You are on page 1of 18

Format Kerjasama Perpustakaan Digital di Indonesia dan Implementasinya Dalam Mendukung Program Center of Excellence Layanan Perpustakaan Berbasis

Budaya Lokal Kalimantan1


Joko Santoso2

Latar Belakang Pesatnya kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mendorong World Summit of Information Society (WSIS) menargetkan pada tahun 2015 sebagian besar penduduk dunia harus memiliki akses terhadap informasi yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini menjadi pemicu bagi Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) untuk lebih meningkatkan berbagai kegiatan terkait dengan hal tersebut, agar fungsi dan kemanfaatannya makin nyata di masyarakat luas. Sekaligus untuk mengemban amanat UU No. 43 Tahun 2007, tentang Perpustakaan. Di mana dalam pasal-pasalnya secara eksplisit mensyaratkan perkembangan TIK sebagai pemberdaya dalam peningkatan fungsi-fungsi perpustakaan di masyarakat. Untuk menjawab berbagai tantangan dan peluang yang ada, Perpustakaan Nasional mencanangkan program Pembangunan Perpustakaan Digital (e-Library) Nasional Indonesia yang mengacu pada Grand Design Perpustakaan Digital Nasional Indonesia 2010-2014. Tujuan utama penerapan Perpustakaan Digital tersebut adalah untuk mempromosikan pemahaman dan kesadaran antarbudaya dalam lingkup nasional, menyediakan sumber belajar, mendorong ketersediaan bahan pustaka dan informasi yang mengandung nilai budaya setempat (local content) dan mendukung penelitian ilmiah di Indonesia. Pembangunan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal merupakan bagian dari Program Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia. Melalui center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal diharapkan khazanah budaya lokal yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dilestarikan, serta disebarluaskan ke berbagai pihak yang membutuhkan. Perencanaan dan implementasi yang terkait dengan pembangunan Center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal telah ditetapkan dalam Grand Design Perpustakaan Digital Nasional Indonesia 2010-2014 di atas.

1 2

Makalah disampaikan pada Konferensi Perpustakaan Digital Kalimantan (KPDK) Tahun 2012 Kepala Bidang Kerjasama Perpustakaan dan Otomasi, Perpustakaan Nasional RI, email: joko_santoso@pnri.go.id

1|m a k a l a h

Tujuan Pembangunan Center of Excellence Layanan Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal ialah untuk memenuhi kebutuhan pemustaka terhadap informasi tentang budaya-budaya yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, melalui pengembangan perpustakaan yang mampu menyelenggarakan layanan perpustakaan dan informasi tentang budaya masyarakat yang ada di wilayah yang telah ditetapkan dengan standar kinerja yang tinggi. Sasaran Sasaran pembangunan Center of Excellence Layanan Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal, sesuai dengan yang ditetapkan dalam Grand Design Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia (E-Library) 2010--2014 ialah tersedianya 6 (enam) perpustakaan yang mampu menyelenggarakan layanan perpustakaan dan informasi berbasis budaya masyarakat yang ada di wilayah yang telah ditetapkan di Indonesia dengan standar kinerja yang tinggi.

Definisi dan Pengertian Center of Excellence Ada berbagai definisi tentang sebuah Center of excellence, di antaranya: Sebuah Center of excellence (CoE) yang paling sederhana sekalipun haruslah terdiri atas sebuah tim atau kelompok kerja yang bekerja sama secara sistematis dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam suatu bidang tertentu untuk mencapai hasil usaha. Tim terebut dapat terdiri atas anggota yang bekerja paruh waktu atau penuh waktu.3 Definisi leksikal yang diberikan oleh MSN Encarta Dictionary online untuk Center of excellence adalah: lembaga/unit kerja yang menjadikan standar tertinggi dalam pencapaian pada kegiatan tertentu sebagai tujuan. Definisi yang diberikan MacMillan Dictionary tentang sebuah Center of excellence lebih sederhana, yaitu sebuah lembaga/institusi yang menerapkan standar kinerja yang sangat tinggi. Selaras dengan definisi di atas, dinyatakan pula bahwa, Center of excellence adalah lembaga fisik/virtual yang memusatkan perhatian pada isu tertentu, yang mengkonsentrasikan pemanfaatan kapasitas dan sumber daya yang dimiliki untuk memfasilitasi program kerja sama dan proyek-proyek jangka panjang lintas disiplin dan lintas organisasi yang memiliki relevansi langsung terhadap kebutuhan dan aspirasi manusia.4

Jon Strickler, diunduh dari: http://agileelements.wordpress.com/2008/10/29/what-is-a-center-of-excellence/. UNEP World Conservation Monitoring Centre, 2006

2|m a k a l a h

Dari definisi-definisi di atas dapat dilihat ciri-ciri sebuah Centers of Excellence (CoE), yaitu; terkait erat dengan sasaran lembaga/instansi/organisasi dan terkait erat dengan kinerja lembaga/instansi/organisasi. Budaya Pada pendekatan behaviorisme, kebudayaan dilihat sebagai pola-pola tindakan. Sementara pada pendekatan ideasional, kebudayaan tidak dilihat dari wujud (produks) atau tindakan yang berpola, tetapi kepada idea atau keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan produk dan perilaku yang ditampakkan (Thohir, 2009) Warisan Budaya Warisan budaya, menurut Davidson (1991:2) diartikan sebagai produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa. Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu. Budaya Lokal Budaya lokal adalah Nilai budaya dari masa lalu (intangible heritage) yang berasal dari budayabudaya lokal yang ada di Nusantara, meliputi: tradisi, cerita rakyat dan legenda, bahasa ibu, sejarah lisan, kreativitas (tari, lagu, drama pertunjukan), kemampuan beradaptasi dan keunikan masyarakat setempat. (Galla, 2001: 12) Menurut Thohir: Kata lokal disini tidak mengacu pada wilayah geografis, khususnya kabupaten/kota, dengan batas-batas administratif yang jelas, tetapi lebih mengacu pada wilayah budaya yang seringkali melebihi wilayah administratif dan juga tidak mempunyai garis perbatasan yang tegas dengan wilayah budaya lainnya. Kata budaya lokal juga bisa mengacu pada budaya milik penduduk asli yang telah dipandang sebagai warisan budaya. Berhubung pelaku pemerintahan Republik Indonesia adalah bangsa sendiri, maka warisan budaya yang ada menjadi milik bersama. Ini berbeda situasinya dengan Negara Australia dan Amerika yang warisan budayanya menjadi milik penduduk asli secara eksklusif sehingga penduduk asli mempunyai hak untuk melarang setiap kegiatan pemanfaatan yang akan berdampak buruk pada warisan budaya mereka. (Frankel, 1984) Kebudayaan yang dimaksud di sini mencakup 7 (tujuh) unsur sebagai berikut: 1. Bahasa. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia berjumlah 784 bahasa (termasuk di dalamnya tata bahasa/aksara). 2. Peralatan hidup/teknologi. Meliputi dimensi arkeologis dan prehistorik. 3. Mata pencaharian hidup/Ekonomi. Meliputi sistem bercocok tanam, sistem berburu dan sistem berdagang. 4. Organisasi sosial. Meliputi organisasi adat, tata cara adat dan upacara adat. 5. Sistem Pengetahuan. Meliputi ilmu obat-obatan tradisional dan ilmu transformasi ajaran.
3|m a k a l a h

6. Religi. Meliputi sistem religi dan semua ritual keagamaan. 7. Kesenian. Meliputi seni tekstil tradisional, seni relief/ukir, seni arsitektur, seni tari, seni suara tradisional, seni bela diri, seni drama, seni masak, seni sastra, seni sastra lisan/folklor. (Koentjaraningrat, 1985). Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal Mengacu kepada Grand Design Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia (eLibrary) 2010-1014, maka Center of Excellence Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal mencakup kegiatan menyediakan, mengolah, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan bahan perpustakaan yang memuat informasi budaya lokal. Layanan perpustakaan dan informasi pada perpustakaan yang ditunjuk menjadi Center of Excellence Budaya Lokal tidak dapat dipisahkan dari kebijakan penyelenggaraan layanan jasa perpustakaan dan informasi yang telah diselenggarakan sebelumnya dan ditekankan pada peningkatan kualitasnya. Centers of Excellence Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal Mengacu pada definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Centers of Excellence Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal merupakan perpustakaan yang menjadikan standar kinerja tinggi sebagai pencapaian pada layanan perpustakaan dan informasi tentang budaya lokal sebagai tujuannya. Dengan kata lain, Centers of Excellence Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal adalah perpustakaan yang menerapkan standar kinerja yang sangat tinggi dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan dan informasi untuk memenuhi kebutuhan pemustaka akan informasi tentang budaya masyarakat di wilayah yang telah ditetapkan. Kaitannya dengan kegiatan Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia, yang dimaksud sebagai Centers of Excellence Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal merupakan perpustakaan pada tingkat provinsi yang ditunjuk sebagai mitra oleh Perpustakaan Nasional RI yang menerapkan standar kinerja tinggi dalam menyelenggarakan layanan perpustakaan dan informasi berbasis budaya masyarakat yang terdapat di wilayah yang telah ditetapkan.

4|m a k a l a h

Aspek-aspek Pengembangan Centers of Excellence Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal. 1. Aspek Koleksi Bahan Perpustakaan dan Informasi Koleksi bahan perpustakaan berbasis budaya lokal disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakekat muatan budaya lokal yang diminati dan diperlukan para pemustaka dengan memperhatikan standar mutu, visi dan misi center of excellence. Untuk meningkatkan relevansi sosial dan keilmuan, Koleksi bahan perpustakaan dan informasi selalu dimutakhirkan oleh perpustakaan bersama pemangku kepentingan secara periodik agar menjadi sebuah repositori bagi kompleksitas khazanah intelektual, kearifan lokal, memori koletif dan pusaka sebagai warisan dan keunggulan kompetetif yang bersifat khas atau berciri bagi komunitas atau wilayah tertentu. Indikator: 1. Koleksi bahan perpustakaan tentang budaya lokal harus memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. 2. Jumlah Koleksi bahan perpustakaan tentang budaya lokasl harus terus menerus dimutakhirkan guna memenuhi standar kelayakan yang telah ditetapkan. 3. Koleksi bahan perpustakaan tentang budaya lokal harus dinilai berdasarkan relevansinya dengan kelengkapan dan kekhasan budaya lokal di berbagai wilayah di tanah air, yang mendorong terbentuknya masyarakat berbudaya dan berpengetahuan. 4. Koleksi bahan perpustakaan dan informasi tentang budaya lokal dibangun secara bersama atau bekerjasama dengan berbagai perpustakaan, pusat dokumentasi, lembaga informasi dan berbagai isntitusi untuk membentuk sebuah repositori budaya baik dalam bentuk bahan perpustakaan dan informasi aselinya maupun dalam format digital. 2. Aspek SDM Perpustakaan Perpustakaan menberdayakan tenaga perpustakan (pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan) yang memenuhi kualifikasi bidang perpustakaan, serta menjaga mutu kinerja. Di samping itu perlu memelihara kecukupan jumlah tenaga, kualifikasi dan tingkat kinerja yang selaras dengan tuntutan penyelenggaraan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Indikator: 1. Kualifikasi akademik, kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional), dan jumlah (rasio tenaga perpustakaan dengan bahan perpustakaan dan pemustaka) untuk menjamin mutu program center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal.
5|m a k a l a h

2.

3.

4.

Jumlah, rasio, kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga perpustakaan (pustakawan dan tenaga teknis perpustakan) untuk menjamin mutu penyelenggaraan program center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Keefektifan sistem seleksi, perekrutan, penempatan, pengembangan, retensi, dan pemberhentian tenaga perpustakan untuk menjamin mutu penyelenggaraan program center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Sistem monitoring dan evaluasi, serta rekam jejak kinerja tenaga perpustakaan.

3. Aspek Infrastruktur Program pengembangan center of excellence menunjukkan adanya jaminan ketersediaan infrastruktur yang layak untuk penyelenggaraan center of excellence yang bermutu, dan tertuang dalam rencana kerja, target kinerja, dan anggaran. Jaminan pembiayaan penyelenggaraan program center of excellence ditetapkan oleh institusi pengelola sumber daya, serta dikelola secara transparan dan akuntabel yang menunjukkan komitmen terwujudnya program center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Sarana dan prasarana untuk mendukung penyelenggaraan program center of excellence memenuhi kelayakan, baik dari sisi jenis, jumlah, luas, waktu, tempat, legalitas, guna, maupun mutu. Kelengkapan dan kualitas dari infrastruktur ini berperan sangat penting, sehingga memerlukan pengoperasian dan perawatan yang sesuai. Sesuai dengan tujuan pembangunan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal, pihak pihak terkait mempunyai akses terhadap fasilitas dan peralatan serta mendapatkan sosialisasi untuk menggunakannya. Pengelolaan prasarana dan sarana pada center of excellence memenuhi kecukupan, kesesuaian, aksesibilitas, pemeliharaan dan perbaikan, penggantian dan pemutakhiran, kejelasan pengaturan dan efisiensi penggunaannya. Center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal memiliki jaminan akses dan pendayagunaan sistem informasi manajemen dan teknologi informasi untuk mendukung pengelolaan dan penyelenggaraan center of excellence, kegiatan operasional, dan pengembangan center of excellence. Sistem informasi manajemen secara efektif dapat didayagunakan untuk mendukung proses pengumpulan data, analisis, penyimpanan, temu kembali (retrieval), presentasi data dan informasi, dan komunikasi dengan pihak berkepentingan, terutama pemustaka. Indikator: 1. Keterlibatan unit yang bertanggungjawab pelaksaan program center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal dalam perencanaan target kinerja,
6|m a k a l a h

2.

3.

4.

5.

perencanaan kegiatan/ kerja dan perencanaan/alokasi dan pengelolaan dana. Ruang kerja staf yang memenuhi kelayakan dan mutu untuk melakukan aktivitas kerja, pengembangan diri, dan pelayanan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Akses dan pendayagunaan sarana yang dipergunakan dalam proses administrasi dan operasional penyelenggaraan kegiatan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal secara efektif. Akses dan pendayagunaan prasarana yang menunjang proses administrasi dan operasional penyelenggaraan kegiatan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal secara efektif. Akses dan pendayagunaan sistem informasi dalam pengelolaan data dan informasi yang menunjang proses administrasi dan operasional penyelenggaraan kegiatan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal secara efektif di perpustakaan.

4. Aspek Tata Kelola Tata kelola mampu memberdayakan sistem pengelolaan yang berorientasi pada prinsip pengelolaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. Tata kelola yang ada memungkinkan terbentuknya sistem administrasi yang berfungsi untuk memelihara efektifitas, efisiensi dan produktivitas dalam upaya pewujudan visi, pelaksanaan misi, dan pencapaian tujuan serta memelihara integritas center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Implementasi tata kelola yang baik dicerminkan dari baiknya sistem pengelolaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengembangan staf, pengarahan, pengawasan, monitoring dan evaluasi, terutama dalam penggunaan sumber daya perpustakaan, agar tercapai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Indikator: 1. Organisasi dan sistem tata kelola yang baik (good governance) mencerminkan kredibilitas, transparansi, akuntabilitas, tanggungjawab dan fairness penyelenggaraan program center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. 2. Tata kelola didukung dengan budaya organisasi yang dicerminkan dengan tegaknya aturan, kesamaptaan tenaga perpustakaan, sistem penghargaan dan sanksi, serta pedoman dan prosedur pengadaan, pengolahan, pelayanan dan pelestarian bahan perpustakaan yang harus diformulasi, disosialisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi dan dipantau dengan peraturan dan prosedur yang jelas.

7|m a k a l a h

3. Sistem penjaminan mutu dengan mekanisme kerja yang efektif, serta diterapkan dengan jelas. Mekanisme penjaminan mutu harus menjamin adanya kesepakatan, pengawasan dan peninjauan secara periodik setiap kegiatan, dengan standar dan instrumen yang sahih dan andal.

Kerjasama dalam Pengembangan Center of Excellence Layanan Bahan Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal Pengertian kerjasama antarperpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau lebih. Di samping konsep kerjasama berkembang pula konsep jaringan (network) dimana selain melibatkan perpustakaan juga melibatkan organisasi lain yang berkecimpung dalam bidang-bidang informasi seperti pusat informasi, pusat dokumentasi, clearing house, pusat rujukan, pusat analisa informasi dan lain-lain (Sulistyo-Basuki, 1992). Jaringan informasi adalah suatu sistem terpadu dari badan-badan yang bergerak dalam bidang pengolahan informasi, seperti perpustakaan, pusat dokumentasi, pusat analisis informasi, dan pusat informasi dengan tujuan mengelola dan menyediakan data yang relevan tanpa memperhatikan bentuk maupun asal data untuk keperluan masyarakat pemakai. Jaringan perpustakaan adalah kumpulan perpustakaan yang melayani sejumlah badan, instansi atau lembaga atau melayani berbagai instansi yang berada di bawah yurisdiksi tertentu dan memberikan sejumlah jasa sesuai dengan rencana terpadu untuk mencapai tujuan bersama, dapat pula disebut sebagai kerjasama perpustakaan. Pendekatan dapat dilakukan berdasar: institusional, fungsional dan pendekatan subjek. Perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan berbagai sumber daya, termasuk staf yang mampu melakukan pekerjaan menyeleksi, menata, menyediakan akses intelektual, menginterpretasikan, mendistribusikan, melestarikan keutuhan koleksi karya digital, termasuk memastikan ketersediaannya dari waktu ke waktu, agar bisa didapat dengan mudah dan murah oleh komunitas atau sekumpulan komunitas tertentu melalui internet secara terbuka. Kerjasama antarperpustakaan penting untuk terus didorong karena masih adanya permasalahan berikut ini: 1. Terkait dengan ketersediaan koleksi dan sumber informasi, paradigma layanan perpustakaan telah bergeser dari yang semula berifat entropis ke akses; 2. Adanya keunggulan dan keterbatasan yang berbeda dan typical untuk setiap perpustakaan. Meliputi; sarana-prasarana, koleksi bahan perpustakaan, sumber daya manusia, anggaran dan kebijakan. 3. Walaupun perpustakaan adalah lembaga yang bergerak di bidang informasi, justru seringkali pertukaran informasi jarang terlaksana sehingga masing-masing perpustakaan tidak mengetahui keadaan dan perkembangan perpustakaan lain, sehingga kurang
8|m a k a l a h

dapat memanfaatkan potensi dari perpustakaan-perpustakaan lain tersebut, sekalipun bergerak dalam ranah dan usaha yang sama atau serupa. 4. Sehubungan dengan hal-hal di atas banyak perpustakaan maupun pimpinan lembaga induk yang kurang menyadari manfaat kerjasama, sehingga kurang memberi dukungan dalam pelaksanaan kerjasama. Agar ketermanfaatan kerjasama antarperpustakaan nyata perlu dirumuskan dalam serangkaian program dan kegiatan yang nyata. Hal-hal yang menjadi dasar dan pertimbangan dalam kerjasama Pengembangan Center of Excellence Layanan Bahan Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal ialah: 1. Memahami konteks komunitas; penting untuk mendapatkan informasi demografis, sosio-kultural sosio-ekonomik, sosio-politis dan etnisitas dari masyarakat dan pemangku kepentingan setempat; 2. Mendedikasikan sistem koordinasi yang luas untuk mengembangkan program dan kegiatan terkait dengan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Sejumlah perpustakaan sepakat untuk saling bekerjasama dalam pembangunan dan pengembangan layanan perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal. Kesepakatan ini agar memiliki kekuatan hukum tetap dituangkan secara legal formal dalam bentuk nota kesepahaman (MoU / LoI). 3. Sehubungan dengan penuangan kesepakatan-kesepakatan tertulis di atas harus diperhatikan faktor-faktor: Alasan dan tujuan kerjasama; Ruang lingkup kerjasama; Siapa saja anggota kerjasama/jejaring; Kapan kerjasama mulai dilaksanakan dan diakhiri; Bagaimana hubungan antaranggota yang ikut dalam kerjasama diatur; Bagaimana pembagian kerja antaranggota dan focal point supaya tidak terjadi duplikasi; Bagaimana prosedur kerjanya serta perlengkapan apa saja yang diperlukan; Bagaimana pembiayaannya; bagaimana keterlibatan penggunaan teknologi dan hal-hal lain yang dipandang perlu (Arlinah, 2002). 4. Menciptakan partnership dengan berbagai organisasi dan komunitas; untuk membantu perpustakaan secara langsung melaksanakan tugas dan mencapai tujuannya; membantu menciptakan pasar perpustakaaan bagi kalangan-kalangan; meningkatkan pendanaan organisasional untuk memberdayakan lebih banyak lagi layanan dan program; meningkatkan ketermanfaatan perpustakaan di komunitas (UNC, 2009). Bentuk kerjasama Program dan kegiatan kerjasama dalam pembangunan dan pengembangan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. 1. Kerjasama pengembangan koleksi bahan perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. 1.1. Perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal mulai melakukan inisiatif kerjasama pengembangan koleksi. Inisiatif ini semenjak dari proses identifikasi keberadaan koleksi, inventarisasi hasil identifikasi hingga akuisisi. Untuk mengawali aktifitas-aktifitas tersebut sebaiknya setiap
9|m a k a l a h

1.2.

1.3.

1.4.

perpustakaan yang tergabung dalam kerjasama perpustakaan tersebut sebelumnya diminta menyusun profile masing-masing secara komprehensif. Dengan kelengkapan profile perpustakaan anggota dimungkinkan untuk dilakukan pembangunan sebuah konsorsium5 dalam pengembangan koleksi bahan perpustakaan, sekaligus untuk memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya secara bersama, efisiensi penggunaan sumberdaya dan mencegah tumpang tindih dalam pengembangan koleksi. Perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal mengkoordinasikan pertukaran dan redistribusi koleksi bahan perpustakaan. Kerjasama pertukaran koleksi bahan perpustakaan dilakukan dengan cara saling mempertukarkan publikasi terbitan satu perpustakaan dengan perpustakaan lain tanpa harus membeli. Cara ini biasa dilakukan untuk mendapatkan publikasi yang tidak dijual atau publikasi yang sulit dilacak di toko-toko buku. Pertukaran ini biasanya dilakukan secara selektif. Di samping itu dilakukan pula distribusi tambahan koleksi bahan perpustakaan baru ke semua perpustakaan (accession list) untuk mendapatkan updates profile masing-masing anggota kerjasama perpustakaan. Focal point center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal mengkoordinasikan penyusunan dan pengedaran daftar pustaka hasil penyiangan atau surplus yang hendak disumbangkan/dipertukarkan agar masing-masing perpustakaan dapat mengetahui dan memperoleh bahan pustaka yang sesuai. Dengan mencermati daftar yang disusun setiap perpustakaan tersebut, dimungkinkan Focal point center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal mendapatkan bahan perpustakaan dari perpustakaan lain. Secara aktif perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal melakukan sosialisasi mengenai kepentingan dan tujuan pembangunan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal ke berbagai komunitas dan pemangku kepentingan di wilayahnya, hal ini untuk memungkinkan perpustakaan, lembaga dan individu secara sukarela memberikan informasi keberadaan bahan perpustakaan dan informasi berbasis budaya lokal, bahkan jika dimungkinkan menghibahkan bahan perpustakaan tersebut ke focal point center of excellence layanan perpustakaan berbasis

Masing-masing perpustakaan bertanggungjawab atas kebutuhan informasi pemakainya dengan memilih koleksi atas dasar permintaan pemakainya atau berdasarkan analisis pustakawan atas keperluan pemakainya. Bahan perpustakaan kebutuhan pemakai tadi pengadaannya dilakukan oleh masing-masing perpustakaan dan penempatan koleksi dilakukan juga di masing-masing perpustakaan yang mengadakan koleksi tersebut, namun koleksi tersebut dimungkinkan untuk dapat digunakan secara bersama oleh pemakai perpustakaan yang ditunjuk sebagai pusat atau center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal.

10 | m a k a l a h

1.5.

budaya lokal untuk dilestarikan6 dan dimanfaatkan secara lebih maksimal untuk kepentingan masyarakat. Perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal membangun sebuah sistem respositori bahan perpustakaan berbasis budaya lokal berikut lingkungan pendukungnya di perpustakaan yang memungkinkan kemudahan dalam mengaksesnya. Sistem dan lingkungan yang dibangun tersebut bersifat saling mendukung dalam menciptakan koleksi bahan perpustakaan daerah dan pusaka daerah dalam berbagai format7.

2. Kerjasama pengolahan bahan perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. 2.1. Sejumlah perpustakaan bekerjasama untuk mengolah bahan perpustakaan. Pengolahan bahan perpustakaan meliputi aktiftas pendeskripsian bibliografis, pengklasifikasian, penentuan tajuk subjek, tajuk nama pengarang dan badan korporasi, anotasi, pemindaian halaman sampul muka ke dalam format digital, mengisi lembar kerja sesuai dengan standar metadata8 yang disepakati dan pengentrian ke dalam pangkalan data. Secara ringkas serangkaian aktifitas tersebut oleh perpustakaan biasa diistilahkan sebagai pengkatalogan. 2.2. Focal Point Perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal harus membangun dan mengembangkan Katalog Induk Daerah yang merupakan integrasi katalog koleksi semua perpustakaan di wilayahnya. Integrasi ini memungkinkan keberadaan koleksi di perpustakaan mana pun di wilayah itu dapat diketahui agar pemanfaatan koleksi tersebut lebih maksimal. Input data katalog dapat dilakukan dan disimpan di server masing-masing perpustakaan anggota, namun dengan memanfaatkan jaringan internet dan protokol tertentu secara periodik akan tersinkronisasi dan terintegrasi dengan
6

Pelestarian bahan perpustakaan yang memiliki nilai budaya lokal dilakukan untuk melestarikan fisik medianya dan kandungan informasi di dalamnya. Dalam hubungan ini dilakukan konervasi fisik media dan alih media ke dalam format digital.
7

Bahan perpustakaaan dapat berupa multiple media atau terdiri dari berbagai media. Dapat berupa buku, bahan kartografis, berkas komputer, gambar atau grafis kit, bentuk mikro, gambar hidup, objek benda, rekaman suara, rekaman video, film, manuskrip, peta, notasi musik, foto, gambar arsitektur, sumber daya metadata, serta aneka muatan situs web bertema. Dapat pula berupa Bahan multimedia berupa kombinasi dua atau lebih media, disajikan dalam bentuk digital. Akuisisi Bahan Pustaka secara konvensional dilakukan dengan mekanisme pengadaan, secara digital dapat dilakukan dengan lanngganan e-journal atau pembeelian e-book danalih media bahan perpustakaan tercetak atau analog ke dalam format digital dengan mengindahkan aspek hak cipta.
8

Pengggunaan standar metadata ini ditekankan sebagai syarat dalam melakukan proses komunikasi atau tukarmenukar data dalam pembangunan kerjasama perpustakaan, bahkan perpustakaan digital. Standar komunikasi data yang digunakan dalam pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia ialah INDOMARC. Standar ini telah sesuai dengan ISO 2709 untuk komunikasi data bibliografis yang bersifat universal dan penggunaannya di Indonesia telah disesuaikan dengan updates terbaru, yakni MARC 21.

11 | m a k a l a h

2.3.

2.4.

2.5.

pangkalan data di server Katalog Induk Daerah yang ada di focal point center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Khusus untuk koleksi berbasis budaya lokal focal point center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal dapat melakukan input data khusus bahan perpustakaan mengandung nilai budaya lokal dan atau melakukan pemilteran dari Katalog Induk Daerah. Focal Point Perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal harus membangun dan mengembangkan Bibliografi Daerah yang merupakan daftar terintegrasi semua bahan perpustakaan berupa terbitan dan rekaman yang ada di wilayahnya. Integritas data ini memungkinkan untuk diketahuinya kadar atau tingkat intelektualitas dan khazanah budaya di suatu wilayah berdasarkan frekuensinya pada subjek atau jenis bahan perpustakaan yang diterbitkan atau dipublikasikan di wilayah tersebut. Khusus untuk terbitan atau rekaman berbasis budaya lokal Khusus untuk koleksi berbasis budaya lokal focal point center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal dapat melakukan input data khusus bibliografi bahan perpustakaan mengandung nilai budaya lokal dan atau melakukan pemilteran dari pangkalan data Bibliografi Daerah tersebut. Secara resifrokal dengan adanya Katalog Induk Daerah dan Bibliografi daerah yang komprehensif dan valid dimungkinkan bagi perpustakaan yang memiliki koleksi bahan perpustakaan yang sama tidak perlu mengkatalog ulang, cukup mengkopi dari Katalog Induk Daerah dan Bibliografi Daerah tersebut. Secara tidak langsung hal ini memungkinkan efisiensi penggunaan sumber daya dalam mengolah bahan perpustakaan. Aktifitas bersama yang dapat dilakukan dalam pengolahan bahan perpustakaan berbasis budaya lokal ialah menyusun thesaurus budaya lokal tertentu. Kerjasama melibatkan pustakawan dan berbagai kalangan lain di wilayah tersebut. Kelengkapan dan kerincian thesaurus yang disusun bersama akan meningkatkan validitas dan aksesibilitas peristilahan yang digunakan dalam penentuan tajuk subjek dalam cakupan bahan perpustakaan berbasis budaya lokal di wilayah tersebut.

3. Kerjasama Layanan perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal 3.1. Bentuk kerjasama ini adalah dilakukan oleh dua atau lebih perpustakaan yang sepakat untuk bekerjasama saling memberikan jasa informasi. Salah satu bentuk kerjasama ini adalah pinjam antarperpustakaan, jasa penelusuran, dan jasa fotokopi. Kerjasama seperti ini melibatkan semua sumberdaya yang ada di perpustakaan. Jadi tidak terbatas pada pinjam antar perpustakaan saja. Perpustakaan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal mengambil inisiatif dan mengkoordinasikan hal ini dengan secara bersama-sama menyusun prosedur dan formulir-formulir kerjasama jasa perpustakaan dan informasi. Salah satu model silang layan ini ialah pemberlakuan Kartu Anggota Bersama yang memungkinkan anggota perpustakaan yang satu dapat memanfaatkan jasa perpustakaan dan informasi di perpustakaan lain.
12 | m a k a l a h

3.2.

3.3.

3.4.

Dalam kasus karena adanya batasan tertentu sehingga anggota perpustakaan lain tidak boleh meminjam koleksi di perpustakaan tertentu, sebagai gantinya maka perpustakaannya yang meminjamkan koleksi ke perpustakaan tersebut, kemudian meminjamkan kembali kepada pemustakanya. Dengan demikian, yang bertindak sebagai penjamin dan bertanggungjawab terhadap peminjaman koleksi tersebut adalah perpustakaan, bukan anggota secara langsung. Dalam kasus karena kelangkaan dan kondisi bahan perpustakaan tertentu tidak dimungkinkan peminjaman untuk dibawa ke luar perpustakaan, perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal tetap dapat memberikan layanan baca di tempat, foto kopi atau alih media dengan syarat harus mengindahkan ketentuan hak cipta. Kerjasama layanan dapat memiliki spektrum yang luas misalnya kerja sama penyediaan fasilitas untuk dipakai secara bersama atau umum. Sebagai contoh ialah pemanfaatan ruang pertemuan untuk penyelenggaraan acara-acara tertentu, penyediaan infrastruktur sistem informasi berbasis komputer untuk dimanfaatkan bersama9 dan lain-lain. Dengan demikian, bagi perpustakaan tertentu dengan kekuatan sumberdaya yang berbeda dapat saling mengisi dan melengkapi untuk kepentingan yang lebih luas lagi, yakni masyarakat.

4. Kerjasama pelestarian bahan perpustakaan untuk menunjang Layanan perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal. 4.1. Sehubungan dengan nilai informasi yang dikandung dalam sebuah bahan perpustakaan, penting untuk memastikan bahwa bahan perpustakaan tersebut dalam kondisi baik dan siap pakai. Kerjasama pelestarian bahan perpustakaan untuk menunjang Layanan perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal dapat dimulai dari identifikasi, inventarisasi, verifikasi hingga penanganan perawatan dan pelestarian bahan perpustakaan. 4.2. Perawatan fisik berbasis media bahan perpustakaan meliputi perbaikan media bahan perpustakaan, penjilidan ulang, dan fumigasi. Pelestarian informasi yang dikandung oleh bahan perpustakaan meliputi pembuatan repro, pengalihan ke dalam bentuk mikro dan digital. Kerjasama pelestarian bahan perpustakaan untuk menunjang Layanan perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal dapat ditujukan untuk perawatan fisik media bahan perpustakaan dan pelestarian kandungan informasi bahan perpustakaan. 4.3. Koleksi bahan perpustakaan berbasis budaya lokal yang memiliki nilai yang sangat tinggi dapat menjadi prioritas bersama dalam preservasi bahan perpustakaan. Bahan perpustakaan tersebut misalnya dapat berupa manuskrip, buku langka, majalah langka, surat kabar lama dan rekaman yang mengandung nilai budaya lokal.
9

Penyediaan infrastruktur system berupa perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan untuk Pembangunan Katalog Induk Daerah dan Bibliografi Daerah dapat dimanfaatkan sebagai Katalog Bersama, repositori bahan perpustakaan digital berbasis budaya lokal dan situs web perpustakaan-perpustakaan anggota jaringan perpustakaan di daerah, yang pada gilirannya nanti hal ini menjadi perwujudan Perpustakaan Digital Daerah.

13 | m a k a l a h

4.4.

Sehubungan dengan keterbatasan peralatan dan keahlian dalam bidang preservasi bahan perpustakaan, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah dapat bertindak sebagai focal point untuk kerjasama pelestarian bahan perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal. Hal ini sekaligus dalam upaya mengoptimalkan peralatan Minilab Preservasi bantuan Perpusnas. Di samping itu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga perpustakaan daerah di bidang preservasi. Kerjasama dalam bidang ini dapat dengan melakukan pelatihan konservasi bahan perpustakaan yang meliputi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan bahan perpustakaan, serta pelatihan alih media bahan perpustakaan ke dalam format digital yang disesuaikan dengan peralatan dan bahan perpustakaan yang ada.

5. Kerja sama antarpustakawan untuk menunjang Layanan perpustakaan center of excellence berbasis budaya lokal. 5.1. Kerjasama antara dua belah pihak tak dapat berjalan lancar jika tak didukung dengan sistem pengelolaan perpustakaan yang baik dari masing-masing perpustakaan. Kualitas pengelolaan perpustakaan sangat tergantung pada sumber daya manusia yang ada didalamnya. 5.2. Kerjasama antarpustakawan untuk meningkatkan kompetensi pustakawan, memecahkan permasalahan yang dihadapi pustakawan, meningkatkan motivasi kerja, meningkatkan efikasi diri pustakawan. Bentuk kerjasama ini berupa penerbitan berbagai pedoman kepustakawanan, menggiatkan aktifitas asosiasi profesi, pertemuan antarpustakawan, pendidikan dan pelatihan untuk pustakawan dan lain-lain. 5.3. Perpustakaan yang bertindak sebagai focal point center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal menyusun dan menerbitkan Direktori Perpustakaan yang memuat informasi dalam berbagai indikator10 dari masingmasing perpustakaan untuk memudahkan komunikasi, koordinasi dan pengembangan berbagai program dan kegiatan antarperpustakaan terkait dengan center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. 5.4. Khusus mengenai penyusunan berbagai stndar dan pedoman kerja untuk keseragaman dan kelancaran kegiatan komunikasi antarperpustakaan. Dalam suatu usaha kerjasama, untuk menyederhanakan prosedur diperlukan keseragaman antara lain dalam format formulir, biaya, penentuan klasifikasi, peraturan katalogisasi, standar metadata, format data dan sebagainya. Pedomanpedoman untuk standarisasi untuk maksud di atas perlu dibuat atau disepakati untuk dipakai bersama.

10

Direktori disusun berdasarkan survey di lapangan dengan menggunakan indiaktor-indikator yang disepakati, misalnya; koleksi, ketenagaan, pemustaka, gedung/ruang, fasilitas layanan, anggaran per tahun, kebijakan, sarana dan prasarana dan lain-lain.

14 | m a k a l a h

Interoperabilitas Dalam Kerjasama Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal

Pengembangan

Center

of

Excellence

Layanan

Interoperability adalah sebuah upaya mengembangkan jasa yang terpadu bagi pengguna perpustakaan digital sedemikian rupa sehingga mereka dapat memanfaatkan sumberdaya yang disediakan oleh beragam sistem dan beraneka institusi. Khusus dalam konteks perpustakaan digital, Arms (2000) menyatakan bahwa interoperability adalah sebuah upaya mengembangkan jasa yang terpadu bagi pengguna perpustakaan digital sedemikian rupa sehingga mereka dapat memanfaatkan sumberdaya yang disediakan oleh beragam sistem dan beraneka institusi. Penekanan Arms adalah pada keterpaduan layanan dan kemudahan penggunaan. Untuk pengaturan kerjsama dan perpustakaan digital dalam kaitan itu dibutuhkan standard dan protokol. Standar dan konvensi dalam Kerjasama Pengembangan Center of Excellence Layanan Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal di antaranya sebagai berikut. Metadata - MARC: Machine-Readable Catataloguing atau MARC adalah standar untuk komunikasi data katalog di dunia perpustakaan dan informasi. Pada dasarnya, MARC adalah sekumpulan format data yang memungkinkan pertukaran data katalog atau data lainnya yang terkait antar sistem-sistem perpustakaan yang memakai komputer. Protokol Z39.50: atau lengkapnya ANSI Z39.50-1995, dan atau Information Retrieval Application Service Definition and Protocol Specification. Orang biasa menggunakan kode Z39.50 sebagai kependekannya, ialah protokol untuk pencarian dan temu kembali inmformasi sebagai upaya standardisasi proses pencarian terhadap pangkalan data yang berada di luar perpustakaan (remote database). Protokol OAI: Inisiatif pengarsipan secara terbuka alias Open Archive Initiative disingkat OAI, merupakan upaya bersama untuk menciptakan kerja sama dan interoperabilitas yang memungkinkan pertukaran dan penyebaran informasi secara lebih luas. OAI-PMH (Protocol Metadata Harvester) memfasilitasi interoperabilitas antarberbagai keragaman dalam penggunaan sistem dan metadata. Sebagai sebuah protokol, ia juga memanfaatkan standar lain yang sudah umum di dunia Web yaitu XML, HTTP dan Dublin Core.

Lingkup interoperabilitas dalam Kerjasama Pengembangan Center of Excellence Layanan Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal adalah sebagai berikut: 1. Technical interoperability: standar komunikasi, pemindahan, penyimpanan, dan penyajian data digital. 2. Semantic interoperability: standar penggunaan istilah dalam pengindeksan dan temu kembali. 3. Political/human interoperability: keputusan untuk berbagi bersama dan bekerja sama.
15 | m a k a l a h

4. Intercommunity interoperability: kesepakatan untuk berhimpun antarinstitusi dan beragam disiplin ilmu. 5. Legal interoperatiblity: peraturan dan perundangan tentang akses ke koleksi digital, termasuk soal hak intelektual. 6. International interoperability: standar yang memungkinkan kerjasama internasional. Interoperabilitas menyangkut aspek teknis dalam dimensi teknologi dan aspek sosial sebagai berikut.
Interoperability 1. Technical Interoperability Dimensi Teknologi Perangkat keras dan lunak yang digunakan, dapat lebih dari satu. Seberapa jauh perangkat itu dapat saling membaca dan mengirim data dan beberapa perpustakaan dan/atau pangkalan data yang berhubungan? Sistem apa yang secara khusus dipakai untuk simpan dan temu kembali? Standar apa yang digunakan untuk membuat struktur data dan metadata? Apakah mengandung alat Bantu semantic (misalnya thesaurus)? Apakah perangkat keras dan lunak yang digunakan dibuat dalam rangka, atau adalah bagian dari, kerjasama dengan insitusi lain? Apakah perpustakaan digital merupakan gabungan dari berbagai peralatan yang ada di komunitas berbeda (misalnya gabungan dari fakultas, atau integrasi dua jaringan)? Apakah teknologi yang digunakan memiliki hak cipta? Apakah perangkat lunak yang dipakai merupakan perangkat lunak berlisensi tertentu (proprietary) atau berbasis open source? Apakah pengembangan system perpustakaan digital mengikuti standar internasional terttentu? Dimensi Kerjasama Apakah ada perangkat yang diadakan (beli, hibah, pinjam) dan dipakai bersama perpustakaan lain? Apakah ada data dan informasi digital yang dibuat dan dipakai bersama? Apakah perpustakaan memakai standar data dan metadata yang sama dengan perpustakaan-perpustakaan lain? Apakah ada kerjasama khusus dalam hal metadata atau alat Bantu semantic (misalnya memakai thesaurus bidang pertanian)? Apakah ada kesepakatan dalam kerjasama teknologi maupun pertukaran data?

2. Semantic interoperability

3. Political/human interoperability

4. Intercommunity interoperability

Apakah ada jasa khusus untuk komunitas tertentu(misalnya, portal. Untuk pascasarjana terpisah dari sarjana, ada jasa khusus untuk peneliti, dsb.)? Apakah ada peraturan atau kesepakan dengan perpustakaan atau insitusi lain dalam bentuk hal hak akses dan hak cipta koleksi digital?

5. Legal interoperability

6. International interoperability

Apakah ada kesepakatan dengan institusi internasional dalam hal pertukaran data dan pemakaian sumberdaya digital secara bersama?

Pengembangan Center of Excellence Layanan Perpustakaan Berbasis Budaya Lokal dengan demikian bukan milik dan tanggung jawab lembaga tertentu, misalnya Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, melainkan milik dan tanggung jawab masyarakat dan bangsa Indonesia, karena mengorganisasikan, merawat dan melestarikan berbagai khazanah intelektual bangsa sebagai
16 | m a k a l a h

sebuah repositori warisan pusaka merupakan kewajiban setiap warga negara. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah sebagai focal point sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan melalui implementasi TIK membangun dan mengembangan perpustakaan digital daerah, termasuk di dalamnya adalah menjadi center of excellence layanan perpustakaan berbasis budaya lokal. Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan secara bersama-sama dan bekerjasama dengan perpustakaan dan pusat informasi lainnya di wilayah itu.

17 | m a k a l a h

Daftar Pustaka

Arlinah

(2002). Manajemen Kerjasama http://incuvl.petra.ac.id/forums/file1.htm

antar

Perpustakaan.

Davison, G. dan C Mc Conville. 1991. A Heritage Handbook. St. Leonard, NSW: Allen & Unwin. Frankel, D. 1984. Who Owns the Past?. Australian Society, 3 (9). Galla, A. 2001. Guidebook for the Participation of Young People in Heritage Conservation. Brisbane: Hall and Jones Advertising. Karmadi, A.D. 2007. Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya Dan Upaya Pelestariannya, Makalah Disampaikan Pada Dialog Budaya Daerah Jawa Tengah Yang Diselenggarakan Oleh Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta Bekerjasama Dengan Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah, Di Semarang 8 - 9 Mei 2007. Pusat Pelestarian Pusaka Arsitektur. 2003. Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia: Merayakan Keaneka Ragaman Tahun Pusaka Indonesia 2003, Yogyakarta. Thohir, Mudjahirin. 2009. Catatan Kecil Tentang Kebudayaan Indonesia, Bahan diskusi untuk seminar Budaya Edsa, Be a Good Indonesian: Embracing Foreign Cultures without Losing Our Identity, pada hari Jumat, 17 April 2009, di Fakultas Ilmu Budaya UNDIP, Semarang. Saleh, Abdul Rahman (2008). Membangun Jejaring dalam Rangka Pemberdayaan Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta. Bandung: Kopertis Wil. IV, 2008. Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati dalam Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2. Strickler, Jon. 2008. What is a Center of Excellence, diunduh dari: http://agileelements.wordpress.com/2008/10/29/what-is-a-center-of-excellence/ Sulistyo-Basuki (1992). Kerjasama dan Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, dalam Kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangan. Editor: Antonius Bangun dkk. Jakarta: Kesaint Blanck.

18 | m a k a l a h

You might also like