You are on page 1of 3

TANGGUL RAKSASA: Gandeng Belanda, Mega Proyek US$26 Miliar Dibangun 2014

Dewi Andriani Selasa, 24 Juli 2012 | 16:36 WIB


More Sharing Services Share on google Share on email

JAKARTA: Pemerintah membangun mega proyek Jakarta Coastel Development Strategy (JCDS) atau tanggul raksasa senilai US$26 miliar pada 2014 guna mengantisipasi terjadinya banjir air laut sekaligus memenuhi kebutuhan air bersih di Jakarta Kesepakatan perencanaan pembangunan proyek ini telah dimulai sejak 2007 antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia dengan Kementerian Lingkungan Hidup Belanda. Asisten Deputi Menteri Urusan Infrastruktur Sumber Daya Air Kemenko Perekonomian Purba Robert M Sianipar mengatakan saat ini pemerintah Indonesia dibantu Belanda tengah menyiapkan kerangka design yang akan menjadi masukan dalam pembuatan masterplan dan penguatan kapasitas proyek. Menurutnya, masterplan tersebut baru akan ditender pada Agustus mendatang kepada konsultan Belanda. Rencananya September sudah ada pemasukan dan mulai proses evaluasi sehingga diharapkan Oktober sudah didapatkan pemenang. Robert menuturkan, meskipun tender konsultan dibuka untuk Belanda namun harus menggandeng konsultan lokal sebab mereka yang lebih mengetahui seluk beluk daerah di

Jakarta, sekaligus untuk transfer of knowledge. Kalau sudah ada pemenang bisa dilakukan studi dan perencanaan secara keseluruhan serta detail engineering design (DED) dalam kurun 24 bulan sehingga Oktober 2014 sudah didapatkan masterplannya dan pembangunan dapat dilaksanakan dengan estimasi dana sekitar US$26 miliar atau Rp260 triliun, ujarnya kepada Bisnis ditemui di kantornya, Selasa (24/7/2012). Robert mengatakan proyek tanggul raksasa yang akan dibangun di pesisir pantai utara Jakarta tersebut dilaksanakan dalam tiga tahapan Tahap pertama 2014 hingga 2020 dengan anggaran sebesar US$3,6 miliar akan dilakukan pembangunan dan penguatan tanggul setinggi minimal 5 meter dengan panjang sekitar 30 km hingga 40 km yang membentang dari barat Jakarta hingga timur Jakarta. Tanggul pertama ini menurutnya dibangun sebagai pengamanan terjadinya banjir air laut di Jakarta akibat penurunan permukaan tanah dibeberapa titik mencapai 18cm/tahun hingga 26cm/tahun akibat pengambilan air tanah oleh masyarakat. Kalau tidak ada pertahanan ini maka Jakarta akan terendam banjir air laut, ucapnya. Tahap kedua 2020 hingga 2025 dengan alokasi sebesar US$10 miliar hingga US$11 miliar akan dibangun tanggul kedua yang berjarang sekitar 3 km dari tanggul pertama. Lokasi yang berjarak sekitar 3 km dintara dua tanggul tersebut rencananya akan menjadi lahan reklamasi untuk pengembangan kawasan menjadi kota aqualife. Sementara bagian atasnya akan dibangun jalan tol sepanjang 59 km dengan 10 lajur yang nantinya akan terhubung dengan tol dalam kota, termasuk juga pembangunan rel kereta api. Mengingat komersilnya pembangunan jalan tol dan pengembangan kawasan aqualife tersebut, maka pemerintah berencana untuk menawarkan kepada swasta dengan skema public private partnership. Kami akan mengajak swasta untuk pengembangan kawasan di lahan reklamasi karena harga jualnya pasti akan tinggi, termasuk juga untuk pembangunan jalan tol di atas tanggul tersebut. Ini sudah disinkoronkan dengan Masterplan Priority Area (MPA, ungkapnya. Tahap ketiga rencananya akan dibangun pada 2025 hingga 2030 dengan anggaran US$12 miliar hingga US$13 miliar. Pada tahap ini akan dibangun tanggul ultimate yang berbatasan langsung dengan laut. Jarak sekitar 3 km dari tanggul kedua tersebut akan dijadikan sebagai kolam penampungan raksasa seluas 10.000 hektar yang akan menampung aliran 13 sungai di Jakarta. Air sungai yang masuk ke kolam ini harus sudah diolah dengan pembangunan drainase dan sanitasi sehingga air yang masuk sudah bersih dan dapat dimanfaatkan sebagai air minum untuk warga DKI Jakarta.

Dengan bertambahnya sumber air tersebut maka akan menghindari adanya penyedotan air tanah oleh masyarakat yang berdampak pada semakin menurunnya muka air tanah. Pada tahap tiga ini juga akan dibangun pompa berkapasitas 500 m3/detik untuk memompa air ke dalam laut. Ini pompa air paling besar karena yang di terbesar saat ini 450 m3/detik. Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menuturkan melalui pembangunan tanggul yang juga dapat menampung air sungai yang diolah menjadi air tawar itu, warga DKI tidak lagi menggunakan air tanah sehingga penurunan permukaan air tanah dapat dihentikan. Dengan adanya proyek ini maka permukaan tanah yang diperkirakan akan menurun sekitar 5 hingga 6 meter pada akhir abad ini akan berkurang menjadi sekitar 1,5 meter hingga 2 meter. Ini sebagai bentuk antispasi. Tanpa adanya ini, permukaan tanah semakin turun, dan air laut akan masuk ke Jakarta. Sekaligus untuk menambah kapasitas jalan raya dan jalan tol di Jakarta. (bas)(Foto:boxbarrier.com)

You might also like