You are on page 1of 62

Materi Halaqoh

MATERI TARBIYAH No Judul Materi 1 Marifatu diinul Islam 2 Pokok-pokok Ajaran Islam 3 Mana Syahadatain (Arti dua kalimat syahadat) 4 Syarat-syarat diterimanya syahadat 5 Beberapa Hal Yang Membatalkan Syahadat 6 Arti La Ilaha Illallah 7 Marifatullah (Mengenal Allah SWT) 8 Tauhidullah 9 Tauhidul Asma Wassifat 10 Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul 11 Tarifur Rasul 12 Makanatur Rasul 13 Shifatur Rasul 14 Wazhifatur Rasul 15 Khasais Risalah Muhammad SAW 16 Wajibatul Muslim Nahwar Rasul 17 Natijatu Risalah Muhammad SAW 18 Ilmu Allah SWT 19 Tariful Quran 20 Ahwalul Muslimin (Kelemahan Muslimin Dewasa Ini) 21 Gazwul Fikri 22 Zionisme Internasional 23 Gerakan Terselubung Yang Memusuhi Islam 24 Lembaga-lembaga Yang Menentang Islam 25 Girah Agama 26 Ahammiyatut Tarbiyah (Urgensi Kaderisasi) 27 Dakwah di Negeri-negeri Muslim 28 Perjalanan Gerakan Dakwah Pemuda 31 Ihsan dalam Sholat 34 Aurat dan Pakaian 35 Akhlaq kepada Kaum Muslim 36 Memenuhi Janji 37 Menundukkan Pandangan 38 Tidak Berteman dengan Orang Buruk dan Sifat Immaah (ikut-ikutan) 39 Menjaga Kehalalan Harta 40 Birrul Walidain 41 Girah pada Keluarga 42 Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua 43 Memilih Pasangan 44 Hak-hak Manusia 45 Berpartisipasi Dalam Kerja-kerja JamaI 46 Saluran Politik 57 Marhalah Makkiyah dan Karakteristiknya 70 Siksa Kubur

71 Ihsan 72 Hizbusy Syaithan: Menjadikan syetan sebagai musuh 97 Hidup Bersih dan Sehat Diposkan oleh Iskandar Z di 03:02 Label: Kurikulum Majelis Ta'lim

Seri Rangkuman Materi Halaqoh (:5 Karakter Kader Pilihan)


KARAKTER KADER PILIHAN 1. Membina, ruh, semangat, Mewujudkan Ghiroh dalam dirinya ( Denganya, ia akan memiliki ketahanan motivasi yang akan melahirkan keimanan yang mendalam dan kecintaan yang mendalam kepada Allah) 2. Meningkatkan daya inisiatif dan bersegera dalam melakukan kebaikan (sehingga dia akan memiliki ilmu yang luas, pengalaman yang banyak, dan kepekaan terhadap kondisi sekeliling ) sehingga mampu bergerak ccepat 3. Membina dan membangun Rasa Tanggung Jawab 4. Meningkatkan semangat berkorban dan mengabdi kepada Allah (ruh mengabdi kepada Allah) 5. Meningkatkan potensi dirinya

Sabtu, 16 Februari 2008

MENGHINDARI JIMAT, JAMPI, PERDUKUNAN DAN PARANORMAL


MENGHINDARI JIMAT, JAMPI, PERDUKUNAN DAN PARANORMAL TUJUAN Setelah mengikuti materi ini, pemirsa diharapkan mampu : 1. Mendefinisikan jimat, jampi dukun dan paranormal 2. Membedakan jimat yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan agama 3. Menunjukkan bahaya jimat dan jampi dalam akidah Islam 4. Menunjukkan cara kerja dukun dan paranormal 5. Menunjukkan dalil-dalil tentang jimat, jampi, dukun dan paranormal 6. Menunjukkan hukum menjadi dukun dan paranormal 7. Menunjukkan bahaya mengunjungi dukun dan paranormal POKOK-POKOK MATERI Bertawakkal dan berpegang teguh hanya kepada Allah dalam semua urusan adalah prinsip dasar keimanan. Firman Allah : Karena itu, hendaklah kepada Allah saja, orang orang mukmin bertawakkal QS. 3:160 Dan hanya kepada Allah, hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang beriman QS. 5:23

Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya QS. 65:3 Penggunaan sarana-sarana untuk mencapai tujuan dengan tetap berkeyakinan - bahwa keberhasilannya tergantung pada Allah- tidak menafikan makna tawakkal. Rasulullah SAW orang yang paling bertawakkal kepada Allah tetap menggunakan sarana-sarana fisik untuk memenuhi kebutuhannya seperti berobat sewaktu sakit, dsb. Penggunaan sarana-sarana jahiliyyah untuk mencapai tujuan, tidak diperbolehkan bagi setiap muslim, bahkan ia wajib menolak dan memeranginya. Demikianlah yang pernah dilakukan oleh Nabi beserta para sahabatnya. Islam memberikan penjelasan yang membedakan cara jahiliyyah dan Islamiyyah dalam hal jimat dan jampi untuk menjaga dan melindungi aqidah ummat dari keterpurukan syirik. Tarif dan Hukumnya 1.AT TAMAIM/JIMAT At Tamaim adalah bentuk jama dari kata Tamimah, yaitu untaian batu atau semacamnya yang oleh orang Arab terdahulu dikalungkan pada leher, khususnya anak-anak, dengan dugaan ia bisa mengusir jin, atau menjadi benteng dari pengaruh jahat, dan semacamnya. Dalam bahasa kita sering disebut dengan jimat, atau pusaka. Tradisi ini kemudian dibatalkan oleh Islam. Bahwa tidak ada yang bisa menolak dan menghalangi bahaya kecuali Allah. (QS. 6:17) Sabda Nabi : Dari Uqbah bin Amir, ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Barang siapa menggantungkan tamimah (jimat) semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya, dan barang siapa menggantungkan wadaah (sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai rumah kerang. Menurut anggapan jahiliyah dapat digunakan sebagai penangkal penyakit) semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. HR. Ahmad. Termasuk dalam pengertian tamimah adalah : jamiah (aji-ajian terbuat dari tulisan), khorz (jimat penangkal terbuat dari benda-benda kecil dari laut dan semacamnya), hijab (jarum tusuk atau semacamnya yang diyakini bisa membentengi diri) dan semacamnya. Jika tamimah terbuat dari ayat-ayat Al Quran, atau memuat nama-nama dari sifat Allah, ulama salaf berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian memperbolehkan dan sebagian lain melarang, dengan alasan : a. Umumnya dalil yang melarang bentuk tamimah b. Saddudz-Dzariah (preventif), karena memperbolehkan tamimah dari Al Quran akan membuka peluang dari selainnya. c. Diperbolehkannya tamimah dari Al Quran, menjadi bentuk pelecehan Al Quran. Karena pemakainya akan membawanya ke tempat-tempat najis atau sejenisnya. Seperti waktu buang hajat, haidh, junub, dan sebagainya. d. Tamimah dengan Al Quran akan berdampak pada pengecilan peran dan tujuan Al Quran diturunkan. Sebab Al Quran diturunkan untuk menjadi petunjuk,bukan untuk tamimah dan isi kalung. 2.RUQYAH/JAMPI-JAMPI

Ruqyah adalah kalimat-kalimat atau gumaman-gumaman tertentu yang biasa dilakukan orang jahiliyah dengan keyakinan bisa menangkal bahaya, menyembuhkan penyakit, dsb, dengan meminta bantuan kepada jin, atau dengan menyebut nama-nama asing dan katakata yang tidak difahami. Islam melarang perbuatan ini, sebagaimana dalam sabda Nabi : Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah (sesuatu yang dibuat/dibikin dengan anggapan menjadikan suami/istri mencintai pasangannya, sering disebut :guna-guna/pelet ) adalah syirik HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah. Ruqyah yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah ruqyah yang berisi permohonan pertolongan kepada selain Allah. Adapun ruqyah yang menggunakan Asma, sifat, firman Allah, dan pernah dicontohkan Rasulullah , maka hukumnya jaiz/boleh, bahkan dianjurkan. Seperti yang ditunjukkan oleh hadits Imam Muslim : Dari Auf bin Malik ra, berkata:Saya pernah meruqyah di masa jahiliyyah, lalu saya bertanya kepada Rasulullah: Bagaimana menurutmu Ya Rasulallah? Sabda Nabi : Tunjukkan kepadaku jampi-jampi kalian, tidak apa-apa selama tidak mengandung syirik. Dengan demikian hukum mantera ada dua macam : haram dan halal. a.Haram Mantera/jampi yang haram adalah yang di dalamnya terdapat permohonan bantuan kepada selain Allah, atau dengan selain Bahasa Arab. Mantera yang demikian bisa menyebabkan kafir atau ucapan yang mengandung syirik. b.Halal/boleh Imam Nawawi, Ibn Hajar, dan As Suyuti memperbolehkan ruqyah selain yang tersebut di atas dengan syarat : 1.menggunakan kalamullah, asma atau sifat-Nya 2.menggunakan Bahasa Arab dan diketahui maknanya 3.berkeyakinan bahwa ruqyah tidak mempunyai pengaruh dengan sendirinya, akan tetapi karena taqdir Allah. 3.AR RAML/MERAMAL Ar Raml adalah cara mencari barang yang hilang dengan cara membuat garis-garis di atas pasir/tanah.. Termasuk dalam kategori ini adalah ramalan bintang/astrologi, yang dalam agama dikenal dengan istilah tanjim. Perbuatan ini termasuk dalam kategori sihir dan dajl (kebohongan besar). Rasulullah bersabda : Barangsiapa mengutip ilmu (pengetahuan) dari bintang, ia telah mengutip satu cabang dari sihir, ia bertambah sesuai dengan tambahan yang dikutip. HR. Abu Daud, Ibn Majah, Ahmad Hadits ini ditujukan kepada orang yang mempelajari aspek perbintangan yang bisa menghantarkan kepada kekufuran, seperti mengklaim ilmu ghaib. Hal ini termasuk sihir dan syirik, sebab tidak ada yang mengetahui alam gaib selain Allah. Hadits ini tidak ditujukan kepada orang yang mempelajari jarak bintang, posisi, ukuran besar, daerah edarnya dan semacamnya, yang bisa diketahui dengan pengamatan, teleskop

dan semacamnya yang dikenal dengan ilmu falak (astronom). Sebab ilmu ini memiliki dasar kaidah dan sarananya. Perbuatan yang sama dengan tanjim adalah kahanah dan arrafah, pelakunya disebut Kahin dan Arraf. Kahin adalah orang yang menginformasikan tentang hal-hal gaib di masa datang, atau yang menginformasikan tentang sesuatu yang ada pada hati manusia. Arraf adalah nama yang mencakup Kahin, Munajjim (pelaku tanjim)Rammal (peramal) dan semacamnya, yang mengaku mengetahui ilmu gaib, baik tentang masa datang atau yang ada pada hati manusia, baik dengan cara berhubungan dengan jin, atau melihat (mengamati) atau dengan menggaris-garis di pasir, atau membaca telapak tangan, lepek (tatakan gelas) atau benda lainnya. Rasulullah SAW bersabda tentang mereka: Siapa yang mendatangi Arraf lalu ia menanyakan sesuatu dan membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari HR. Muslim dan Ahmad. Barangsiapa mendatangi Kahin (dukun) lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, niscaya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW. HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad dan Ad Darimiy. Demikian ini keadaan orang yang mendatangi dukun. Bagaimana dengan yang ditanya (dukunnya)? Perbuatan demikian dilarang dalam Islam dan dianggap kufur terhadap ajaran yang diturunkan kepada Muhammad, karena dalam ajaran itu ditegaskan bahwa tidak ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah SWT. Pola perdukunan di masa Jahiliyah terbagi dalam tiga macam : 1. Bekerja sama dengan jin, yang memberikan informasi kepada dukun itu, setelah mencuri informasi dari langit. 2. Memberitahukan sesuatu yang diketahui dan pernah terjadi di wilayah lain, kepada orang yang bertanya sesuatu kepadanya. 3. Munajjim, dengan menggunakan bintang-bintang. Wallahu alam

JIMAT, JAMPI PERDUKUNAN DAN PARANORMAL Setelah mengikuti siaran ini pemirsa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini

PILIHLAH (B) JIKA PERNYATAAN BETUL DAN (S) JIKA SALAH 1. B S Menggunakan jimat tidak bertentangan dengan prinsip tawakkal kepada Allah 2. B S Jimat dalam agama disebut Tamimah, biasanya berupa kalung 3. B S Jimat yang terbuat dari ayat-ayat Al Quran, para ulama sepakat memperbolehkan 4. B S Jampi-jampi yang dilarang adalah jampi-jampi yang berbentuk gumaman tak bermakna 5. B S Ar Raml, berasal dari bahasa Arab yang berarti melihat nasib lewat telapak tangan 6. B S Susuk yang dipakai seseorang untuk dicintai lawan jenisnya adalah perbuatan syirik. 7. B S Orang yang mengaku mengetahui masa depan seseorang disebut dengan Kahin 8. B S Mendatangi dukun saja seseorang akan ditolak shalatnya selama 40 hari 9. B S Karena tidak diterima shalatnya maka ia harus mengganti/mengqadla. 10. B S Ilmu perbintangan yang dipakai untuk menentukan arah disebut ilmu nujum. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR 1. Yang tidak termasuk dalam pola perdukunan di masa jahiliyah, adalah : a. bekerja sama dengan jin b. belajar dari kejadian serupa di tempat lain c. menggunakan posisi bintang d. kebiasaan yang pernah ada 2. Mempercayai dukun dapat berakibat a. tidak diterima shalatnya selama 40 hari b. kufur dengan ajaran Muhammad c. kufur dengan Allah d. jauh dari sikap tawakkal 3. Barang siapa menggantungkan tamimah, maka a. Allah tidak mengabulkan keinginannya b. Allah tidak memberi ketenangan c. Allah tidak memberi jaminan d. Allah tidak memberi kesembuhan 4. Biasanya orang yang menggunakan tamimah di leher, adalah untuk tujuan berikut ini kecuali: a. mengusir jin b. tolak balak c. membentengi pengaruh jahat d. penglaris dagangan 5. Sesuatu yang dibuat untuk membikin pasangan senang, dalam agama disebut: a. tiwalah b. ruqyah c. tamimah d. mahabbah 6. Ruqyah yang diperbolehkan dalam agama harus memenuhi syarat berikut ini, kecuali: a. menggunakan sifat Allah b. Berbahasa Arab c. diyakini kemampuannya d. diketahui maknanya 7. Tanjim termasuk dalam kategori : a. ruqyah b. raml c. tamimah d. hijab 8. Karena beberapa alasan tamimah meskipun dengan Al Quran dihukumi: a. boleh b. tidak boleh d. dipertimbangkan d. diperingatkan 9. Gumaman-gumaman tertentu yang dianggap dapat menghindarkan bahaya, disebut: a. ruqyah b. raml c. tamimah d. hijab 10. Seseorang yang mengaku mengetahui hati manusia. Atau masa depan seseorang disebut : a. arraf b. kahin c. ahli nujum d. tukang ramal Diposkan oleh Iskandar Z di 08:23 0 komentar Label: Ma'na Syahadatain

Rabu, 02 Januari 2008

Syarat-syarat Diterimanya Syahadat


Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hujurat: 15) Dua kalimat syahadat merupakan pintu gerbang ajaran Islam. Mereka yang memasukinya berarti mereka memproklamirkan dirinya sebagai muslim. Pernyataan diri sebagai muslim menuntut memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dengan kalimat syahadat ini berarti mereka perlu pemahaman yang mendalam tentangnya. Memahaminya akan menghantarkan manusia kepada syurga. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. "Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tiada ilah selain Allah, maka ia masuk syurga.".(HR Muslim). Tetapi kalimat ini tidak akan memberikan kebaikan kepada manusia hanya dengan mengulang-ulang pengucapannya atau menghafal lafaz-lafaznya. Karena kalimat ini bukanlah bak mantra-mantra sihir yang ketika dibacanya akan memberikan pengaruh meskipun tanpa mengetahui makna yang diucapkannya. Akan tetapi kalimat ini memiliki konsekwensi pemenuhan syarat-syaratnya. Wahab bin Munabbih pernah ditanya: "Bukankah laa ilaaha Illallah merupakan pintu syurga? Kemudian Wahab menjawab, "Benar", tetapi tidak ada kunci kecuali ia mempunyai gigi-gigi. Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan dibukakan untukmu. Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu. Yang dimaksud gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaaha Illallah. Dengan demikian syahadat sebagai rukun pertama ajaran Islam ini menjadi syah manakala mereka yang mengucapkannya memenuhi syarat-syaratnya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut: 1. Pengetahuan Pengetahuan di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan dari kalimat syahadat tersebut. Ada dua hal penting di dalamnya, yaitu sesuatu yang dinafikan (ilaah) dan yang ditetapkan (Allah). Dengan mengetahuinya secara tepat dan benar dapat menangkal kebodohan. Oleh sebab itu memiliki pengetahuan tentang syahadat menjadi tuntutan ajaran ini agar dapat mengamalkannya dengan baik. Sedang kebodohan atau ketidak mengertian makna kalimat syahadat dapat menjadi penghambat pengamalannya. Mughirah bin Syubah sebelum mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Ia mengetahui betul arti kalimat itu. Malah ia meprediksi bahwa dengan kalimat itu Rasulullah SAW. akan dimusuhi komunitas Arab dan Non Arab. Firman Allah, " Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu." [QS. Muhammad:19]. 2. Penerimaan Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini dari hati secara bulat menerima nilai-nilai serta kandungan yang terdapat dalam kalimat syahadat. Menerima segala tuntutan maupun resikonya yang pahit. Bilal bin Rabah ra. menerima semua akibat dari kalimat syahadat yang ia ucapkan. Meski diseret-seret di padang pasir, dijemur pada teriknya sinar matahari, ditindih badannya dengan batu besar ataupun bentuk resiko

lainnya. Tidak ada keberatan dan tanpa ada rasa terpaksa sedikit pun. Perilaku keimanan yang terpancar dari pengetahuannya akan selalu menerima secara total keputusan dari Allah dan Rasul-Nya.. Penerimaan yang mutlak tanpa reserve dapat menangkal sikap pembangkangan. Allah mengkisahkan kabar generasi masa lampau tentang keselamatan bagi yang menerima Laa ilaha Illallah dan siksaan bagi orang yang menolak. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya). Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. (QS. Ash Shaffat: 35 38). 3. Keyakinan Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus yakin terhadap pengertian yang terdapat didalamnya dengan sepenuh hati. Sebab keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan prasangka [QS. Al Hujurat:15]. Yakin terhadap yang diucapkan membawa dirinya pada sikap istiqamah sedangkan keragu-raguan akan menimbulkan kemunafikan. Iman yang benar tidak bercampur dengan keraguan. Dengan itu akan akan menjadi ringan dalam memberikan pengorbanan untuk memperjuangkan Islam. Adanya rasa keyakinan dapat menangkal keraguan. Rasulullah SAW bersabda: Saya bersaaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Dengan dua kesaksian ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba tidak akan bertemu Allah kecuali ia masuk surga (HR Muslim dari Abu Hurairah ra.) 4. Keikhlasan Keikhlasan merupakan dasar yang paling kukuh dalam pelaksanaan syahadat. Karena ia menjadi bagian dari pengamalan ibadah kepada Allah SWT. Memurnikan amalan ibadah dilakukan dengan niat yang baik dan benar. Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk syirik [QS. Az Zumar: 3]. "Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara mumi dari hatinya." [HR Bukhari] "Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan laa ilaaha Illallah, yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla." [HR Muslim] 5. Kejujuran Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari sanubarinya dengan jujur dan benar tanpa dicampuri sedikit pun kebohongan. Kejujuran akan menimbulkan ketaatan dan kebohongan akan menimbulkan kemaksiatan dan pengkhianatan. Bahkan kejujuran dapat menafikan kedustaan dan kemunafikan. Ia membuktikan ikrarnya dengan amal nyata dalam kesehariannya. Perbuatannya seperti yang diucapkannya. Ucapannya keluar dari keyakinan dalam hatinya. Semua terpancar dalam kejujuran sikapnya terhadap kalimat syahadat tersebut. [QS. Al Ankabut:1-3]. "Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya dengan sebenarnya dari hati, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya." [HR Bukhari dari Muadz bin Jabal] 6. Kecintaan Ucaran laa ilaha Illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan segenap rasa cinta dalam mengamalkannya. Kecintaan sebagai ungkapan rasa suka yang melapangkan dada. Dengan rasa cinta segala beban akan ringan segala yang sulit menjadi mudah. Ia merupakan unsur yang sangat penting, karena untuk menegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan

lahir dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak dapat dipisahkan [QS. Al Baqarah:165]. Kecintaan dapat menafikan kebencian. Hubaib bin Ady ra. adalah sosok yang menggambarkan bentuk kecintaan dan pengorbanan sebagai konsekwensi dari kalimat syahadat yang ia yakini. Ia tidak rela bila Rasulullah SAW. mengalami kesulitan dan ia lebih memilih dirinyalah yang akan menanggung segala kesulitan tersebut karena cintanya pada Rasulullah SAW. "Tiga perkara barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan mendapatkan kenikmatan dan manisnya iman, atau menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada semua cintanya selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak mencintainya melainkan karena, Allah; dan menolak kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak untuk dilemparkan ke dalam api neraka. [HR Bukhari] 7. Kepatuhan Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat pada kalimat ini. Mukmin yang komitmen pada keyakinannya akan mematuhi ketentuan yang digariskan kepadanya. Ia akan tunduk pada ketentuan itu dengan ridha dan lapang hati. [QS. Luqman: 22]. Ketundukkan dapat menangkal penolakan. "Tidak beriman di antara kamu sehingga menjadikan kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa." (Al Hadits). (Drs. DH. Al Yusni) Diposkan oleh Iskandar Z di 04:36 0 komentar Label: Ma'na Syahadatain
Jumat, 28 Desember 2007

Pentingnya Syahadatain
Pentingnya Syahadatain Ust. Tizar zein Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah.. (QS47:19) Jumlah umat Islam kini sangat banyak. Sebagian besar mereka terkategorikan sebagai Islam keturunan atau kebetulan terlahir sebagai muslim dari orang tua. Kenyataan akan jumlah yang banyak tidak berkorelasi dengan pemahamannya kepada Islam secara benar, orisinil dan utuh. Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua kalimat syahadah (syahadatain). Kalimat tersebut terdiri dari Laa Ilaaha Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan. Syahadatain merupakan fondasi atau asas dari bangunan keislamam seorang muslim. Jika fondasinya tidak kuat maka rumahnya pun tidak akan kuat bertahan. Ayat di atas, menjelaskan bahwa umat Islam tidak dibenarkan hanya sekedar mengucapkan atau melafalkan dua kalimat syahadah, tetapi seharusnya betul-betul memahaminya. Kata

falam berarti maka ketahuilah, ilmuilah. Artinya Allah memerintahkan untuk mengilmui atau memahami kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan sekedar mengucapkannya, tetapi dengan yang pada gilirannya akan membentuk keyakinan (itiqod) dalam hati.

Pentingnya Syahadatain Kalimat syahadah sangat penting dipahami karena beberapa hal: 1. Pintu gerbang masuk ke dalam Islam (madkholu ilal Islam) Qs 2:108 Islam ibarat rumah atau bangunan atau sistem hidup yang menyeluruh, dan Allah memerintahkan setiap muslim untuk masuk secara kaaffah. Untuk memasukinya akan melalui sebuah pintu gerbang, yaitu syahadatain. Hal ini berlaku baik bagi kaum muslimin atau non muslim. Artinya, pemahaman Islam yang benar dimulai dari pemahaman kalimat itu. Pemahaman yang benar atas kedua kalimat ini mengantarkan manusia ke pemahaman akan hakikat ketuhanan (rububiyyah) yang benar juga. Mengimani bahwa Allah-lah Robb semesta alam.

2. Intisari doktrin Islam (Khulasoh taaliimil Islam) adalah sebuah keutamaan yang dapat meningkatkan keimanan. Keimanan yang kuat, membuat hamba menyikapi semua perintah Allah dengan mudah. Sebaliknya, perintah Allah akan selalu terasa berat di saat iman kita melemah. Kalimat syahadatain juga akan membuat keimanan menjadi bersih dan murni, ibarat air yang suci. Allah akan memberikan dua keuntungan bagi mereka yang beriman dengan bersih, yaitu hidup aman atau tentram dan mendapat petunjuk dari Allah. Sebagaimana Dia berfirman dalam al-Quran: Orangorang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (QS 6:82). bukan hanya melisankan Intisari ajaran Islam terdapat terdapat dalam dua kalimat syahadah. Asyhadu anlaa ilaaha illallah (Aku bersaksi: sesungguhnya tidak ada Ilaah selain Allah) dan asyhadu anna muhammadan rasulullah (Aku bersaksi: sesungguhnya Muhammad Rasul Allah). Pertama, kalimat syahadatain merupakan pernyataan proklamasi kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu hanya milik dan untuk Allah semata (Laa mabuda illallah), baik secara pribadi maupun kolektif (berjamaah). Kemerdekaan yang bermakna membebaskan dari segala bentuk kemusyrikan, kekafiran dan api neraka. Kita tidak mengabdi kepada bangsa, negara, wanita, harta, perut, melainkan Allah-lah yang disembah (al-mabud). Para ulama menyimpulkan kalimat ini dengan istilah Laa ilaaha illallah alaiha nahnu; di atas prinsip kalimat laa ilaaha illallah itulah kita hidup, kita mati dan akan dibangkitkan. Rasulullah juga bersabda Sebaik-baik perkataan, aku dan Nabi-nabi sebelumku adalah Laa ilaaha illallah (al-Hadist). Maka sering mengulang kalimat ini sebagai dzikir yang diresapi dengan pemahaman yang benar Kedua, kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berarti kita seharusnya meneladani Rasulullah dalam beribadah kepada Allah. Karena beliau adalah orang yang

paling mengerti cara (kaifiyat) beribadah kepada-Nya. Sebagaimana disabdakan Nabi SAW: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. Selanjutnya hal ini berlaku untuk semua aspek ibadah di dalam Islam.

3. Dasar-dasar Perubahan (Asasul inqilaab) Perubahan yang dimaksud adalah perubahan mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam); minazzuluumati ilannuur. Perubahan yang dimaksud mencakup aspek keyakinan, pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik secara individu maupun masyarakat. Secara individu, berubah dari ahli maksiat menjadi ahli ibadah yang taqwa; dari bodoh menjadi pandai; dari kufur menjadi beriman, dst. Secara masyarakat, di bidang ibadah, merubah penyembahan komunal berbagai berhala menjadi menyembah kepada Allah saja. Dalam bidang ekonomi, merubah perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan begitu seterusnya di semua bidang. Syahadatain mampu merubah manusia, sebagaimana ia telah merubah masyarakat di masa Rasulullah dan para shahabat terdahulu. Diawali dengan memahami syahadatain dengan benar dan mengajak manusia meninggalkan kejahiliyahan dalam semua aspeknya kepada nilai-nilai Islam yang utuh.

4. Hakikat Dawah para Rasul (Haqiqotud Dawatir Rasul) Para nabi, sejak Adam AS sampai Muhammad SAW, berdawah dengan misi yang sama, mengajak manusia pada doktrin dan ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan Thogut. Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat syahadatain, bahwa tiada Ilaah selain Allah semata. Seperti difirmankan Allah SWT: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thogut itu (QS 16:36) 5. Keutamaan yang Besar (Fadhooilul Azhim) Kalimat syahadatain, jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, menjanjikan keutamaan yang besar. Keutamaan itu dapat berupa moral maupun material; kebahagiaan di dunia juga di akhirat; mendapatkan jaminan syurga serta dihindarkan dari panasnya neraka.

Makna Asyhadu Kata asyahdu yang terdapat dalam syahadatain memiliki beberapa arti, antara lain: 1. Pernyataan / Ikrar (al-Ilaan atau al-Iqroor) kesaksian yang tumbuh dari dalam hati bahwa Tidak Ada Ilaah Selain Allah. bukan hanya mengucapkan Seorang yang bersyahadah berarti dia berikrar atau menyatakan

2. Sumpah (al-Qossam) bahwa tiada Ilaah selain Allah saja dan Muhammad adalah utusan Allah. suatu kesediaan yang siap menerima akibat dan resiko apapun Seseorang yang bersyahadah berarti juga bersumpah 3. Janji (al-Wadu atau al-Ahdu) Yaitu janji setia akan keesaan Allah sebagai Zat yang dipertuhan. Janji tersebut kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah (QS ?). Syahadah muslim yang dinyatakan dengan kesungguhan, yang merupakan janji suci,sekaligus sumpah kepada Allah SWT; merupakan ruh keimanan. Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan tanpa keberatan, kepercayaan terhadap semua keputusan Allah (QS 49:15).

Hakikat Iman Keimanan itu bukanlah angan-angan, tetapi mencakup 3 hal: 1. Dikatakan dengan lisan (al-Qoul) Syahadah diucapkan dengan lisan dengan penuh keyakinan. Semua perkataan yang keluar dari lisan mumin senantiasa baik dan mengandung hikmah. 2. Dibenarkan dengan hati (at-tashdiiq) Hati adalah lahan menyemai benih-benih keimanan. Semua yang keluar dari lisan digerakkan oleh hati. Apa yang ada dalam hati akan dicerminkan dalam perkataan dan perbuatan. Dalam hadist Bukhori digambar oleh Nabi SAW bahwa: Ilmu (hidayah) yang Aku bawa ibarat air hujan, ada jenis tanah yang subur menumbuhkan tanaman, ada tanah yang tidak menumbuhkan hanya menampung air, ada jenis tanah yang gersang, tidak menumbuhkan juga tidak menampung. Allah, dalam al-Quran, membagi hati manusia menjadi tiga, yaitu hati orang mumin (QS 26: 89), hati orang kafir (QS 2: 7) dan hati orang munafiq (QS 2: 10). Hati orang kafir yang tertutup dan hati munafik yang berpenyakit takkan mampu membenarkan keimanan (attashdiiqu bil qolb). Sedangkan hati orang mumin itulah yang dimaksud Rasulullah SAW sebagai tanah yang subur yang dapat menumbuhkan pohon keimanan yang baik. Akar keyakinannya menjulang kuat ke tanah, serta buah nilai-nilai ihsannya dapat bermanfaat untuk manusia yang lain. 3. Perbuatan (al-Amal) ` Perbuatan (amal) digerakkan atau termotivasi dari hati yang ikhlas dan pembenaran iman dalam hati. Seseorang yang hanya bisa mengucapkan dan mengamalkan tanpa membenarkan di hati, tidak akan diterima amalnya. Sifat seperti itu dikategorikan sebagai orang munafik, yang selalu bicara dengan lisannya bukan dengan hatinya. Karena munafik

memiliki tiga tanda: bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, bila diberi amanah ia berkhianat. Perkataan, pembenaran di hati dan amal perbuatan adalah satu kesatuan yang utuh. Ketiganya akan melahirkan sifat istiqomah, tetap, teguh dan konsisten. Sebagaimana dijelaskan dalam QS 41:30, sikap istiqomah merupakan proses yang terus berjalan bersama keimanan. Mumin mustaqim akan mendapatkan karunia dari Allah berupa: Keberanian (asy-Syajaaah), yang lahir dari keyakinan kepada Allah. Berani menghadapi resiko tantangan hidup, siap berjuang meskipun akan mendapatkan siksaan. Lawan keberaniaan adalah sifat pengecut. Ketenangan (al-Ithminaan), yang lahir dari keyakinan bahwa Allah akan selalu membela hamba-Nya yang mustaqim secara lahir bathin. Lawannya adalah sifat bersedih hati. Optimis (at-Tafaaul), lahir dari keyakinan terhadap perlindungan Allah dan ganjaran Allah yang Maha sempurna. Orang yang optimis akan tentram akan kemenangan hakiki, yaitu mendapatkan keridhoan Allah (mardhotillah). Ketiga karunia Allah kepada orang mustaqim akan dilengkapi Allah dengan anugerah kebahagiaan hidup (as-Saaadah), baik di dunia dan akhirat. Inilah pemahaman terhadap konsep syahadah. Tidak mudah dalam pelaksanaannya, karena kita berharap agar Allah memberikan kesabaran dalam memahaminya Diposkan oleh Iskandar Z di 19:45 0 komentar Label: Ma'na Syahadatain
Jumat, 28 Desember 2007

Ma'na Dinnul Islam


MANA DINNUL ISLAM Ust. DR. Ahzami Zajuli

Agama Islam berasal dari Allah. Memahami Islam secara benar akan mengantarkan umatnya untuk mengamalkannya secara benar pula. Sekarang ini problematika umat yang mendasar yaitu ketidak fahaman terhadap Al Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu memahami Dinnul Islam adala suatu keharusan bagi umat Islam. Pertama untuk memahami Islam secara benar adalah memahami makna kata ISLAM secara lughowi (bahasa). Al Islam berasal dari akar kata salima, mengandung huruf-huruf :sin, mim dan lam. Dari ketiga huruf tersebut akan menurunkan kata-kata jadian yang kesemuanya memiliki titik temu (al istiqo al kabir). Dari kata salama muncul: 1. Aslama Artinya adalah menundukan atau menghadapkan wajah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 125: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya

kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agam ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. Allah ingin memberikan pemahaman bahwa orang yang terbaik dalam ketundukannya kepada Allah yaiyu orang yang menundukan wajahnya dan berarti seluruh jiwa dan raganya merupakan cerminan dari ketundukan kepada Allah. Rahasia kata wajah dalam al quran ialah: a. dari segi bahasa wajh (muka) adalah anggota tubuh yang paling mulia. b. Kata wajh ada hubungannya dengan kata iftijah (arah / orientasi), artinya seorang muslim orientasinya hanya kepada Allah. 2. Sallama Artinya menyerahkan diri, jadi orang yang beragama Islam (muslim) adalah orang yang sacara totalitas menyerahkan dirinya hanya kepada Allah saja dan hal tersebut adalah konsekuensi logis akan keimanan dan ke-Islaman seorang muslim. Sesuai firman Allah dalam Al Quran surat An Nisa ayat 65 : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya. 3. Salaama Artinya kesejahterahan atau keselamatan, jadi orang yang mengikuti ajaran Islam adalah orang yang selamat baik dunia maupun akhirat. Keselamatan tersebut adalah menurut Allah yaitu keselamatan dalam arti yang sebenarnya, sebagaimana firman Allah pada surat Al Anam ayat 54: Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu,maka katakanlah Salamun alaikum , Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan, kemudian bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Keselamatan dan kesejahterahan dalam Islam bukan hanya diperuntukan kaum muslimin saja tetapi juga untuk umat manusia yang lainnya bahkan flora dan faunapun merasa aman. Contoh dalam suasana peperangan, pemimpin pasukan muslim ketika melepas pasukannya memberikan wasiat agar tidak membunuh orang-orang tua, wanita-wanita yang tidak ikut berperang dan anak-anak kecil serta tidak boleh merusak tempat-tempat ibadah juga tidak boleh menebang pohon-pohonan. Sebaliknya jika manusia tidak mengamalkan Islam baik yang muslim atau bukan maka manusia dan makhluk lainnya terancam keselamatannya. 4. Siliim Artinya kedamaian, jadi Islam mengajak umat manusia ke kehidupan yang penuh kedamaian. Allah berfirman dalam surat Al Baqorah ayat 208: Hai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh dan janganlah kamu turut langkahlangkah syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu . Tiada kedamaian yang hakiki kecuali dalam Islam, perdamaian yang tidak berangkat dari ajaran Islam adalah semu. Oleh karena itu orang banyak tertipu dengan slogan-slogan perdamaian yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak islami. Dengan begitu ketika manusia tidak mengikuti ajaran Islam berarti dia tidak menikmati kedamaian baik dunia maupun akhirat.

Allah berfirman dalam hadist kutsi telah Ku ciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif. Hanif ialah kecendrungan kepada kebenaran dan jauh kepada kebatilan. Tetapi mengapa manusia banyak melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan jauh dari Allah, ini karena peran syaitan dengan langkah-langkahnya membuat manusia jauh dari Allah. Sesuai dengan firman Allah surat Al baqorah ayat 208 diatas yang bermakna bagi 0rang-orang yang beriman tidak menyeluruh masuk ke dalam Islam berarti dalam perangkap syaitan dan syaitan adalah musuh manusia yang jelas. 5. Sullam Artinya adalah tangga. Tangga bermakna bertahap, ini menggambarkan kepada manusia bahwa ajaran Islam memperhatikan apa yang disebut tadarruj (tahapan). Dicontohkan ketika Allah mengharamkan Khomer (minuman keras). Pada saat Islam turun di Mekkah perikehidupan manusianya penuh jahiliyahan (kebodohan) dan kebiasan minum Khomer atau arak sudah menjadi tradisi sedangkan arak tersebut adalah minuman yang merusak akal tetapi Al quran tidak langsung mengharamkan sejak awal. Banyak para sahabat nabi ketika itu termasuk Umar bin Khattab r.a suka meminum khomer walaupun sudah berislam. Setelah 13 tahun Rasulullah berdakwah, barulah turun ayat yang mengharamkan khomer dan pada saat itu banyak jalan-jalan di Madinah menjadi sungai khomer. Dalam penciptaan bumi Allah melakukannya secara bertahap yaitu dalam 6 masa walaupun sebenarnya Allah hanya sekali saja dapat menciptakan bumi. Hal ini memberikan pelajaran bahwa munculnya sesuatu membutuhkan proses. Begitu pula didalam dawah Islam yang merupakan kewajiban seorang muslim yang harus disampaikan kepada seluruh manusia yang prosesnya harus tadarruj. Dengan begitu orang yang memeluk agama Islam adalah orng yang menaiki tangga menuju ketinggian martabat manusia yang akan mendapatkan kedudukan dihadapan Allah yang sangat tinggi. Ketinggian martabat Islam terletak sejauh mana seorang muslim komitmen terhadap Islam. Makna Islam secara istilah 1. Al wahyu illahi ( Wahyu Allah) Secara istilah Al-Islam ialah suatu ajaran dimana manusia harus tunduk pada wahyu-wahyu Allah yang diturunkan melalui nabi-nabinya terutama Rasulullah saw. Al quran adalah wahyu Allah yang diturunkan melalui nabi Muhammad saw jadi Islam adalah Al quran dan Al quran adalah petunjuk Allah, sesuai dengan firman-Nya: Sungguh Al Quran ini memberikan petunjuk yang lurus. Dengan kata lain Islam itu apa yang di firman Allah dan disabdakan oleh Rasulullah saw. 2. Islam dinnul anbiya (Islam agama para nabi dan mursalin) Islam merupakan agama para nabi mulai dari nabi Adam As sampai nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al quran, Nabi Nuh As bersabda Dan aku diperintahkan menjadi orang-orang Islam . Juga Nabi Ibrahim As bersabda Jadikanlah Ya Allah orang-orang yang beragama Islam, aku dan anakku (Ismail As). 3. Islam minhajul hayat ( Islam pedoman kehidupan )

Al minhaj wal manhaj at thorighul wadih artinya minhad (pedoman / sistem) atau manhad adalah jalan yang jelas. Islam adalah pedoman dalam seluruh aspek kehidupan politik, sosial dan badaya meliputi dimensi ruang dan waktu. Islam meurpakan ajaran yang universal Bedanya Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dengan risalah yang dibawa rasul lainnya ialah bahwa Islam yang dibawa nabi yang terdahulu bersifat lokal hanya untuk kaumnya saja tetapi Islam yang diturunkan melalui nabi Muhammad saw untuk seluruh manusia rahmatan lilalamin (rahmat semesta alam), karena itu hukum Islam berlaku untuk semua baik muslim maupun non muslim. Jika suatu negara menerapkan hukum Islam maka hukum yang berlaku bukan hanya untuk kaum muslim saja atau non muslim saja melainkan untuk seluruhnya sebagaimana yang dicontohkan pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, inilah keadilan Islam. Tidak ada pedoman hidup atau perundangan-undangan yang menandingi hukum Islam. Sebagai contoh negara Amerka Serikat pada tahun 1919 memberlakukan undang-undang yang melarang minuman keras tetapi karena sebagianbesar penduduknya tidak siap maka undang-undang tersebut dicabut pada tahun 1933. Hanya 14 tahun undang-undang pelarangan Mminuman keras berlaku pada saat itu hampir jutaan orang dipenjara karena melanggar undang-undang tersebut dan jutaan dollar keluar untuk mengurusi malah tersebut, tetapi akhirnya tidak mampu mengatasi karena orangorang Amerika Serikat tidak tunduk pada peraturan. Sedangkan hukum / undang-undang Islam dipersiapkandahulu manusianya dengan kondisi keimanan sebagaimana saat Allah mengharamkannya khomer, jalan-jalan di Madinah dibanjiri khomer yang dibuang oleh kaum muslimin. 4. Ahkamullah fi kitabihi wa sunnaturrasulihi ( hukum Allah yang ada dalam Al Quran dan As Sunnah) Islam itu adalah hukum-hukum Allah yang terkandung dalam Al Quran dan Al Hadist. Al hadist (Sunnah Rasul) unrtuk menjenlaskan ayat-ayat Al Quran agar manusia lebih memahami. Dan Al Quran adlah kitab yang tranfaran yang dapat dibaca oleh setiap manusia, ini bukti bahwa seorang muslim bercermin pada pribadi Rasulullah. 5. As Sirathul Mustaqim (Jalan yang lurus) Islam adalah jalan yang lurus. Seorang muslim ialah orang yang jalannya lurus, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al Fatihah Tunjukilah kami jalan yang lurus. 6. Salaamutul dunia wal akhirat (selamat dunia dan akhirat) Islam adalah keselamatan dunia dan akhirat. Dicontohkan pada zaman kehidupan Rasul bersama para sahabatnya dapat disebut juga zaman kebersihan jiwa. Dikisahkan dengan seorang wanita Al Ghomidiah yang telah ber-zina, dan dilaporkannya perbuatan tercela tersebut kepada Rasulullah saw agar dia dihukum. Tetapi tidak langsung memberlakukan hukum rajam karena teryata wanita itu dalam keadaan hamil, Rasulullah memerintahkannya agar pulang dan kembali lagi setelah melahirkan. Setelah melahirkan wanita itu datang kembali menemui Rasulullah agar segera dihukum, tetapi wanita tersebut diperintahkan pulang agar menyusui bayinya sampai cukup besar. Beberapa lama kemudian setelah 2 tahun menyusui bayinya wanita tersebut datang kepada Rasulullah, barulah Rasulullah memberlakukan hukum rajam kepada waniti Al Ghomidiah tersebut. Kisah

tersebut menunjukan bahwa wanita itu lebih takut azab Allah yang lebih dasyat daripada siksa dunia. Keselamatan dunia dan akhirat yang benar adalah menurut Allah dan RasulNya. Ketika mengajak umat manusia untuk memeluk Islam berarti mengajak kepada keselamatan dunia dan akhirat. Jihad adalah suatu keselamatan karena kalau tidak berjihadyang terjadi adalah kezholiman. Jika kezholiman berkuasa maka tidak akan menjamin adanya keselamatan dan jihad diwajibkan oleh Allah karena adanya kezholiman.Surat Al Hajj ayat 39 menjelaskan Telah diizinkan ( berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu . Abu Bakar r.a. berwasiat Jika suatu kaum meninggalkan jihad maka kaum tersebut akan dihinakan. Islam menurut lughawi ( definisi ) 1. Dinnul haq ( Agama yang benar ) Kebenaran yang hakiki hanya datang dari Allah, bukan dari bapak-bapak atau nenek-nenek moyang manusia. Sesuai firman Allah pada surat Al Maaidah ayat 104, Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan Rasul. Mereka menjawab: Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? Islam adalah agama yang haq (benar) maka papun yang bertentangan dengan Islam adalah bathil. Seperti yang dijelaskan dalam Ai Quran Surat Yunus ayat 32 .... maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. ... 2. Dinnullah ( Agama Allah ) Islam disebut Dinnullah ajaran Islam berasal dari Allah. Allah berfirman dalam Al Quran surat Al Imran ayat 19: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. ... 3. Dinnul Islam Kehidupan muslim harus tunduk kepada Islam. Ad din artinya ketundukan, ketundukan atau ketaatan seorang muslim terhadap Allah dan Rasul-Nya hukumyan adalah mutlak . Pemahaman Islam sesuai yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya adalah Islam yang Yalu wala yula alaihi ( Islam adalh tinggi dan tiada yang menandinginya ). Ketinggian umat Islam berbanding lurus dengan ketinggian Islam. Jika umat Islam berkomitmen terhadap Islam maka menjadi umat yang tinggi dan berwibawa, tetapi jika umat Islam meninggalkan Islam maka umat itu akan dihinakan.

Pertanyaan : 1. Pada firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 208 yang menjelaskan bahwa umat Islam harus ber-Islam secara kaffah (menyeluruh), bagaimana dengan umat Islam yang tidak kaffah (hanya sebagian-sebagian saja)?

2. Adakah kesamaan makna din dengan agama yang berarti tidak kacau? Jawaban: 1. Dilihat lebih dahulu apa yang menyebabkan seorang muslim itu tidak mengamalkan Islam secara menyeluruh? Kalau karena menolak sebagian jelas itu tidak diperbolehkan. Tetapi kalau karena keterbatasannya atau kondisi yang membuat demikian ......... Setiap pribadi muslim berkewajiban berupaya untuk semaksimal mungkin mengamalkan Islam secara menyelurh sesuai dengan potensinya. 2. Ad din artinya ketundukan tetapi ditengah masyarakat ad din adalah agama tetapi bukan berarti ad din dapat diartikan tidak kacau ini diakibatkan karena keterbatasan bahasa Indonesia. Untuk para Ulama yang menggunakan ad din disamakan dengan agama hal itu hanya untuk mendekatkan pemahaman terhadap masyarakat. Pertanyaan : Islam berbanding lurus dengan umat Islam. Bagaimana komitmen umat Islam yang cendrung berkurang bahkan hampir tidak ada? Jawaban : Mengetahui relialita seorang muslim dalam mengamalkan ajaran Islam adalah suatu yang baik untuk mengetahui ke-Islaman muslim tersebut. Jangan diasumsikan jika umat Islam terbelakang maka Islam yang disalahkan. Islam bebas dari kesalahan-kesalahan tersebut. Komitmen seorang muslim terhadap Allah akan mendapat balasan dari Allah, sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surat Muhammad ayat 7: Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Janji Allah harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Fenomena keterbelakangan umat Islam ini membuktikan bahwa umat Islam masih belum memperjuangkan dinnullah secara benar atau masih banyak melakukan kemaksiatankemaksiatan, sebagaimana Khalifah Umar r.a. pernah berkata Kemaksiatan kami lebih kami khawatirkan dari musuh-musuh kami. Islam adalah satu-satunya arternatif dan barang siapa yang mencari alternatif selain Islam maka ia akan menjumpai kegagalan dalam segala kehidupan. Pertanyaan : 1. Apakah ketinggian Islam itu hanya pada masa tertentu saja? Contohnya ketika Islam berkembang di Andalusia Spanyol. 2. Apakah ciri-ciri dari umat Islam menunjukan ketinggiannya? Jawaban : 1. Selama umat Islam komitmen terhadap Islam pasti akan mendapati ketinggian Islam dan Islam tetap tinggi kapan dan dimanapun karena dijaga oleh Allah. Izzatuna (kemuliaan kami) hanya pada Islam, ketinggian Islam tidak dibatasi oleh waktu. Bangsa manapun yang bersama Islam maka bangsa itu akan tinggi. 2. Umat Islam akan menuikmati ketinggian Islam, jika umat Islam melkukan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah beserta para sahabatnya. Segala problematika yang kini terjadi solusinya adalah harus kembali kepada Islam.

Written by Agus Diposkan oleh Iskandar Z di 19:27 Label: Ma'rifatul Islam

ILMU ALLAH
ILMU ALLAH Sarana: Halaqah TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah mendapatkan materi ini, maka kader dapat: Memahami bahwa Allah SWT adalah sumber ilmu dan pengetahuan Menyadari bahwa Allah SWT memberikan nilmu melalui dua jalan: resmi dan tidak resmi. Mengetahui fungsi ilmu Allah SWT yang tidak resmi sebagai wasailul hayah Mengetahui fungsi ilmu Allah SWT yang resmi sebagai minhajul hayah. TITIK TEKAN MATERI Allah SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan sistem yang menyeluruh. Antara satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri. Allah SWT yang menjadikan semua isi alam ini dari yang sekecil-kecilnya hingga yang paling besar, yang nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah SWT yang Maha Mengetahui inilah, sehingga Allah SWT menjadi sumber ilmu. Dengan ilmu Allah SWT tersebut, kemudian Dia mengajar manusia terhadapo apa-apa yang tidak diketahui menjadi diketahuinya. Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara resmi kepada Rasul-Nya dan ini kemudian menjadi pedoman hidup (minhajul hayah). Ada ilmu Allah SWT yang diturunkansecara tidak resmi dan ini menjadi sarana hidup (wasailul hayah). Kedua ilmu tersebut sangat bermanfaat untuk memeproleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam mendorong kaumnya untuk menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat. Barangsiapa menginginkan dunia maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan akhirat maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan keduanya, maka diperlukan ilmu keduanya (Al Hadits). -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------PEMBAHASAN Dalam asmaul husna Allah SWT disebut sebagai Al Alim (Yang Maha Mengetahui). Bahwasanya ilmu Allah SWT tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang ataupun besok, baik yang ghaib maupun yang nyata: Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi..(Al Hajj:70) Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Al Hasyr:22)

Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah SWT. Sebutir biji di dalam gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah SWT: Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang terang (Al Anam:59) Ilmu Allah SWT maha luas, tak terjangkau dan tak terbayangkan oleh akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah, dan akan terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluq manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah SWT. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Dalam tubuh manusia tak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji. Belum lagi tentang astronomi, berapa banyak bintang, galaksi di langit, berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada penghuninya, dsb. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi ini bagaikan debu bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada manusia yang menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di hadapan alam di ruang angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti. Jika saja ada manusia menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara kekuasaan, kerajaan Allah SWT tak akan tertandingi sedikitpun jua. Allah SWT menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila dibandingkan dengan ilmu Allah SWT, dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah SWT, niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah tersebut dituliskan: Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelumhabis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula (Al Kahfi:109) Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Luqman:27). Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al kaun (universum). Simaklah firman Allah SWT berikut ini: Dia lah Allah Yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi . Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Al Hasyr: 24). Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayata-ayat-Nya, baik yang qouliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya,serta dorongan/ motivasi untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. Hai jamaah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (Ar Rahman :33). Dengan ayat ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar. Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan

cabang-cabangnya. Allah SWT telah menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al Quran, akan melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya. Timbulnya ilmu pengetahuan, disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum dalam Al Quran perintah Allah SWT : Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman (Yunus: 101). Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga nantinya yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan. Herbert Spencer dalam tulisannya tentang pendidikan, menerangkan sebagai berikut: Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan agama. Dalam kebanyakan ilmu alam kedapatan paham tidak bertuhan (atheisme), tetapi pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari paham yang demikian itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan ibadat secara diam, dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatuyang kita selidiki dan kita pelajari, dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaany Penciptanya. Mempelajari ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi bukan berupa ucapan, melainkan tasbih berupa amal dan menolong bekerja. Pengetahuan ini bukan mengatakan mustahil akan memperoleh sebab yang pertama, yaitu Allah. Seorang ahli pengetahuan yang emlihat setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa air itu tersusun dari oksigen dan hidrogen, dengan perbandingan tertentu, dan kalau sekiranya perbandingan itu berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu yang bukan air. Maka dengan itu ia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan dan kebijaksanaanNya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu alam, akan melihatnya idak lebih dari setitik air. Manusia sejak zaman dahulu telah mengerahkan daya akal untuk menyelidiki rahasia serta mencari hubungannya dengan kebutuhan dan tujuan hidupnya di atas bumi ini. Maka lahirlah para ahli ilmu alam seperti astronom, meteorolog, geolog, fisikawan, dsb beserta para ahli filsafatnya di bidang tersebut. Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya samapai sekarang ini tak berubah dan kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau berubah. Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya red shift, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron,

tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk. Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominir oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan inienergi sinar banyak terpakai dan meteri semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari meteri dan sinar menmjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa meteri larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, matei dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogin. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya. Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisasisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar. Proses kondensasi bintang pembentukan planet membutuhkan waktu beberapa ratus juta tahun. Kita mengetahui bahwa bulan bergerak menjauhi bumi, hal ini berarti bahwa beberapa milyar tahun yang lalu bumi dan bulan itu satu, dan bulan merupakan pecahan dari bumi yang memisahkan diri. Firman Allah SWT: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya fahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman (Al Anbiya: 30) Konsep ini jelas menunjang teori kedinamisan alam semesta. Orang Rusia berdasarkan umur batu bulan, telah menetapkan bahwa bulan berumur 4,5 milyar tahun. Dalam mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan kilometer. Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik, sedangkan beberapa galaxi beberapa juta tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaxi yang sangat jauh itu, sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang silam. Dalam mempelajari galaxi yang jauhnya satu milyar tahun cahaya , sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar tahun yang lalu alam semesta ini mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sekarang. Hal ini berarti pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan statis. Lain daripda itu penurunan kecepatan mengembung meramalkan bahwa pada suatu waktu pengembungan itu akan berhenti, kemudian berkontraksi, pada akhirnya kembali kepada situasi kepadatan seperti asalnya lebih kurang lima milyar tahun yang lalu. Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa alam semesta ini mengembung dan mengempis. Untuk lebih lanjut perhatikan uraian George Gemov dalam bukunya The Creation of the Universe, hal.36: bahwa tekanan raksasa yang terjadi pada permulaan sejarah alam semesta, adalah akibat dari suatu kehancuran yang terjadi sebelumnya , dan

bahwa pengembungan yang sekarang ini sebenarnya hanyalah suatu gerak kembali yang elastis yang terjadi segera setelah tercapai kepadatan maximun yang diizinkan. Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana besarrnya tekanan yang tercapai pada kepadatan yang maksimum itu, tetapi menurut semua petunjuk tekanan itu sungguhsungguh amat tinggi. Besar kemungkinan seluruh massa alam semesta yang mempunyai kemungkinan bentuk yang bagaimanapun dalam masa pra kehancuran telah dimusnahkan secara sempurna, dan bahwa atom-atom dan intinya telah dipecahkan menjadi proton, neutron, dan elektron serta partikel dasar lainnya, jadi tak ada satupun yang bisa dituturkan tentang masa alam sebelum pemadatan alam semesta itu. Segera setelah kepadatan massa alam semesta itu mencapai titik maksimum, kepadatan yang sangat tinggi itu hanya bertahan dalam waktu sebentar saja. Segala sesuatu yang berada dalam alam semesta, adalah merupakan ciptaan (makhluq) Allah SWT sebegai refleksi dan manifestasi dari wujud Allah SWT dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu manusia tidak habis-habisnya mengagumi isi al kaun ini terus mengambil pelajaran dan ibroh yang bermanfaat dari padanya. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulangulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihtaanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah (Al Mulk: 3,4) Tegaknya langit, keseimbangan benda-benmda langit sesuai dengan ciptaan dan pengaturan dari Penciptanya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) (Ar Rahman:7) Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidaka tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah maha Penyantun lagi Maha Pengampun (Faathir:41) Ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan yang membawa kepada ketenangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu saling bergerak. Hal ini menunjukkan kenyataan kebenarannya terhadap ummat manusia. Para ahli fisika sudah cukup lama mengenal gaya gravitasi antara benda-benda bermassa yang bekerja secara luas dalam alam ini. setelah Issac Newton pada tahun 1686 merumuskan hukum gravitasi, maka orang dapat dengan mudah memahami dan menerangkan berbagai peristiwa dalam jagad raya ini. Hukum-hukum Kepler yang sudah ada sebelum Newton, ternyata dapat dipahamkan sebagai akibat saja dari hukum gravitasi Newton tersebut. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa universum itu berjalan dengan eksak, kokoh, teratur, rapi dan harmonis, yang tidak akan ada habis-habisnya menjadi tantangan yang menakjubkan bagi manusia. Setelah beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima, bahwa hukum-hukum itu adalah sunatullah atau aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah bagi makhluq-Nya yang tidak berubah-ubah. Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nati-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (Faathir: 43)

Demikianlah, Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistemik. Maka Dia jualah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaa-Nya, dan telah dikabarkannya ciptaan Allah SWT itu kepada manusia. Manusia telah diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya serta mengagungkan-Nya; Dia lah Allah SWT tiada Tuhan selain-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menyebar ke setiap penjuru ufuk kehidupan manusia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan. Kami akan memperlihatkan kapada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (Fushshilat: 53). Ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah. Allah SWT menuangkan sebagian kecil dari ilmu Nya kepada umat manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath thoriqoh ar rosmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan ath thoriqoh ghoiru rosmiyah (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara kepada makhluq-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup maupun yang mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Kerena tak melalui perantaraan malaikat Jibril maka bisa disebut jalan langsung (mubasyarotan). Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah. Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah: kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia, baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah SWT: Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan kepadaNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi maha Bijaksana (Asy Syura:51) Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena mana wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain: 1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan Musa yang masih bayi. Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil) (Al Qashash:7). 2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di bukitbukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohonpohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia (An Nahl:68). 3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih pagi dan sore. Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang (Maryam:11).

4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam perang Badr. (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman (Al Anfal:12). 5. Bisikan syaitan Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musrik (Al Anam :121). Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna (mewahyukan) yang berarti membisikkan. 6. Hadits Qudsi, juga termasuk dalam wahyu (hadits yang mananya dari Allah SWT, sedangkan redaksinya dari Rasulullah SAW), dan 7. hadits Nabawiy, (makna dan redaksinya dari Rasulullah SAW) karena pada hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah SAW mempinyai nilai wahyu, firman Allah SWT: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dia; dan bertaqwa-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya (Al Hasyr:7). Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah SWT berfirman: Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al Alaq:1-5). Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (Ar Radu:3) Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir (Ar Radu:4) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imron:190-191). Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki dan merenungkan alam semesta (al kaun) dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Kosmologi, Astronomi, Botani, Meterologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi dsb. Sedangkan dari mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih dsb.

Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah SWT maka dalam mendalami dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun (al kaun) harus mengacu firman Allah SWT sebagai referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab. Sebagai misal dalam dunia teknologi kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim seorang wanita dalam proses bayi tabung- maka harus memperhatikan sperma itu diambil dari siapa diletakkan ke rahim siapa. Proses kesepakatan, perizinan juga harus jelas. Jangan sampai bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya. Di bidang astronomi tidak boleh diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara keduanya tak ada hubungan sama sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan menjadi suatu kedurhakaan jika dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila untuk berbuat maksiyat. Namun seorang mumin menjadikan alam semesta adalah untuk tafakur agar dekat dengan-Nya. Konsep Kebenaran Ilmu Wahyu (al Quran dan as Sunnah) memiliki nilai kebenaran yang mutlak (al haqiqah al muthlaqah) karena langsung berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Tetapi pemahaman terhadap wahyu yang memungkinkan beberapa alternatif pemahaman tidaklah bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang didapat dari alam semesta memiliki nilai kebenaran yang nisbi (realtif) dan tajribi (eksprimentatif) atau dengan istilah al haqiqah at tajribiyah. Kebenaran yang mutlak harus dijadikan burhan atau alat untuk mengukur kebenaran yang nisbi, jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan karena bertentangan dengan kebenaran yang nisbi (relatif dan eksprimentatif). Sejarah ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa suatu penemuan atau teori yang dianggap benar pada satu masa digugurkan kebenarannya pada masa yang akan datang. Hal itu disebabkan keterbatasan manusia. Dalam mengamati, menyelidiki dan menyimpulkan segala fenomena yang ada dalam alam semesta. Oleh sebab itu jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang didapat oleh manusia dari al kaun dengan wahyu, maka yang harus dilakukan adalah menguji kembali kesimpulan tersebut, atau menguji kembali pemahaman manusia terhadap wahyu. Logikanya, wahyu dan alam semesta semuanya berasal dari Allah SWT yang Maha Benar, mustahil terjadi pertentangan satu sama lain. Hikmah mengimani ilmu Allah SWT Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah SWT, sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut dibandingkan dengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber-taqorub kepada-Nya, sebagaimana perilaku para ulil albab. Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah SWT sangat luas, tidak ada satupun betapa pun kecil dan halusnya- yang luput dari ilmu Nya, maka manusia akan dapat mengontrol tingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai Allah SWT. Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah SWT akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah SWT tsb dalam kehidupan nyata sehari hari, berusaha melaksanakan perintah dan larangan-Nya baik

ditempat ramai maupun sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan diketahui atau tidak diketahui oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena kita menyadari betapa Allah SWT Maha Mengetahui yang pasti selalu melihat, mendengar, memperhatikan apa yang kita lakukan di mana dan kapan saja Di zaman salafus sholeh, kita masih ingat kisah seorang gadis shalihah dengan ibunya menjual susu. Suatu saat ibunya menyuruh dagangannya untuk dicampur dengan air, agar mendapatkan untung yang lebih. Namun puterinya menolak. Bukankah Khalifah Umar tidak melihat? kata sang ibu. Tapi Tuhannya Umar mengetahui, bu! kata putrinya. Tak disangka percakapan itu didengar Umar bin Khaththab. Maka gadis shalihah tsb dipinang untuk putera Umar sang Khalifah. Dan kitapun tahu persis bahwa dari seorang wanita shalihah tsb, akhirnya menurunkan (cucu) tokoh Umar Bin Abdul Aziz yang legendaris. Juga kisah seorang anak gembala dengan sekian banyak gembalaan milik tuannya. Suatu saat Umar bin Khaththab menguji kekuatan muroqobatullah-nya. Dikatakan kepada anak tsb, bahwa kambingnya akan dibeli dengan harga yang lebih. Namun anak itu menolak. Kamu bisa mengatakan kepada tuanmu kambingnya dimakan binatang buas! kata Umar RA. Lantas dimana Allah? tanya anak tersebut. Subhanallah Sebenarnya bagi seorang muslim yang sudah ber-iltizam akan selalu merasa tenang, bahagia karena segala amal kebaikannya tidak akan dirugikan sedikitpun baik diketahui ataupun tidak oleh orang lain, kerena dia yakin bahwa Allah SWT telah mengawasinya. Sehingga seorang al akh ash shodiq akan senantiasa beramal dengan ikhlas karena Allah SWT semata, bukan karena murobinya, apalagi karena calon istri atau pun mertuanya. Tidak bangga karena pujian, tidak merasa lemah karna celaan. Tetap semangat walau tak diketahui orang, tak takabur ketika dilihat banyak orang. Juga tak takut dengan kegagalannya, atau tak bangga diri dengan keberhasilannya. Apapun yang terjadi tak akan mengoncangkan jiwanya, atau merusak muamalah dengan saudaranya (karena mungkin saudara kita telah menilai salah terhadap diri kita), atau bahkan membahayakan aqidahnya. Dan katakanlah; bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mumin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (At Taubah:105) Diposkan oleh Iskandar Z di 04:13 0 komentar Label: Ma'rifatullah
Jumat, 28 Desember 2007

Ahammiah Ma'rifatullah (Urgensi Mengenal Allah )


AHAMMIAH MAKRIFATULLAH Objektif 1. Memahami pentingnya makrifatullah dalam kehidupan manusia. 2. Memahami bahawa makrifatullah dapat menjadikannya mencapai hasil dari penambahan iman dan taqwa.

Sinopsis Makrifatullah atau mengenal Allah adalah subyek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim. Para madu yang diajak untuk terlibat sama di dalam dakwah mestilah dipastikan betul mereka memiliki kefahaman dan pengenalan yang sahih terhadap Allah SWT. Mesti terpacak kukuh di dalam hati sanubari bahawa Allah adalah sebagai Rabb kepada sekalian alam. Keyakinan ini tentu sekali bersandarkan kepada berbagai dalil dan bukti yang kukuh. Dari keyakinan ini, akan membuahkan peningkatan iman dan taqwa. Personaliti merdeka dan bebas adalah yang lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah. Juga akan lahir ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik sebagai manifestasi dari mengenali Allah. Di akhirat akan dikurniakan pula dengan balasan syurga Allah. Semua ini adalah bergaris penamat di keredhaan Allah SWT.

Hasyiah 1. Kepentingan Ilmu Makrifatullah. Sarahan : Riwayat ada menyatakan bahawa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin makrifatullah). Bermula dengan mengenal Allah, maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, dimanakah kedudukan kita berbanding mahluk-mahluk yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini, apakah tanggung jawab kita dan kemanakah kesudahan hidup kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul-betul Allah sebagai Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang Menghi-dupkan, Yang Mematikan dan seterusnya. Dalil : Q.47:19, ayat ini mengarahkan kepada kita dengan bahasa (ketahuilah olehmu) bahawasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila Al-Quran menggunakan sibghah amar (perintah), maka ia menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah (makrifatullah) adalah wajib. Q.3:18, Allah menyatakan bahawa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Q.22:72-73, Allah telah menjanjikan kepada mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah samada ayat qauliyah atau kauniyah dengan api neraka. Janji ini Allah turunkan di dalam surat Al-Hajj ayat 72-73 : Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang kamu dapati pada muka-muka orang kafir kemarahan. Hampir-hampir mereka menendang orang-orang yang membacakan kepada mereka ayat-ayat kami. Katakanlah kepada mereka : Hendaklah aku khabarkan kepada kamu dengan yang lebih buruk daripada itu, iaitulah neraka yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka yang kufur dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Wahai manusia, dibawakan satu permisalan maka hendaklah kamu dengar ! Sesungguhnya orang-orang (berhala-berhala) yang engkau sembah selain Allah tidak akan

mampu mencipta seekor nyamuk sekalipun seluruh mereka berkumpul untuk tujuan itu. Dan jika mereka dihinggapi oleh seekor lalat, mereka tidak mampu untuk menyelamatkan diri. Lemahlah orang yang menuntut dan orang yang dituntut (sembah). Oleh yang demikian makrifatullah menerusi ayat-ayatNya adalah suatu kepentingan utama perlu dilaksanakan agar terselamat dari api neraka. Q.39:67, mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggamanNya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan. Orang-orang kafir tidak mentaqdirkan Allah dengan taqdir yang sebenarnya karena mereka tidak betul-betul makrifatullah. Ayat ini menarik kita agar tidak salah taqdir terhadap hakikat ketuhanan Allah yang sebenarnya. Oleh itu memerlukan makrifatullah yang sahih dan tepat.

2. Tema Perbicaraan Makrifatullah Allah Rabbul Alamin. Sarahan : Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala ilah pula mengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surat AnNaas : 1-3. Inilah tema di dalam makrifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya. Dalil : Q.13:16, Katakanlah, siapakah Rabb segala langit dan bumi ? Katakanlah Allah. Katakanlah, adakah kamu mengambil wali selain daripada Nya yang tiada manfaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat ? Katakanlah, adakah bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat ? Bahkan adakah bersamaan gelap dan nur (cahaya) ? Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa mahluk atas mereka ? Katakanlah, Allah. Allah yang menciptakan tiap tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa. Q.6:12, Katakanlah, baqi siapakah apa apa yang di langit dan bumi ? Katakanlah, bagi Allah. Dia telah menetapkan ke atas diriNya akan memberikan rahmat. Demi sesungguhnya Dia akan menghimpunkan kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman. Q.6:19, Katakanlah, apakah saksi yang paling besar ? Katakanlah, Allah lah saksi diantara aku dan kamu. Diwahyukan kepadaku Al-Quran ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya Al-Quran. Adakah engkau menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain ? Katakanlah, aku tidak menyaksikan demikian. Katakanlah, hanya Dialah tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan. Q.27:59, Katakanlah, segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan.

Q.24:35, Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi. Q.2:255, Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia hidup dan berdiri menguasai seluruh isi bumi dan langit. 3. Didukung Dengan Dalil Yang Kuat (Q.75:14-15). Sarahan : Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berfikir dan membuat penilaian. Oleh karena itu banyak fenomena alam yang disentuh oleh Al-Quran diakhirkan dengan persoalan tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu mendengar dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu boleh mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua alam cakrawala ini adalah dibawah milik dan pentadbiran Allah SWT. Dalil : Naqli, Q.6:19. Allah menurunkan Al-Quran kepada Rasul sebagai bahan peringatan untuk manusia. Aqli, Q.3:190, Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang malam menjadi bukti bagi orang yang berfikir. Fitri, Q.7:172, Pertanyaan Allah kepada anak adam di alam fitrah, bukan Aku tuhanmu ? Lalu diakuri.

4. Dapat Menghasilkan : peningkatan iman dan taqwa. Sarahan : Apabila kita betul-betul mengenal Allah menerusi dalil-dalil yang kuat dan kukuh, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita hampir dengan Allah, Allah lebih lagi hampir kepada kita. Setiap ayat Allah semada dalam bentuk qauliyah maupun kauniyah tetap akan menjadi bahan berfikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menatijahkan personaliti hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diredhaiNya.

5. Kemerdekaan. Dalil : Q.6:82, Orang-orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanannya dengan kezaliman, untuk merekalah keamanan sedang mereka itu mendapat petunjuk.

6. Ketenangan. Dalil :

Q.13:28, Orang-orang yang beriman dan tenteram hatinya dengan mengingati Allah. Ingat lah bahawa dengan mengingat Allah itu, tenteramlah segala hati.

7. Barakah. Dalil : Q.7:96, Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami tumpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi tetapi mereka itu mendustakan sebab itu Kami siksa mereka dengan sebab usahanya itu.

8. Kehidupan Yang Baik. Dalil : Q.16:97, Sesiapa yang melakukan kebaikan baik lelaki maupun perempuan sedang dia beriman niscaya Kami siapkan dia dengan kehidupan yang baik.

9. Syurga. Dalil : Q.10:25-26, Mereka yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan dan tambahan dari Allah dan merek akan menjadi penduduk tetap surga Allah.

10. Mardhotillah. Dalil : Q.98:8, Balasan untuk mereka di sisi tuhannya ialah surga Adne yang mengalir sungai dibawahnya sedang mereka kekal selama-lama di dalamnya. Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah. Surga itu untuk orang-orang yang takut kepada Allah. Diposkan oleh Iskandar Z di 20:01 0 komentar Label: Ma'rifatullah

Ma'rifatullah
MARIFATULLAH Pendahuluan Mungkin ada di kalangan kita yang bertanya kenapa pada saat ini kita masih perlu berbicara tentang Allah padahal kita sudah sering mendengar dan menyebut namaNya dan kita tahu bahawa Allah itu Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup untuk kita ?

Saudaraku, jangan sekali kita merasa sudah cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah karena semakin kita memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin hampir denganNya. Kita juga mau agar terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru terhadap Allah dan terhindar juga dari sikap-sikap yang salah dari kita terhadap Allah. Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Quran adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala Ilah pula mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surat AnNaas : 1-3. Dengan demikian maka jelaslah bahawa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah merupakan bahagian terpenting di dalam hidup ini. Bagaimanakah jalan atau metod yang harus kita lalui untuk mengenal Allah SWT dan apakah halanganhalangan yang senantiasa menghantui manusia dari pada mengenal dan berdampingan denganNya ? Mungkin boleh kita merujuk kepada satu riwayat yang bermaksud : Kenalilah dirimu nescaya engkau akan mengenali
Rabu, 02 Januari 2008

Anas Bin Malik Anshori ra.


" Ya Allah berilah dia harta dan anak dan berkahilah.( Doa Rosul ) Anas bin Malik sejak usia belianya telah mendapt talqin dua syahadat dari ibunya Al ghumaisho', sejak itu tumbuhlah kecintaan hatinya yang bersih kepada Rosul saw , bersemangat untuk mendengar langsung darinya, tidak heran kalau kadang telinga lebih awal merindukan dari pada penglihatan. Sudah lama anak kecil ini mendambakan bertemu langsung dengan Rosul di Makkah atau di Yatsrib sehinga ia dapat bahagia dengan pertemuannya. Tidak berselang waktu yang lama, Yatsrib dibahagiakan oleh kedatangan Rosulullah dan sahabatnya As Siddiq yang sudah lama di damba-dambakan. Maka tidak satupun keluarga dan hati penduduk Madinah yang tidak berbahagia. Saat itu semua pemuda menyebarkan berita setiap pagi bahwa Rosulullah saw akan tiba di Yatsrib. Anas bin Malik bersama anakanak yang lain yang berusaha ingin bertemu dengan Rosulullah, namun ketika belum berhasil menemuinya ia sedih. Pada suatu pagi yang indah yang menyebarkan keharuman, masyarakat berteriak-teriak , bahawa Muhammad dan sahabatnya telah dekat dari kota Madinah, semua orang berusaha menyambut kedatangan Nabi saw. Begitu juga anak-anak, mereka berlomba-lomba ikut menyambut Rosulullah dengan hati yang diliputi kegembiraan yang meluap-luap dan wajah yang berseri-seri, maka di antara anak-anak itu adalah Anas bin Malik. Sementara para wanita telah berada di atas rumah mereka, menunggu dan berusaha melihat wajah Rosulullah saw. hati mereka berkata :" Mana ya orangnya yang disebut Rosul ? Sungguh

hari itu adalah hari yang bersejarah. Peristiwa ini terus dikenang oleh Anas sampai usianya hampir seratus tahun. Belum lama Rosul tinggal di Madinah, datanglah seorang wanita bernama Al Ghumaiso' binti Milhan menemui Rosulullah saw bersama putranya Anas bin Malik, ia berkata : .. . . .. ... Wahai Rosul, tidak satupun seorang laki-laki dan perempuan dari Ansor ini, kecuali telah memberi hadiah kepadamu, dan sesungguhnya Aku tidak memiliki apa yang dapat aku berikan kepadamu kecuali anakku ini.maka ambillah anak ini agar dia dapat membantumu kapan anda mau. Tergugahlah Rosul untuk menerimanya, beliau mengusap kepalanya dan menyatukannya dengan keluarganya, Saat itu umur Anas sepuluh tahun, saat kebahgaiaannya dapat menjadi pembantu Rosul, dan hidup terus bersama Rosulullah sampai Rosul kembali kepada Allah. Adalah masa hidupnya menjadi pembantu Rosul selama sepeuluh tahun. Kondisi ini sangat dimanfaatkan oleh Anas untuk menimba langsung hidayah dari Rosul, memahami semua sabdanya, mengtahui sifat-sifatnya dan keutamaannya yang tidak dapat diketahui oleh selainnya. Anas berkata :"Adalah Rosulullah saw orang yang paling baik akhlaknya, lapang dadanya, dan banyak kasih sayangnya. Suatu saat beliau menyuruhku untuk suatu keperluan, ketika aku berangkat aku tidak menuju ke tempat yang Rosul inginkan, namun aku pergi ke tempat anak-anak yang sedang bermain di pasar ikut bermain bersama mereka. Ketika aku telah bersama mereka aku merasa ada seseorang berdiri di belakangku dan menarik bajuku, maka aku menoleh, ternyata dia adalah Rosululah dengan senyum beliau menegurku ::" Ya Unais ( panggilan kesayangan ) apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan? Aku gugup menjawabnya : Ya, ya Rosul, sekarang aku akan berangkat. Demi Allah aku telah menjadi pembantunya sepuluh tahun, tidak pernah aku mendengar ia menegurku :" Mengapa kamu lakukan ini dan itu, atau mengapa kamu tidak melakukan ini atau itu ? Dan Adalah Rosulullah saw jika memanggilnya selalu memanggilnya dengan panggilan rasa sayang dan memanjakan yaitu dengan memanggilnya dengan kata unais atau ya bunayya. Begitu juga Rasullulloh banyak menasihatinya sampai memenuhi hati dan otaknya. Diantara nasihat-nasihatnya adalah : ( ... Ya bunayya jika engkau mampu setiap pagi dan sore hatimu bersih dari perasaan dengki kepada orang lain maka lakukanlah. . . Ya bunayya sesungguhnya hal itu adalah sunnahku, barang siapa menghidupkan sunnahku maka mencintaiku, barangsiapa mencintaiku akan bersamaku di surga. ) Ya bunayya jika engkau menemui keluargamu maka berilah salam niscaya akan menjadi

keberkahan bagimu dan bagi keluargamu. Anas bin Malik hidup setelah wafatnya Rasullullah saw sekitar delapan puluh tahun lebih. Dadanya dipenuhi ilmu yang langsung diambil dari Rosulullah. Otaknya tumbuh dengan pemahaman kenabian. Oleh karena itu sepanjang umurnya menjadi rujukan umat Islam, tempat umat bertanya, setiap menghadapi permasalahan sulit dan tidak diketahui hukumnya. Suatu saat terjadi perdebatan tentang keberadaan telaga Nabi nanti di hari qiyamat. Maka mereka bertanya kepada Anas tentang masalah ini. Beliau menjawab :"Aku tidak mengira hidup dalam kondisi mendapatkan kalian mendiskusikan tentang telaga. Sungguh aku telah meninggalkan para wanita tua di belakangku, tidaklah di antara mereka sholat kecuali mereka berdoa agar dapat minum dari telaga nabi tersebut. Dan seterusnya Anas sepanjang hidupnya selalu mengenang kehidupan Rosulullah. Adalah Anas selalu riang setiap kali bertemu dengan Rosulullah, sangat sedih di saat perpisahan, banyak mengulang-ngulang sabdanya, sangat perhatian mengikuti perkataan-perkataannya dan perbuatan-perbuatannya, menyenangi apa yang disenangi dan membenci apa yang dibenci, dan hari yang paling berkesan baginya karena dua peristiwa : Hari yang pertama ia bertemu dengan Rosulullah dan hari saat berpisah dengan Beliau. Apabila terkenang hari yang pertama beliau berbahagia, dan apabila terkenang hari yang kedua terharu yang membuat orang-orang di sekelilingnya ikut menangis. Beliau sering berkata :"Sungguh saya melihat Nabi saw pada hari pertama bersama kita, dan hari pada saat wafatnya, maka tidaklah aku melihat dua hari itu ada kemiripan. Maka pada hari saat masuk ke Madianah menyinari segal sesuatu. Dan pada hari hampir wafatnya, Jadilah Madinah kota yang gelap. Terakhir aku melihat Rosulullah saw pada hari senen ketika tabir di kamarnya di buka, maka aku melihat wajahnya seperti kertas mushaf, para sahabat saat itu berdiri di belakang Abu Bakr melihatnya, hampir-hampir mereka bergejolak kalau saja Abu bakr tidak menenangkan mereka. Pada hari itulah Rosulullah saw wafat, maka tidaklah kami melihat pemandangan yang sangat mengherankan dari pada melihat wajah Rosulullah saw harus diuruk dengan tanah. Adalah Rosulullah saw sering mendoakan Anas bin Malik. Di antara doanya : Ya Allah berilah razqi kepadanya harta dan anak, dan berkahilah. Dan sungguh Allah telah mengabulkan doanya, jadilah Anas orang yang kaya di kalangan Anshor, dan paling banyak keturunannya, sampai-sampai dia panjang umur dan hidup bersama cucu-cucunya lebih dari seratus orang. Dan umurnya mencapai seratus tahun lebih. Dan adalah Anas, sahabat yang sangat mengharapkan syafaat Rosulullah saw. pada hari qiyamat, sering sekali ia mengatakan :" Aku berharap dapat bertemu Rosulullah pada hari qiyamat dan mengatakan kepada Rsulullah saw. ya Rosul inilah saya yang dulu menjadi pembantumu. Ketika Anas sakit menjelang kematiannya, dia berkata kepada keluarganya :"Tuntunlah aku untuk membacaa ." Begitulah ia mengulang-ngulangnya sampai datang ajalnya. Beliau pernah berwasiat agar tongkat kecil milik Rosul dikuburkan bersamanya, maka diletakkanlah di antara lambungnya. Selamat bagi Anas, yang telah dikaruniai oleh Allah dengan berbagai macam kebaikan. Total masa hidup Anas bersama rosulullah saw selama sepeuluh tahun. Beliau berada di ranking ketiga di dalam

meriwayatkan hadits, setelah Abu Huroiroh dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah membalasnya dan ibunya atas jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin dengan sebaikbaik balasan. Diposkan oleh Iskandar Z di 14:36 0 komentar Label: Potret Kehidupan Sahabat
Sabtu, 16 Februari 2008

AWAL DAKWAH
Muhammad tertidur pulas. Saat itu, Khadijah keluar rumah menemui misannya, Waraqah bin Naufal, seorang pemeluk Nasrani yang saleh. Diceritakannya peristiwa yang dialami Muhammad di Gua Hira. Waraqah membesarkan hati Khadijah. Ia meyakini peristiwa itu adalah pengangkatan Muhammad sebagai Rasul. Sementara itu, dalam tidurnya, Muhammad kembali menggigil. Jibril datang menyampaikan wahyu berikutnya. "Wahai yang berselimut.! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Agungkan Tuhanmu, sucikan pakaianmu, dan hindarkan darimu dosa. Janganlah kau memberi karena ingin menerima lebih banyak. Demi Tuhanmu, tabahkan hatimu." Muhammad terbangun gelisah. Khadijah terus menenteramkannya. Saat itu Muhammad, sempat gamang. Jangan-jangan yang menjumpainya bukan malaikat, melainkan setan. Dengan caranya sendiri, mereka mencoba menguji itu. Dikisahkan bahwa saat Jibril datang, Khadijah sengaja memangku Muhammad di pahanya. Muhammad masih melihat sosok itu. Baru setelah Khadijah menyingkap kain penutup mukanya, sosok itu menghilang dari pandangan Muhammad. Keyakinan Muhammad menguat setelah ia, ketika hendak mengelilingi Ka'bah, bertemu Waraqah. Saat itu Waraqah meyakinkannya. "Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Engkau adalah Nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang telah diberikan pada Musa. Kau pasti akan didustakan orang, disiksa, diusir dan diperangi. Kalau sampai waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaaan yang sudah diketahuinya." Untuk beberapa lama, malaikat tak lagi datang. Muhammad teramat gundah. Ia khawatir Tuhan meninggalkannya atau malah membencinya. Kabarnya, ia sempat berpikir untuk menjatuhkan diri dari Gua Hira atau dari puncak bukit Abu Qubais. Tapi tidak. Di tengah kegelisahannya, turunlah firman yang menegaskan bahwa "Tuhanmu tidak meninggalkanmu, juga tidak membenci" dalam rangkaian ayat yanh dikenal sebagai surat Adh-Dhuha. Muhammad kemudian diajari cara salat. Ia selalu mempraktekkannya bersama Khadijah. Ali kecil yang tinggal bersama mereka pun ikut serta. Demikian pula Zaid bin Haritsah. Zaid adalah anak-anak yang diculik dari keluarganya dan dijual sebagai budak. Keluarga Muhammad membelinya, lalu mengangkatnya sebagai anak, sehingga sempat disebut Zaid bin Muhammad. Merekalah orang-orang pertama yang meninggalkan berhala untuk menyembah hanya pada Allah. Sama seperti Isa, Musa, Ibrahim dan para Nabi lain. Kabar itu sampai pada Abu

Bakar -sahabat Muhammad pemuka Kaum Taim. Abu Bakar mengenal Muhammad sebagai seorang lurus, maka ia segera menganut Islam. Abu Bakar bahkan dapat mengajak beberapa orang lainnya untuk mengikuti Muhammad. Di antara para sahabat itu adalah Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talha bin Ubaidillah juga Zubair bin Awwam. Melalui Abu Bakar, Saad bin Abi Waqas -keluarga Muhammad dari garis Aminah-juga memeluk Islam. Demikian pula Bilal, seorang asal Ethiopia yang menjadi budak Ummayah. Saat itu, warga Mekah tidak banyak mempersoalkannya. Mereka menganggap Muhammad tak lebih dari seorang pendeta biasa sebagaimana Waraqah. Perselisihan baru muncul tiga tahun setelah masa kenabian. Allah memerintahkan Muhammad untuk tidak lagi sembunyisembunyi dalam beragama dengan menyeru keluarga terdekat. (Qur'an Surat 26: 214216). Muhammad kemudian mengundang keluarga dekatnya, Bani Hasyim untuk makan di rumahnya, lalu mengajak mereka menyembah Allah. Namun Abu Thalib menghentikan pembicaraan itu. Esok harinya, Muhammad kembali mengundang lalu menyeru mereka. Sekali lagi, kerabat Muhammad itu hendak pergi. Saat itu Ali, yang masih anak-anak, berdiri dan mengatakan: "Rasulullah, saya akan membantumu. Saya adalah lawan siapa saja musuhmu." Seluruh yang hadir terbahak. Mereka menertawakan Muhammad, Ali serta Abu Thalib -ayah Ali. Dikisahkan pula saat itu Muhammad menyatakan pembelaannya terhadap Ali dengan istilah bahwa Ali adalah pewarisnya, dirinya adalah pewaris Ali. Kelak, hal ini yang dipakai dasar pihak yang mengatakan bahwa Ali adalah satu-satunya pewaris untuk menjadi pemimpin umat sepeninggal Muhammad. Suatu persoalan yang bakal melahirkan pertikaian besar antar umat Islam. Muhammad juga melakukan dakwah terbuka, yakni di bukit Shafa yang kini menjadi bagian dari Masjidil Haram. "Hai orang-orang Qurais," seru Muhammad dari puncak bukit itu. Orang-orang pun berdatangan. "Kalau kuberi tahu bahwa di bukit ini terdapat pasukan berkuda, percayakah kalian?" "Ya," sahut mereka. "Kami tak pernah meragukan kejujuranmu. Kami belum pernah mendengar engkau berdusta" "Kalian kuperingatkan sebelum menghadapi siksa pedih, hai Bani Abdul Muthalib, Bani Abdul Manaf, Bani Zuhra, Bani Makhzum dan Bani Asad. Allah memerintahkan aku menyampaikan peringatan pada keluarga-keluargaku terdekat. Aku tidak dapat memberi keuntungan apapun pada kalian baik di dunia maupun akhirat kecuali kamu mengikrarkan 'La ilaha illallah' (tiada tuhan selain Allah)". Seorang berpostur gemuk yang juga paman Muhammad, Abu Lahab menukas. "Celakah engkau Muhammad. Buat apa kau kumpulkan kami." Allah lalu menurunkan firman, Surat Al-Lahab, atas perilaku tersebut. Muhammad terus menebar dakwah. Ia bukan saja menyeru untuk meninggalkan berhala, namun juga berbuat baik pada sesama, hidup berkasih sayang, tidak berlomba-lomba

menumpuk harta. Pengaruh Muhammad semakin meluas. Hal tersebut meresahkan para pemuka Qurais. Mulailah perseteruan itu. Mula-mula mereka menyerang Muhammad dengan syair yang mengejek. Juga menuntut Muhammad untuk menunjukkan mukjizat. Setelah Muhammad secara terbuka mengritik patung-patung sembahan di sekitar Ka'bah, mereka mendesak Abu Thalib untuk tidak melindungi Muhammad. Sepuluh orang ditugasi membawa misi tersebut. Mereka adalah Abu Sufyan bin Harb, Uthbah dan Syaibah bin Rabi'ah, Nubaih dan Munabbih bin Hajjaj, Ash bin Wail, Walid bin Mughirah, Abu Bakhtarif, Jawad bin Muthalib serta Abu Jahal bin Hisyam. Beberapa kali, kaum kafir mendesak Abu Thalib. Mereka bahkan menawarkan seorang pemuda tampan, Umara bin Walid agar dipungut sebagai anak Abu Thalib asalkan Muhammad diserahkan kepada mereka. Abu Thalib menolak permintaan itu. Namun ia menyampaikan pula desakan para tokoh Qurais itu pada Muhammad. Muhammad kukuh pada sikapnya. "Paman, demi Allah, sekiranya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tak akan kulakukan sampai Allah membuktikan kemenangan itu di tanganku atau aku mati karenanya.".n Diposkan oleh Iskandar Z di 09:13 0 komentar Label: Siroh Nabawiyah
Senin, 16 November 2009

Karunia Hidayah
Karunia Hidayah K.H. Abdullah Gymnastiar -------------------------------------------------------------------------------Siapapun di dunia ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya. Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap hartanyalah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga. Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.

Karenanya, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam ramburambu supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna. Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT. Ada sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya, "Robbanaa, laa tuziquluu banaa bada ijhhadaitana wahablana milladunkarahmatan innaka antal wahhaab" (Q.S. Ali Imran [3]: 8). (Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia). Demikianlah ALLOH Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita. *** Suatu waktu ada seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam (muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini, sehingga ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya ketika menjelang jam lima sore telepon berdering, suara diujung sana bicara dengan terbata-bata, "Aa, aa tolong a tolong!" Belum selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui dimana menelponnya? Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui pasti adalah ALLOH Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan Mahakokoh dalam melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah, "illabiidznillah" tanpa ijin ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH pula. Usai hubungan telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan!? Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru si anak dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tuanya atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya, kita lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia, dijemur diterik matahari, dibawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "ALLOH, ALLOH, ALLOH".

Demikianlah jikalau ALLOH telah menghunjamkan karunia hidayahnya, tidak ada seorangpun yang bisa melepaskannya. Begitupun dengan si anak dalam kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobekrobek jilbabnya. Hanya kemudian dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang melepaskan dari setiap kesempitan. Mudah-mudahan kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan ALLOH Azza wa Jalla. Betapapun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah satusatunya penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman ALLOH. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan tendangan kakinya, kecuali tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada satupun darah yang menetes, kecuali dengan ijin ALLOH. Karenanya mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa diatas adalah salah satu cara bagaimana ALLOH menanamkan keyakinan kepadanya. Karenanya walaupun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan. Memang, terkadang kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat kedudukan disisi ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan terlebih dulu. *** ALLOH SWT dalam hal ini berfirman, "Dan orang yang dipimpin ALLOH, maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya" (Q.S. Az Zumar [39]:37). "Dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat menujukinya" (Q.S. Ar Radu [13]:33). "Siapa yang diberi petunjuk (hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin untuknya" (Q.S. . "Sesungguhnya ALLOH membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. Al Fathir [35]: 8). Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang terkenal Al Hikam memaparkan, "Nur (cahayacahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat ALLOH serta menerima segala rahasia daripada-Nya. Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila ALLOH akan menolong seorang hambaNya, dibantu dengan tentara nur Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan" Nur cahaya terang berupa tauhiid, iman dan keyakinan itu sebagai tentara pembela

pembantu hati, sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang terjadi antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah. Lebih lanjut beliau berujar, "Nur itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah (matahati) itulah yang menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan buruk, lalu dengan matahatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka matahatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza wa Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah. *** Diposkan oleh Iskandar Z di 05:19 0 komentar Label: Tazkiyah
Minggu, 30 Maret 2008

SUNNAH BERKATA BAIK DAN BERWAJAH CERAH SAAT BERTEMU


SUNNAH BERKATA BAIK DAN BERWAJAH CERAH SAAT BERTEMU Allah berfirman, "Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman." (Al-Hijr: 16). Allah berfirman, "Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (Ali Imran: 159). Adi' bin Hatim ra berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Takutlah kalian kepada neraka walau hanya dengan membelah kurma. Barangsiapa tidak menemukan hendaknya dengan kata-kata yang baik." (Muttafaq Alaihi). Abu Huraiarh ra meriwayatkan dari Nabi saw yang bersabda, "Dan kata-kata yang baik itu sedekah..." (Muttafaq Alihi). Dari hadits yang panjang. Abu Dzar ra berkata, 'Rasulullah bersabda kepadaku, "Janganlah kamu meremehkan kebaikan sedikit pun, walaupun sekedar bertemu dengan saudaramu dengan wajah cerah." (Muttafaq Alaihi). ---oo0oo--Diposkan oleh Iskandar Z di 06:57 0 komentar Label: Tazkiyah

MENJAGA KEBIASAAN BAIK


MENJAGA KEBIASAAN BAIK Allah berfirman,

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sampai merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri..." (Arra'du: 11). Allah berfirman, "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali." (An-Nahl: 92). Ankats kata jamak dari Naktsu yang artinya benang yang terurai. Allah berfirman, "Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras." (Al-Hadid: 16). Allah berfirman, "Lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya." Abdullah bin Amr bin Ash ra berkata, : "Rasulullah berkata kepadaku, 'Hai Fulan, jangan sampai kamu seperti si Fulan. Dulu ia shalat malam kemudian ia tinggalkan shalat malam itu." ---oo0oo--Diposkan oleh Iskandar Z di 06:54 0 komentar Label: Tazkiyah

MENEPATI JANJI
MENEPATI JANJI Allah berfirman, "Dan tepatilah janji, sesunggunya janji itu akan diminta pertanggung-jawabannya." (AlIsra': 34). Allah berfirman, "Dan tepatilah janji Allah jika kalian berjanji (kepada-Nya)." (An-NahL: 91). Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman, penuhilah akad." (Al-Maidah:1). Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman, mengapa kalian mengucapkan apa yang tidak kalian lakukan. Sungguh besar kemurkaan Allah jika kalian mengucapkan apa yang tidak kalian lakukan." (AS-Shaf:2-3) 1. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat." (Muttafaq Alaihi). Ditambahkan dalam riwayat Muslim, "Kendatipun ia berpuasa, shalat, dan mengaku sebagai orang Muslim." 2. Abdullah bin Amr bin 'Ash ra bahwa Rasulullah saw bersabda, :

"Ada empat hal yang jika berada pada seseorang ia menjadi munafik murni dan barangsiapa terdapat satu sifat darinya maka padanya terdapat satu sifat kemunafikan sampai ia meninggalkannya; jika diberi kepercayaan ia berkhianat, jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika bertikai ia jahat." (Muttafaq Alaihi). 3. Jabir ra bercerita, : : : . : "Nabi berkata kepadaku, 'Kalau harta Bahrain datang aku akan memberimu segini, segini, dan segini." Ternyata harta Bahrain tidak pernah datang hingga beliau meninggal. Lalu ketika harta Bahrain itu datang Abu Bakar menyuruh orang untuk memanggil, 'Barangsiapa yang mempunyai piutang kepada Rasulullah hendaknya datang kepada kami niscaya aku akan membayarnya. Aku berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah berkata kepadaku begini dan begitu. Kemudian ia mengambil satu genggam untukku dan aku mennghitungnya. Ternyata ia berjumlah lima ratus. Abu Bakar berkata lagi, "Ambillah dua gini lagi." (Muuttafaq Alaihi). ---oo0oo--Diposkan oleh Iskandar Z di 06:53 0 komentar Label: Tazkiyah

TAKWA
TAKWA Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa." (Ali Imran: 102). Allah berfirman, "Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian" (At-Taghabun: 16). Ayat berikut ini menjelaskan pengertian ayat pertama. "Hai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang baik." (Al-Ahzab: 70). Ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah bertakwa sangat banyak dan populer. Allah berfirman, "Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah pasti Dia menjadikan untuknya jalan keluar. Dan memberinya rezeki yang tanpa disangka-sangka." (At-Thalaq: 2). Allah berfirman, "Jika kalian bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan pembeda bagi kalian, menghapus kesalahan kalian dan mengampuni kalian. Dan Allah memliki kemuliaan yang agung." (Al-Anfal: 29). Ayat-ayat seputar bab ini juga sangat banyak dan populer. Sedangkan dalil-dalil dari hadits di antaranya: 1. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada yang bertanya kepada Rasulullah, : : . : :

. : "Ya Rasulullah, siapakah orang paling mulia?" Beliau mnejawab, "Orang yang paling bertakwa di antara mereka." Orang itu berkata lagi, 'Bukan tentang ini kami bertanya.' Beliau menjawab, 'Yusuf bin Nabi Allah bin Nabi Allah bin Khalilullah.' Mereka bertanya, 'Bukan tentang ini kami bertanya.' Beliau menjawab, 'Apakah kalian bertanya tentang kantong-kantong daerah Arab? Sebaik-baik kalian di Jahiliyah adalah yang terbaik di dalam Islam jika mereka berilmu." (Muttafaq Alaihi). Faqihu, dengan Dhadh didhammah, artinya mengerti hukum-hukum syariah Islam. 2. Abu Sa'id ra meriwayatkan dari Rasulullah saw. yang bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (menyenangkan) dan Allah mengangkat kalian sebagai pimpinan di dunia. Maka Dia akan melihat apa yang kalian kerjakan. Maka bertakwalah kalian dalam hal dunia dan bertakwalah dalam hal wanita. Fitnah pertama yang menimpa Bani Israel adalah wanita." (Muslim). 3. Ibnu Mas'ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah berdoa, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, iffah, dan kekayaan." (Muslim). 4. Abu Thuraif 'Adi bin Hatim At-Tha'i meriwayatkan, "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa bersumpah lalu melihat ada sesuatu yang lebih (bernilai) takwa kepada Allah hendaknya ia mengambil ketakwaan itu." (Muslim). 5. Abu Umamah Shadi bin 'Ajlan Al-Bahili ra berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah saw berpidato di Haji Wada', 'Bertakwalah kalian kepada Allah, shalatlah yang lima waktu, puasalah di bulan kalian, tunaikan zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian akan memasuki surga Tuhan kalian." (Tirmidzi di Kitab Shalat, hadits hasan shahih). ---o0o--Diposkan oleh Iskandar Z di 06:51 0 komentar Label: Tazkiyah
Rabu, 02 Januari 2008

TAKWA
BAB TAKWA Allah berfirman, "Hai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa." (Ali Imran: 102). Allah berfirman, "Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian" (At-Taghabun: 16). Ayat berikut ini menjelaskan pengertian ayat pertama. "Hai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang baik." (Al-Ahzab: 70).

Ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah bertakwa sangat banyak dan populer. Allah berfirman, "Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah pasti Dia menjadikan untuknya jalan keluar. Dan memberinya rezeki yang tanpa disangka-sangka." (At-Thalaq: 2). Allah berfirman, "Jika kalian bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan pembeda bagi kalian, menghapus kesalahan kalian dan mengampuni kalian. Dan Allah memliki kemuliaan yang agung." (Al-Anfal: 29). Ayat-ayat seputar bab ini juga sangat banyak dan populer. Sedangkan dalil-dalil dari hadits di antaranya: 1. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada yang bertanya kepada Rasulullah, : : . : : . : "Ya Rasulullah, siapakah orang paling mulia?" Beliau mnejawab, "Orang yang paling bertakwa di antara mereka." Orang itu berkata lagi, 'Bukan tentang ini kami bertanya.' Beliau menjawab, 'Yusuf bin Nabi Allah bin Nabi Allah bin Khalilullah.' Mereka bertanya, 'Bukan tentang ini kami bertanya.' Beliau menjawab, 'Apakah kalian bertanya tentang kantong-kantong daerah Arab? Sebaik-baik kalian di Jahiliyah adalah yang terbaik di dalam Islam jika mereka berilmu." (Muttafaq Alaihi). Faqihu, dengan Dhadh didhammah, artinya mengerti hukum-hukum syariah Islam. 2. Abu Sa'id ra meriwayatkan dari Rasulullah saw. yang bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (menyenangkan) dan Allah mengangkat kalian sebagai pimpinan di dunia. Maka Dia akan melihat apa yang kalian kerjakan. Maka bertakwalah kalian dalam hal dunia dan bertakwalah dalam hal wanita. Fitnah pertama yang menimpa Bani Israel adalah wanita." (Muslim). 3. Ibnu Mas'ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah berdoa, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, iffah, dan kekayaan." (Muslim). 4. Abu Thuraif 'Adi bin Hatim At-Tha'i meriwayatkan, "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa bersumpah lalu melihat ada sesuatu yang lebih (bernilai) takwa kepada Allah hendaknya ia mengambil ketakwaan itu." (Muslim). 5. Abu Umamah Shadi bin 'Ajlan Al-Bahili ra berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah saw berpidato di Haji Wada', 'Bertakwalah kalian kepada Allah, shalatlah yang lima waktu, puasalah di bulan kalian, tunaikan zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian akan memasuki surga Tuhan kalian." (Tirmidzi di Kitab Shalat, hadits hasan shahih). ---o0o--Diposkan oleh Iskandar Z di 14:48 0 komentar Label: Tazkiyah

ADAB TILAWAH
ADABUT TILAWAH Muqaddimah Generasi pertama Islam adalah generasi yang dikenal dengan sebutan "generasi Qur'ani". Mereka adalah generasi yang sangat sadar bahwa perubahan besar baru akan terjadi dalam diri mereka ketika mereka berinteraksi secara total dengan Al Qur'an. Tentu saja interaksi total baru dapat dilakukan ketika mereka memiliki tashawur (persepsi) yang utuh (kamil) dan jelas (wadhih) tentang Al Qur'an. Bagi mereka Al Qur'an adalah pedoman hidup mereka yang sangat mereka sadari bahwa al Qur'an merupakan karunia yang amat besar yang diberikan Allah kepada mereka setelah mereka mendapatkan karunia Islam. Al Qur'an lah yang merupakan kitab yang mereka jadikan guide line (Marja') hidup mereka. Sayyid Qutb mengatakan: . Al Qur'anlah satu-satunya sumber tempat pengambilan mereka, standard yang menjadi ukuran mereka dan tempat dasar mereka berpikir. Hal itu terjadi bukan karena manusia di zaman itu tidak mempunyai peradaban, atau pengetahuan, atau ilmu, atau buku, atau studi. Bukan! Waktu itu ada kebudayaan Romawi, pengetahuan, buku dan hukum Romawi, yang sampai sekarang masih dihayati di Eropa, atau kelanjutannya masih dihayati Eropa. Juga terdapat bekas-bekas peninggalan peradaban, logika, falsafat, dan kesenian Yunani kuno. Dan sampai sekarang masih tetap merupakan sumber pemikiran Barat. Juga ada peradaban Persia, dengan seninya, sasteranya, dongengnya, kepercayaannya dan juga sistem pemerintahannya.. Di bagian lain Sayyid Qutb mengatakan: . Generasi pertama itu, memandang Al Qur'an bukan untuk tujuan menambah pengetahuan atau memperluas pandangan. Bukan untuk tujuan menikmati keindahan sasteranya, dan menikmati rasa nikmat yang ditimbulkannya. Tidak ada di antara mereka yang mempelajari Al Qur'an untuk menambah perbendaharaan ilmu hanya karena ilmu saja. Bukan untuk menambah perbendaharaannya dalam masalah ilmu pengetahuan dan ilmu fiqh. Sehingga otak mereka menjadi penuh. Mereka mempelajari Al Qur'an untuk menerima perintah Allah tentang urusan peribadinya, tentang urusan golongan dimana ia hidup, tentang persoalan kehidupan yang dihidupinya, ia dan golongannya. Ia menerima perintah itu untuk segera dilaksanakan setelah mendengarnya. Persis sebagaimana perajurit di lapangan menerima "perintah harian"nya untuk dilaksanakan segera setelah diterima. Wajar saja jika kemudian generasi pertama itu merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al Qur'an. Kesadaran dan pemahaman yang benar terhadap Al Qur'an itu membuat mereka tidak mau melepaskan hubungan diri dengan Al Qur'an. Di antara cara mereka berhubungan dengan Al Quran adalah dengan membacanya. Bagi

mereka membaca adalah kebutuhan. Membaca al Quran tidaklah sama dengan membaca kitab lainnya. Adab-adab Oleh karena al Quran adalah kalamullah, maka dalam membacanya harus dengan memperhatikan beberapa persyaratan yang harus dilakukan. Di antaranya harus melakukan persyaratan ruhiyah dalam membacanya. Di antara persiapan ruhiyah yang harus dilakukan adalah: 1. Memahami sumber firman; memahami keagungan dan ketinggian firman, karunia Allah dan kasih sayang-Nya kepada makhluk dalam menurunkan al Quran dari Arsy kemuliaanNya ke derejat pemahaman makhluk-Nya. 2. Tazhim (mengagungkan mutakallimin {Allah}); seorang pembaca harus menghadirkan dalam hatinya keagungan Allah (al-Mutakallimin), dan mengetahui bahwa apa yang dibacanya bukanlah pembicaraan manusia. Dan untuk membaca kalam Allah merupakan hal yang sangat penting. Allah berfirman Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (al-Waqiah,:79). Harus diketahui bahwa tazimul kalam sama dengan tazimul mutakallimin. Sementara keagungan mutakallimin tidak akan bisa terhadirkan selagi tidak terpikirkan sifat-sifat, kemuliaan, dan amal perbuatan-Nya. 3. Kehadiran hati dan meninggalkan bisikan jiwa. Dalam surat Maryam,:12 dikatakan Wahai Yahya, ambillah kitab dengan kekuatan. Adapun makna al Quwwah adalah dengan konsentrasi penuh, sungguh-sungguh dan serius. Oleh karenanya seseorang dalam membaca al Quran haruslah dengan konsentrasi, sungguh-sungguh, dan serius. Itulah sebabnya dalam mengawali membaca al Quran seseorang dianjurkan untuk istiazah. 4. Tadabbur. Menurut Said Hawwa, tadabbur yaitu sesuatu di luar kehadiran hati, karena bisa jadi ia tidak berpikir tentang selain al Quran tetapi hanya mendengarkan al Quran dari dirinya sendiri padahal ia tidak mentadabburinya. Untuk tadabbur, disunnahkan dalam membaca al Quran dengan tartil. Sebab dengan tartil secara zhahir akan memungkinkan tadabbur dengan batin. Ali ra berkata yang artinya tidak ada kebaikan pada ibadah yang tanpa pemahaman di dalamnya dan tidak ada kebaikan dalam tilawah yang tidak ada tadabbur di dalamnya. Untuk melakukan tadabbur seseorang dapat membaca satu ayat berulang-ulang. 5. Tafahum (memahami secara mendalam). Maksudnya adalah mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat. Ibn Masud pernah mengatakan Barangsiapa menghendaki ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian maka hendaklah ia mendalami al Quran. 6. Meninggalkan hal-hal yang dapat mengurangi pemahaman. Oleh karena seseorang tidak dapat memahami makna al Quran karena beberapa sebab dan penghalang yang dipasang syetan di dalam hati mereka; sehingga mereka tidak dapat memahami berbagai keajaiban rahasia al Quran. Adapun penghalang dimaksud adalah pertama, perhatiannya tertuju pada penunaian bacaan huruf-hurufnya saja, sehingga perenungannya hanya terbatas pada makharijul huruf. Hal ini menyulitkannya untuk mengungkap makna-maknanya; kedua taqlid kepada mazhab yang didengarnya, terpaku dan fanatik padanya, sehingga hanya mengikuti apa yang didengarnya tanpa berusaha memahami dengan bashirah dan musyahadah; ketiga, terus menerus dalam dosa dan sombong atau secara umum

terjangkiti penyakit syahwat. Tentu saja ini menimbulkan karat hati yang tebal sehingga sulit baginya menerima hidayah; keempat, karena telah membaca tafsir zhahir dan meyakini tidak adanya makna lain kecuali apa yang sudah disebutkan oleh para imam Tafsir seperti Ibn Abbas, Mujahid dan semisalnya. Kemudian meyakini bahwa orang di luar itu sebagai penganut tafsir bi al rayi, sementara orang yang menafsirkan al Quran dengan pendapatnya sendiri (hawa nafsunya) adalah salah dan tempatnya adalah neraka. Tentu saja ini mempersulit bagi pembaca al Quran (khususnya pemula) untuk mencoba merenungkan makna al Quran. 7. Takhsihsh. Yaitu menyadari bahwa dirinya adalah sasaran yang dituju oleh setiap khitab (nash) yang ada dalam al Quran. Muhammad bin Kaab al Qurthuby berkata: Orang yang telah sampai al Quran kepadanya sama dengan orang yang diajar bicara oleh Allah. Apabila telah menyadari hal ini, maka ia tidak hanya mengkaji al Quran saja tetapi juga membacanya seperti seorang budak membaca surat tuannya yang ditulis kepadanya untuk direnungkan dan berbuat sesuai dengan isinya. 8. Taatsur (mengimbas ke dalam hati). Yaitu hatinya terimbas (terpengaruh) dengan imbasan yang berbeda sesuai dengan beragamnya ayat yang diyahatinya. Sesuai dengan pemahaman yang dicapainya demikian pula keadaan dan imbasan yang dirasakan oleh hati berupa rasa sedih, takut, harap dan lain sebagainya. 9. Taraqqi. Yakni meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mendengarkan kalam dari Allah bukan dari dirinya sendiri. Karena derejat bacaan ada tiga: Derejat yang paling rendah, yaitu seorang hamba merasakan seolah-olah ia membacanya kepada Allah, berdiri di hadapan-Nya, sementara itu Dia menyaksikan dan mendengarkannya; sehingga dengan gambaran perasaan seperti ini ia dalam posisi selalu memohon, merayu, merendahkan diri dan berdoa. Menyaksikan dengan hatinya seolah-olah Allah melihatnya dan mengajaknya bicara dengan berbagai taufiq-Nya, memanggilnya dengan berbagai nimat dan kebaikan-Nya; sehingga ia berada dalam posisi malu, tazhim, mendengarkan dan memahami. Melihat Mutakallimin dalam setiap kalam yang dibacanya, melihat sifat-sifat-Nya dalam kalimat-kalimat yang ada, sehingga ia tidak lagi melihat diri dan bacaannya, juga tidak melihat kepada keterkaitan pemberian nimat kepada dirinya bahwa dia telah diberi nimat, tetapi perhatiannya terkonsentrasi hanya kepada Mutakallimin, pikirannya tertambat padaNya, seolah hanyut dalam menyaksikan Mutakallimin sehingga tidak melihat kepada selainNya. Ini merupakan derejat Muqarrabin, sedangkan tingkat sebelumnya adalah derejat ashhabul Yamin. Di luar derejat tersebut adalah derejat al ghafilin. 10. Tabarriy. Melepaskan diri dari daya dan kekuatannya, dan memandang kepada dirinya dengan pandangan ridho dan tazkiyah. Misalnya ketika membaca ayat-ayatr janji dan sanjungan pada orang-orang shalih. Perasaannya langsung teringat pada orang-orang yang sudah memperoleh derejat dimaksud, dan ia berharap kepada Allah agar disusulkan olehNya pada derejat dimaksud. Itulah beberapa persiapan ruhiyah yang harus dilakukan para pembaca al Quran sebagaimana disebutkan oleh Said Hawwa dalam buku yang berjudul al Mustakhlash Fi Tazkiyatil anfus. Selanjutnya adalah adab yang berkaitan dengan zhahiriyah si pembaca. Dalam hal ini seorang pembaca harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Berkenaan dengan kondisi pembaca. Dimana dia harus dalam keadaan berwudhu. Dalam membaca al Quran dapat dilakukan dengan duduk, menghadap qiblat dan menundukkan kepala; dengan tidak bersila, tidak bertelekan dan tidak duduk dalam keadaan sombong. Duduknya sendirian, seperti duduk di hadapan guru yang berwibawa.. Seutama-utama membaca al Quran adalah membacanya ketika berdiri (dalam sholat) di dalam masjid. Membacanya pada saar qiyamul lail lebih utama ketimbang pada siang hari. Hal ini karena pada malam hari pikiran dalam keadaan sangat bebas (dari urusan-urusan lain). 2. Berkenaan dengan banyaknya jumlah bacaan. Di antara yang dianjurkan dalam membacanya adalah sebagaimana dinyatakan dalam hadist Rasulullah saw yang berbunyi Barangsiapa yang membaca al Quran dalam waktu kurang dari tiga hari, maka ia tidak memahaminya. Hadits tersebut menunjukkan bahwa membaca al Quran secepat-cepatnya adalah tiga hari untuk sekali khatam. Dalam Ihya Ulumuddin Imam al Ghazali menegaskan bahwa Nabi saw memerintahkan Abdullah ibn Amr ra untuk menyelesaikan (mengkhatam) Al Quran dalam waktu tujuh hari. Demikian juga sekelompok sahabat menkhatamkan al Quran pada tiap hari Jumat seperti Ustman, Zaid bin Tsabit, Ibn Masud dan Ubay bin Kaab ra. Dalam mengkhatam al Quran itu ada empat macam tingkatan, yaitu: Khatam dalam sehari semalam, ini dimaksudkan oleh sekelompok ulama Khatam dalam setiap bulan, setiap hari satu juz Dalam satu minggu sekali khatam Dalam satu minggu dua kali khatam, kurang lebih tiga hari.. 3. Mengenai segi pembagian. Maksudnya adalah pola pembagian al Quran menjadi beberapa bagian untuk memudahkan dalam pembacaan. Seperti misalnya Ustman bin Affan ra yang membaca pada malam Jumat surat al Baqarah sampai surat al Maidah, pada malam Sabtu membaca surat al Anam sampai surat Hud, malam Ahad membaca surat Yusuf sampai surat Maryam, malam Senin membaca surat Thaha sampai Tha Sin Min Musa dan Firaun . Malam Selasa membaca surat al Ankabut sampai surat Shad, malam Rabu membaca surat as Sajdah sampai surat ar Rahman, Malam kamis ia menyelesaikan sisanya. 4. berkenaan dengan Tulisan. Hendaklah dipilih mushaf yang memudahkan dalam membacanya, khususnya dalam masalah khat. Sebaiknya dipilih yang bagus, tajam dan jelas. Dianjurkan pula tidak membaca mushaf yang masih asing khotnya. 5. Membaca dilakukan dengan perlahan dan jelas (Tartil). Ibn Abbas mengatakan: Sungguh, membaca al Baqarah dan Ali Imran dengan tartil lebih saya sukai daripada membacanya secara keseluruhan dengan cepat. Iapun mengatakan Membaca Idzadzulzilat.. dan al Qariah dengan tartil lebih aku sukai ketimbang membaca al Baqarah dan Ali Imran dengan cepat. Harus diketahui bahwa disunnatkan tartil dalam membaca al Quran oleh karena lebih memudahkan perenungan terhadapnya dan lebih mudah memberikan ke dalam hati. 6. Menangis. Rasulullah saw bersabda Bacalah al Quran dan menangislah, jika kamu tidak menangis, maka paksalah dirimu untuk menangis. Dalam kesempatan lain dikatakan Sesungguhnya al Quran itu diturunkan dengan kesedihan, maka bila kamu membacanya maka bersedihlah kamu. Ibn Abbas berkata Jika kamu membaca Sajdah Sunhana, maka janganlah kamu tergesa-gesa sujud sehingga kamu menangis. Jika mata salah seworang kamu tidak menangis maka hendaklah hatimu menangis. Sungguh jalan membebankan diri untuk menangis adalah dengan jalan hatinya mendatangkan kesedihan, dari sedih itu timbullah tangis. 7. Memenuhi hak ayat-ayat al Quran yang dibaca. Maksudnya adalah ketika ia menjumpai

ayat yang membutuhkan sujud, maka hendaklah ia sujud. Atau ketika membaca ayat-ayat azab segera mohon perlindungan kepada Allah, dan ketika membaca ayat-ayat nikmat memohon kepada Allah agar iapun diberikan nikmat tersebut. 8. Berkenaan dengan doa sebelum dan sesudah membaca al Quran. Di awal bacaan hendaklah dibaca: , Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi maha Melihat, dari godaan syetan yang terkutuk, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari bisikan syetan dan dari kedatangannya kepadaku. Selanjutnya pembaca dianjurkan membaca surat Muawwadzatain dan al Fatihah. Sementara pada saat menutup bacaan dianjurkan untuk membaca: Maha Benar Allah, Yang Maha Tinggi atas Firman-Nya dan yang mengutus Rasul Saw kepada kami, Ya Allah berilah manfaat dan keberkahan dengan al Quran ini kepada kami. Segala puji sanjung bagi Allah, Tuhan semesta alam, aku memohgon ampun kepada Allah yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). 9. Berkenaan dengan mengeraskan bacaan Al Quran. Dianjurkan dalam membaca agar terdengar, minimal oleh si pembaca sendiri. Seedangkan tentang bacaan yang sampai didengar orang banyak, terdapat perbedaan dalam menyikapinya. Jika bacaan dengan maksud mendapatkan pujian orang banyak, tentu sangat dilarang karena dapat menjadi riya. Namun jika tanpa riya, di dalamnya bukan tidak mungkin terdapat kebaikan, di antaranya adalah: a) Dengan bacaan yang keras akan dapat melibatkan aktifitas lain yang lebih banyak b) Manfaatnya juga bisa diambil oleh orang lain c) Bacaan keras akan mampu membangkitkan hati pembaca sendiri, dan menyatukan perhatiannya untuk merenungkan makna-makna al Quran serta mengarahkan pendengaran kepada bacaan d) Dapat menghalau kantuk dan mengangkat suara e) Dapat menambah semangat dan mengurangi malas f) Bisa membangunkan orang yang sedang tidur g) Dapat membangkitkan semangat orang yang semula hanya mendengar atau melihat. 10.Membaguskan dan mentartil bacaan dengan cara mengulang-ulang suara tanpa pemanjangan yang keterlaluan dan tanpa merubah susunan. Rasulullah saw bersabda: Hiasilah al Quran dengan suaramu. Beliau Saw juga bersabda: Bukan dari golongan kami orang yang tidak melagukan al Quran. Itulah beberapa adab lahir yang selayaknya dilakukan oleh para pembaca al Quran yang menginginkan mendapat pahala dan manfaat darinya. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita untuk membaca al Quran dengan sebenar-benarnya. MARAJI Imam, An Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin, Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Said Hawwa,

Mensucikan Jiwa, At tibyan fi adab hamalatil Qur'an Sayyid Quthb, Mukadimah Zhilal, Bahi Al Khuli Tadzkiratud Du'ah, Diposkan oleh Iskandar Z di 05:19 0 komentar Label: Sarana Taujih dan Penugasan
Sabtu, 16 Februari 2008

Menyebarluaskan Salam
MENYEBARLUASKAN SALAM Sarana : Talim, Taujih TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah mendapatkan meteri ini peserta dapat : 1. Mengetahui dalil-dalil dari hadist tentang perintah menyebarkan salam, serta kisah-kisah para sahabat yang menyangkut dengan penyebaran salam. 2. Mengatahui hukum dan adab memberi salam dan menjawab salam (termasuk terhadap non muslim) 3. Mengetahui makna dan kandungan salam TITIK TEKAN MATERI Materi ini menguraikan tentang anjuran menyebarluaskan salam. Salam yang salah satu maknanya adalah mengucapkan Assalamualaikum merupakan doa yang sangat baik diberikan kepada sesama muslim. Salam juga menjadi salah satu simbol dan syiar Islam. Lebih jauh, salam tidak hanya berbentuk perkataan assalamualaikum, tapi juga merupakan upaya untuk mewujudkan salam (kedamaian) kepada seluruh makhluk Allah SWT. Salam untuk orang lapar adlah bagaimana menjadikannya tidak lapar, dan sebagainya. POKOK-POKOK MATERI 1. Dalil-dalil Al Quran dan hadist Nabawi tentang salam 2. Urgensi dan fadhilah salam 3. Adab-adab salam 4. Kandungan dan makna salam TEKNOLOGI PEMBELAJARAN Buatkan cek list tentang kegiatan untuk selalu menyebarkan salam, sehingga membuat disiplin mereka untuk selalu mengucapkan salam MARAJI Hassan Ayyub, Assulukul Ijtima Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin Sayyid sabiq, Fiqhus Sunnah Muqaddimah

Salam dalam Islam bukan sekedar ucapan yang nilainya sama sebagai ucaoan pembuka belaka. Salam berisikan doa yang oleh karenanya ia harus diucapkan dengan memperhatikan aturan syariat yang terkait dengannya.

KEUTAMAAN SALAM DAN PERINTAH MENYEBARKANNYA. Firman Allah: Hai sekalian orang yang telah percaya, Janganlah kamu masuk rumah orang lain, hingga kamu minta izin dan memberi salam kepada penduduk rumah itu. Firman Allah:

Jika kamu masuk rumah hendaknya kamu memberi salam pada dirimu, sebagai tahiyat dari Allah yang akan membawa berkat dan baik. Firman Allah

Jika kamu diberi salam hendaknya kamu menjawab dengan yang lebih baik (sempurna) atau asal menjawab. Firman Allah:

Apakah telah sampai kepadamu berita tamu Ibrahim yang mulya-mulya itu Ketika mereka masuk kepadanya, maka mengucapkan salam Diiawab. Salam oleh Ibrahim.

1: Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a. berkata: Seorang bertanya kepada Nabi s.a.w.: Apakah Yang terbaik di dalam Islam? Jawab Nabi: Memberi makanan dan memberi salam terhadap orang yang kaukenal atau tidak kau kenal. (Buchary, Muslim).

2: Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi s.a.w.: Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah menyuruh ia: Pergilah kepada para Malaikat itu dan berilah salarn kepada mereka yang sedang duduk, dan dengarkan benar-benar jawaban mereka, maka itu akan merupakan salammu dan anak cucumu kelak. Maka pergilah Adam dan berkata:

ASSALA,MU ALAIKUM. Jawab par~ Malaikat: ASSALAMU ALAIKA WARAHMATULL mereka menambah warahmatullah. (Buchary, Muslim).

3: Abu Imaroh (Al-Barra') bin Azib r.a. berkata: Rasulullah menyuruh kami dengan tujuh macam: Menjenguk = menengok orang sakit, menghantarkan jenazah, mendo' akan orang bersin jika membaca ALHAMDULILLAH, menolong orang yang lemah, membantu orang teraniaya, menyebarkan salam, menepati (melaksanakan) sumpah. (Buchary Muslim).

4: Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: 'Kamu tidak akan masuk sorga hingga beriman (percaya), dan kamu tidak beriman hingga kasih sayang kepada sesama.Sukakah saya tunjukkan sesuatu jika kamu kerjakan timbul kasih sayangdi antara kamu. Sebarkanlah Salam di antara kamu. (Muslim ).

5: Abu Jusuf (Abdullah) bin Salam r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Hai sekalian manusia sebarkanlah salam, dan berilah makanan dan hubungilah famili; dan sembahyanglah di waktu malam di waktu orang-orang sedang tidur, niscaya kamu akan masuk sorga dengan selamat sejahtera. (Attirmidzy).

6: Aththufail bin Ubay bin Ka'ab biasa datang ke tempat Abdullah bin Umar, maka pergi bersama-sama ke pasar. Maka jika kami telah berada di pasar tiada Abdullah melalui orang rombeng, atau penjual di toko,atau orang miskin, bahkan ketemu dengan siapa saja kecuali ia memberi salam. Aththufail berkata: Maka pada suatu hari saya datang ke rumah Abdullah bin Umar lalu ia mengajak saya ke pasar Saya bertanya: Untuk apakah kau ke pasar, sedang kau tidak akan membeli apa-apa, juga tidak perlu menanyakan harga barang, atau menawar, bahkan tidak duduk di pasar, maka lebih baik kita duduk-duduk di sini bercakap-cakap. Jawab Abdullah: Ya Aba Bathen, kami akan ke pasar hanya untuk memberi salam kepada orang yang (Malik dalam kitab Almuwatho').

CARA MEMBERI SALAM. Sunnat bagi yang memberi salam mengucap: Assalamu `alaikum warahmatuIIahi " wabarakatuh, meskipun yang diberi salam hanya seorang, demikianpula yang menjawab salam: Wa `alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.'

1: Imron bin Hushoin r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi. s.a.w. dan mengucapkan: ASSALAMUALAIKUM Maka dijawab oleh Nabi s.a.w. kemudian ia duduk. Nabi bersabda: Sepuluh. Kemudian datang pula lain orang memberi salam: ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAH. Dan setelah dijawab oleh Nabi s.a.w. laed duk. Nabipun berkata: Dua puluh. Kemudian orang g datang dan mengucapkan: ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAH WABAROKATUH. Maka dijawab oleh Nabi s.a.w. dan Nabi berkata: Tiga puluh. (Abu Dawud, Attirmidzy).

2: 'Aisjah r.a. berkata Rasulullah s.a.w. membentanu kepada saya inilah Jibril menyampaikan salam kepadamu. Maka saya jawab: WA ALAIHIS, SALAM WARAH MATULLAHI WABARAROKATUH. (Buchary, Muslim). 3: Anas r.a. berkata: Adanya Nabi s.a.w. jika mengaiakan suatu kalimat diulanginya tiga kali hingga dimengerti oleh pendengarnya. Demikian pula jika mendatangi suatu kaum mengulangi salam kepada mereka sampai tiga (Buchary ). kali.

4: Almigdad r.a. berkata: Kami biasa menyediakan bagian Nabi s.a.w. dari susu, maka ia datang pada waktt malam dan memberi salam dengan perlahan sekira tidal membangunkan orang tidur, dan cukup mendengarkan kepa da yang jaga. Maka datang Nabi sebagaimana biasa memberi salam. (Muslim

5: Asma binti Jazid r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. berjalan di masjid, mendadak melihat rombongan wanita duduk, maka ia melambaikan tangan dengan salam.(Attirrnidzy ). Dalam riwayat Abu Dawud: Maka memberi salam kepada kami.

6: Abu Djuray Alhudjaimy r.a. berkata: Saya datang kepada Rasulullah s.a.w. maka saya mengucapkan: ALAIKASSALAM YA R ASULULLAH. Maka Nabi s.a.w, berkata: Jangan berkata: ALAIKASSALAM karena ALAI. KASSALAM itu untuk salam kepada orang mati. (Abu Dawud,Attirmidzy).

ATURANSALAM

1: Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:Orang yang berkendaraan memberi salam kepada Yang berjalan, dan yang berjalan memberi salam kepada yang duduk. Dan rombongan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak (Buchary, Muslim ). Dalam riwayat Buchary: Dan yang kecil memberi salam kepada yang besar.

2: Abu Umamah Albahily r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Seutama-utama manusia bagi Allah yalah Yang mendahului memberi salam. Riwayat Abu Dawud, Attirmidzy: Abu Umamah r.a. berkata: Seorang bertanya: Ya Rasulullah kalau dua orang bertemu muka yang inanakah diantara kedua yang harus mendahului memberi salam? Jawab Nabi: Yang lebih dekat kepada Allah. (ALTirmidzy ).

SUNNAT MENGULANGI SALAM JIKA BERULANG BERTEMU.

1: Abu Hurairah r.a. ketika menceriterakan riwayat orang yang salah dalam sembahyang, berkata: Maka ia sembahyang kemudian datang kepada Nabi memberi salam, dan dijawab oleh Nabi s.a.w. Kemudian Nabi berkata: Kembalilah kau sembahyang, karena kau belum sembahyang, maka ia pergi sembahyang kemudian datang kembali kepada Nabi dan memberi salam, hingga tiga kali ia berulang yang demikian itu. (Buchary, Muslim)_

2: Abu' Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Jika bertemu salahsatu kamu kepada saudaranya hendaknya memberi salam, kemudian jika terpisah antara keduanya oleh pohon atau dinding atau batu, kemudian bertemu kembali hendaknya memberi salam. (Abu Dawud).

SUNNAT\SALAM JIKA MASUK RUMAH.

Firman Allah: Jika kamu masuk ke rumah, maka hendaknya memberi salam pada dirimu, itu sebagai kesejahteraan dari Allah yang berkat dan baik. 1; Anas r.a. berkata: Rasulullah Saw mengajarkan kepada saya: Hai anak, jika kamu masuk ke rumah keluargamu, hendaknya memberi salam, supaya menjadi berkat untuk kamu dan keluargamu (Attirmidzy).

SALAM TERHADAP ANAK-ANAK.

1: Anas r.a. berkata ia berjalan di-muka anak-anak rnem. beri salam kepada mereka sambil berkata: Dahuhr Rasulullah s.a.w. berbuat demikian.

(BucharY. Muslim).

SALAM KEPADA ISTERI DAN PEREMPUAN MAHRAM ATAU BUKAN MAHRAM, SEKIRA TIDAK BERMAKSUD JAHAT.

1: Sahel bin Sa'ad r.a. berkata: Dahulu di daerah kaml seorang perempuan tua suka mengambil rempah-rempah dan dimasak dalam kuali, kemudian dicampur dengan tepung sya'ir, maka apabila kami kembali dari sembahyang Jum'ah, dan -kami memberi salam kepadanya maka ia menghidangkan masakan itu kepada kita. (Buchary).

2: Umm Hani' (Fachitah) binti Abi Thalib r.a. berkata:Saya datang kepada Nabi s.a.w. ketika Fatah Makkah, sedang Nabi mandi dan ditutupi oleh Siti Fatimah dengan kain, maka saya memberi salam kepadanya. (Muslim).

1: Abu Hurairah r:a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda Jangan mendahului orang Yahudi atau Kristen dengan salam, dan bila kamu berpapasan dengan mereka di jalan, maka paksakan mereka ke,tempat yang sempit (paksakan mereka yang harus mengalah ke tepi). (Muslim i.

HARAM MENDAHULUI ORANG KAFIR DENGAN SALAM DAN CARA MENJAWAB SALAM MEREKA DAN SUNNAT MEMBERI SALAM PADA MAJLIS YANG CAMPUR MUSLIM DENGAN KAFIR.

Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda: Jangan mendahului orang Yahudi atau Kristen dengan salam, dan bila kamu berpapasan dengan mereka di jalan, maka paksakan mereka ke tempat-tempat sempit (paksakan mereka yang harus mengalah ke tepi)

2: Anas r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Jika orang-orang ahli kitab memberi salam kepada kamu, maka jawablah: WA ALAIKUM. (Buchary, Muslim )

Usamah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w- berjalan mela. lui majiis yang meaghimpun brang Muslimin, Musyri. kin penyembah berhala dan Yahudi. Maka Nabi s.a.w. memberi salam kepada mereka. ' (Buchary; Muslim ).

3: Usamah ra berkata : Rasulullah s.a.w. berjalan melalui majelis yang menghimpun orang muslimin, musyrikin penyembah berhala dan Yahudi, maka Nabi saw memberi salam kepada mereka. (Bukhari Muslim)

SUNNAT SALAM JIKA AKAN MENINGGALKAN MAJLIS. 1: Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Apabila sampai salahsatu kamu ke majlis, hendaknya memberi salam, dan bila bangun akan meninggalkan majlis harus mengucapkan salam. Bukan yang pertama itu lebih layak (baik) dari yang kedua. (Abu Dawud, Attirmidzy). Diposkan oleh Iskandar Z di 08:01 0 komentar Label: Sarana Taujih dan Penugasan
Rabu, 02 Januari 2008

ADABUT TILAWAH
ADABUT TILAWAH Kode: 1A1.1 I Sarana: Taujih, Penugasan TUJUAN INTRUKSIONAL Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat: 1. Mengetahui kedudukan Al Qur an sebagai kalamullah yang harus dimuliakan 2. Mengetahui adab adab yang harus dipelihara selama membaca al Qur'an 3. Komitmen dengan adab adab tilawah di saat membaca Al Quran TIT1K TEKAN MATER1 Dengan komitmen terhadap adab adab tilawah maka akan terbentuk shalimul aqidah dalarn diri seseorang (2: 11) Perlu djjelaskan tujuan di turunkannya AI Qur'an. Materi ini menjelaskan akan gambaran bagaimana kemuliaan AI Qur'an sebagai kalamullah sekaligus petunjuk bagi manusia. Karenanya, membaca AI Qur'an harus sesuai dengan adabnya. Antara lain, suci dan hadats besar dan kecil, tilawah sesuai makhrajnya, berupaya mengerti isinya, dan mentadabburinya. Perlu dijelaskan tentang sikap para salafush shalih

dan adab adab mereka ketika membaca AI Qur'an. POKOK POKOK MATERI, 1. Tujuan diturunkannya Al Qur'an 2. Dalil dalil hadits Nabawi tentang adab membaca Al Qur'an 3. Hadits tentang perumpamaan manusia dalam menerima ilmu (lihat Bukhari: Keutamaan orang yang mengajar) 4. Sikap para salafush shalih ketika membaca Al Qur'an TEKNOLOG1 PEMBELAJARAN Berikan prolog bahwa pada saat ini terjadi kesenjangan antara kaum muslimin dengan AI Qur'an. AI Qur'an hanya dibaca ketika orang akan meninggal misalnya. Atau, AI Qur'an yang hanya diperlombakan Pembacaannya. Sementara di sisi lain, tidak diterapkan isinya. Untuk mengembalikan fungsi Al Qur'an maka harus diperkenalkan dan diterapkan adabadab yang harus dilakukan ketika membaca al Qur'an.

MARAJI Imam, An Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin, Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Said Hawwa, Mensucikan Jiwa, At tibyan fi adab hamalatil Qur'an Sayyid Quthb, Mukadimah Zhilal, Bahi Al Khuli Tadzkiratud Du'ah,

Muqaddimah Generasi pertama Islam adalah generasi yang dikenal dengan sebutan "generasi Qur'ani". Mereka adalah generasi yang sangat sadar bahwa perubahan besar baru akan terjadi dalam diri mereka ketika mereka berinteraksi secara total dengan Al Qur'an. Tentu saja interaksi total baru dapat dilakukan ketika mereka memiliki tashawur (persepsi) yang utuh (kamil) dan jelas (wadhih) tentang Al Qur'an. Bagi mereka Al Qur'an adalah pedoman hidup mereka yang sangat mereka sadari bahwa al Qur'an merupakan karunia yang amat besar yang diberikan Allah kepada mereka setelah mereka mendapatkan karunia Islam. Al Qur'an lah yang merupakan kitab yang mereka jadikan guide line (Marja') hidup mereka. Sayyid Qutb mengatakan: . Al Qur'anlah satu-satunya sumber tempat pengambilan mereka, standard yang menjadi ukuran mereka dan tempat dasar mereka berpikir. Hal itu terjadi bukan karena manusia di zaman itu tidak mempunyai peradaban, atau pengetahuan, atau ilmu, atau buku, atau studi. Bukan! Waktu itu ada kebudayaan Romawi, pengetahuan, buku dan hukum Romawi, yang sampai sekarang masih dihayati di Eropa, atau kelanjutannya masih dihayati Eropa. Juga terdapat bekas-bekas peninggalan peradaban, logika, falsafat, dan kesenian Yunani kuno. Dan sampai sekarang masih tetap merupakan sumber pemikiran Barat. Juga ada peradaban Persia, dengan seninya, sasteranya, dongengnya, kepercayaannya dan juga sistem pemerintahannya.. Di bagian lain Sayyid Qutb mengatakan:

. Generasi pertama itu, memandang Al Qur'an bukan untuk tujuan menambah pengetahuan atau memperluas pandangan. Bukan untuk tujuan menikmati keindahan sasteranya, dan menikmati rasa nikmat yang ditimbulkannya. Tidak ada di antara mereka yang mempelajari Al Qur'an untuk menambah perbendaharaan ilmu hanya karena ilmu saja. Bukan untuk menambah perbendaharaannya dalam masalah ilmu pengetahuan dan ilmu fiqh. Sehingga otak mereka menjadi penuh. Mereka mempelajari Al Qur'an untuk menerima perintah Allah tentang urusan peribadinya, tentang urusan golongan dimana ia hidup, tentang persoalan kehidupan yang dihidupinya, ia dan golongannya. Ia menerima perintah itu untuk segera dilaksanakan setelah mendengarnya. Persis sebagaimana perajurit di lapangan menerima "perintah harian"nya untuk dilaksanakan segera setelah diterima. Wajar saja jika kemudian generasi pertama itu merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al Qur'an. Kesadaran dan pemahaman yang benar terhadap Al Qur'an itu membuat mereka tidak mau melepaskan hubungan diri dengan Al Qur'an. Di antara cara mereka berhubungan dengan Al Quran adalah dengan membacanya. Bagi mereka membaca adalah kebutuhan. Membaca al Quran tidaklah sama dengan membaca kitab lainnya. Adab-adab Oleh karena al Quran adalah kalamullah, maka dalam membacanya harus dengan memperhatikan beberapa persyaratan yang harus dilakukan. Di antaranya harus melakukan persyaratan ruhiyah dalam membacanya. Di antara persiapan ruhiyah yang harus dilakukan adalah: 1. Memahami sumber firman; memahami keagungan dan ketinggian firman, karunia Allah dan kasih sayang-Nya kepada makhluk dalam menurunkan al Quran dari Arsy kemuliaanNya ke derejat pemahaman makhluk-Nya. 2. Tazhim (mengagungkan mutakallimin {Allah}); seorang pembaca harus menghadirkan dalam hatinya keagungan Allah (al-Mutakallimin), dan mengetahui bahwa apa yang dibacanya bukanlah pembicaraan manusia. Dan untuk membaca kalam Allah merupakan hal yang sangat penting. Allah berfirman Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (al-Waqiah,:79). Harus diketahui bahwa tazimul kalam sama dengan tazimul mutakallimin. Sementara keagungan mutakallimin tidak akan bisa terhadirkan selagi tidak terpikirkan sifat-sifat, kemuliaan, dan amal perbuatan-Nya. 3. Kehadiran hati dan meninggalkan bisikan jiwa. Dalam surat Maryam,:12 dikatakan Wahai Yahya, ambillah kitab dengan kekuatan. Adapun makna al Quwwah adalah dengan konsentrasi penuh, sungguh-sungguh dan serius. Oleh karenanya seseorang dalam membaca al Quran haruslah dengan konsentrasi, sungguh-sungguh, dan serius. Itulah sebabnya dalam mengawali membaca al Quran seseorang dianjurkan untuk istiazah. 4. Tadabbur. Menurut Said Hawwa, tadabbur yaitu sesuatu di luar kehadiran hati, karena bisa jadi ia tidak berpikir tentang selain al Quran tetapi hanya mendengarkan al Quran dari dirinya sendiri padahal ia tidak mentadabburinya. Untuk tadabbur, disunnahkan dalam

membaca al Quran dengan tartil. Sebab dengan tartil secara zhahir akan memungkinkan tadabbur dengan batin. Ali ra berkata yang artinya tidak ada kebaikan pada ibadah yang tanpa pemahaman di dalamnya dan tidak ada kebaikan dalam tilawah yang tidak ada tadabbur di dalamnya. Untuk melakukan tadabbur seseorang dapat membaca satu ayat berulang-ulang. 5. Tafahum (memahami secara mendalam). Maksudnya adalah mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat. Ibn Masud pernah mengatakan Barangsiapa menghendaki ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian maka hendaklah ia mendalami al Quran. 6. Meninggalkan hal-hal yang dapat mengurangi pemahaman. Oleh karena seseorang tidak dapat memahami makna al Quran karena beberapa sebab dan penghalang yang dipasang syetan di dalam hati mereka; sehingga mereka tidak dapat memahami berbagai keajaiban rahasia al Quran. Adapun penghalang dimaksud adalah pertama, perhatiannya tertuju pada penunaian bacaan huruf-hurufnya saja, sehingga perenungannya hanya terbatas pada makharijul huruf. Hal ini menyulitkannya untuk mengungkap makna-maknanya; kedua taqlid kepada mazhab yang didengarnya, terpaku dan fanatik padanya, sehingga hanya mengikuti apa yang didengarnya tanpa berusaha memahami dengan bashirah dan musyahadah; ketiga, terus menerus dalam dosa dan sombong atau secara umum terjangkiti penyakit syahwat. Tentu saja ini menimbulkan karat hati yang tebal sehingga sulit baginya menerima hidayah; keempat, karena telah membaca tafsir zhahir dan meyakini tidak adanya makna lain kecuali apa yang sudah disebutkan oleh para imam Tafsir seperti Ibn Abbas, Mujahid dan semisalnya. Kemudian meyakini bahwa orang di luar itu sebagai penganut tafsir bi al rayi, sementara orang yang menafsirkan al Quran dengan pendapatnya sendiri (hawa nafsunya) adalah salah dan tempatnya adalah neraka. Tentu saja ini mempersulit bagi pembaca al Quran (khususnya pemula) untuk mencoba merenungkan makna al Quran. 7. Takhsihsh. Yaitu menyadari bahwa dirinya adalah sasaran yang dituju oleh setiap khitab (nash) yang ada dalam al Quran. Muhammad bin Kaab al Qurthuby berkata: Orang yang telah sampai al Quran kepadanya sama dengan orang yang diajar bicara oleh Allah. Apabila telah menyadari hal ini, maka ia tidak hanya mengkaji al Quran saja tetapi juga membacanya seperti seorang budak membaca surat tuannya yang ditulis kepadanya untuk direnungkan dan berbuat sesuai dengan isinya. 8. Taatsur (mengimbas ke dalam hati). Yaitu hatinya terimbas (terpengaruh) dengan imbasan yang berbeda sesuai dengan beragamnya ayat yang diyahatinya. Sesuai dengan pemahaman yang dicapainya demikian pula keadaan dan imbasan yang dirasakan oleh hati berupa rasa sedih, takut, harap dan lain sebagainya. 9. Taraqqi. Yakni meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mendengarkan kalam dari Allah bukan dari dirinya sendiri. Karena derejat bacaan ada tiga: Derejat yang paling rendah, yaitu seorang hamba merasakan seolah-olah ia membacanya kepada Allah, berdiri di hadapan-Nya, sementara itu Dia menyaksikan dan mendengarkannya; sehingga dengan gambaran perasaan seperti ini ia dalam posisi selalu memohon, merayu, merendahkan diri dan berdoa. Menyaksikan dengan hatinya seolah-olah Allah melihatnya dan mengajaknya bicara dengan berbagai taufiq-Nya, memanggilnya dengan berbagai nimat dan kebaikan-Nya; sehingga ia berada dalam posisi malu, tazhim, mendengarkan dan memahami.

Melihat Mutakallimin dalam setiap kalam yang dibacanya, melihat sifat-sifat-Nya dalam kalimat-kalimat yang ada, sehingga ia tidak lagi melihat diri dan bacaannya, juga tidak melihat kepada keterkaitan pemberian nimat kepada dirinya bahwa dia telah diberi nimat, tetapi perhatiannya terkonsentrasi hanya kepada Mutakallimin, pikirannya tertambat padaNya, seolah hanyut dalam menyaksikan Mutakallimin sehingga tidak melihat kepada selainNya. Ini merupakan derejat Muqarrabin, sedangkan tingkat sebelumnya adalah derejat ashhabul Yamin. Di luar derejat tersebut adalah derejat al ghafilin. 10. Tabarriy. Melepaskan diri dari daya dan kekuatannya, dan memandang kepada dirinya dengan pandangan ridho dan tazkiyah. Misalnya ketika membaca ayat-ayatr janji dan sanjungan pada orang-orang shalih. Perasaannya langsung teringat pada orang-orang yang sudah memperoleh derejat dimaksud, dan ia berharap kepada Allah agar disusulkan olehNya pada derejat dimaksud. Itulah beberapa persiapan ruhiyah yang harus dilakukan para pembaca al Quran sebagaimana disebutkan oleh Said Hawwa dalam buku yang berjudul al Mustakhlash Fi Tazkiyatil anfus. Selanjutnya adalah adab yang berkaitan dengan zhahiriyah si pembaca. Dalam hal ini seorang pembaca harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Berkenaan dengan kondisi pembaca. Dimana dia harus dalam keadaan berwudhu. Dalam membaca al Quran dapat dilakukan dengan duduk, menghadap qiblat dan menundukkan kepala; dengan tidak bersila, tidak bertelekan dan tidak duduk dalam keadaan sombong. Duduknya sendirian, seperti duduk di hadapan guru yang berwibawa.. Seutama-utama membaca al Quran adalah membacanya ketika berdiri (dalam sholat) di dalam masjid. Membacanya pada saar qiyamul lail lebih utama ketimbang pada siang hari. Hal ini karena pada malam hari pikiran dalam keadaan sangat bebas (dari urusan-urusan lain). 2. Berkenaan dengan banyaknya jumlah bacaan. Di antara yang dianjurkan dalam membacanya adalah sebagaimana dinyatakan dalam hadist Rasulullah saw yang berbunyi Barangsiapa yang membaca al Quran dalam waktu kurang dari tiga hari, maka ia tidak memahaminya. Hadits tersebut menunjukkan bahwa membaca al Quran secepat-cepatnya adalah tiga hari untuk sekali khatam. Dalam Ihya Ulumuddin Imam al Ghazali menegaskan bahwa Nabi saw memerintahkan Abdullah ibn Amr ra untuk menyelesaikan (mengkhatam) Al Quran dalam waktu tujuh hari. Demikian juga sekelompok sahabat menkhatamkan al Quran pada tiap hari Jumat seperti Ustman, Zaid bin Tsabit, Ibn Masud dan Ubay bin Kaab ra. Dalam mengkhatam al Quran itu ada empat macam tingkatan, yaitu: Khatam dalam sehari semalam, ini dimaksudkan oleh sekelompok ulama Khatam dalam setiap bulan, setiap hari satu juz Dalam satu minggu sekali khatam Dalam satu minggu dua kali khatam, kurang lebih tiga hari.. 3. Mengenai segi pembagian. Maksudnya adalah pola pembagian al Quran menjadi beberapa bagian untuk memudahkan dalam pembacaan. Seperti misalnya Ustman bin Affan ra yang membaca pada malam Jumat surat al Baqarah sampai surat al Maidah, pada malam Sabtu membaca surat al Anam sampai surat Hud, malam Ahad membaca surat Yusuf sampai surat Maryam, malam Senin membaca surat Thaha sampai Tha Sin Min Musa dan Firaun . Malam Selasa membaca surat al Ankabut sampai surat Shad, malam Rabu membaca surat as Sajdah sampai surat ar Rahman, Malam kamis ia menyelesaikan sisanya.

4. berkenaan dengan Tulisan. Hendaklah dipilih mushaf yang memudahkan dalam membacanya, khususnya dalam masalah khat. Sebaiknya dipilih yang bagus, tajam dan jelas. Dianjurkan pula tidak membaca mushaf yang masih asing khotnya. 5. Membaca dilakukan dengan perlahan dan jelas (Tartil). Ibn Abbas mengatakan: Sungguh, membaca al Baqarah dan Ali Imran dengan tartil lebih saya sukai daripada membacanya secara keseluruhan dengan cepat. Iapun mengatakan Membaca Idzadzulzilat.. dan al Qariah dengan tartil lebih aku sukai ketimbang membaca al Baqarah dan Ali Imran dengan cepat. Harus diketahui bahwa disunnatkan tartil dalam membaca al Quran oleh karena lebih memudahkan perenungan terhadapnya dan lebih mudah memberikan ke dalam hati. 6. Menangis. Rasulullah saw bersabda Bacalah al Quran dan menangislah, jika kamu tidak menangis, maka paksalah dirimu untuk menangis. Dalam kesempatan lain dikatakan Sesungguhnya al Quran itu diturunkan dengan kesedihan, maka bila kamu membacanya maka bersedihlah kamu. Ibn Abbas berkata Jika kamu membaca Sajdah Sunhana, maka janganlah kamu tergesa-gesa sujud sehingga kamu menangis. Jika mata salah seworang kamu tidak menangis maka hendaklah hatimu menangis. Sungguh jalan membebankan diri untuk menangis adalah dengan jalan hatinya mendatangkan kesedihan, dari sedih itu timbullah tangis. 7. Memenuhi hak ayat-ayat al Quran yang dibaca. Maksudnya adalah ketika ia menjumpai ayat yang membutuhkan sujud, maka hendaklah ia sujud. Atau ketika membaca ayat-ayat azab segera mohon perlindungan kepada Allah, dan ketika membaca ayat-ayat nikmat memohon kepada Allah agar iapun diberikan nikmat tersebut. 8. Berkenaan dengan doa sebelum dan sesudah membaca al Quran. Di awal bacaan hendaklah dibaca: , Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi maha Melihat, dari godaan syetan yang terkutuk, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari bisikan syetan dan dari kedatangannya kepadaku. Selanjutnya pembaca dianjurkan membaca surat Muawwadzatain dan al Fatihah. Sementara pada saat menutup bacaan dianjurkan untuk membaca: Maha Benar Allah, Yang Maha Tinggi atas Firman-Nya dan yang mengutus Rasul Saw kepada kami, Ya Allah berilah manfaat dan keberkahan dengan al Quran ini kepada kami. Segala puji sanjung bagi Allah, Tuhan semesta alam, aku memohgon ampun kepada Allah yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). 9. Berkenaan dengan mengeraskan bacaan Al Quran. Dianjurkan dalam membaca agar terdengar, minimal oleh si pembaca sendiri. Seedangkan tentang bacaan yang sampai didengar orang banyak, terdapat perbedaan dalam menyikapinya. Jika bacaan dengan maksud mendapatkan pujian orang banyak, tentu sangat dilarang karena dapat menjadi riya. Namun jika tanpa riya, di dalamnya bukan tidak mungkin terdapat kebaikan, di antaranya adalah: a) Dengan bacaan yang keras akan dapat melibatkan aktifitas lain yang lebih banyak b) Manfaatnya juga bisa diambil oleh orang lain c) Bacaan keras akan mampu membangkitkan hati pembaca sendiri, dan menyatukan

perhatiannya untuk merenungkan makna-makna al Quran serta mengarahkan pendengaran kepada bacaan d) Dapat menghalau kantuk dan mengangkat suara e) Dapat menambah semangat dan mengurangi malas f) Bisa membangunkan orang yang sedang tidur g) Dapat membangkitkan semangat orang yang semula hanya mendengar atau melihat. 10.Membaguskan dan mentartil bacaan dengan cara mengulang-ulang suara tanpa pemanjangan yang keterlaluan dan tanpa merubah susunan. Rasulullah saw bersabda: Hiasilah al Quran dengan suaramu. Beliau Saw juga bersabda: Bukan dari golongan kami orang yang tidak melagukan al Quran. Itulah beberapa adab lahir yang selayaknya dilakukan oleh para pembaca al Quran yang menginginkan mendapat pahala dan manfaat darinya. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita untuk membaca al Quran dengan sebenar-benarnya. Diposkan oleh Iskandar Z di 14:26 0 komentar Label: Sarana Taujih dan Penugasan

You might also like