You are on page 1of 15

LANSKAP BARU PERPUSTAKAAN DAN PUSTAKAWAN PADA ERA DIGITAL Salmubi, S.Sos.SS.MIM.

(Kepala Perpustakaan B.J. Habibie Politeknik Negeri Ujung Pandang)

A. Pendahuluan Kehadiran dan pekembangan pesat teknologi informasi komunikasi (TIK) berdampak luas terhadap terjadinya berbagai perubahan penyelenggaraan perpustakaan saat ini. Perpustakaan yang kita saksikan satu atau dua dekade lalu sungguh sangat berbeda dengan perpustakaan yang kita lihat pada hari ini. Teknologi itu telah menghadirkan berbagai transformasi, bahkan revolusi terhadap berbagai aspek di dalam penyelenggaraan dunia perpustakaan. Memaknai perubahan itu kita lakukan dengan mencoba membandingkan keadaan perpustakaan pada tahun 1998 dan tahun 2008. Perbedaan mendasar terjadi pada aspek pemakai, koleksi, ekspektasi pemakai, cara riset (pencarian informasi), dan scholarly communication (komunikasi ilmiah: jurnal ilmiah, buku, bab buku, makalah konferensi, dan format multi media). Perubahan-perubahan itu adalah sebagaian dari sekian kontributor atau faktor penting terjadinya transformasi peran dan fungsi perpustakaan dan pustakawan dewasa ini. Bagi pustakawan, mencermati perubahan-perubahan seperti tersebut di atas menjadi urusan wajib. Sebab, pemahaman akan situasi dan kondisi kekinian dan trend masa depan merupakan modal berharga bagi pustakawan untuk sampai paada rencana aksi yang strategis dan tepat sasaran sebagai respons atas tuntutan pekerkembangan dunia perpustakaan pada era digital. Respons pustakawan yang tepat akan sangat menentukan perpustakaan untuk dapat eksis dan survive pada era yang sarat dengan perubahan yang berlangsung cepat. Pustakawan, di sisi lain, akan terbantu dalam membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan dan diperlukan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Situasi dan kondisi demikian akan menjadi tantangan dan peluang bagi pustawakan. Karena pada saat bersamaan, pustakawan pun diharuskan tetap memainkan berbagai peran konvensional yang selama ini dilakoninya. Kompleksitas perubahan yang terjadi di dunia perpustakaan sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi, mengharuskan penulis mengeliminir pembahasan makalah ini dengan pertanyaan-pertanyaan seputar: perubahan apa saja yang terjadi dan yang memengaruhi terjadinya revolusi penyelenggaraan perpustakaan saat ini? Lantas apa peran baru pustakawan terkait dengan perubahan yang terjadi? Kemampuan dan kompetensi apa yang harus dimiliki pustakawan guna menjalankan peran barunya secara efektif dan efisien pada era digital? Semoga makalah ini memenuhi harapan panitia dan peserta Konferensi Perpustakaan Digital Kalimantan (KPDK) tahun 2012 yang bertema Kesiapan Perpustakaan dan Pustakawan dalam Menghadapi Era Perpustakaan Digital dan Menyongsong Kerja Sama Centre of Excellent Budaya Lokal Kalimantan
1

B. Peran Baru Perpustakaan Implementasi teknologi informasi secara integral dan komprehensif di perpustakaan seharusnya tidak diposisikan sebagai momok menakutkan. Tetapi, teknologi itu harus ditempatkan sebagai peluang bagi perpustakaan guna memberikan layanan yang lebih berkualitas. Selanjutnya, kehadiran teknologi itu akan menjadi media transformasi dan revitalisasi penyelenggaraan perpustakaan yang lebih sesuai dengan kondisi kekinian. Banyak fakta akan kontribusi teknologi informasi terhadap efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan perpustakaan. Best practices (paraktik-praktik terbaik) dan kisah sukses banyak perpustakaan dari berbagai negara seharusnya menginspirasi kita dalam melakukan hal serupa, demi mengangkat citra dunia perpustakaan Indonesia pada aras yang lebih terhormat. Pemanfaatan teknologi informasi yang luas secara kehidupan masyarakat, menjadikan teknologi itu sebagai suatu keharusan untuk juga diimpelementasi di perpustakaan. Bila teknologi informasi eksis dalam penyelenggaraan perpustakaan, hal itu setidaknya merupakan respons terhadap fakta telah terjadinya berbagai perubahan revolusiner sebagai dampak teknologi yang berkembang cepat dan pesat. Perubahan revolusioner sebagaimana yang dinyatakan Wastawy (2007) meliputi: 1. Revolusi personal computer (PC) 2. Revolusi elektronik 3. Revolusi Jaringan (network) 4. Revolusi Seluler 5. Revolusi MTV (Music Television = TV kabel di Amerika)/Video Games 6. Revolusi Kepengarangan Tidak hanya revolusi itu yang terjadi, terdapat juga perubahan dramatis yang oleh Wastawy (2007) diistilahkan sebagai The Open Revolution. Revolusi itu meliputi: : 1. Open Research 2. Open Reference 3. Open Aggregation 4. Open Storage 5. Open Course 6. Open Content 7. Open Source 8. Open Standards 9. Open Archives 10.Open Text 11.Open Linking 12.Open Design 13.Open Access Menurut hemat penulis, kedua revolusi tersebut di atas berdampak luas terhadap perubahan yang terjadi pada dunia perpustakaan saat ini. Perubahan itu kemudian melahirkan

berbagai kondisi yang sungguh berbeda dari kondisi perpustakaan pada masa sebelum teknologi informasi hadir secara dominan di perpustakaan. Artikel Obe (2009) yang berjudul: Transformation Through Action: Making the Case for Libraries in the Knowledge Economy, memaparkan komparasi sejumlah aspek perpustakaan yang berbeda dari kondisi masa lalu sebagaimana tersaji pada table 1 berikut ini.
Tabel 1 Perbandingan Perpustakaan Masa Lalu dan Masa Kini. Masa Lalu Repositori: gudang atau tempat penyimpanan Koleksi: perhatian utama pada pengumpulan dan proteksi bahan pustaka Masa Kini Sumber: merespon kebutuhan dengan bahan yang tepat Koneksi: menghubungkan pemakai terhadap sumber-sumber digital, lokal atau akses jarak jauh via web (internet) Fokus Pembelajaran: empati, merespons dulu kebutuhan pembaca atau pembelajar Jejaring: terhubung dengan sumber-sumber informasi global dan bekerja dengan patner Mudah Diakses: mudah digunakan, menawarkan bantuan dan dukungan Dinamis: katalisator, membangkitkan semangat, mendorong, menyenangkan, dan penemuan Kekinian: refleksi dari komunitas hari ini melalui interpretasi ulang dari koleksi sejarah

Transaksional: fokus pada peminjaman bahan pustaka dan terkait dengan berbagai prosedur Terisolasi: dioperasikan terpisah Teratur: Asyik dengan peraturan yang menjadi penghalang (bersifat formal) Statis: tak berubah/stagnan, tak membangkitkan semangat, buku termashur, tetapi institusi yang tidak banyak membantu Historis: tua (kuno), mungkin koleksi warisan unik, kelihatan penting, tetapi tak istimewa ,

Tidak hanya Obe (2009) yang menyatakan tentang adanya perubahan dari kehadiran teknologi informasi di perpustakaan. Sharma (2005) juga mencatat sejumlah perubahan penting yang terjadi di perpustakaan pada era digital seperti sekarang ini.
Tabel 2. Komparasi Perpustakaan Konvensional dan Era Perpustakaan Digital No. 1 2 3 4 5 6 Era Perpustakaan Konvensional Operasional Bergantung pada Manusia Mekanisasi (pengolahan data) Sistem Berdiri Sendiri LAN Lokal Informasi Berpusat pada Dokumen Media Cetak Era Perpustakaan Digital Bergantung pada Mesin Pengolahan Pengetahun Komputer Jaringan Sistem Akses (Protokol) yang Nir-kabel Informasi Berpusat pada Akses Pemakai (Akses) Media Elektronik

Kondisi tersebut di atas memaksa penyelenggara perpustakaan melakukan berbagai penyesuaian (adjustment) agar eksistensi perpustakaan tetap relevan dengan tuntutan dan ekspekstasi masyarakat pemakai saat ini. Penyesuaian yang dilakukan kemudian melahirkan sejumlah peran baru yang berbeda secara signifikan dari peran yang selama ini dimainkan
3

perpustakaan. Menurut sejumlah pakar perpustakaan dan informasi, peran baru perpustakaan pada era digital antara lain meliputi: 1. Perpustakaan sebagai Perantara & Agregator (kolektor) 2. Perpustakaan sebagai Penerbit 3. Perpustakaan sebagai Pendidik (Educator) 4. Perpustakaan sebagai Organisasi Riset dan Pengembangan (R&D) 5. Perpustakaan sebagai Wirausaha (Entrepreneur) 6. Perpustakaan sebagai Advokasi Kebijakan 7. Perpustakaan sebagai Konsumen Sebagai perbandingan, penulis menyajikan berbagai perubahan serupa yang telah dialami dunia perpustakaan perguruan tinggi. Perubahan itu mungkin berbeda dengan yang terjadi pada jenis perpustakaan lainnya. Tetapi, esensi dari perubahan merupakan hal penting untuk dicermati dan dipelajari guna menjadikan setiap jenis perpustakaan lebih siap terhadap tantangan baru. Kumar (2009) dalam tulisannya: Academic Libraries in Electronic Environment: Paradigm Shift menyampaikan sejumlah peran baru yang dialamatkan ke perpustakaan perguruan tinggi. Peran baru tersebut meliputi: 1. Pintu Gerbang terhadap Informasi: berfungsi sebagai pintu gerbang bagi pemakai perpustakaan untuk mengakses, mendapakan, mentransformasi, dan menggunakan sumbersumber informasi dalam berbagai format - tercetak dan elektronik 2. Pusat Pembelajaran: perpustakaan harus menyediakan peralatan, fasilitas, sumbersumber-sumber informasi, dan layanan yang dinamis untuk mendukung aktivitas pembelajaran pemakai perpustakaan yang meliputi tugas-tugas, presentasi, proyek, riset, laporan, dsb) 3. Pusat Pelatihan: perpustakaan perlu menyediakan fasilitas pendukung untuk pelatihan bagi dosen dan instruktur untuk keperluan disain, pengembangan, pengintegrasian, dan implementasi kursus, program, lokakarya, termasuk dukungan terhadap pembelajaran jarak jauh 4. Pusat Penerbitan: perpustakaan perlu menyediakan PC (hardware & software), peralatan AV, dan fasilitas pendukung lainnya guna menghasilkan, mendisain, mengembangkan, mengintegrasikan, menerbitkan, dan meng-up-grade berbagai presentasi multimedia pemakai perpustakaan, misalnya, proyek, laporan, web-site, blogs, dan lain-lain. Perubahan di dunia perpustakaan perguruan tinggi dinyatakan pula oleh Midda dkk (2009) dengan mendeskripsikan fungsi-fungsi perpustakaan beberapa tahun sebelumnya dengan perpustakaan berbasis teknologi informasi seperti yang eksis saat ini.

Tabel 3. Perbandingan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Fungsi Perpustakaan Sistem Perpustakaan Terintergrasi Ketersediaan Informasi

Masa Lalu Ketersedian MARC, patron, recod (data) sirkulasi Koleksi Tercetak, Peminjaman antar Perpustakaan (ILL), Abstrak & Indeks CD Berjalan ke OPAC, PC, Tumpukan Koleksi Ruang Belajar yang Tenang Pengajaran Bibliografi oleh instruktur. Prienter Dot Matrix Birokrasi, Fungsional, Hirarki Lokal OPAC, Akses Online thd Database Tergantung Lembaga Induk Mencoba dan Membeli

Sekarang Berbasis Web, Meta-data, Link Sumber-Sumber Informasi, Penelusuran Lintas Database Koleksi Tercetak ditambah database online, pengiriman dokumen (DD), Perluasan sumbersumber elektronik Akses Jarak Jauh (remote) dan Nir-kabel Ruang Belajar Kelompok Literasi Informasi Printer Laser Jet Berorientasi Layanan, Tim Kerja Regional, Konsorsium Information Common Partisipasi dalam Penggalangan Dana Negosiasi Database Khusus

Akses terhadap Informasi Ruang Belajar Pengajaran Informasi Printout Informasi Organisasi Orientasi Akses Komputer Keuangan Konsorsium

Peran baru yang dialamatkan kepada perpustakaan pada era digital ini tidak terlepas dari upaya adaptasi terhadap perubahan ekspektasi pemakai akan layanan perpustakaan. Menurut hemat penulis, perubahan ekspektasi itu setidaknya disebabkan adanya kenyataan bahwa pemakai perpustakaan atau masyarakat pada umumnya telah familiar dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Keakraban setiap orang terhadap teknologi itu menyebakan terjadinya dominasi keterlibatan teknologi pada hampir seluruh aktivitas sehari-hari umat manusia saat ini. Mungkin atas dasar itulah, Wastawy (2007) mengistilahkan manusia yang hidup abad ini sebagai Generasi Milenium (The Millennial Generation). Sementara, Chen (2009) menamakannya sebagai Generation G (Google Generation). Karakteristik generasi milenium tersebut, yakni sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mereka memperoleh informasi secara online Mereka mendapatkan informasi dan konten secara gratis Mereka sendiri mengelola konten dalam jumlah besar Mereka sendiri yang membuat, mengumpulkan, dan menyesuaikan informasi Mereka bertindak sebagai distributor sekaligus sebagai pemasar informasi Mereka selalu terkoneksi Mereka mendapatkan informasi secara cepat Mereka selalu On.

Karakteristik generasi milenium di atas memberikan indikasi tentang trend pemanfaatan teknologi informasi yang dominan pada masyarakat global, termasuk di Indonesia. Dengan demikian, bila dunia perpustakaan Indonesia tidak awas dan tidak sanggup menyediakan fasilitas teknologi informasi guna memenuhi kebutuhan informasi, maka perpustakaan akan semakin
5

ditinggalkan pemakainya pemakai aktual dan potensialnya. Mereka, kemudian beralih menggunakan Internet sebagai pengganti perpustakaan sebagai sumber informasi. Hal itu tidak berlebihan, sebab Google menyediakan informasi yang komprehensif, tersedia setiap saat dan setiap waktu, tidak ada pembatasan (the net generation does not love the wall). Hal itu didasari pada prinsip inovasi Google yakni: Open and Free Information Service akan terus berlanjut sebagai bagian dari Google Utopia, yakni: an ultimate place wherein is literally open and we can get all the information we want via Google and for free. (Chen-Chen, 2009) Ekspektasi pemakai perpustakaan akan terus mengalami perubahan dan berlangsung secara dinamis, sedinamis perkembangan teknologi informasi. Sementara, ekspektasi pemakai itu tampaknya selalu melebihi kapasitas dan kemampuan perpustakaan yang bergerak lebih lambat dalam kaitan dengan ketersediaan sumber-sumber informasi (koleksi), infrastruktur, fasilitas, finansial, staf, dst. Merujuk pada sejumlah perkembangan yang dipaparkan dalam makalah ini, layanan yang berbasis teknologi informasi merupakan salah satu faktor yang membawa perpustakaan berada pada jalur tepat dan sesuai dengan ekspektasi pemakai dan trend kekinian. Karena itu, pada era digital ini perpustakaan diharapkan mampu menyediakan layanan, antara lain berupa: 1. Akses Online/offline terhadap sumber-sumber informasi digital 2. Penelusuran Database 3. Referensi Elektronik 4. Layanan Humas (Public Relation) 5. Promosi dan Pemasaran Perpustakaan 6. E-Publishing 7. Program Literasi Informasi 8. Aktivitas Peminjaman Online, misalnya layanan pemesan buku secara elektronik 9. Layanan Pemakai (misalnya menjawab pertanyaan pemakai) 10. Akses Online terhadap Katalog, Database, dan Internet 11. Akses akan Kegiatan Publik C. Pustakawan Milenium Salah satu dampak teknologi informasi adalah adanya peningkatan kuantitas dokumen digital dan perpustakaan digital. Akibatnya, peran dan tantangan pustakawan pada era digital ini bertambah banyak. Peningkatan itu pula menjadi tantangan baru pustakawan saat ini. Tantangan itu akan meliputi isu seputar: manajemen koleksi, organisasi pengetahuan, preservasi digital, penelusuran online, pengelolaan konten, manajemen pengetahuan, dan promosi penggunaan

perpustakaan dan jaringan (Singh, 2009). Dengan demikian, impelementasi teknologi informasi di perpustakaan saat ini berfokus pada ketersediaan SDM yang multiperan atau multidimensi. Multiperan pustakawan itu ditunjukkan dengan keharusan mereka untuk memainkan peran lainnya sebagai pemimpin, manajer, dan fasilitator di perpustakaan di mana mereka bekerja. Sharma (2005) menyatakan bahwa peran tambahan pustakawan pada era informasi adalah di samping harus bekerja sebagai pustakawan, mereka juga harus bekerja sebagai manajer informasi: mengetahui bagaimana cara pustakawan mengelola dan memberikan layanan informasi sehingga kebutuhan informasi pemakai terpenuhi. Di samping itu, pustakawan perlu bekeja sebagai penasihat/instruktur informasi: menjamin bahwa pemakai/staf mengetahui bagaiama mengakses sumber-sumber informasi yang relevan/literasi informasi), dan ketiga, pustakawan harus bekerja sebagai sistem/jaringan: untuk menyebarkan informasi kepada pemakai tentang cara yang tepat melalui disain dan pengembangan sistem. Para profesional bidang perpustakaan dan informasi, termasuk pustakawan diharapkan dapat memainkan multiperan agar ekspektasi dan kebutuhan pengguna dapat terpenuhi dengan lebih memuaskan. Menurut Helder (2009) multiperan yang harus dimainkan pustakawan, yakni sebagai berikut: 1. Advokasi 2. Manajer Konsorsium 3. Konsultan 4. Manajer Konten 5. Fasilitator 6. Pembimbing/guru 7. Perantara (Intermediary) 8. Manajer Pengetahuan 9. Periset 10. Sifter/Data Mining (pustakawan ahli yang membantu pemakai menemukan citarasa dan tata urutan sumber-sumber informasi) 11. Web Designer Lebih lanjut Saha (2009) menyatakan bahwa peran yang harus dilakukan pustakawan pada era digital, antara lain sebagai berikut: 1. Pengembangan koleksi: menyediakan bahan pustaka untuk keperluan riset dan kegiatan ilmiah yang terdiri dari kegiatan seleksi, pengadaan, pengolahan (untuk akses informasi), dan pengawasan.
7

2. Konsultasi informasi: membimbing mahasiswa dan dosen dalam kaitannya dengan ketersedian bahan pustaka terbaik guna memenuhi kebutuhan informasi mereka 3. Pengajaran: membantu mahasiswa dan dosen agar mereka menjadi warga yang mampu dan lancar dalam menggunakan informasi secara etis. 4. Menyediakan akses terhadap informasi dalam berbagai format 5. Mengevaluasi ketersediaan sumber informasi 6. Mengorganisasikan dan menata informasi 7. Meyakinkan pelaksanaan preservasi informasi 8. Menyediakan staf khusus untuk keperluan pengajaran dan bantuan dalam mengintepretasi dan mengakses sumber-sumber informasi aksesnya. Pemaparan di atas mengindekasikan bahwa pada era digital, pustakawan memiliki begitu banyak peran baru yang harus dijalankan dan lebih kompleks dari peran yang selama ini dilaksanakan. Namun, beberapa di antara peran baru itu menjadikan peran pustakawan menjadi less-visible (kurang nyata/terlihat) (Borgman (2001). Hal itu terlihat dari peran pustakawan, misalnya, pustakawan yang bertindak sebagai arsitek informasi, manajer aset digital dan spesialis kontent. Meskipun begitu, pustakawan tetap memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyeleksi, menghimpun, mengatur, melestarikan, dan menyediakan akses informasi -, dengan lebih fokus pada konteks perpustakaan digital. Dari perspektif jenis kegiatan (pekerjaan) yang selama ini dilakukan pustakawan, terjadi pula sejumlah pergeseran peran yang berbeda secara signifikan dari peran yang dilakoni pustakawan pada masa sebelumnya. Saha (2009) memberikan komparasi perbedaan peran itu sebagaimana tersaji pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Pekerjaan Pustakawan Era Perpustakaan Tradisional & Era Perpustakaan Digital Era Perpustakaan Tradisional Library Administrator Classifier Cataloguer Reference Librarian Library Science Teacher Thesaurus Constructors Bibliograher Librarmetrician Bibliometrian etc Era Perpustakaan Digital Information Generator Informasiton Gatherers Information Recorders Information Processors Information Organizers Information Disseminators Information Retrievers Information Preservers Information Measurers

Information Compilers

Selanjutnya, Salmubi (2011) dalam artikelnya yang berjudul Rekonstruksi Peran Pustakawan Indonesia: Persiapan Menghadapi Era Perpustakaan Digital menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi berkontribusi terhadap kelahiran berbagai peran baru yang harus dilaksanakan pustakawan pada era perpustakaan digital Peran baru itu sebagaimana tersaji pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Peran Pustakawan Konvensional Vs Pustakawan Era Digital Pustakawan Konvensional Collection Builder Classifier, Cataloger, Indexer Information Retrieval Specialist Reference Librarian Information Provider Information Manager Pustakawan Era Digital Knowledge Prospector (Pencari/Pendulang) Metadata Developers and Publisher Knowledge Navigators and Expedition Guides Information Analysis/Knowledge Interpreter Information Access Provider Knowledge Manager

Sumber : The Evolving Roles of Information Professionals in the Digital Age (Anderson, D.)

D. Ketrampilan dan Kompetensi Dalam sejumlah literatur, istilah ketrampilan dan kompetensi digunakan secara bergantian. Tetapi, penting untuk membedakan kedua terminologi tersebut. Ketrampilan (skills) adalah kemampuan praktis sebagai media untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sementara, kompetensi biasa didefinisikan sebagai atribut dasar plus kemampuan mental yang mengatur tentang bagaiamana cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan (kerja) Kompetensi memungkinkan seseorang berkontribusi positif terhadap organisasi dan profesinya. Ketrampilan dapat dilihat dalam tindakan ketika seseorang menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan. Sedangkan, kompetensi itu sendiri tersembunyi di dalam diri seseorang, tetapi memengaruhi bagaimana orang tersebut menggunakan ketrampilan/kemampuan yang dimilikinya (Clarkson dalam Singh dan Pinki, 2009). Selanjutnya, Larsen mendefinisikan kompentensi sebagai kombinasi pengetahuan teoritis dan pengalaman praktis yang menyebabkan seseorang dapat dan mengambil keputusan tepat dalam lingkungan kerja sehari-hari. Sementara, kompetensi menurut Byham (Pradiansyah, 2004) adalah pengetahuan, perilaku, dan motivasi yang membuat sesorang sukses dalam pekerjaan. Secara sederhana, pengetahuan adalah persoalan tahu dan tidak tahu, perilaku adalah soal bisa dan tidak bisa, sedangkan motivasi adalah soal mau dan tidak mau. Dengan demikian, kompetensi adalah ketrampilan, pengetahuan teknik, dan atribut pribadi yang berkontribusi terhadap kesuksesan seseoarng pada posisi tertentu. Sementara, ketrampilan adalah kemampuan yang diperoleh seseorang melalui pelatihan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan berhasil. Dalam konteks era digital, pustakawan diharuskan memiliki ketrampilan (skills) dan kompetensi yang memungkinkan mereka berperan optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai perpustakaan. Ketrampilan (kemampuan) yang diperlukan untuk menjalankan tugas-tugas
9

pustakawan menurut Halder (2009) adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan Teknis 2. Kamampuan Teknologi Informasi 3. Kemampuan Manejerial Dalam perspektif yang relevan dengan pendapat Halder itu, National Knowledge Commision, India, menyatakan bahwa kemampuan perlu dimiliki pustakawaan saat ini adalah kemampuan yang relevan dengan perubahan peran perpustakaan, yakni sebagai berikut: 1. Kemampuan pengelolaan perpustakaan dan informasi 2. Orientasi layanan 3. Pengetahuan dan kemampuan TIK 4. Kemampuan berkomunikasi dan pelatihan 5. Kemampuan Memasarkan dan Presentasi Studi terbaru yang berjudul Key Skills and Competencies of a new Generation of Library and Information Science (LIS) Professional yang ditulis oleh Nonthacumjane (2011) menyebutkan bahwa pustakawan perlu memiliki 3 aspek yang terkait dengan ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukaan pada era digital, yakni: 1. Kemampuan pribadi/perorangan: perilaku yang sesuai, nilai-nilai, dan sifat pribadi. Kemampuan personal ini meliputi: Analitis, Kreatif, Teknis, Fleksibel, Reflektif, Kemapuan berhubungan dengan berbagai pemakai (yang berbeda), Mirip Detektif , Mampu beradabtasi, Responsif terhadap kebutuhan orang lain, Antusias, dan Motivasi Diri 2. Kemampuan Umum: Kemampuan umum yang bersumber dari disiplin lain, yakni: Liteasi Informasi, Kommunikasi, Berpikir Kritis, Teamwork, Etika dan Tanggung Jawab Sosial, Pemecahan Masalah, dan Kepemimpinan 3. Pengetahuan spesifik: adalah pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dari program perpustakaan dan informasi pada level S1 dan S2. Pengetahuan itu meliputi metadata, pengembangan database dan sistem manajemen database (DBMS), kebutuhan pengguna perpustakaan, dan arsip digital, kegiatan presevasi , pengembangan koleksi, dan sistem manajemen kontent Selanjutnya, Singh (2009) mengklasifikasi skills yang diperlukan pustakawan untuk melakoni peran baru pada era perpustakaan digital, dibagi ke dalam tiga kategori utama sebagainya tersaji pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Ketrampilan yang Diperlukan pada Lingkungan Elektronik Ketrampilan Umum (Generik) Ketrampilan Manajerial Ketrampilan Keahlian

1.Ketrampilan Komunikasi 2.Fleksibelitas 3.Beradaptasi

1.Berpikir Lokal dan Global 2.Kemampuan Perencanaan dan Organisasi 3.Kemampuan Manajemen Keuangan Penggalangan Dana Kemampuan Menggunakan Sumber-Sumber Keuangan Kemampuan Akuntansi & Audit 1. Kemampuan Teknologi Informasi: Hardware/Software & Jaringan MS Office Power Point Presentation Otomasi Perpustakaan Pembuatan Database Internet: manajemen e-mail, penelu-suran internet Intranet Teknik Scanning Kemampuan Jaringan Komputer: Penelusuran Mesin Pencari Online, Penelusuran Database, Destop Publishing Pengembangan Konten Digitalisasi Layanan berbasis Web Pembelajaran Virtual

4. Tegas 5.Percaya Diri 4.Manajemen Perubahan 5.Membangun Tim

2. Literasi Informasi 3. Ketrampilan Teknis: Manajemen Sumber Informasi Manajemen e-serial StandarMetadata: Dublin Core, MARC, dll Estndar mis. Z39.50 Pengembangan Sistem 4. Manajemen Pengetahuan 5. Kemampuan Pengelolaan Perpustakaan Konvensional

6.Kreatif 7.Inovatif 8.Kemampuan Analitis 9.Pemecahan Masalah

6. Pengambilan Keputusan 7. Kepemimpinan 8.Kemampuan Negosiasi 9. Manajemen Pelanggan Analisis Kebutuhan Pemakai Pencarian Informasi Analisis Tingkah Laku 10. Manajemen Proyek 11. Manajemen Personalia 12. Manajemen Stress & 13. Manajemen Waktu

10.Pengambilan Keputusan 11. Sikap Pelayanan 12.Hubungan Pelanggan 13.Peningkatan Pembelajaran Pengalaman Pemakai

11

14.Kemampuan Presentasi 15.Manajemen Strees 16.Manajemen Waktu 17. Ketrampilan Antarpersonal 18.Ketrampilan Kelompok/Group 19. Kemampuan Bekerja sama dengan berbagai latar belakang orang

14. Manajemen Sumber Daya

E. Kesimpulan Teknologi informasi berkontribusi besar dalam mengubah lanskap penyelenggaraan perpustakaan pada era digital. Respons terhadap berbagai transformasi itu mengharuskan pustakawan membekali diri dengan berbagai ketrampilan/kemampuan dan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Karena itu, pustakawan Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan peluang untuk membawa dunia perpustakaan Indonesia menjadi lebih modern sebagaimana terjadi di negara lain. Meskipun terjadi perubahan dramatis terhadap penyelenggaraan perpustakaan, namun amanah yang dibebankan terhadap perpustakaan selama ini tidak berubah. Perpustakaan tetap merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap upaya melestarikan sumber-sumber informasi dan menyediakan akses terhadap pengetahuan dan informasi itu untuk membangun kemajuan. Semoga! ***sal***

Daftar Pustaka Borgman, C.L. (2001). Where is the Librarian in the Digital Library? Communication of the ACM, 44(5), 66-67. Special Issue on Digital Library. Chen-chen, C. (2009). Transforming Libraries in Generation G. International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Cleveland, G. (1998). Digital Libraries : Definitions, Issues, and Challenges. IFLA. Halder, S.N. (2009). Multimodal Roles of Library and Information Science Professionals in Present Era. International Journal of Library and Information Science. Vol. 1(6) pp 092-099 November, 2009. Kumar, M. (2009). Academic Libraries in Electronic Environment: Paradigm Sift. International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Midda, dkk. (2009). Changes of Activities in Academic Library System in India. International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Nonthacunijane, P. (2001). Key Skills and Competencies of a New Generation of LIS Professional. Puerto Rico: IFLA. Obe, J.D. (2009). Transformation Through Action: Making the Case for Libraries in the Knowledge Economy. International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Okerson, A. (2009). Digital Libraries in the 21st Century Global Environment. International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Pradiansyah, A. (2003). You Are A Leader!: Menjadi Pemimpin dengan Memanfaatkan Potensi Terbesar yang Anda Miliki: Kekuatan Memilih. Jakarta: Elex Media Komputido. Saha, N.C. (2009). Academic Libraries and Librarian in the Electonic Teaching_Learning Era: Is there Any More Need. International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Sharma, P.L. (2005) Changing Role of Librarians in Digital Library Era and Need of Professional Sills, Efficiency & Competency. Faridabad, Haryana : National Hydroelectric Power Corporation Ltd., Singh, J. (2009). Future of Academic Libraries in India: Challenges and Opportunities.
13

International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Singh, S.P. ; Pinki. (2009). New Skills for LIS Professional in Technology-Intensive Environment. International Conference on Academic Libraries (ICAl-2009). Delhi, India: Delhi University Library Sistem, 2009. Wastawy, S. (2007). Where do We Go from Here? Librarians Role in the Era of Digital Information.

15

You might also like