You are on page 1of 30

WRAP UP SKENARIO 2

TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR KELOMPOK B4

Ketua Sekertaris Anggota

: Try Setiawardana : Rizweta Destin : Nagusman Danil Nandika Nurfitria Nanda Rizky Risa Rilanda Roni Fajri Soraya Muchlisa Sofia Putri Nirmala

(1102007279) (1102009253) (1102009199) (1102009201) (1102009200) (1102009251) (1102009254) (1102009272) (1102009271)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI TAHUN 2010 2011


1

SKENARIO

Terjatuh dari Sepeda Motor Laki-laki, 30 tahun, datang berobat ke UGD RSUD diantar polisi dengan keluahan nyeri di tungkai kanan atasnya setelah terjatuh akibat kecelakaan sepeda motor. Pada pemeriksaan dokter, didapatkan : Airway, Breathing, dan Circulation : baik. CGS : 15. Status lokalis : regio femur dextra : Look : deformitas (+), vulnus laseratu, hematoma Feel : nyeri tekan (+), neurovaskuler distal : baik

Move : pergerakkan aktif dan pasif :nyeri (+) Dokter yang memeriksanya meminta rontgen femur dextra AP/lateral. Hasil pemeriksaan rontgen tampak fraktur femur 1/3proksimal cum contraxionem, punctum proksimal tampak abduksi dan eksorotasi sedangkan punctum distal adduksi dan endorotasi. Pada keadaan ini penderita sama sekali tidak bisa berdiri hanya berbaring tidur, sementara pasien diwajibkan shalat lima waktu.

SASARAN BELAJAR TIU I. Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os. Femur TIK I.1 Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os. Femur

TIU II. Menjelaskan dan Memahami Jenis-jenis Fraktur Femur TIK II.1 Menjelaskan dan Memahami Definisi FrakturTerbuka dan Fraktur Tertutup TIK II.2 Menjelaskan dan Memahami Jenis-jenis Fraktur Femur

TIU III. Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur TIK III.1 Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur

TIU IV. Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Terbuka TIK IV.1 Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

TIU V. Menjelaskan dan Memahami Tata Cara Shalat bagi Orang yang Sakit TIK V.1 Menjelaskan dan Memahami Tata Cara Shalat bagi Orang yang Sakit

TIU I. Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os. Femur TIK I.1 Menjelaskan dan Memahami Otot-otot yang Berperan pada Posisi Fraktur Os. Femur Gerak sendi

Fleksi M.ilopsoas, M.pectineus, M.rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor brevis, M.adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

Ektensi M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M.semimembranosus, M. biceps femoris caput langum, M. adductor magnus pars posterior

Abduksi M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M. piriformis, M. Sartorius, M. tensor fasciae lata

Adduksi M.adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M. pectineus, M.obuturator externus, M.quadratus femoris

Rotasi medialis M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M. adductor magnus pars posterior

Rotasi lateralis M. piriformis, , M. adductor internus, M. gamelli, M.obuturator externus, M.quadratus femoris, M. gluteus maximus, M.adductores

Otot otot Paha Bagian Ventral M. quadriceps femoris 4

Origo: M.rectus femoris, caput rectum: spina iliaca anterior inferior M.rectus femoris, caput reflexum: tepi cranial acetabulum M.vastus medialis: dua pertiga bawah labium mediale lineae asperae M.vastus lateralis: lingkar distal trochanter major, labium laterale lineae asperae M.vastus intermedius: dua pertiga atas facies anterior dan aspek lateral femur M.articularis genus: seperempat distal facies anterior femur

Insersi: Tepi proximal, lateral dan medial patella Tuberositas tibiae via ligament patella Daerah daerah di lateral tuberositas tibiae via retinacula patellae

Fungsi: Sendi pinggul (hanya M.rectus femoris) Fleksi Sendi lutut hanya ekstensi

M.sartorius Origo: Spina iliaca anterior superior

Insersi: Permukaan medial tuberositas tibiae

Fungsi: Sendi pinggul: fleksi, rotasi lateral,abduksi Sendi lutut: fleksi, rotasi medial

M.tensor fasciae latae Origo: Spina iliaca anterior superior

Insersi: Tibia dibawah condylus lateralis (via tractus iliotibialis)

Fungsi: Sendi pinggul: fleksi, abduksi, rotasi medial Sendi lutut: stabilitas ketika lutut ekstensi

Otot-otot Pinggul Bagian Dorsal M.Gluteus maximus Adalah otot terbesar didalam tubuh. Otot ini terletak superficial di region glutea dan berperan penting dalam bentuk menonjol bokong. Origo:

dari permukaan luar ilium; dari permukaan posterior sacrum dan os coccygis; dan dari ligamentum sacrotuberosum.

Insertion: serabut-serabut berjalan kebawah dan lateral, dan sebagian besar berinsertio ke dalam trakus iliotibialis; beberapa serabut yang lebih dalam berinsertio ke dalam tuberositas glutealis femoris

Persarafan: N.gluteus inferior

Fungsi: otot ini melakukan ekstensi dan eksorotasi articulation coxae; dengan perantaraan tractus iliotibialis membantu mempertahankan ekstensi articulatiogenus. Otot ini paling sering digunakan oleh tubuh terhadap tungkai atas Tiga bursae biasanya berhubungan dengan M.gluteus maximus:

1. Diantara tendo insertion dan trochanter major 2. Diantara tendo insertion dan M. vastus lateralis 3. Menutupi tuber ischiadicum

M.Gluteus Medius Adalah otot tebal berbentuk kipas dan bagian posteriornya ditutupi oleh M.gluteus maximus Origo:

dari permukaan lar ilium

Insertion: serabut-serabut berjalan ke bawah dan leteral dan melekat pada permukaan lateral trochanter major

Persarafan: N.gluteus superior

Fungsi: bersama dengan M.gluteus minimus, M. gluteus medius melakukan abduction kuat tungkai atas pada articulation coxae. Kerjanya yang paling penting adalah pada waktu berjalan atau berlari; ketiga otot berkontraksi dan mempertahankan pelvis padan membrum inferius. Bila kaki pada sisi yang lain diangkat dan diluruskan ke depan, pelvis dipertahankan pada posisinya dan tidak turun ke sisi yang tidak disokong. Serabut-serabut anterior juga melakukan rotasi tungkai atas ke medial

M.Gluteus Minimus M.Gluteus Minimus berbentuk kipas dan terletak dibawah M.Gluteus Medius Origo: dari permukaan lar ilium

Insertion: serabut-serabut berjalan ke bawah dan leteral dan melekat pada permukaan lateral trochanter major
8

Persarafan: N.gluteus superior

Fungsi: bersama dengan M.gluteus minimus, M. gluteus medius melakukan abduction kuat tungkai atas pada articulation coxae. Serabut- serabut anterior juga melakukan rotasi tungkai atas ke medial

M. Piriformis (PI) Origo : facies anterior os. Sacrum Insersio : Throchanter major os. Femoris Fungsi : eksoratasi M. Oburator Internus (OI) Origo : facies internus membrana obturatoria Insersio : fossa trochanterica Fungsi :
9

Eksorotasi M. Gamellus Superior Origo: Spina ischiadica

Insersio: Fossa trochanterica

Fungsi: Eksorotasi, ekstensi, adduksi

M. Gamellus Inferior Origo:

Tuber ischiadicum Insersio:

Fossa trochanterica

Fungsi:

Eksorotasi, ekstensi, adduksi

M. Quadratus Femoris Origo:


10

Tepi lateral tuber ischiadicum

Insersio:

Crista intertrochanterica

Fungsi:

Eksorotasi, adduksi

Otot-otot Paha Bagian Medial (adduktor)

M. Pectineus Origo : Ossis pubis Insertio : Linea pectinea femoris Fungsi : sendi pinggul : adduksi, rotasi lateral, fleksi M. Gracillis Origo : Tepi medial ramus inferior ossis pubis disepanjang symphisys Insertio : ujung proksimal tibia disebelah medial tuberositas tibiae Fungsi : Sendi pinggul : adduksi, fleksi, rotasi lateral
11

Sendi lutut : fleksi, rotasi medial M. Adductor brevis Origo : Ramus inferior ossis pubis lebih dekat ke foramen obturatum daripada ke M. Adductor longus Insertio : sepertiga proksimal labium mediale lineae asperae Fungsi : Sendi pinggul : adduksi, rotasi lateral, fleksi M. Adductor longus Origo : Os pubis dibawah crista pubica sampai ke symphysis Insertio : sepertiga tengah labium medialis linea asperae Fungsi: Sendi pinggul : adduksi, fleksi, rotasi lateral (bagian paling anterior: rotasi medial) M. Adductor manus Origo : Tepi medial Ramus inferior ossis pubis, Ramus dan tuber ossis ischii Insertio : dua pertiga proksimal labium mediale linea asperae, tuberositas, tuberculum adductorium, M.adduktor minimus: tuberositas glutea Fungsi : Sendi pinggul : adduksi, rotasi lateral (bag anterior: fleksi, bag. Posterior: ekstensi)
12

M. obturatorius eksternus Origo : Lingkar foramen obturatorium, permukaan lateral membrana obturatoria Insertio : Fossa trochanterica Fungsi : Sendi pinggul : rotasi lateral, adduksi

Otot-otot Paha Bagian Dorsal

M. semitendinosus Origo : Tuber ischiadicum bersama dengan caput longum pada M.biceps femoris Insertio : permukaan medial tuberositas tibiae Fungsi : Sendi pinggul : ekstensi, adduksi, rotasi lateral Sendi lutut : fleksi, rotasi medial M. Semimembranosus Origo : Tuber ischiadicum Insertio : ujung proksimal tibia dibawah condylus medialis, kapsul posterior sendi lutut, lig. Popliteum obliqum, fascia musculi poplitei Fungsi :
13

Sendi pinggul : ekstensi, adduksi, rotasi medial Sendi lutut : fleksi, rotasi medial M. Biceps femoris Origo: Caput longum: tuber ischiadicum bersama dengan m, semitendinosus Caput breve: sepertiga tengah labium laterale linea aspirae Insertio: Capitulum fibulae (bagian terbesar yg membungkus lig. Collaterale fibulare), menyebar ke dalam fascia cruris Fungsi : Sendi pinggul : ekstensi, adduksi, rotasi lateral Sendi lutut : fleksi, rotasi lateral (Putz, R. 2010 dan Feneis. 1998) Otot-Otot yang Berpengaruh pada Fraktur Femur dalam Skenario Keterangan :

M. Gluteus Medius (GME) : abduksi M. Gluteus Minimus (GMI) : abduksi M. Gluteus Maximus (GM) : eksorotasi M. Illiopsoas (IP) M. Piriformis (PI) : eksorotasi M. Oburator Internus (OI) :eksorotasi M. Gemeli (GE) : eksorotasi

M. Quadratus femoris (QF) : eksorotasi Musculi adductor (AM) : adduksi


14

M. Hamstring (HAM) : adduksi M. Quadricep Femoris (QDF) : adduksi (Snell. 2006)

TIU II. Memahami dan Menjelaskan Jenis-jenis Fraktur Femur TIK II.1 Menjelaskan dam Memahami Definisi FrakturTerbuka dan Fraktur Tertutup Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit. Fraktur tertutup : bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit. (Reksoprodjo. 1995)

TIK II.2 Menjelaskan dam Memahami Jenis-jenis Fraktur Femur Fraktur Kolum Femur
Klasifikasi Fraktur Kolum Femur a. Fraktur Intrakapsul

Mekanismenya : Fraktur intrakapsul ini dapat di sebabkan oleh trauma langsung dan trauma tak langsung. Trauma langsung: Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring di mana daerah trokantor mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

Trauma tak langsung : Disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen di dalam asetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di dalam kolum femur. Pada dewasa muda apabila terjadi fraktur inrakapsuler berarti traumanya cukup

15

hebat. Sedangkan pada fraktur ini banyak terjadi pada wanita tua (60 tahun ke atas) di mana tulangnya telah mengalami osteoporosis.

Pada umumnya pembagian klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan : Lokasi anatomi Di bagi menjadi 3 : 1. 2. 3.

Fraktur subkapital Fraktur trans servikal Fraktur basis kolum femur

Arah garis fatah di bagi atas, menurut Pauwel :


1. Tipe 1 : sudut 30 2. Tipe 2 : sudut 50 3. Tipe 3 : sudut 70

Dislokasi atau tidak dari fragmennya di bagi menurut Garden :


1. Garden 1 : incomplete (impected) 2. Garden 2 : fraktur kolum femur tanpa dislokasi

3.

Garden 3 : fraktur kolum femur sebagian dislokasi

4. Garden 4 : fraktur kolum femur dan dislokasi total

b. Fraktur Intertrokanter Femur (Fraktur Ekstrakapsuler)

16

Merupakan fraktur antar trokanter mayor dan trokanter minor femur. Banyak terjadi pada wanita tua diatas 60 tahun.

Klasifikasinya menurut Evan Massie : Stabil


garis fraktur intertrokanter undisplaced garis fraktur intertrokanter displaced menjadi varus

Tidak Stabil garis fraktur kominutive dan displaced varus garis fraktur intertrokanter dan subtrokanter

Fraktur Subtrochanter Femur

Merupakan di mana garis patah berada 5 cm distal dari trokanter minor. Mekanisme frakturnya biasanya karena trauma langsung, dapat terjadi pada orang tua biasanya trauma ringan dan pada orang muda,biasanya kecelakan. Klasifikasinya : klasifikasi Zickel klasifikasi Scinshaemer klasifikasi fielding dan magliato

Yang sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding dan Magliato : a. tipe 1 : garis fraktur 1 level dengan trokanter minor

b. tipe 2 : garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas atas trokanter minor. c.

tipe 3 : garis patah berada 2-3 inch di distal dari batas atas trokanter minor.

17

Fraktur Batang Femur

Mekanisme Trauma Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Biasanya terjadi pada trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Biasanya banyak dialami oleh penderita laki-laki dewasa.

Klasifikasinya : Di bagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Tertutup Terbuka

Fraktur femur terbuka. Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar. Dibagi menjadi 3 derajat : a. derajat 1 : bila terdapat dengan dunia luar timbul luka kecil,biasanya di akibatkan karena tusukan fragmen tulang dari dalam menembus ke luar.
b. derajat 2 : lukanya lebih besar (>1 cm) luka ini di sebabkan karena benturan

benda dari luar.


c. derajat 3 : lukanya lebih luas dari derajat 2, lebih kotor, jaringan lunak

banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah).

Fraktur Suprakondiler Femur

18

Anatomi Di daerah lutut terdapat otot-otot yang menyebabkan pada fraktur suprakondilaris fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior. Hal ini disebabkan tarikan dari otot-otot gastroknemeus, hamstring dan quadrisep. Biasanya fraktur suprakondiler disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi (tabrakan sepeda motor). Terjadi gaya aksial dan stres valgus atau varus dan disertai gaya rotasi .

Klasifikasi Undisplaced Displaced


Comminutive

Fraktur Intrakondiler Biasanya fraktur intrakondular diikuti oleh fraktur suprakondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur Tanda Klinik Hampir sama dengan tanda-tanda fraktur suprakondiler femur, yaitu adanya pembengkakan daerah lutut dan deformitas. Gerakan patella terhambat, ditemukan dengan jelas adanya krepitasi Fraktur Kondiler Femur Fraktur kondiler femur lebih jarang dibandingkan fraktur suprakondiler femur dan intrakondiler femur. Mekanisme traumanya bisa dikombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke atas. Klasifikasi Undisplaced

19

Displaced Bicondylar
Coronal (Reksoprodjo. 1995)

TIU III. Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur TIU III.1 Menjelaskan dan Memahami Pemeriksaan Radiologi Fraktur Os. Femur Sinar X merupakan bagian dan spectrum elektromagnetik, dipencar akibat pengeboman anoda wolfram oleh electron-electron bebas dan suatu katoda. Film polos dihasilkan oleh pergerakan electron-electron tersebut melintasi pasien dan menampilkan film radiografik. Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi, menyebabkan pajanan pada film paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna hitam.Di antara kedua keadaan ekstrem ini, menyerap jaringan yang sangat berbeda-beda sehingga menghasilkan citra dalam skala abu abu (grey scale). Prosedur tetap pemeriksaan fraktur femur a. Persiapan pasien : pasien dianjurkan mengganti pakaian dengan pakaian yang telah disediakan. b. Posisi pemeriksaan : Supine dan menghadap lateral Posisi supine: Pasien tidur diatas alas pemeriksaan x ray dalam posisi supine,kepala diganjal dengan bantal dan kedua tangan lurus dilinea axillaris. Posisi lateral: Pasien tidur miring diatas permukaan alat x ray,kepala miring ke kanan/kiri diganjal dan kedua tangan dilipat didepan dada.

Syarat kondisi foto standard:

1. Simetris 2. Kualitas baik


20

3. Inspirasi maksimal 4. Identitas dan marker 5. Perbandingan kanan dan kiri

Yang disimpulkan:

1. Tulang : Sendi sacroiliaca Sacrum Foramen sacral Ilium Pelvic brim Ramus superior os pubic Simpisis pubis Femur Colum femoris Trochanter mayor Condylus medialis Condylus lateralis Linea aspera

2. Jaringan lunak : Ketebalan


21

Soft tissue mass

(Rasad.2005)

TIU IV. Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Femur TIK IV.1 Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

Penanganan Awal Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, maka diperlukan: Pertolongan pertama Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri. Penilaian klinis Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam lainnya. Resusitasi

Terapi pada Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra rumah sakit:

22

Pembidaian Menghentikan perdarahan dengan perban tekan Menghentikan perdarahan dengan perban klem

Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus selalu di dahulukan dalam kerangka kerja terpadu. Tindakan terhadap fraktur terbuka: Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta pembidaian anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan. Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta tindakan reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 6 jam (golden period 4 jam)
Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

23

Tindakan reposisi terbuka: 1. Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang baik.
2. Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/sensitifity

test.
3. Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit

dan dicukur.
4. Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang 5-10 liter. Luka

derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi. 5. Tutup luka dengan doek steril 6. Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya 7. Desinfeksi anggota gerak 8. Drapping 9. Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali neirovascular vital termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan diikuti reposisi terbuka, kalau perlu perpanjang luka dan membuat incisi baru untuk reposisi tebuka dengan baik. 10. Fiksasi:
a. fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan reposisinya

(unstable fracture) minimal dengan Kischner wire.


b.

Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan indikasinya seperti pada operasi elektif, terutama yang dapat dilakukan dalam masa golden period untuk fraktur terbuka grade 1-2 .

c. Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak memadai

(karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar (dengan gips spalk atau sirkular). d. Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan ketegangan, biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing biasa atau dibuat sayatan kontra lateral. e. Untuk grade 3 kalau perlu: Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw dengan K nail/wire dan acrylic cement). Usahakan agar alignment dan panjang anggota gerak sebaik-baiknya. Apabila hanya dipasang gips, pasanglah gips sirkuler dan kemudian gips dibelah langsung (split) setelah selesai operasi.
24

f. Buat x-ray setelah tindakan Dan step-step penatalaksanaan fraktur lebih lengkapnya adalah : Penanganan Dini

Luka harus ditutup hingga pasien tiba di kamar bedah Beri antibiotik hingga masa infeksi terlewati dan berikan profilaksis tetanus segera mungkin. Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis yang besar sebelum, pada saat, dan sesudah tindakan operasi. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid. Tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin.

Debridemen

Operasi ini bertujuan untuk membersihkan luka dari bahan asing dan jaringan mati agar persediaan darah tetap baik pada bagian tersebut. Pembalut yang sebelumnya digunakan pada luka diganti dengan bantalan yang steril dan kulit yang disekelilingnya dibersihkan dan dicukur. Luka diirigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat, irigasi akhir dapat disertai obat antibiotik misalnya basitrasin.
Kulit Fasia Otot

: Sebaiknya kulit yang dieksisi sesedikit mungkin. : Dibelah secara meluas sehingga sirkulasi tidak terhalang. : Otot yang mati sebaiknya dieksisi sebaiknya dijait dengan cermat

Pemb. Darah : Pembuluh darah yang banyak mengeluarkan pendarahan Saraf : Saraf yang terpotong sebaiknya dibiarkan saja. Dilakukan penjahitan pada saraf jika luka itu bersih dan tidak perlu dilakukan diseksi. Tendon : Tendon yang terpotong juga dibiarkan saja. Dilakukan penjahitan pada tendon jika luka itu bersih dan tidak perlu dilakukan diseksi.

Sendi

: Cedera sendi terbuka diterapi dengan pembersihan luka, penutupan sinovium dan kapsul, antibiotika sistemik
25

(drainase atau irigasi sedotan hanya digunakan kalau terjadi kontaminasi hebat). Penutupan luka Luka tipe I yang kecil dan tidak terkontaminasi , yang dibalut dalam beberapa jam setelah cedera, setelah debridemen, dapat dijahit atau dilakukan pencangkokan kulit. Luka tipe lain harus dibiarkan terbuka hingga bahaya infeksi terlewati, luka tersebut dibalut sekedarnya dengan kasa steril dan diperiksa kembali setelah 5hari. Kalau bersih, luka itu dapat dijahit atau dilakukan pencangkokan kulit (penutupan primer tertunda). Saat terbaik untuk mengobati Fraktur adalah dalam waktu 1-6 jam (disebut Periode Emas, Golden Period ) terutama pada kasus Fraktur yang parah dan mengenai sistem Saraf. Jika lewat dari 6 jam semenjak waktu kejadian kecelakaan, mungkin saja hasilnya tidak sebaik jika dibawa sesegera mungkin.

Stabilisasi Fraktur Untuk luka tipe I dan tipe II yang kecil dengan fraktur yang stabil, boleh menggunakan gips yang dibelah secara luas atau untuk fraktur femur digunakan traksi pada bebat. Metode yang aman adalah fiksasi eksterna. Untuk femur atau tibia dapat dilakukan pemasangan pen intramedula dan sebaiknya jangan dilakukan pelebaran luka yang akan meningkatkan resiko infeksi. Bila dilakukan oleh yang berpengalaman

Rehabilitasi

Operatif

26

Dipasang intramedullary nail. Jenis-jenisnya adalah : Kuntscher nail, sneidernail, Ao nail. Yang sering dipakainadalah Kuntscher nail. Terdapat dua cara yaitu cara terbuka dan cara tertutup. Cara terbuka adalah dengan cara menyayat kulit fascia sampai ke tulang yang patah sedangkan cara tertutup adalah dengan cara memasukkan pen melalui ujung trochanter major dengan bantuanimage intersifier.

Perawatan lebih lanjut Tungkai ditinggikan di tempat tidur dan sirkulasi diperhatikan dengan cermat. Syok mungkin masih membutuhkan terapi. Kalau luka dibiarkan terbuka, periksalah 5-7 hari. Jika pasien tersebut banyak kehilangan kulit, maka dilakukan pencakokan kulit. Kalau toksemia atau septikemia terus terjadi meskipun telah diberi kemoterapi, luka itu didrainase (terapi aman satu-satunya kalau fraktur yang terinfeksi tidak ditangani dalam 24 jam setelah cedera) Tulang yang terinfeksi pada pasien fraktur terbuka dapat mengakibatkan sekuester dan sinus. Sekuester yang kecil harus disingkirkan secara dini, tetapi potongan-potongan tulang yang besar tidka boleh dieksisi. Bila fraktur yang terinfeksi mempunyai hubungan dengan suatu sendi, prinsip terapinya sama seperti terapi infeksi tulang; yaitu, pengobatan, drainase, dan pembebatan. Sendi itu harus dibebat dalam posisi optimum.

(Apley. 1995 dan Reksoprodjo. 1995)

TIU V. Memahami dan Menjelaskan Tata Cara Shalat pada Orang yang Sakit
27

TIK V.1. Memahami dan Menjelaskan Tata Cara Shalat pada Orang yang Sakit
a.

Orang yang sakit wajib melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri, sekali pun bersandar ke dinding atau ke tiang atau dengan tongkat.

b. Jika tidak sanggup shalat berdiri, maka hendaklah ia shalat dengan duduk, dan lebih baik

kalau duduk bersila pada waktu di mana semestinya berdiri dan ruku, dan duduk istirasy pada waktu di mana dia sujud.
c.

Jika tidak sanggup shalat sambil duduk, boleh shalat sambil berbaring bertumpu pada sisi badan menghadap kiblat. Dan bertumpu pada sisi kanan lebih utama dari sisi kiri. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat boleh menghadap ke mana saja dan tidak perlu mengulangi shalatnya.

d. Jika tidak sanggup shalat berbaring, boleh shalat sambil terlentang dengan menghadapkan

kedua kaki ke kiblat. Dan yang lebih utama yaitu dengan mengangkat kepala untuk menghadap kiblat. Dan jika tidak bisa menghadapkan kedua kakinya ke kiblat, dibolehkan shalat menghadap ke mana saja.
e.

Orang sakit wajib melaksanakan ruku dan sujud, jika tidak sanggup, cukup dengan membungkukkan badan pada ruku dan sujud, dan ketika sujud hendaknya lebih rendah dari ruku. Dan jika sanggup ruku saja dan tidak sanggup sujud, dia boleh ruku saja dan menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula sebaliknya jika dia sanggup sujud saja dan tidak sanggup ruku, dia boleh sujud saja dan ketika ruku dia menundukkan kepala.

f.

Jika tidak sanggup dengan menundukkan kepala ketika ruku dan sujud, cukup dengan isyarat mata, dengan memejamkan sedikit ketika ruku dan dengan memejamkan lebih kuat ketika sujud. Adapun isyarat dengan telunjuk seperti yang dilakukan beberapa orang sakit, itutidak betul dan penulis tidak pernah tahu dalil-dalilnya baik dalil dari Al-Quran maupun As-Sunnah, dan tidak pula dari perkataan para ulama.

g. Jika tidak sanggup juga shalat dengan menggerakkan kepala dan isyarat mata, hendaklah ia

shalat dengan hatinya, dia berniat ruku, sujud dan berdiri serta duduk. Masing-masing orang akan diganjar sesuai dengan niatnya.
h. Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya sesuai

menurut kemampuannya sebagaimana kita jelaskan di atas. Tidak boleh sengaja

28

mengakhirkannya dari waktu yang semestinya. Dan jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti layaknya seorang musafir. Shalatlah kamu sambil berdiri, dan jika kamu tidak mampu, maka sambil duduk, dan jika tidak mampu, maka dengan berbaring. (HR. Bukhari).

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.(At-Taghabun:16). (Zuhroni. 2010)

29

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham,. Louis Soloman. Buku Ajar Ortopedi Dan Fraktur Sistem Apley Edisi 7. 1995. Widia Medika. Jakarta Feneis, Heinz,. Wolfgang Dauber. Atlas Saku & Teks Anatomi Manusia. 1998. Hipokrates. Jakarta Putz, R, R Pabst. Atlas Anatomi Tubuh Manusia Sobotta, Tabel Otot, Sendi dan Saraf Edisi 22. 2010.EGC. Jakarta Rasad, Sjahrial. Radiologi Diagnostik Edisi 2. 2005. FKUI. Jakarta Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI. 1995. Binarupa Aksara. Jakarta Snell, R S. Clinical Anatony by System. 2006. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia Zuhroni. Dasar dan Sumber Syariat Islam. 2010. Bagian Agama Islam Universitas Yarsi. Jakarta

30

You might also like