You are on page 1of 12

Masalah yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa standard atau

aturan yang digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini adalah Pernyataan Standard
Akuntansi Keuangan seringkali tidak sama atau bertentangan dengan peraturan perpajakan yang
berlaku di Indonesia dalam menentukan Laba atau penghasilan kena pajak.

Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different) dan ada yang
bersifat tetap (Permanent different). Atas perbedaan tersebut harus dilakukan suatu tahapan yang
disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat diketahui laba fiskal perusahaan. Perbedaan
tetap adalah merupakam suatu konsekwensi yang harus diterima bahwa hal tersebut harus dikeluarkan
dari laporan laba rugi karena secara fiskal atau berdasar peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau
bukan merupakan penghasilan.

Berbeda dengan perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standard akuntansi maupun
peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya yang berbeda, tetapi pada
akhirnya mempunyai nilai yang sama.

Sebelum diberlakukan PSAK no. 46, banyak perusahaan yang mengabaikan perbedaan tersebut.
Menurut pendekatan ini, beban pajak penghasilan dalam laporan keuangan dicatat sebesar pajak yang
dihitung dalam SPT periode bersangkutan. Metode ini disebut Metode Tanpa Alokasi.

Sejak Januari 1995 dengan diberlakukannnya PSAK No. 16, maka perusahaan diperkenankan
muntuk memilih :

1. Menghitung pajak penghasilannya dengan menyajikan selisih efek perhitungan tersebut dari
Pajak Penghasilan yang terutang menurut ketentuan perpajakan sebagai akibat adanya
perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban (untuk tujuan akuntansi dan pajak) di
dalam neraca sebagai ”Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan”. Metode ini disebut Metode
Penangguhan

2. Melakukan perhitungan secara akuntansi dan secara pajak, adapaun selisih antara kedua
metode tersebut tidak akan disajikan dalam neraca.Metode ini sebagai mana disebutkan diatas
disebut dengan Metode Tanpa Alokasi. Hal ini berakibat bahwa Neraca belum dapat
dikatakan sebagai suatu laporan tentang posisi atau keadaan keuangan suatu perusahaan secara
lengkap.

PSAK 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam :

1. Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang


untuk hal hal sebagai berikut :

a. Pemulihan nilai tercatat aktiva dan pelunasan nilai tercatat kewajiban yang disajikan di
dalam neraca

b. Transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan yang diakui dan disajikan didalam
laporan komersial perusahaan

2. Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian yang belum dikompesasikan,
penyajian pajak penghasilan di dalam laporan keuangan komersial dan pengungkapan informasi
yang berhubungan dengan pajak penghasilan

Prinsip Dasar Akunansi Pajak Penghasilan

Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual, yang
mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar atau terutang dan pajak yang
lebih bayar dalam tahun berjalan.Secara garis besar prinsip dasar akuntansi pajak penghasilan adalah
sebagai berikut :

1) Pajak penghasilan tahun berjalan yang kurang bayar atau terutang diakui sebagai Kewajiban
Pajak Kini (Hutang Pajak) sedangkan yang lebih dibayar disebut Aktiva Pajak Kini (Piutang
Pajak)

2) Konsekuensi pajak peiode mendatang yang dapat didistribusikan dengan perbedaan temporer
kena pajak diakui sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan, sedangkan efek perbedaan temporer
yang boleh dikurangkan dan sisa kerugin yang belum dikompensasikan diakui sebagai Aktiva
Pajak Tangguhan.

3) Pengukuran kewajiban dan aktiva pajak didasarkan pada peraturan pajak yang berlaku
4) Penilaian kembali Aktiva Pajak Tangguhan harus dilakukan pada setiap tanggal neraca, terkait
dengan kemungkinan dapat atau tidaknya pemulihan aktiva pajak direalisasikan dalam periode
mendatang

Perbedaan Sementara (Temporary Different)

Adalah perbedaan antara dasar pengenaan pajak (DPP) dari suatu aktiva atau kewajiban
(Fiskal) dengan nilai tercatat aktiva dan kewajiban tersebut (Komersial), yang berakibat pada kenaikan
atau bertambahnya laba fiskal periode mendatang atau berkurangnya laba fiskal periode mendatang,
dimana pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau diselesaikan.Perbedaan temporer yang
mengakibatkan harus diakuinya aktiva dan atau kewajiban pajak tangguhan terjadi atau timbul apabila :

1) Adanya penghasilan dan/atau beban yang harus diakui untuk penghitungan laba fiskal dan untuk
penghitungan laba akuntansinya dalam periode yang berbeda

2) Bagian dari biaya perolehan dalam suatu penggabungan usaha, yang secara substansi merupakan
suatu akuisisi, dialokasi kepada aktiva atau kewajiban tertentu berdasar nilai wajarnya dan
penyesuaian atau perlakuan akuntansi demikian tidak diperkenankan oleh peraturan perpajakan.

3) Goodwill atau goodwill negatif yang timbul dalam konsolidasi

4) Perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak dari suatu aktiva atau kewajiban pada saat
pengakuan awalnya.

Perbedaan sementara timbul sebagai konsekwensi logis dari adanya perbedaan standard atau
ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran atau penilaian elemen elemen laporan
keuangan yang berlaku dalam disiplin akuntansi perpajakan dengan standard atau ketentuan yang
berlaku dalam disiplin akuntansi keuangan.

Pengakuan dan Pengukuran

Perbedaan dasar pengukuran dan pengakuan aktiva atau kewajiban untuk tujuan pelaporan
keuangan fiskal atau perhitungan laba rugi fiskal dan pelaporan keuangan komersial atau perhitungan
laba rugi akuntansi adalah salah satu sumber penyebab terjadinya perbedaan sementara.
Menurut peraturan perpajakan, dasar pengenaan pajak dari suatu aktiva adalah jumlah yang dapat
dikurangkan untuk tujuan fiskal dengan kata lain dapat diperlakukan sebagai biaya fiskal terhadap
setiap manfaat ekonomi kena pajak yang akan diterima atau diperoleh perusahaan sebagai wajib pajak
pada saat pemulihan nilai tercatat aktiva terkait.

Sedangkan pada sisi kewajiban, sesuai dengan ketentuan perpajakan kewajiban adalah nilai tercatat
dari kewajiban terkait dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
atau diperlakukan sebagai biaya periode mendatang.

Penentuan dasar pengenaan pajak dari aktiva dan kewajiban tidaklah mudah, karena peraturan
perpajakan lebih mengutamakan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban daripada
pengakuan dan pengukuran aktiva dan kewajiban.Dalam akuntansi perpajakan, aktiva dan kewajiban
merupakan akibat semata mata dari hasil dari pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

Penyajian Dalam LaporanKeuangan

Sebagai metode akuntansi pajak penghasilan yang menerapkan pendekatan aktiva-kewajiban PSAK 46
mengharuskan penyajian aktiva dan kewajiban dan beban pajak penghasilan terkait di dalam laporan
keuangan berdasar ketentuan sebagai berikut :

1. Aktiva dan Kewajiban Pajak

Didalam neraca, aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan secara terpisah dari aktiva dan
kewajiban lainnya. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus juga disajikan
secara terpisah dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini. Aktiva pajak kini disajikan dalam
kelompok aktiva atau kewajiban tidak lancar. Didalam neraca kewajiban pajak kini di offset
dengan aktiva pajak kini dan disajikan sejumlah nettonya

2. Beban Pajak Penghasilan

Didalam Laporan Laba Rugi, penghasilan dan biaya fiskal yang berhubungan dengan laba-rugi
dari aktivitas operasi harus disajikan secara terpisah dari penghasilan atau keuntungan dan biaya
atau kerugian yang berasal dari aktivitas non operasi

3. Pajak Penghasilan Final


Perbedaan nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final
dengan dasar pengenaan pajak tidak boleh diakui sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.

4. Perubahan Tarif Pajak atau Peraturan Perpajakan

Penyesuaian terhadap nilai tercatat aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus
dilakukan apabila terjadi perubahan tarif atau peraturan perpajakan. Efek perubahan diakui dan
disajikan didalam laporan laba rugi dalam periode terjadinya perubahan tarif atau peraturan
perpajakan, sebagai komponen laba rugi dari operasi berlanjut.

Pengungkapan

PSAK 46 juga mengharuskan untuk diungkapkannya informasi lain yang berhubungan dengan
aktiva dan kewajiban pajak sebagai elemen neraca serta penghasilan dan biaya fiskal sebagai elemen
laba rugi tersebut di dalam laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan berikut ini :

1) Unsur unsur utama penghasilan dan biaya fiskal yang meliputi

a) Penghasilan dan biaya fiskal tahun berjalan

b) Penyesuaian yang diakui pada periode berjalan atas pajak kini yang berasal dari periode
sebelumnya

c) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan sementara maupun
realisasinya

d) Penghasilan atau beban pajak tangguhan yang beasal dari perubahan tarif atau peraturan
perpajakan

e) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum diakui
yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak kini

f) Manfaat dari rugi fiskal atau perbedaan sementara periode sebelumnya yang belum diakui
yang dapat diperlakukan sebagai pengurang beban pajak tangguhan

g) Beban pajak tangguhan yang berasal dari penurunan nilai atau pembatalan penurunan
periode sebelumnya atas aktiva pajak tanguhan
2) Jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksi yang dibebenkan atau
dikreditkan langsung kerekening ekuitas

3) Penghasilan dan biaya fiskal yang berasal dari pos luar biasa yang diakui dalam periode berjalan

4) Hubungan antara beban pajak penghasilan dengan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua
bentuk berikut ini :

a) Rekonsiliasi antara beban pajak penghasilan dengan hasil perkalian laba akuntansi dengan
tarif yang berlaku

b) Rekonsiliasi antara tarif pajak efektif dan tarif pajak yang berlaku

5) Efek perubahan tarif pajak dalam tahun berjalan dengan perbandingannya dengan tarif pajak
yang berlaku pada periode sebelumnya, jika ada.

6) Lumlah perbedaan sementara yang boleh dikurangkan dan sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasi dalam periode mendatang yang tidak diakui sebagai aktiva pajak tangguhan

7) Jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang disajikan di dalam neraca dan jumlah beban
atau penghasilan pajak tangguhan yang disajikan di dalam laporan laba rugi; untuk setiap
kelompok perbedaan sementara dan setiap kelompok rugi yang dapat dikompensasi dalam
periode mendatang.

8) Beban pajak dari operasi yang tidak dilanjutkan atau penghentian segmen

9) Sifat bukti yang mendukung pengakuan dan penyajian aktiva pajak tangguhan
PERMASALAHAN KASUS

PT X adalah perusahaan dagang elektronika di Jakarta. Perusahaan ini ingin


menerapkan PSAK 46 didalam laporan keuangannya. Berikut ini adalah sebagian dari
Laporan Keuangan PT X tahun 2001 dan 2002 :

PT X
PERHITUNGAN LABA RUGI
PERIODE 1 JANUARI S/D 31 DESEMBER
(Dalam satuan rupiah)
CATATAN
2001
2002

PENJUALAN
B.1
2.260.250.300
2.599.598.345

HPP
B.2
1.469.338.195
1.777.899.216

LABA KOTOR

791.182.105
821.699.129

BIAYA OPERASI
B.3
694.561.460
704.593.985

PEND(BEBAN ) LAIN LAIN


B.4
25.100.496
7.990.570

LABA BERSIH SBLM PAJAK

121.721.141
125.095.714
Catatan Perhitungan Laba/Rugi
1. Penjualan
Merupakan penjualan bersih selama periode 1 Januari sampai 31 Desember 2001 dan 2002
dengan rinciaan :

2001
2002

Penjualan ke pemungut PPN


486.250.000
559.187.500

Penjualan ke pihak lain


1.774.270.300
2.040.410.845

Jumlah Penjualan
2.260.520.300
2.599.598.345

2. Harga Pokok Penjualan


Merupakan harga pokok barang dagangan yang terjual untuk periode 1 Januari sampai 31
Desember 2001 sebesar 1.469.338.195 dan tahun 2002 sebesar 1.777.899.216

3. Biaya Usaha / Operasi


2001
2002

Gaji Karyawan
382.000.000
382.000.000

Iuran Jamsostek
19.110.000
19.110.000

Komisi Penjualan
26.754.000
26.754.000

Komisi Penjualan
10.525.000
15.787.500

Pesangon Karyawan
36.000.000
0

Makan Siang Karyawan


16.250.000
18.687.500

Penyusutan
139.318.750
139.318.750

Telp, Air, Listrik


12.386.695
14.244.700

Advertensi
9.285.400
23.213.500

PBB & Pajak Reklame


PENERAPAN PSAK 46 TENTANG AKUNTANSI PAJAK
TANGGUHAN
STUDI KASUS PADA PT X

KELOMPOK TRIPLE O
1. ARSANTO RAHARJO OP NIM. 2008120267

2. THOMAS JUHARA NIM. 2008120281

3. YULIANTO NIM. 2008120284

JOINT PROGRAMME FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2008
DAFTAR PUSTAKA

1. Perpajakan Indonesia, Valentina Sri., SE., MSi, Aji Suryo., SE., MM, UPP SMP YKPN
2. Perencanaan Pajak, Erly Suwandy, Salemba Empat
3. Undang Undang No.17 tahun 2000 perubahan ketiga Undang Undang No 7 tahun 1983
tentang pajak penghasilan
4. Intermediate Accounting, Kieso,Weygand,Warfield, Wiley
5. www.scribd.com, Prinsip Akuntansi dalam PSAK 46, Bambang Agus
6. Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia
7. Akuntansi Perpajakan , Harnanto

You might also like