Professional Documents
Culture Documents
PUSAT KURIKULUM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2007
KATA PENGANTAR
Pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menengah menuntut cara pandang
yang berbeda tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dulu, pengembangan kurikulum
dilakukan oleh pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh satuan
pendidikan. Kini, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kondisi
demikian memungkinkan adanya perbedaan muatan dan pelaksanaan kurikulum antara satu sekolah dengan
sekolah lainnya.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan langsung oleh satuan pendidikan memberikan harapan tidak ada
lagi permasalahan berkenaan dengan pelaksanaannya. Hal ini karena penyusunan kurikulum satuan
pendidikan seharusnya telah mempertimbangkan segala potensi dan keterbatasan yang ada.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan:
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan
dan penilaian pendidikan. Dua dari dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yakni standar isi
(SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Sebagai acuan, standar isi masih perlu ditelaah. Penelaahan dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang ada-tidaknya rumusan pada standar isi yang menimbulkan permasalahan bila digunakan untuk
mengembangkan kurikulum. Sebagai naskah, kurikulum yang telah dikembangkan oleh satuan pendidikan
juga perlu ditelaah. Penelaahan terhadap naskah kurikulum dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang kemungkinan keterlaksanaannya. Penelaahan standar isi dan kurikulum dilakukan melalui berbagai
tahapan kegiatan pengkajian keduanya.
Hasil pengkajian antara lain berupa naskah akademik :
1. Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD
2. Kajian Kebijakan Kurikulum SD
3. Kajian Kebijakan Kurikulum SMP
4. Kajian Kebijakan Kurikulum SMA
5. Kajian Kebijakan Kurikulum SMK
6. Kajian Kebijakan Kurikulum Kesetaraan Dikdas
7. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama
8. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kewarganegaraan
9. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa
10. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika
11. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA
12. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS
13. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Keterampilan
14. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kesenian
15. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK
16. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Salah satu hasil kajian tersebut di atas adalah Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum SMP. Hasil kajian
ini memberikan gambaran tentang muatan naskah standar isi dan kurikulum sebagai bahan usulan bagi
perumusan kebijakan pendidikan lebih lanjut.
Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal
dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan
praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, naskah akademik ini
dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.
Diah Harianti
Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan, salah satunya adalah standar isi. Rumusan-rumusan standar isi seharusnya
bersifat konseptual, fundamental, esensial, bermakna, akurat, konsisten dan praktis guna
mencapai Tujuan Pendidikan Nasional. Sejauh ini standar isi yang telah
diimplementasikan oleh beberapa satuan pendidikan antara lain SMP, belum diketahui
bagaimana keterlaksanaannya di lapangan. Kegiatan pengakajian standar isi dilakukan
sebagai upaya untuk mengetahui berbagai permasalahan berkenaan dengan
implementasinya pada satuan pendidikan.
Pengkajian standar isi bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keunggulan dan
kelemahan standar isi SMP ditinjau dari pelaksanaannya maupun isi dan kesimpulan
tentang naskah standar isi dan implementasinya yang hasilnya dapat memberikan saran
bagi pembuat kebijakan tentang pendidikan.
Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan kajian teoritis tentang kurikulum, kajian naskah
standar isi dan kajian empiris implementasi standar isi. Pengkajian standar isi mencakup:
kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan kalender pendidikan. Seluruh aktivitas pengkajian dilakukan melalui penugasan
individual yang dilanjutkan dengan diskusi dengan melibatkan guru, kepala sekolah,
pengawas, dan dosen dari UNJ serta UPI.
Temuan yang didapatkan pada pengkajian standar isi yakni: komponen pada SI belum
mencerminkan secara utuh sebagai komponen yang membangun kerangka dasar
kurikulum, terminologi penamaan kelompok mata pelajaran menimbulkan kerancuan
pemaknaan, urgensi pengelompokkan mata pelajaran kurang kokoh, rumusan prinsip
pelaksanaan kurikulum masih terlalu umum, penetapan alokasi setiap mata pelajaran
belum didukung oleh pemetaan substansi yang membangun ’body of knowledge’ setiap
mata pelajaran, informasi tentang muatan lokal; pengembangan diri; substansi IPA terpadu
dan IPS terpadu serta jam praktikum yang tertera pda struktur kurikulum belum jelas,
beban belajar belum mengakomodasi kebutuhan jam praktikum beberapa mata pelajaran,
program sks belum dilengkapi dengan suplemennya, alokasi waktu maksimum pada
kalender pendidikan 55 minggu melebihi jumlah minggu pertahun, komposisi minggu
efektif belajaar pada semester ganjil dan genap belum diatur.
Rekomendasi dari hasil pengkajian adalah dokumen standar isi perlu direvisi meliputi:
penambahan komponen fundamental pada kerangka dasar, pelurusan konsep kelompok
mata pelajaran, memperjelas rumusan prinsip pengembangan dan prinsip pelaksanaan
kurikulum, menyusun peta materi/topik/konsep mata pelajaran untuk menetapkan alokasi
waktunya, informasi lebih operasional tentang muatan lokal; pengembangan diri; substansi
IPA terpadu dan IPS terpadu, menetapkan jam praktikum secara lebih operasional,
pendistribusian minggu efektif untuk semester ganji dan semester genap.
Hal
Pengantar 1
Abstrak 3
Daftar Isi 4
Bab I Pendahuluan 5
A. Latar Belakang 6
B. Tujuan 6
C. Ruang Lingkup 6
Bab II Landasan 7
A. Landasan Yuridis 7
B. Landasan Teoritis 9
Bab III Temuan Kajian dan Pembahasan 21
A. Kajian Dokumen 21
B. Kajian Lapangan 25
C. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen dan Lapangan 26
Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi 32
A. Kesimpulan 32
B. Rekomendasi Jangka Pendek 33
C. Rekomendasi Jangka Panjang 34
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar isi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari delapan standar
yang termasuk dalam lingkup standar nasional pendidikan. Standar isi tersebut
memuat lingkup materi dan tingkat kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Suatu standar yang berfungsi sebagai
acuan dan main goals di dalam membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan, maka rumusan-rumusan standar isi hendaknya bersifat konseptual,
fundamental, esensial, bermakna, akurat, konsisten dan praktis guna mencapai Tujuan
Pendidikan Nasional.
Sifat konseptual standar isi menghendaki adanya landasan dasar filosofis,
psikologis, akademis, sosiologis, dan manajemen, sehingga rumusan-rumusan yang
tertuang dalam dokumen acuan mengakar pada dasar keilmuan, memberikan batang
tubuh yang kokoh dengan tidak terlalu terombang ambing oleh dinamika perubahan,
tetapi membuka peluang secara fleksibel terhadap perkembangan baru.
Sifat fundamental standar isi menghendaki pemuatan hal-hal mendasar tentang
kemampuan yang hendaknya dimiliki sumber daya manusia baik untuk kepentingan
menghadapi problematika masa kini maupun adaptable untuk kepentingan masa
mendatang (berifat futuristik).
Sifat esensial standar isi menghendaki pemuatan prinsip-prinsip pokok dari setiap
bidang keilmuan dengan terminologi dan ruang lingkup yang telah disepakati pakar
nasional, regional maupun internasional yang memberi dukungan berarti terhadap
potensi sumber daya manusia yang akan diujudkan dan membuka peluang terhadap
dinamika perubahan (kemutakhiran isi).
Sifat kebermaknaan standar isi untuk pendidikan menghendaki adanya perubahan
kepada paradigma science/education for life bukan life for science/education atau
science/education for science/education. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan yang
dimuati isi keilmuan hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan. Kebermaknaan standar isi menyangkut dimensi-dimensi pengalaman,
aturan logis, elaborasi seleksi yang disesuaikan dengan tradisi budayanya maupun
dunia disiplin persekolahannya, tuntutan dunia kerja dan dimensi ekspresi yang
komunikatif berdasarkan pertimbangan pedagogi.
Sifat akurasi standar isi menghendaki bahwa terminologi yang digunakan di dalam
setiap dokumen penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan yang diakui oleh
kesepakatan keilmuan. Dalam hal ini, jika dianut pandangan kurikulum spiral, maka
tingkat kedalaman standar isi hendaknya jelas pada setiap jenjang sekolah.
Sifat konsistensi standar isi menghendaki adanya keajegan dan kesinambungan.
Keajegan dimaksud adalah semua terminologi rumusan standar isi yang digunakan
dalam berbagai dokumen peraturan hendaknya sama dan tidak menimbulkan
kerancuan. Kesinambungan dimaksud adalah terminologi standar isi yang tertuang
pada peraturan yang posisinya lebih tinggi dapat memayungi peraturan dengan posisi
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
Secara umum standar isi mencakup kerangka dasar, struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan. Kegiatan
pengkajian ini dibatasi pada kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, dan
kalender pendidikan. Sedangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tidak dikaji pada
kegiatan saat ini.
Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Jenjang pendidikan dasar antara lain bisa berbentuk SMP/ Mts. pengkajian standar isi
ini dibatasi pada SMP/Mts.
LANDASAN
A. Landasan Yuridis
Secara yuridis, penetapan Sandar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar
(SMP) didasarkan atas beberapa peraturan, yaitu :
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
B. Landasan Teoritis
A. Kajian Dokumen
Hasil kajian pada standar isi satuan pendidikan SMP dilakukan mengikuti urutan
penyajian pada standar isi (Permen No 22 tahun 2006).
1. Kerangka Dasar Kurikulum
a. Kelompok Mata Pelajaran
1) Terminologi “kelompok mata pelajaran” yang tertuang dalam Permen No. 22
tahun 2006 konsisten dengan yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005
Pasal 6 ayat (1) tetapi bukan penjabarannya (sama persis). Pengelompokkan
mata pelajaran yang tertuang dalam Permen No. 22 dan PP No. 19 Pasal 6
ayat (1) tersebut merupakan penjabaran dari UURI SPN No. 20 tahun 2003
Pasal 38 ayat (1) tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Pendidikan Dasar. Namun demikian munculnya terminologi “kelompok mata
pelajaran” menimbulkan kerancuan dengan isi UURI SPN No. 20 tahun 2003
Pasal 37 ayat (1) yang sudah mengarah ke penamaan mata pelajaran yang
menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Dasar wajib memuat : pendidikan
agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan
alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olah
raga; keterampilan/kejuruan; muatan lokal.
2). Terminologi “kelompok mata pelajaran” mengandung arti kumpulan dari dua
atau lebih mata pelajaran, sedangkan penamaan mata pelajaran lebih
dicerminkan oleh “body of knowledge” yang akan disajikan kepada peserta
didik bukan dicerminkan oleh kandungan nilai sebagai implikasi dari mata
pelajaran tersebut.
Terminologi ”kelompok mata pelajaran” yang tepat dari jumlah mata
pelajaran yang dikandungnya adalah :
- Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, karena di
dalamnya terdiri atas mata pelajaran IPA (gabungan dari mata pelajaran
Biologi, Fisika, Kimia, bumi dan antariksa); mata pelajaran IPS (gabungan
dari mata pelaajran sejarah, geografi, ekonomi); dan mata pelajaran
teknologi informasi dan komunikasi.
Terminologi ”kelompok mata pelajaran” yang tepat dari jumlah dan implikasi
nilai mata pelajaran yang dikandungnya adalah :
- Kelompok mata pelajaran estetika, karena di dalamnya terdiri atas mata
pelajaran seni budaya dan bahasa dan kedua mata pelajaran tersebut
dominan untuk membentuk estetika peserta didik.
Terminologi ”kelompok mata pelajaran” yang tidak tepat adalah :
- Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, menimbulkan
kejanggalan karena pada struktur kurikulum hanya diwakili satu (bukan
kelompok) mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama. Istilah akhlak mulia
cakupan
cakupan cakupan cakupan
nama klp mata nama klp
bahasan bahasan mata pel.
pel.
gabungan Pend.
butir 1 dan Agama &
Agama dan akhlak tidak Pend.
tepat 2 dokumen Pend.
mulia jelas Akhlak
lama Kewarga-
negaraan
Kewarganegaraan tidak - - -
tepat
dan kepribadian jelas
Pend. sesuai IPA, IPS,
Ilmu pengetahuan tidak
tepat keilmuan yang lama TIK,
dan teknologi jelas
Matematika
tidak Pend. sesuai Seni Budaya
Estetika tepat
jelas Estetika yang lama dan Bahasa
Pend. sesuai Pend.
Kesehatan yang lama jasmani,
Jasmani, olah raga tidak
tepat olah raga
dan kesehatan jelas
dan
kesehatan
A. Kesimpulan
• Temuan yang diperoleh pada pengkajian ini didasarkan atas diskusi ahli dan
praktisi yang informasinya sangat terbatas.
• Standar isi dalam kurikulum sekarang baru dapat menjawab tantangan pendidikan
masa kini.
• Komponen ”kelompok mata pelajaran, prinsip pengembangan kurikulum, dan
prinsip pelaksanaan krikulum” yang dirumuskan dalam dokumen Standar Isi belum
mencerminkan secara utuh sebagai komponen yang membangun kerangka dasar
kurikulum, terutama dalam penanaman nilai-nilai dan moral yang dikandungnya
serta pendidikan kecakapan hidup.
• Terminologi yang digunakan untuk penamaan kelompok mata pelajaran
menimbulkan kerancuan pemaknaan, demikian cakupan yang dikemukakan lebih
mencerminkan tujuan atau sasaran yang akan dicapai bukan komponen-komponen
yang membangun sebuah kelompok mata pelajaran. Komponen-komponen
kelompok mata pelajaran lebih tercermin dalam dokumen Standar kompetensi
kelompok mata pelajaran daripada dalam dokumen Standar isi.
• Urgensitas pengelompokkan mata pelajaran nampak kurang kokoh sebagaimana
tidak adanya kontinuitas rumusannya pada bagian struktur kurikulum, dan tidak
adanya syarat lulus dalam standar kompetensi kelompok mata pelajaran.
Pemaksaan adanya pengelompokkan mata pelajaran cenderung timbulnya
kegamangan dalam pencapaiannya karena akan terjadi komplikasi dengan
pencapaian kompetensi mata pelajaran yang telah kokoh ”body of knowledge” –
nya.
• Komponen-komponen yang dituangkan dalam pinsip pengembangan kurikulum
umumnya sudah relevan dan memberikan dasar yang fundamental, esensial, dan
bermakna sebagai acuan bagi pengembang kurikulum di tingkat sekolah, namun
rumusannya masih terlalu umum.
• Substansi prinsip pelaksanaan kurikulum nampak sudah relevan namun
rumusannya masih sangat umum karena tidak memberi panduan nyata tentang
bentuk pelaksanaan yang harus dijalankan.
• Jenis mata pelajaran yang membangun struktur kurikulum SMP/MTs telah
mengakomodasi tuntutan standar kompetensi lulusan tingkat satuan pendidikan
SMP, namun rasionalisasi penetapan alokasi waktu setiap mata pelajaran belum
didukung oleh pemetaan substansi (topik/materi/konsep) yang membangun ”body
of knowledge” dari setiap mata pelajaran serta pendistribusian substansi pada
tingkatan kelas.
• Struktur kurikulum yang tercantum dalam dokumen standar isi tidak
mencantumkan secara eksplisit mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi
kekhasan MTs, tetapi hanya mengalokasikan waktu 4 jam untuk muatan lokal dan
pengembangan diri.
• Informasi tentang muatan lokal, pengembangan diri, substansi IPA terpadu dan IPS
terpadu serta jam praktikum yang tertera pada bagian struktur kurikulum nampak
belum jelas, sehingga cenderung akan mengundang permasalahan bagi pengelola
di tingkat daerah dan sekolah.