You are on page 1of 10

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI SEBAGAI PENGGANTI PESTISIDA KIMIA UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUGAN

ABSTRAK

Pestisida merupakan sumber pencemar utama lingkungan dalam kegiatan pertanian, baik terhadap kualitas tanah maupun air tanah. Pemakaian pestisida dalam jumlah yang besar menimbulkan pencemaran bagi tanah dan air tanah dengan kadar racun yang beraneka ragam. Degradasi tanah pertanian sudah makin parah dan dengan sudah mengendapnya pestisida maupun bahan agrokimia lainnya dalam waktu yang cukup lama. Untuk menghadapi berbabagai tantangan tersebut, sudah saatnya

mengenalkan pestisida nabati yang ramah lingkungan kepada masyarakat. Jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Uji efektivitas pestisida nabati EBM terhadap telur dari serangga.

menunjukkan bahwa secara nyata dapat membunuh telur (ovisida) karena tanaman mimba (Azadirachta indica) mengandung zat toksik bagi serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang dikandung pada mimba. Kata Kunci: Pestisida sintesis, Pestisida nabati, EBM ovisida PENDAHULUAN Pestisida berasal dari kata Pesticide yaitu pest dan cide. Pest artinya organisme pengganggu tanaman (hama) dan cide artinya racun atau pembasmi. Definisi pestisida adalah semua zat/bahan yang dapat digunakan untuk

mengendalikan organism pengganggu tanaman (hama penyakit, dan gulma). (Syamsuir Munaf, 1997 dalam S. Suciaynti, 2010) Pengertian lain tentang pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus digunakan untuk : memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman. memberantas rerumputan

mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman.

memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan. memberantas atau mencegah hama-hama air. memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah alat-alat angkutan, dan alat-alat pertanian.

memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dapat menyebabkan penyakit yang perlu dilindungi.

Pestisida secara umum adalah suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan atau perkembangan yang mempengaruhi organism penggangu tanaman. Namun, dilain pihak dengan penggunaan pestisida yang kurang bijaksana (khususnya yang besifat sintesis) sering merugikan lingkungan. Beberapa kasus diantaranya polusi lingkungan (kontaminasi air, tanah, udara, dan dalam jangka panjang terjadi kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan lainnya), perkembangan serangga menjadi resisten atau toleran terhadap pestisida, dan kasus keracunan. Menurut Watterson (1988), ada banyak penggolongan/jenis-jenis pestisida yang beredar di pasaran dan senantiasa digunakan baik yang ditujukan kepada hewan,tumbuhan maupun jazad renik, yang mengendalikan jenis serangga maupun hewan yang berpotensi sebagai organisme pengganggu tananam (OPT) adalah insektisida, rodentisida, molusisida, avisida, dan mitisida. Sedangkan yang mengendalikan jazad renik antara lain bakterisida, fungisida, algisida. Selain dari pada itu terdapat senyawa kimia yang sifatnya hanya sebagai pengusir serangga (insect repellent), dan sebaliknya ada pula yang justru menarik serangga untuk datang (insect attractant) serta ada yang dapat memandulkan serangga. Bahan-bahan kimia termasuk pestisida disamping bermanfaat apabila dipergunakan secara berlebihan akan menimbulkan berbagai bentuk pencemaran terhadap lingkungan termasuk tanah. Beberapa jenis polutan tersebut menyebabkan jenis pencemaran yang relatif permanen karana bersifat sulit terurai di alam. 1. Pestisida dipergunakan sebagai pembasmi hama tanaman

2.

Insektisida dipergunakan sebagai chat pembasmi insekta atau serangga yang biasa mengganggu tanaman

3.

Herbisida dipergunakan sebagai obat pembasmi tanaman yang tidak diharapkan tumbuh

4.

Fungisida dipergunakan sebagai obat pembasmi jamur yang tidak di harapkan tumbuh

5.

Rodentisida dipergunakan sebagai obat pemusnah binatang pengerat seperti tikus

6. 7. 8. 9.

Akarisida ( Mitesida ) dipergunakan sebagai pembunuh kutu Algisida dipergunakan sebagai pembunuh ganggang Avisida dipergunakan sebagai pembunuh burung Bakterisida dipergunakan sebagai pembunuh bakteri

10. Larvisida dipergunakan sebagai pembunuh ulat 11. Moleksisida dipergunakan sebagai pembunuh siput 12. Nematisida dipergunakan sebagai pembunuh nematode 13. Ovisida dipergunakan sebagai perusak telur 14. Pedukulisida dipergunakan sebagai pembunuh tuma 15. Piscisida dipergunakan sebagai pembunuh ikan 16. Predisida dipergunakan sebagai pembunuh predator ( pemangsa ) 17. Silvisida dipergunakan sebagai pembunuh pahon atau pembersih pahon 18. Termisida dipergunakan sebagai pembunuh rayap atau hewan yang suka melubangi kayu 19. Atraktan dipergunakan sebagai penarik serangga melalui baunya 20. Kemostrilan dipergunakan sebagai pensterilan serangga atau vertebrata 21. Defoliant dipergunakan sebagai penggugur daun untuk memudahkan panen 22. Desican dipergunakan sebagai pengering daun atau bagian tanaman lainnya 23. Desinfektan dipergunakan sebagai pembasmi mikro organism 24. Repellan dipergunakan sebagai penolak atau penghalau hama 25. Sterilan dipergunakan sebagai mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma

26. Surpaktan dipergunakan sebagai untuk meratakan pestisida pada permukaan daun 27. Stimulan dipergunakan sebagai zat yang dapat mendorong pertumbuhan tetapi mematikan terjadinya buah Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Pemakaian pestisida dalam jumlah yang besar menimbulkan pencemaran bagi tanah dan air tanah dengan kadar racun yang beraneka ragam. Degradasi tanah pertanian sudah makin parah dan dengan sudah mengendapnya pestisida maupun bahan agrokimia lainnya dalam waktu yang cukup lama. Padahal, untuk mengembalikan nutrisinya tanah memerlukan waktu ratusan tahun, sedangkan untuk merusaknya hanya perlu beberapa tahun saja. Hal ini terlihat dari menurunnya produktivitas karena hilangnya kemampuan tanah untuk memproduksi nutrisi. Untuk menghadapi berbabagai tantangan tersebut, sudah saatnya

mengenalkan pestisida nabati yang ramah lingkungan kepada masyarakat. Jenis pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, pestisida nabati juga bersifat hit and run, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hama terbunuh maka residuunya akan cepat hilang di alam. Walaupun pemerintah telah meluncurkan program PHT (Pengendalian Hama Terpadu) agar masyarakat tidak tergantung kepada pestisida, juga mencabut subsidi dan melarang beberapa jenis pestisida, namun kenyataannya, nilai impor bahan pestisida yang pada tahun 1990an mencapai sekitar 200 milyaran rupiah (Kasryno, 1994) ternyata pada tahun 2000-an melampui angka 300 milyaran rupiah (Anon, 2000), bukannya menurun, malahan naik tajam. Hal ini menunjukkan bahwa kita masih tergantung kepada pestisida kimia sintetis, khususnya impor dan kebiasan masyarakat kita masih kuat dan sulit dirubah untuk bergantung kepada pestisida, atau memang kebijakan pemerintah kita yang masih mendukung penggunaan pestisida kimia sintetis dengan cara meloloskan beberapa jenis pestisida untuk beredar di Indonesia dan sebaliknya belum atau

kurang mendukung berkembangnya pestisida hayati di Indonesia. Salah satu jenis pestisida hayati yang sudah banyak dikenal masyarakat dunia adalah yang berasal dari pohon mimba (Azadirachta indica A. Juss) (Gagoup and Hayes, 1984; Ermel, 1995). Selain dikenal sebagai pestisida dan juga bahan pupuk, bangunan serta penghijauan, belakangan ini dikenal juga sebagai bahan obat dan kosmetik sehingga disebut sebagai tanaman multi-fungsi (Grainge and Ahmed, 1987). Efektivitas Ekstrak Biji Mimba juga bisa digunakan sebagai ovisida (pengendali/pemberantas telur hama) karena Biji mimba mengandung beberapa komponen aktif pestisida antara lain azadirakhtin,salanin, azadiradion, salannol, salanolacetat, 3-deasetil salanin, 14-epoksi-azadiradion, gedunin, nimbin, dan deasetil nimbin. Dari beberapa komponen tersebut ada empat senyawa yang diketahui sebagai pestisida, yaitu azadirakhtin, salanin, nimbin, dan meliantriol (Horbone, 1982; Jones et al dalam Schmutterer, 1990; Saxena et al.,1993). TUJUAN Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggallkan penggunaan pestisida sintesis, tetapi hanya merupakan alternative untuk

meminimalkan pencemaran lingkungan yang ditimbullkan akibat penggunaan dari pestisida sintesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tanah dikatagorikan subur apabila tanah mengandung cukup nutrisi bagi tanaman maupun mikro organisme, dan dari segi fisika, kimia, dan biologi memenuhi untuk pertumbuhan. Tanah dapat rusak karena terjadinya pencemaran tanah. Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian

terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Tarumingkeng (1992) menyatakan sebab utama terjadinya pencemaran tanah oleh pestisida adalah pengendapan (deposits) dan residu pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama, penyakit serta tumbuhan pengganggu (gulma) serta serangga yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Pestisida diserap oleh berbagai komponen lingkungan, kemudian terangkut ke tempat lain oleh air, angin atau organisme yang berpindah tempat. Ketiga komponen ini kemudian mengubah pestisida tersebut melalui proses kimiawi atau biokimiawi menjadi senyawa lain yang masih beracun atau senyawa yang telah hilang sifat racunnya. Yang menjadi perhatian utama dalam toksikologi lingkungan adalah berbagai pengaruh dinamis pestisida dan derivat-derivatnya setelah mengalami perubahan oleh faktor lingkungan secara langsung atau faktor hayati terhadap sistem hayati dan ekosistemnya (Tarumingkeng, 1976). Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Masuk ke dalam tanah berjalan melalui pola biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanaman, proses reabsorbsi oleh akar serta masuk langsung pestisida melalui infiltrasi aliran tanah. Gejala ini akan mempengaruhi kandungan bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian zat pada tahap penguraian baik secara biologis maupun kimiawi di dalam tanah. Sehingga penggunaan pestisida sintesis ini berdampak pada pencemaran tanah, tanah yang tercemar oleh senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam pestisida sintesis ini menyebabkan berkurangnya kesuburan atau

unsure

hara

dari

tanah.

Sehingga

harus

dilakukan

pengendalian

tanah

(bioremediasi, reklamasi) untuk mengembalikan kesuburan dari tanah. Di era serba organik seperti sekarang ini, penggunaan pestisida organik cukup mendukung untuk mengatasi masalah gangguan serangan hama tanaman komersial. Pestisida organic pun dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik, hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin (Ruskin, 1993). Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui (Rembold, 1989). Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Senrayan, 1997). Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Chiu, 1988). Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya

sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993). Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba (Sudarmadji, 1999). Mimbapun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (informasi lisan Prof. K. Untung). Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1993). Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia (Kardinan dan Taryono, 2003). Uji efektivitas pestisida nabati EBM terhadap telur dari serangga.

menunjukkan bahwa secara nyata dapat membunuh telur (ovisida) karena tanaman mimba (Azadirachta indica) mengandung zat toksik bagi serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang dikandung pada nimba (Gruber dan Karganilla, 1989). Selain itu, dalam tanaman mimba ini mengandung komponen

senyawa pestisida yang efektif apabila digunakan sebagai pemberantas telur dari hama/seranggan. Meskipun tanaman mimba ini mengandung senyawa pestisida,

namun senyawa ini bersifat nabati sehingga tidak menimbulkan efek pada lingkungan terutama pada tanah. Tetapi ekstrak tumbuhan mimba ini mempunyai daya kerja relatif lambat, tidak membunuh langsung jasad sasaran, tidak tahan terhadap sinar matahari, dan kadang diperlukan penyemprotan yang berulang-ulang. KESIMPULAN Sebab utama terjadinya pencemaran tanah oleh pestisida adalah

pengendapan (deposits) dan residu pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama, penyakit serta tumbuhan pengganggu (gulma) serta serangga yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane) adalah salah satu yang dikenal pestisida sintetis. Ini merupakan bahan kimia yang panjang, unik, dan sejarah kontroversial. Karena sifatnya yang stabil dan persisten, DDT bertahan sangat lama di dalam tanah, bahkan DDT dapat terikat dengan bahan organik dalam partikel tanah inilah yang menyebabkan DDT sangat berbahaya pada lingkungan khususnya pada tanah. Pencemaran tanah oleh pestisida terjadi saat dilakukan penyemprotan. Sisasisa penyemprotan tersebut akan terbawa oleh air hujan, akhirnya mengendap di tanah. Penggunaan bahan-bahan kimiawi secara terus menerus akan

mengakibatkan kerusakan tekstur tanah, tanah mengeras, dan akan retak-retak pada musim kemarau. Uji efektivitas pestisida nabati EBM terhadap telur dari serangga.

menunjukkan bahwa secara nyata dapat membunuh telur (ovisida) karena tanaman mimba (Azadirachta indica) mengandung zat toksik bagi serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang dikandung pada nimba

DAFTAR PUSTAKA

You might also like