You are on page 1of 28

BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR )

A.

Defenisi Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat

badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants ( BBLR). Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 1. Prematuritas murni Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK). 2. Dismaturitas Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

B.

Etiologi BBLR 1) Faktor Ibu. - Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia gravidarum, dan nefritis akut. - Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 35 tahun. - Keadaan sosial ekonomi Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasanantenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. - Sebab lain Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. 2). Faktor janin. - Hidramion - Kehamilan ganda - Kelainan kromosom. 3). Faktor lingkungan Tempat tinggal didaerah radiasi, terpapar racun dan sosial-ekonomi.

C.

Pathofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

D.

Gambaran Klinis Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai

berikut : Berat badan lahir < 2500 gram, panjang badan < 45 Cm, lingkar dada < 30 Cm, lingkar kepala < 33 Cm. Masa gestasi < 37 minggu. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; - Kepala relatif lebih besar dari badan, - Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, - Muskuloskletal asifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, - Genetalia immatur, - Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan. - Pernafasan sering apnoe dan frekuensi nafas bervariasi. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna. Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain: o Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur. o Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi. o Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler. o Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah terkena penyakit membran hyalin. o Immaturitashepar (hiperbilirubinemia). E. Pencegahan sehingga metabolisme bilirubin terganggu

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan : 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. 2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik. 3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun). 4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. F. Komplikasi G. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC). Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal.

PENATALAKSANAAN

1.

Prematurinitas Murni Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan. Makanan bayi prematur Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari.

Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. 2. Dismaturitas (KMK) menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila frekwensi lebi dari 60 x/ menit dibuat foto thorax. 3. Pemeriksaan diagnostik Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.00024.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ). Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ). Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ). Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta

Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. Pemeriksaan Analisa gas darah.

ASKEP BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR )


A. Pengkajian 1. Aktivitas/ istirahat Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam. 2. Pernafasan Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung, 3. Makanan/ cairan Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg BB/ hari. 4. 5. Berat badan Kurang dari 2500 gram Suhu BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan. 6. Integumen Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering. B. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik 2. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan. 3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas organ tubuh 4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler rapuh dekat permukaan kulit. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur. C. Rencana Keperawatan 1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif. Kriteria : RR normal 40-60 kali/menit, jalan nafas paten, irama reguler. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kaji frekwensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan, lakukan pemantauan jantung dan pernafasan yang kontiniu. 2. Hisap jalan nafas sesuai 2. Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan nafas. kebutuhan. 3. Pertahankan suhu tubuh optimal RASIONAL 1. Membantu dalam membedakan priode perputaran pernafasan yang normal dari serangan apnoe, yaitu terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke-30.

3. Hanya sedikit peningkatan atau penurunan 4. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi suhu lingkungan dapat menimbulkan apnea. 4. Posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan menurunkan episode apnoe, khususnya adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea

2.

Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan. Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal ( 36,4-37,4) INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kaji suhu dengan sering, periksa suhu rektal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebab hangat. Ulangi setiap 15 menit selama penghangatan ulang. RASIONAL 1. Hiopotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaharui bila ada dan penurunan meningkatkan O2 ( hipoksia ) 2. Mempertahankan lingkungan termo 2. Tempatkan bayi pada isolette, netral membantu mencegah stress dingin. penghangat, inkubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua gunakan bantalan pemanas di bawah bayi bila dengan perlu tempat dalam tidur 3. Mencegah kehilangan cairan melalui evavorasi. hubungannya sensitivitas kadar untuk CO2

(hiperkapnea) atau penurunan kadar

isolette atau terbuka. 3. Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah, pertahankan kepala bayi tetap tertutup

3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas organ tubuh. Tujuan: - Peningkatan berat badan 20-30 gr/hari - Mempertahankan berat badan INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Timbang berat badan bayi saat M dan setelah itu setiap hari. RASIONAL 1. Menetapkan kebutuhan kalori dan sesuai/ normal turun sebanyak 5%-10 % dalam 3-4 hari pertama dari kehidupan karena keterbatasan masukan oral. 2. 2. 2. Auskultasi perhatikan bising adanya distensi Indikator yang menunjukkan usus, neonatus lapar.

menerima di ruangan perawatan cairan sesuai dengan BB dasar yang

abdomen, adanya tangisan lemah yang diam bila dirangsang oral diberikan menghisap. dan perilaku 3. 3. Pemberian makanan awal membantu pada bayi yang laju

3. Lakukan pemberian makan oral memenuhi kebutuhan kalori dan cairan awal dengan 5-15 ml air steril, khususnya kemudian dextrose dan air sesuai metabolismenya menggunakan 100- 120 protokol rumah sakit, berlanjut kal/ kg BB setiap 24 jam. pada formula untuk bayi yang makan melalui botol.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kapiler rapuh dekat permukaan kulit. Tujuan : Mempertahankan kulit utuh bebas dari cedera dermal. Kriteria : Integritas kulit baik INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan. 2. Berikan perawatan mulut RASIONAL 1. Mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, yang dapat mengakibatkan sepsis. 2. Membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir. 3. Membantu kemungkinan berhubungan mencegah nekrosis denganedema dengan menggunakan salin atau gliserin scrab. 3. Berikan perubahan latihan posisi rutin gerak, dan

bantal bulu domba atau terbuat dari bahan yang lembut. 4. Mandikan menggunakan sabun bayi air dengan steril dan

dermis di atas penonjolan tulang. 4. Setelah beberapa (empat ) hari, kulit mengalami beberapa sifat bakterisidal karena pH asam.

meminimalkan

manipulasi kulit bayi.

5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur. Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Kriteria : Leukosit normal, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orang tua dan pekerja lain. 2. Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit 3. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi atau perubahan perilaku. 4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai _ocal_l_ rumah sakit. 5. Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia 4. Penggunaan _ocal_l _ocal, triple dye dapat membantu mencegah kolonisasi. 5. ASI yang mengandung memberikan Ig. A, makrofag, limfosit dan netropil beberapa perlindungan dari infeksi. RASIONAL 1. Mencuci tangan adalah praktik yang penting untuk mencegah kontaminasi. 2. Penularan penyakit pada neonatus dari pengunjung dapat terjadi secara langsung. 3. Bermanfaat dalam mendiagnosa infeksi.

EVALUASI KEPERAWATAN
1. Pola nafas yang efektif 2. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,4C-37,4C) 3.Berat badan dalam batas normal 4. Integritas kulit baik 5. Tidak terjadi infeksi

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS DATA Nama Tempat / Tanggal Lahir Nama Ayah/Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Alamam Suku Agama Pendidikan II. KELUHAN UTAMA Berat badan lahir klien BB= 2000 gram III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN Prenatal : Ibu memeriksankan kehamilan ke bidan, tidak ada kelainan pada kehamilan. Saat hamil ibu rajin mengomsumsi zat besi dan vitamin untuk menyehatkan kandungan. Natal : ibu melahirkan sectio karena anak partus tidak maju, melahirkan dirumah sakit dan BB= 2000 gram, PB= 49cm. Posnatal : kesehatan ibu dan bayi baek, ibu masih dirawat dirumah sakit begitu juga bayinya. : By. T : Delitua, 15 September 2012 : Supri/Rahma : Wiraswata : Ibu Rumah Tangga : Patumbak II, Deli serdang : Jawa : Islam : -

IV. KEBUTUHAN DASAR 1. Makanan : Makanan yang disukai/tidak disukai Tidak dapat dikaji Selera Tidak dapat dikaji Alat makan yg dipakai Hanya pakai dot Pola makan/minum Pola makan/3 jam 2. Pola tidur Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada kebiasaan sebelum tidur Tidur siang Tidak tentu Mandi Bayi tidak mandi hanya di lap saja dengan air hangat pada pagi hari Aktivitas bermain Bayi belum mamu bermain Eliminasi Bayi BAK > 5 x/ hari, BAB= 2-3 x/hari. V. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI Diagnosis medis Tindakan Operasi Status cairan Statis Nutrisi : BBLR (Bayi Badan Lahir Rendah) : Tidak ada tindakan operasi pada bayi : IVFD dextrose 10% = 6 gtt/i (mikro) :

Monel drop 3x 0,2 cc

Zamel drop 1x 0,2 cc Dactarin oral (ac) 3x1/4 cth Inj. Ranitidin 2 strip/8 jam Inj. Cefotaxime 100 mg/ 12 jam Hipobac 12,5 mg/hari Aktifitas LAB Rontgen Lain-lain : minum susu, tidur, menangis, BAK/BAB Memberikan susu 3 jam sekali Mengganti popok bayi Mengukur tanda vital Memantau suhu inkubator Memberikan therapi sesuai anjuran dokter : tidak ada pemeriksaan LAB : tidak ada pemeriksaan rontgen : tidak ada

Tndakan keperawatan :

VI. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum 36,4 C, RR 72 x/I, Hr : 134 x/I 2. TB/BB 3. Lingkar kepala 4. Kepala cekung ataupun cembung 5. Mata muda, 6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada leher : simetris, pupil isokor, sclera normal, konjungtiva merah : 49 cm, 2 kg : 33,5 cm : kepala bersih, tidak ada kelainan, fontanel tidak : keadaan klien lemah, klien sering menangis, temp :

7. Telinga 8. Hidung 9. Mulut 10. Dada 11. Paru-paru paru 12. Jantung 13. Perut 14. Punggung punggung 15. Genitalia genitalia bersih. 16. Ekstremitas : a. Ekstremitas atas b. Ekstremitas bawah 17. Tanda vital a. RR b. HR c. TD : 72 x/i : 134 x/i : -:

: simetris kana dan kiri, tidak ada secret, tidak : lubang hidung 2, hidung simetris kana dan kiri : simetris, bibir lembab, warna bibir merah : simetris, tidak ada retraksi, pengembangan dada (+), : pernafasan + 49 x/I, tidak ada kelainan pada paru: suara jantung lup dup, HR : 134x/i : asites (-), peritaltik (+), tidak ada kelainan pada perut : punggung simetris, tidak ada kelainan pada : tidak ada kelainan pada genitalia, anus ada,

berbau, dan tidak ada kelainan pada telinga

: jari-jari lengkap, tidak ada kelainan pada jari, : jari-jari lengkap, tidak ada kelainan pada jari,

ektremitas dapat di gerakn ke segala arah ektremitas dapat di gerakn ke segala arah

d. Temp : 36,4 C VII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN 1. Kemandirian bergaul : klien belum dapat bergaul 2. Motorik halus 3. Motorik kasar 4. Bahasa : bayi menggerakna badanya dengan lemah : bayi menggerakna badanya dengan lemah : bayi belum dapat berbahasa dengan bahasa uindonesia,

hanya ketika bayi BAK atau ingin minum dia menangis.

ANALISA DATA
NO. DATA 1. DS = --DO = pernafasan klien cepat dan di atas normal. RR = 72 x/i, klien menggunakan O2 liter ETIOLOGI Imaturitas paru MASALAH Ketidakefektifan pola nafas

2.

DS = --DO = daya hisap klien lemah, klien tidak mengenali puting, klien selalu muntah setelah di berikan susu, BB klien = 2000 gr.

Reflek menghisap lemah Imaturitas paru

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MASALAH KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas b/d Imaturitas paru d/d pernafasan klien cepat dan di atas normal. RR = 72 x/i, klien menggunakan O2 liter 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Reflek menghisap lemah, Imaturitas paru d/d daya hisap klien lemah, klien tidak mengenali puting, klien selalu muntah setelah di berikan susu, BB klien = 2000 gr.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Dx. Dx. 1

TUJUAN
- Menunjukkan pola nafas yang efektif.

INTERVENSI RASIONAL kaji frekwensi Membantu dalam pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya perubahan apnea dan frekwensi membedakan priode perputaran pernafasan yang normal dari serangan apnoe, yaitu terutama sering terjadi sebelum gestasi minggu ke-30.

jantung, tonus otot dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan, pemantauan kontiniu. lakukan jantung

dan pernafasan yang Menghilangkan mukus Hisap jalan nafas yang menyumbat jalan nafas. suhu Hanya peningkatan penurunan Posisikan terlentang gulungan bawah bahu bayi pada lingkungan ini abdomen atau posisi popok di sedikit atau suhu dapat dapat dan episode khususnya hipoksia, sesuai kebutuhan. Pertahankan tubuh optimal

menimbulkan apnea. memudahkan pernafasan menurunkan apnoe, adanya

dengan Posisi untuk sedikit

menghasilkan hiperekstens

asidosis metabolik atau

hiperkapnea DX.2
Timbang berat badan -Peningkatan berat badan 20-30 gr/hari - Mempertahankan berat badan bayi saat menerima di ruangan perawatan dan setelah itu setiap hari.

Menetapkan

kebutuhan kalori dan cairan sesuai dengan BB dasar yang sesuai/ normal turun sebanyak 5%-10 % dalam 3-4 hari pertama dari karena kehidupan

Auskultasi bising usus, perhatikan distensi yang adanya abdomen, diam bila oral

keterbatasan masukan oral


Indikator yang

adanya tangisan lemah dirangsang menghisap. Lakukan makan steril, pemberian oral awal

menunjukkan neonatus lapar. Pemberian awal memenuhi makanan membantu

diberikan dan perilaku

kebutuhan kalori dan cairan khususnya pada bayi yang laju 100metabolismenya menggunakan 24 jam. 120 kal/ kg BB setiap

dengan 5-15 ml air kemudian dextrose dan air sesuai protokol rumah sakit, berlanjut pada formula untuk bayi yang makan melalui botol.

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl Selasa/ 18 sept 2012

dx.keperawatn Implementasi 1. Ketidakefektifan pola Mengukur TTV nafas b/d Imaturitas paru Tem: 36,2 c RR: 70 x/i d/d pernafasan klien HR: 124 x/i cepat dan di atas normal. memberikan RR = 72 x/i, klien menggunakan liter. O2 posisi yang nyaman pada bayi memantau apakah sianosis memantau perkembangan

Evaluasi S: O: pernafasan bayi masih cepat RR: 70 x/i A: pola nafas belum efektif. P: intervensi dilanjutkan.

S:_ 2. Ketidakseimbangan nutrisi kebutuhan Reflek kurang tubuh dari b/d memberikan susu SGM BBLR 20cc/3jam melalui oral. 0 : BB 2000 gram membrane mkosa lembab, muntah (+) A: kebutuhan ntrisi belum terpenuhi. P: Intervensi dilanjut. berat badan 2000 gram lemah, klien tidak mengenali puting, klien Mengganti popok bayi selalu muntah setelah di berikan susu, BB klien = Mengganti cairan bayi

menghisap

lemah, Imaturitas paru Menimbang d/d daya hisap klien

2000 gr.

dextrose 10 % 6 tts/i

Hari/tgl Rabu/ 19 sept 2012

dx.keperawatn
b/d Imaturitas paru

Implementasi S: d/d Tem: 37 c

Evaluasi O: pernafasan bayi masih cepat RR: 52 x/i A: pola nafas belum efektif. P: intervensi dilanjutkan. S:_ 0 : BB 2000 gram membrane mkosa lembab, muntah (+)

1.Ketidakefektifan pola nafas Mengukur TTV

pernafasan klien cepat dan di atas normal. RR = 72 x/i, klien menggunakan O2 liter.

RR: 52 x/i HR: 136 x/i memberikan posisi yang nyaman pada bayi memantau apakah sianosis memantau perkembangan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kebutuhan Reflek kurang tubuh dari b/d

memberikan susu SGM BBLR 20cc/3jam melalui oral. Menimbang berat badan 2000 gram Mengganti popok bayi

A: kebutuhan ntrisi belum terpenuhi. P: Intervensi dilanjut.

menghisap

lemah, Imaturitas paru d/d daya hisap klien lemah, klien tidak

mengenali puting, klien selalu muntah setelah di

berikan susu, BB klien = 2000 gr. Mengganti cairan bayi dextrose 10 % 6 tts/i

Hari/tgl Kamis/ 20 sept 2012

Implementasi 1. Ketidakefektifan pola Mengukur TTV


nafas b/d Imaturitas paru Tem: 36,7 c d/d pernafasan klien cepat dan di atas normal. RR = 72 x/i, klien menggunakan O2 liter.

dx.keperawatn

Evaluasi S: O: pernafasan bayi masih cepat RR: 44 x/i A: pola nafas belum efektif. P: intervensi dilanjutkan.

RR: 44x/i HR: 134 x/i memberikan posisi yang nyaman pada bayi memantau apakah sianosis memantau perkembangan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang tubuh dari b/d

memberikan susu SGM BBLR 20cc/3jam melalui oral. Menimbang

S:_ 0 : BB 2050 gram membrane mkosa lembab, muntah (+) A: kebutuhan ntrisi belum

kebutuhan Reflek

menghisap

lemah, Imaturitas paru

d/d daya hisap klien lemah, klien tidak

berat badan 2050 terpenuhi. gram P: Intervensi dilanjut.

mengenali puting, klien Mengganti selalu muntah setelah di popok bayi

berikan susu, BB klien = Memberikann 2000 gr. inj. metronidazol 100 gr/ 8 jam

You might also like