Professional Documents
Culture Documents
Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan tantangan
yang akan dihadapi oleh anak bangsa baik pada masa kini maupun masa yang akan datang.
Kajian kebijakan kurikulum SMA bertujuan untuk memberikan masukan kepada BSNP
terkait dengan penyempurnaan dokumen standar isi dan pelaksanaannnya serta
pengembangan kurikulum SMA di masa depan.
Ruang lingkup kajian ini adalah standar isi jenjang SMA. Naskah akademik ini tersusun
berdasarkan hasil sintesis dari rangkaian kegiatan yang meliputi penyusunan desain, kajian
dokumen standar isi, kajian pelaksanaan standar isi, diskusi hasil kajian dokumen, diskusi
hasil kajian pelaksanaan standar isi, studi dokumentasi, analisis data hasil kajian, penyusunan
hasil kajian, presentasi hasil kajian, dan penyusunan laporan. Peserta kegiatan ini terdiri atas
unsur perguruan tinggi (UPI), praktisi pendidikan (kepala sekolah dan guru), dinas
pendidikan, dan Pusat Kurikulum.
Kajian ini dilakukan melalui seminar, diskusi fokus, kajian dokumen., dan rapat
kerja/workshop.
Hasil kajian ini menghasilkan beberapa temuan, yaitu dari segi dokumen standar isi SMA dan
pelaksanaan standar isi tersebut. Dari segi dokumen, terdapat temuan berupa mata-mata
pelajaran yang memiliki jam pelajaran yang sempit (hanya 1 jam pelajaran) untuk mata
pelajaran sejarah dan geografi di kelas x. Selain itu, ditemukan pula adanya
ketidakseimbangan beban belajar pada core program tertentu yang memerlukan tambahan
jam pelajaran.
Hasil kajian kebijakan kurikulum SMA berupa rekomendasi, yaitu perlunya penataan
kembali beban belajar pada beberapa mata pelajaran, materi yang seharusnya diberikan di
kelas x, penambahan jam pelajaran pada core program, penjurusan, dan perlunya sosialialisasi
standar isi dan pemberian layanan profesional kepada stakeholder secara komprehensif.
Selain itu, direkomendasikan pula bentuk comprehensif school yang mewadahi siswa untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi atau siswa yang hanya menyelesaikan program wajib belajar.
Pemberlakuann UU Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional, Peraturan
Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menuntut cara pandang yang berbeda
tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan,
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pmbiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dari kedelapan standar isi
tersebut, standar isi dan standar kompetensi lulusan merupakan acuan utama dalam pengembangan KTSP.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan .
Pengembangan kurikulum telah dilakukan oleh sebagian satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah
dengan mengacu pada standar isi. Pengembangan kurikulum tersebut perlu ditelaah untuk mendapatkan
informasi tentang permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pelaksanaan standar isi tersebut.
Hasil pengkajian antara lain berupa naskah akademik :
1. Kajian Kebijakan Kurikulum SD
2. Kajian Kebijakan Kurikulum SMP
3. Kajian Kebijakan Kurikulum SMA
4. Kajian Kebijakan Kurikulum SMK
5. Kajian Kebijakan Kesetaraan Dikdas
6. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Agama
7. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kewarganegaraan
8. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa
9. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika
10. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA
11. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS
12. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Keterampilan
13. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kesenian
14. . Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK
15. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pendidikan Jasmani
Salah satu hasil kajian di atas adalah Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum SMA. Naskah akademik ini
memberikan gambaran tentang kajian pelaksanaan standar isi SMA dan permasalahannya yang digunakan
sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan.
Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pihak erbagai Perguruan Tinggi,
Direktorat di lingkungan Depdiknas, Dinas Pendidikan, dan praktisi pendidikan yang telah membantu Pusat
Kurikulum dalam menghasilkan naskah akademik ini.
Diah Harianti
Abstrak
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Landasan Yuridis
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Kajian standar isi kurikulum pendidikan menengah (SMA) bertujuan :
1. Memperoleh gambaran tentang keunggulan dan kelemahan standar isi SMA ditinjau
dari isi dokumen dan pelaksanaannya.
2. Memperoleh berbagai kesimpulan tentang standar isi dari segi implementasi dan
sebagai naskah dokumen .
3. Memberikan saran jangka pendek berupa penyempurnaan standar isi.
4. Memberikan saran jangka panjang berupa usulan bentuk standar isi atau kurikulum
untuk masa depan.
C. Ruang Lingkup
Secara umum standar isi mencakup kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan. Kegiatan pengkajian ini
dibatasi pada kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, dan kalender pendidikan.
Sedangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tidak dikaji pada kegiatan saat ini.
Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Jenjang
pendidikan menengah antara lain dapat berbentuk SMA/ MAN. Pengkajian standar isi ini
dibatasi pada jenjang SMA.
D. Landasan Yuridis
I. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Bab IX : Standar Nasional Pendidikan
Pasal 35 ayat (1) , (2), (4)
Pasal 57
(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada
jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Pasal 58
(1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
(2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh
lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai
pencapaian standar nasional pendidikan.
Pasal 59
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan,
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Sedangkan kegiatan pengkajian standar isi ini mengacu pada Peraturan Mendiknas no. 24
tahun 2006 Pasal 7, yang memuat tugas Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan antara lain:
a. mengembangkan model-model kurikulum sebagai masukan bagi BSNP
b. memberikan usulan rekomendasi kebijakan kepada BSNP dan/atau Menteri.
KAJIAN TEORETIS
A. Kajian Dokumen
1. Struktur Kurikulum dan Beban Belajar
Struktur program merupakan bagian penting dalam sebuah proses pembelajaran karena dari
sanalah dapat terbentuk sistem kegiatan belajar mengajar yang diharapkan dapat berhasil
secara maksimal. Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap struktur program SMA,
terdapat beberapa temuan.
I. Ketidakseimbangan antara mata pelaran dengan bebannya.
a. Kelas X
Pada kelas X, terdapat mata pelajaran yang waktunya sangat sempit , yaitu mata pelajaran
sejarah dan geografi dengan alokasi waktu hanya 1 jam pelajaran saja. Hal ini tentu sangat
menyulitkan di dalam pengelolaannya. Berbagai persiapan yang harus dilakukan guru,
termasuk memberikan apersepsi kepada siswa dalam sebuah mata pelajaran sungguh tidak
memungkinkan bila hanya dialokasikan denga 1 jam pelajaran (45 menit). Mata pelajaran
sejarah tidak hanya menginformasikan berbagai fakta dan kejadian semata. Mata pelajaran
ini menuntut siswa selalu mengkaji informasi/fakta/kejadian secara cerdas dan arif
sehingga menghasilkan kesimpulan dari materi tersebut secara proporsional. Penanaman
nilai-nilai sejarah pada siswa juga harus diberikan mata pelajaran ini melalui KBM yang
variatif dan bermakna. Oleh sebab itulah mata pelajaran sejarah di kelas ini
direkomendasikan untuk ditambah dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran.
Mata pelajaran geografi juga direkomendasikan untuk menambah jumlah jam pelajaran dari
1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Selain persiapan yang harus dilakukann guru
dalam sebuah pembelajaran, materi geografi juga sangat kompleks. Kondisi geografis
Indonesia yang sangat unik menyebabkan kajian geografi menjadi sesuatu yang harus
didiskusikan antara siswa dan guru secara komprehensif sehingga hasil pembelajaran ini
membuat siswa memahami,menghargai, dan mencintai negara mereka. Peristiwa alam yang
banyak terjadi di Indonesia seperti tsunami, gempa bumi, banjir, gunung meletus, dan
longsor mengharuskan mata pelajaran geografi memberikan informasi kepada siswa dan
mendiskusikannya.
b. Kelas XI dan XII Program IPA
Mata pelajaran sejarah pada program ini diberi alokasi waktu hanya 1 jam saja. Untuk itu,
mata pelajaran ini pada program ini direkomendasikan juga untuk ditambah dari 1 jam
pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Program IPA yang berorientasi pada sains bukan berarti
tidak memerlukan mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah pada program IPA atau
pada program lainnya tidak boleh dipandang sebagai sebuah kajian materi yang hanya
menambah beban siswa, melainkan harus menjadi alat perekat bangsa sebab melalui
sejarahlah seseorang atau suatu bangsa dapat belajar dari kesalahan atau mengacu pada
sebuah keberhasilan. Hal yang harus dilakukan adalah bagaimana menjadikan pelajaran ini
sebagai sebuah pembelajaran yang variatif dan bermakna bagi anak.
c. Kelas XI dan XII Program IPS
Mata pelajaran ekonomi pada program ini direkomendasikan ditambah dari 4 jam menjadi 5
jam. Adanya materi akuntasi dan ekonomi lingkungan sebagai core program IPS
B. KAJIAN PELAKSANAAN
1. Standar Isi
a. Konsep Muatan Lokal
Konsep muatan lokal masih belum dipahami secara benar oleh sebagaian besar sekolah.
Untuk itu diusulkan kalimat yang menegaskan bahwa bahwa tujuan mulok adalah untuk
mempertahankan dan mengembangkan keunggulan/potensi daerah dan membangun
kesadaran lingkungan pisik daerah dan sosial budaya daerah. Materi dapat diberikan antara
lain dalam bentuk seni budaya daerah, bahasa daerah, industri, dan kerajinan daerah.
b. Konsep Pengembangan Diri
Pengembangan diri dalam struktur program tidak perlu mencantumkan jumlah ekuivalen
jam karena banyak kegiatan yang bisa dikembangkan. Diusulkan agar pengembangan
diberi tanda bintang serta keterangan bahwa jumlah jamnya diserahkan sekolah sesuai
dengan kebutuhan
Pengembangan diri masih diterjemahkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Padahal,
kegiatan ekstrakurikuler hanya salah satu bagian dari pengembangan diri. Diusulkan perlu
ada sosialisasi yang komprehensif tentang konsep pengembangan diri, yaitu sebagai
pengembangan potensi minat , bakat, dan kepribadian dengan berbagai kegiatan.
Kurikulum SMA terdiri atas dua jenjang yaitu jenjang pendidikan awal/umum dan jenjang
pendidikan khusus. Jenjang pendidikan awal adalah jenjang dimana seluruh peserta didik
mengikuti mata pelajaran yang sama. Jenjang ini diberikan pada tahun pertama dan
maksudnya adalah memantau kemampuan dan minat peserta didik. Pada jenjang ini
peserta didik dinilai dari prestasi belajar dalam berbagai mata pelajaran, hasil dari
kegiatan konseling, dan prestasi peserta didik di bidang-bidang lain di luar mata pelajaran
yang terdapat dalam kurikulum. Dari awal peserta didik dan orang tua sudah harus
mengetahui tujuan dari jenjang pendidikan umum ini.
Tahun kedua adalah tahun penjurusan. Berdasarkan hasil penilaian terhadap prestasi
belajar dan berbagai kegiatan yang telah dilakukan pada tahun pertama, saran dari
konselor dan masukan dari orang tua maka peserta didik dan guru menentukan bidang
studi yang akan diikutinya di perguruan tinggi. Berdasarkan penentuan tersebut maka
rancangan kurikulum bagi mereka ditentukan: mata kuliah apa yang wajib diikuti, beban
sks serta jenjang kemampuannya, dan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan beserta
jadwal. Pada waktu itu juga peserta didik menentukan mata pelajaran yang akan diambil
sesuai dengan minatnya.
Mata pelajaran yang diikuti karena minat peserta didik tidak boleh dibatasi oleh kategori
keilmuan. Artinya, seseorang yang akan melanjutkan pelajaran ke bidang teknologi dan
oleh karenanya mengambil matematika dan fisika sebagai mata pelajaran wajib tidak
harus mengambil biologi (jika tidak dipersyaratkan) tetapi dapat mengambil sastra, drama,
musik, atau bidang sosial. Di sini yang menentukan adalah minat dan bukan kelompok
atau kategori keilmuan.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas maka struktur kurikulum SMA terdiri atas
bersama pada tahun pertama dan tahun penjurusan pada tahun kedua dan ketiga. Pada
tahun pertama bersama peserta didik mengikuti mata pelajaran sebagai berikut:
- Pendidikan Agama untuk kepribadian
- Bahasa Indonesia untuk skill berbahasa dan estetika
- Pendidikan Kewarganegaraan untuk kepribadian
- Bahasa Inggris untuk skill berbahasa
- Pendidikan Sejarah untuk semangat kebangsaan
- Pendidikan Olahraga untuk kesehatan dan hobi
- Pendidikan Kesenian untuk kepribadian dan estetika
- Matematika untuk cara berbikir dan ketrampilan
- IPS untuk introduction to social sciences (ways of thinking, basic concepts,
ways of doing, benefit and impact on life and environment)
KESIMPULAN
1. Standar Isi belum banyak dipahami secara komprehensif oleh stake holder terutama
guru dan siswa.
2. Ada beberapa mata pelajaran yang alokasi waktunya sangat sempit (1 jam) sehingga
menyulitkan dalam pengelolaan pembelajaran.
3. Jumlah jam pelajaran pada yang menjadi core program tertentu masih ada yang
kurang.
4. Nilai tambah UN belum ada. Nilai UN masih belum memiliki bobot yang digunakan
sebagai salah satu pertimbangan masuk UMPTN.
5. Sosialisasi kebijakan harus dilakukan setelah kebijakan itu diterapkan.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
PELAKSANAAN STANDAR ISI
1. Struktur Kurikulum
dan Beban Belajar
Kelas X
Mata pelajaran sejarah dan Mata pelajaran sejarah
geografi sangat sempit direkomendasikan ditambah
dengan alokasi 1 JP. menjadi 2 JP, geografi 2 JP
yang diambil dari JP
keterampilan bahasa asing.
Keterampilan bahasa asing
dapat diberikan pada aspek
pengembangan diri.
Standar Isi TIK Materi TIK dalam standar Materi diarahkan pada
isi tidak sesuai dengan pembelajaran yang bersifat
perkembangan teknologi aplikasi sebagai
pengembangan pemanfaatan
pengetahuan dan dapat
diterapkan ke dalam proses
pembelajaran mata pelajaran
lain.
3. sekolah dapat
7. Relevansi Guru Masih banyak guru yang Harus ada sertifikasi alih
mengajar tidak sesuai fungsi bagi guru yang
dengan latar belakang mengajar tidak sesuai dengan
pendidikannya latar belakang
pendidikannya.
9. Life skill Konsep life skill belum Perlu sosialisasi life skill
dipahami secara secara menyeluruh. Life skill
menyeluruh. Life skill harus dipahami oleh seluruh
hanya diartikan sebagai satuan pendidikan sebagai
keterampilan vokasional. kecakapan hidup yang
terwujud melalui proses
pengembangan diri secara
terus menerus.
1. STRUKTUR PROGRAM
Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X
Alokasi Waktu
Komponen Kelas XI Kelas XII
Alokasi Waktu
Alokasi Waktu
Komponen Kelas XI Kelas XII
Smt Usulan Smt Usulan Smt Usulan Smt Usulan
1 2 1 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2 2 2
2. Pendidikan 2 2 2 2 2 2 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5 5 5 5 5
4. Bahasa Inggris 5 5 5 5 5 5 5 5
5. Matematika 3 3 3 3 3 3 3 3
6. Sastra Indonesia 4 4 4 4 4 4 4 4
7. Bahasa Asing 4 5 4 5 4 5 4 5
8. Antropologi 2 2 2 2 2 2 2 2
9. Sejarah 2 2 2 2 2 2 2 2
10. Seni Budaya 2 2 2 2 2 2 2 2
11. Pendidikan Jasmani, 2 2 2 2 2 2 2 2
Olahraga dan
Kesehatan
12. Teknologi Informasi 2 2 2 2 2 2 2 2
dan Komunikasi
13. Keterampilan 2 2 2 2 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) *) 2*) *) 2*) *) 2*) *)
Jumlah 39 40 39 40 39 40 39 40
Fullan, M.G. 2001. The new meaning of educational change. London: Routledge Falmer.
Bennie, K. & Newstead, K. 1999. “Obstacles to implementing a new curriculum.” dalam M.J.
Smith & A.S. Jordaan (Eds.) Proceedings of the National Subject Didactics Symposium (pp.
150-157). Stellenbosch: University of Stellenbosch.
Charters, W. & Jones, J. (1973). On the neglect of the independent variable in program
evaluation. Unpublished paper. Eugene: University of Oregon.
Hargreaves. A. 1995. A changing teachers, changing times. New York, NY: Teachers College
Press.
Fennema, E. & Franke, M.L. 1992. “Teachers’ knowledge and its impact.” Dalam Grouws,
D.A. (Ed.). Handbook of research on mathematics teaching and learning (pp. 147-164). New
York, United States: MacMillan.
Taylor, N. & Vinjevold, P. 1999. Getting learning right: Report of the President’s Education
Initative Research Project. Johannesburg, South Africa: Joint Education Trust.