBSN dapat diperdagangkan di pasar sekunder? Pada prinsipnya, perdagangan/jual beli SBSN di pasar sekunder dapat dilakukan dengan memperhatikan struktur dan jenis akad yang melandasi penerbitannya. Adapun jenis SBSN yang dapat diperdagangkan, misalnya SBSN dengan
29
H. SERI SBSN 106. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri IFR Islamic Fixed Rate (IFR) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah di pasar perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor dengan nominal pembelian yang cukup besar. Seri ini telah diterbitkan sejak tahun 2008, dengan cara bookbuilding dan dengan cara lelang sejak tahun 2009. IFR bersifat tradable (dapat diperdagangkan) dengan tingkat imbal hasil tetap. 107. Apakah yang dimaksud dengan SBSN seri SR? Sukuk Ritel (SR) adalah seri SBSN yang diterbitkan Pemerintah dengan cara bookbuilding di pasar perdana dalam negeri yang ditujukan bagi investor
30
31
112. Skema Penerbitan SBSN Ijarah - Sale and Leaseback Struktur ini digunakan dalam penerbitan SBSN seri Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk Ritel (SR), dan Sukuk Negara Indonesia (SNI). Berikut struktur SBSN Ijarah sale and lease back:
32
113. Ijarah Al-Khadamat Ijarah Al-Khadamat adalah sukuk yang diterbitkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu jasa tertentu dan mendapatkan fee atas penyediaan jasa dimaksud, sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik jasa dan berhak mendapatkan fee atas penyediaan jasa tersebut. 114. Skema Penerbitan SBSN Ijarah al-Khadamat Struktur ini digunakan dalam SBSN seri Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), yang diterbitkan dalam rangka penempatan Dana Haji dan Dana Abadi Umat ke dalam SBSN. Underlying transaction yang digunakan dalam penerbitan SDHI adalah jasa layanan haji. Berikut struktur SBSN Ijarah al-Khadamat:
33
2. 3.
Ajir Ashiil
4.
Ariyah
5.
An Taradhin
6. 7. 8.
9.
10. Bagi Pendapatan : Sistem pembagian hasil usaha yang dihitung dari total
34
35
24. Bithaqah alItiman 25. Bithaqah alKhasm al-Fauri 26. Dayn 27. Dharar
28. Dharurat
29. Fasakh
36
31. Fatwa
32. Gharar
36. Ihtiyath
37. Ihtikar
: Penimbunan barang dagangan, yaitu kegiatan menahan/menyimpan barang dagangan (seperti makanan pokok) dan menjualnya setelah harganya menjadi mahal. : Kata Ijab Kabul berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari kata Ijab, yang berarti menjawab, dan kata Qabul, yang berarti menerima, mengambil. Dalam fikih muamalah, Ijab berarti pernyataan melakukan ikatan, dan Kabul berarti pernyataan penerimaan ikatan. : Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. Sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah disebut Sukuk Ijarah.
39. Ijarah
37
: Akad ijarah atas penyediaan suatu jasa tertentu. SBSN yang telah diterbitkan menggunakan akad ini, adalah SBSN Ijarah al-Khadamat yang menggunakan jasa layanan haji sebagai underlying transaction. : Penerbitan sukuk dimana pihak pertama selaku pemilik menyewakan suatu aset (headlease) untuk kemudian oleh penyewa aset disewakan kembali kepada pemilik (sublease). Jangka waktu headlease harus lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu sublease. : Sewa atas manfaat barang/jasa yang penyediaannya ditanggung oleh pemberi sewa (pemberi sewa berjanji/menjamin akan menyediakan obyek ijarah dengan spesifikasi tertentu dalam jangka waktu tertentu). : Akad ijarah/sewa dengan janji/opsi perpindahan kepemilikan barang yang disewa pada akhir masa sewa, yang dilakukan dengan akad hibah atau jual beli. Akad ini disebut juga dengan akad Ijarah wa Iqtina. : Jual beli suatu aset yang kemudian pembeli menyewakan aset tersebut kepada penjual. Akad yang digunakan adalah akad bai (jual beli) dan akad ijarah (sewa) yang dilaksanakan secara terpisah. : Sebuah usaha yang sungguh-sungguh dalam memutuskan hukum syara atas suatu hal yang tidak ditentukan secara eksplisit dalam al-Quran dan al-Hadits, dengan menggunakan pikiran dalam menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau hadits. : Kesepakatan para ulama Islam dalam menetapkan hukum terhadap suatu hal tertentu, dengan didasarkan pada alQuran dan al-Hadits. : Pembatalan atas suatu akad/transaksi. : Iqtishad berasal dari kata qashada dalam bahasa Arab, yang artinya bermaksud, berniat. Iqtishad merupakan nama lain dari
45. Ijtihad
46. Ijma
38
50. Jualah
51. Kafalah
52. Kafiil
53. Khiyar
54. Majur
39
65. Mudharib
40
68. Muhil
69. Mukhabarah
70. Muqridh
71. Muqtaridh
74. Murtahin
75. Musyarakah
41
82. Muzaraah
: Akad kerjasama di bidang pertanian, dimana pemilik lahan memberi hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (petani). Keuntungan yang diperoleh dari hasil lahan dibagi bersama sesuai kesepakatan. : Akad kerjasama di bidang irigasi tanaman pertanian, dimana pemilik lahan memberikan hak pengelolaan lahan kepada pihak lain (penggarap) untuk melakukan penyiraman (irigasi) dan pemeliharaan tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari hasil tanaman pertanian dibagi bersama sesuai kesepakatan. : Pihak yang menyewakan barang/jasa (lessor) dalam akad ijarah. : Pihak yang menyewa barang/jasa (lessee) dalam akad ijarah. : Pihak yang memberi /mewakilkan kuasa kepada pihak lain dalam akad wakalah. : Penawaran palsu. Yakni penawaran suatu barang yang dilakukan bukan karena motif ingin membeli barang tersebut,
83. Musaqah
84. Mujir
87. Najsy
42
93. Rahn
43
103. Shani
104. Sharf
105. Shighah
44
108. Tawidh
109. Tabarru
110. Tadlis
111. Takaful
112. Tasir
113. Tawarruq
45
115. Urf
116. Urbun
117. Waad
118. Wadiah
46
122. Wakalah
123. Wakil
47
6. 7. 8. 9.
10. Hardini, Isriani & Muh. H. Giharto, Kamus Perbankan Syariah, Bandung, Marja, 2007 11. Huda, Nurul, et al., Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008 12. Kharofa, Ala Eddin, Transactions in Islamic Law, Kuala Lumpur, A.S. Noordeen, 2004 13. Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta, Paradigma & Aqsa Publishing, 2007. 14. Syafei, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung, CV Pustaka Setia, 2001. 15. Soemitra, Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009. 16. Sharia Standards, Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, 2005. 17. Shariah Resolution in Islamic Finance, Malaysia, Bank Negara Malaysia, 2007. 18. Sudarsono, Heri & Hendi Yogi Prabowo, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2004. 19. Sultan, Syed Alwi Mohamed, A Mini Guide to Accounting for Islamic Financial Products, Malaysia, CERT Publications, 2006 20. Usmani, Muhammad Taqi, An Introduction to Islamic Finance, Pakistan, Maktaba Maariful Quran, 2005
48