You are on page 1of 27

ACARA 3 DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN TANAMAN BUDIDAYA

I.TUJUAN 1. Mengetahui pengaruh lingkunagan pH rendah terhadap perkecambahan tanaman budidaya.

2. Mengetahui perbedaan tanggapan perkecambahan tanaman budidaya pada kondisi asam.

II. TINJAUAN PUSTAKA Diuji cobakan untuk mengetahui efek dari simulasi hujan asam (pH 2,5-5) pada aktivitas peroxidase (POD) dan catalase (CAT) saat perkecambahan padi (Oryza sativa) dan gandum(Tricium aestivum). Hasil yang didapat mengindikasikan bahwa perubahan maksimal terjadi pada aktivitas CAT dan POD pada perlakuan hujan asam yang berbeda-beda, diketahui bahwa aktivitas padi (28.8%, 31.7%) < gandum (34.7%, 48.3%). Tingkatan pH pada perlakuan ini tidak memberikan hasil yang jauh berbeda. Didapatkan hasil bahwa perubahan aktivitas tertinggi terjadi pada POD dibanding CAT, ini berarti bahwa POD lebih sensitive terhadap hujan asam dibandingkan CAT. Perbedaan dari POD dan CAT dalam melepas radikal bebas merupakan alasan mengapa indeks dari kedua tanaman tersebut berbeda. Beberapa percobaan telah dilakukan di lapangan dan rumah kaca untuk mencari tahu efek dari hujan asam terhadap tanaman. Beberapa spesies jauh lebih sensitif terhadap hujan asam dibandingkan dengan lainnya. Perbedaan skala luka dan pengaruh buruk terhadap tanaman tergantung oleh banyaknya variable. Variabelnya adalah jenis spesies, umur tanaman, umur dari jaringan tanaman yang terkena pengaruh hujan asam langsung, lingkungan, dan keterbatasan folior (Santos, et al., 2000).

Pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia kedalam lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya tehadap lingkungan itu (Saeni, 1989). Pengaruh SO2 dari limbah berat diduga sebagai pencemar udara yang banyak mengakibatkan kematian, SO2 dihasilkan dari pembakaran minyak, pabrik namun kebanyakan berasal dari pembakaran bahan bakar yang banyak mengandung belerang (Oramahi, 2003). Hujan asam dapat merusak akar tanaman dan membunuh kehidupan air ketika terlarut dalam danau atau sungai, menghambat perkecambahan benih, melukai daun dengan mencuci kandungan kalsium dan magnesiumnya, menghancurkan perlindungan lilin pada daun, sehingga tanaman menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit, mengurangi pembentukan kayu ketika akar menyerap senyawa beracun dari alumunium,kadmium,tembaga, besi, seng, dan garam-garam lain yang terlarut dalam tanah dan pencucian nutrient vital tanaman seperti kalsium, magnesium, dan natrium serta menurunkan hasil panen (Miller, 1985). Hampir semua kegiatan manusia menyebabkan pencemaran lingkungan. Proses alami juga memasukkan bahan-bahan lain, selain kita anggap sebagai unsur penyusun udara bersih oksida belerangnya terutama adanya Sulfur Oksida (SO2). Oksida nitrogen meliputi nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen oksida (NO2). Dinitrogen oksida (N2O) merupakan suatu hasil alami dari pembusukan nabati tidak dianggap ssebagai pencemaran dan sering diabaikan. Senyawa organik yang mudah menguap, seperti hidrokarbon terdapat dalam minyak bumi atau yang dihasilkan dari reaksi kimia (Neigburger, 1982).

III. METODOLOGI

Praktikum acara 3, Dampak hujan asam terhadap perkecambahan tanaman budidaya, ini dilaksanakan pada hari Senin, - Mei 2011 di Laboratorium Ekologi Tanaman Jurusan Budidaya Tanaman Universitas Gadjah Mada. Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain petridish, sprayer, plastik, gelas ukur, erlenmeyer, pipet dan pH tester. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain tiga macam benih tanaman yaitu padi (Oryza sativa), kacang tanah (Arachis hipogea), dan jagung (Zea mays), asam sulfat, akuades, dan kertas filter. . Pertama-tama dibuat larutan asam dengan menggunakan akuades sebanyak 500 ml yang ditetesi asam sulfat sampai mencapai keasaman tertentu, yang dapat diketahui menggunakan pH tester. Catat banyaknya larutan asam sulfat yang digunakan untuk mempermudah pembuatan larutan tersebut selanjutnya. Lalu, dibuat larutan asam dengan cara tersebut, dengan keasaman yang berbeda-beda yaitu pH 4, 5, 6, dan 7. Lalu masing-masing larutan dengan kadar asam yang berbeda tersebut dimasukan dalam sprayer plastik yang berlainan yang telah ditempeli label. Disiapkan 36 petridish, untuk empat perlakuan keasaman dan tiga jenis tanaman budidaya. Masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Biji yang telah disiapkan diatur dalam cawan petridish yang telah dilapisi kertas filter. Masing-masing petridish diisi untuk 10 biji tanaman. Benih yang telah diatur dalam petridish disiram dengan larutan dari sprayer sesuai dengan perlakuam dan jumlah semprotan yang sama untuk tiap-tiap petriidish. Lalu dilakukan pengamatan yang meliputi jumlah biji berkecambah, panjang batang, dan panjang akar selama 7 hari. Pada hari ke tujuh diamati kecepatan berkecambah, gaya berkecambah, dan rasio akar/ batang. Langkah terakhir, dibuat grafik perkecambahan dalam berbagai perlakuan.

IV. HASIL PENGAMATAN Tabel 3.1. Jumlah biji berkecambah (padi) 1 0.33 0.67 0.17 0.33 2 5.5 5.33 5.83 3 3 8.17 7.83 7.33 5.83 4 8.5 8.33 8.83 8 5 8.67 8.83 9 8.33 6 9.17 9 9 8.67 7 9.17 9 9 8.83

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Rerata Rerata Rerata Rerata

Tabel 3.2. Panjang akar dalam cm (padi)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Rerata Rerata Rerata Rerata

1 0.0388 0.0238 0.0333 0.0372

2 0.42 0.41 0.31 0.28

3 1.111 1.187 0.882 0.896

4 2.0428 2.367 1.7383 2.1132

5 2.812 3.559 2.932 3.275

6 3.965 4.537 3.847 4.091

7 4.7743 5.2833 4.696 5.449

Tabel 3.3. Panjang batang dalam cm (padi)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Rerata Rerata Rerata Rerata

1 0 0 0 0

2 0.2 0.4 0.34 0.17

3 0.518 0.867 0.992 0.513

4 1.2967 1.3795 1.515 1.2888

5 2.267 2.604 2.595 2.423

6 3.452 3.83 3.705 3.488

7 4.2738 5.0669 4.8502 4.382

Tabel 3.4. Gaya berkecambah dalam % (padi)

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Rerata Rerata Rerata Rerata

1 3.3333 6.6667 1.6667 3.3333

2 55 53.3 56.7 30

3 83.33 76.67 73.33 50

4 86.667 83.333 88.333 80

5 86.67 88.33 90 81.67

6 91.67 90 90 86.67

7 91.667 90 90 88.333

Tabel 3.5. Indeks Vigor (padi) 1 0.3888 0.7778 0.25 0.4167 2 2.37 2.19 2.55 1.37 3 1.894 1.75 1.627 1.512 4 1.3636 1.2663 1.3498 1.3375 5 1.079 1.065 1.129 1.072 6 0.979 0.942 0.944 0.982 7 0.856 0.832 0.831 0.879

pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Rerata Rerata Rerata Rerata

Tabel 3.6. Jumlah biji berkecambah (kacang tanah) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 1 0 0 0 0.1667 2 0.17 0.5 0.5 0.67 3 1.167 1.333 1.167 1.5 4 2.6667 2.6667 4 3.1667 5 3.167 3.167 4.5 3.667 6 3.5 3.333 4.833 3.833 7 3.667 3.333 5 3.833

Rerata Rerata Rerata Rerata

Tabel 3.7. Panjang akar dalam cm (kacang tanah) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Rerata Rerata Rerata Rerata 1 0.0335 0 0.0158 0.0172 2 0.29 0.13 0.29 0.39 3 0.537 0.388 0.56 1.01 4 1.0973 1.0267 1.5583 2.0133 5 1.859 1.447 2.025 2.657 6 2.288 2.553 2.812 2.822 7 3.473 3.122 3.32 4.08

Tabel 3.8. Panjang batang dalam cm (kacang tanah) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Rerata Rerata Rerata Rerata 1 0.0267 0.0267 0.0267 0 2 0.25 0.24 0.33 0.33 3 0.382 0.422 0.49 0.58 4 0.5583 0.62 0.7133 1.0617 5 0.753 0.927 0.878 1.278 6 1.135 1.03 1.225 1.418 7 1.327 1.592 2.158 2.304

Tabel 3.9. Gaya berkecambah dalam % (kacang tanah) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 1 0 0 0 1.6667 2 1.67 5 5 6.67 3 20 13.33 11.67 15 4 26.667 25 40 31.667 5 31.67 30 45 36.67 6 35 33.33 48.33 38.33 7 36.67 33.33 50 38.33

Rerata Rerata Rerata Rerata

Tabel 3.10. Indeks Vigor (kacang tanah) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 1 0 0 0 0.1667 2 0.02 0.13 0.16 0.33 3 0.376 0.382 0.261 0.403 4 0.4504 0.5576 0.7192 0.5526 5 0.442 0.438 0.556 0.535 6 0.413 0.287 0.537 0.497 7 0.38 0.333 0.499 0.451

Rerata Rerata Rerata Rerata

Tabel 3.11. Jumlah biji yang berkecambah (jagung) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Rerata Rerata Rerata Rerata 1 0.4462 0.8612 1.2795 0.4722 2 6.44 7.17 5.61 6.69 3 8.167 8.445 8.028 7.722 4 9.0833 8.9722 8.7778 8.6112 5 9.417 9.361 8.972 8.972 6 9.833 9.833 9.167 9.167 7 9.833 9.833 9.333 9.5

Tabel 3.12. Panjang akar dalam cm (jagung) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Rerata Rerata Rerata Rerata 1 0.1917 0.0763 0.0972 0.2008 2 1.9 2.16 2.05 2.3 3 3.594 3.675 3.852 3.847 4 5.3632 6.7033 6.385 7.0843 5 6.393 7.92 7.867 8.08 6 7.374 9.942 9.742 10.07 7 7.138 10.69 18.16 11.21

Tabel 3.13. Panjang batang dalam cm (jagung) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Rerata Rerata Rerata Rerata 1 0 0.0017 0.0417 0.0617 2 0.68 0.44 0.67 0.48 3 1.365 1.302 1.323 1.375 4 1.8333 2.1622 1.8893 2.2392 5 2.902 2.868 2.686 2.925 6 3.531 3.951 3.876 3.797 7 4.47 5.122 4.732 4.443

Tabel 3.14. Gaya berkecambah dalam % (jagung) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 1 0 11.667 8.3333 15 2 63.3 71.7 53.3 58.3 3 80 80 76.67 73.33 4 90 88.333 86.667 86.667 5 93.33 93.33 90 90 6 98.33 98.33 93.33 91.67 7 98.33 98.33 91.67 95

Rerata Rerata Rerata Rerata

Tabel 3.15. Indeks Vigor (jagung) pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 1 0.1128 1.1945 0.9462 1.6388 2 2.81 3.07 2.37 3.1 3 1.677 1.695 1.52 1.575 4 1.4018 1.3283 1.2351 1.1865 5 1.171 1.149 1.053 1.053 6 1.058 1.077 0.969 0.942 7 0.926 0.951 0.88 0.88

Rerata Rerata Rerata Rerata

V. PEMBAHASAN Beberapa memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda-beda untuk dapat berkecambah. Ada biji yang memerlukan kelembapan tinggi atau memerlukan daerah yang sangat gelap untuk dapat berkecambah dengan sempurna. Namun pada dasarnya tiap biji memiliki karakteristik umum lingkungan yang sama untuk berkecambah. Biji memerlukan daerah yang tidak langsung terkena cahaya matahari agar dapat berkecambah dengan sempurna karena hormon auksin dapat rusak jika terkena cahaya matahari, hormon auksin adalah hormone yang membantu perkecambahan biji. Selain itu biji juga memerlukan daerah dengan pH yang tepat, oleh karena itu uji coba ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar toleran suatu biji dalam berkecambah terhadap pH rendah yang disebabkan oleh hujan asam. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Tanaman dapat dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Pengaruh hujan asam antara lain adalah timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Jika konsentrasi pencemar cukup tinggi, akan terjadi nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun, sehingga daun tidak dapat berfungsi sempurna menjalankan proses fotosintesa dan memproduksi karbohidrat, yang berakibat lebih lanjut pada kerusakan hutan dan pengikisan lapisan tanah yang subur. Hal ini merupakan awal terjadinya ketandusan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung alam terhadap kelangsungan hidup manusia. Hujan asam dapat menyebabkan menurunnya produktivitas tanaman budidaya. Keadaan sangat asam dapat melepaskan logam berat yang dapat meracuni tanaman yang semula terikat dalam garam. Lingkungan yang sangat asam dapat menyebabkan tunas membusuk dan biji tidak dapat berkecambah. Ada beberapa parameter yang diamati pada praktikum ini, yaitu jumlah biji yang berkecambah, panjang akar, panjang batang, gaya berkecambah, dan indeks vigor. Yang akan dibahas pertama adalah jumlah biji yang berkecambah.

a. Jumlah biji yang berkecambah 10


rerata biji berkecambah

8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 hari ke-n 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Grafik 3.1. Jumlah biji yang berkecambah (padi) Pada grafik 3.1. diatas dapat dilihat bahwa rerata perkecambahan tidak ada yang sempurna, ada beberapa biji yang tidak tumbuh bahkan pada hari terakhir yaitu hari ke-7. Selain itu jika dilihat dari grafik terdapat suatu anomali jumlah biji yang berkecambah pada perlakuan pH ini. Yaitu jika dilihat bahwa perkecambahan pada pH yang asam lebih cepat pada hari ke-2 sampai hari ke-4. Padahal jika kita merujuk ke teori yang ada bahwa nilai pH internal dari sebagian besar mahluk hidup adalah netral yaitu 7. Jika ada perubahan sedikit saja pada pH akan sangat berbahaya, karena proses kimia pada sel sangat peka terhadap konsentrasi ion hidrogen dan konsentrasi ion hidroksida. Jika ditelusuri lagi lebih lanjut, ada beberapa kemungkinan mengapa terjadi anomali perkecambahan pada pH asam lebih cepat di hari ke-2 sampai hari ke-4. Kemungkinan pertama karena adanya benih yang dormansi pada perlakuan pH 7. Karena pada saat penanaman, mayoritas dari kelompok golongan kami tidak mencoba merendam benih untuk mengetahui apakah benih itu baik atau tidak. Kemungkinan itu dinilai cukup kuat karena sampai hari ke-7 ada beberapa biji yang tetap tidak berkecambah walaupun benih tersebut sudah diberi perlakuan yang sama seperti benih lain yang ada di dalam petridisk. Kemungkinan kedua adalah pada benih dengan perlakuan pH asam terjadi pelunakan kulit biji. Seperti yang telah saya pelajari di praktikum Dasar-dasar Agronomi acara pertama berjudul pemecahan dormansi biji. Di salah satu perlakuan tersebut untuk memecahkan dormansi biji

berkulit keras dilakukan perendaman pada cairan asam untuk melunakan kulit biji sehingga air dapat lebih mudah masuk kedalam biji untuk memacu perkecambahan. Jika dibandingkan dengan praktikum Dasar-dasar Agronomi diberi perlakuan perendaman sampai tiga menit untuk melunakan kulit biji yang keras. Pada praktikum ini dipakai biji padi, kacang tanah, dan jagung yang dinilai tidak keras kulit bijinya. Oleh karena itu cukup masuk akal jika hanya dengan beberapa semprotan pH asam pada tiap harinya sudah cukup untuk melunakan kulit biji.
6
rerata biji berkecambah

5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 ph 5 Ph 6 Ph 7

Hari ke-n Grafik 3.2. Jumlah biji yang berkecambah (kacang tanah)

Grafik 3.2. ini menyajikan data jumlah biji yang berkecambah pada benih tanaman kacang tanah pada tiap perlakuan pH. Dapat dilihat bahwa rerata perkecambahan benih yang paling banyak adalah pada perlakuan pH 6 yaitu mencapai 5. Lalu yang menarik pada perkecambahan benih kacang tanah ini dinilai sangat sedikit yang berkecambah baik dari pH asam sampai pH netral. Dapat di simpulkan bahwa tanaman kacang tanah tidak dapat bertahan pada pH yang asam. Ini yang membuktikan bahwa tiap tanaman memiliki kemampuan/toleransinya masingmasing terhadap pH asam. Sekali lagi terjadi anomali pada grafik ini. Dapat dilihat bahwa grafik dari pH 6 lebih tinggi dibandingkan dengan grafik pH 7. Padahal definisi asam pada umumnya adalah pH yang dibawah pH netral, pH netral adalah 7. Kembali lagi ke teori bahwa nilai pH internal pada suatu sel adalah netral atau mendekati 7. Oleh karena itu jika dibuat percobaan antara pH netral dan asam dapat diasumsikan bahwa pH netral akan lebih baik dibandingkan dengan pH asam. Pada kenyataannya ini tidak terjadi pada perkecambahan kacang tanah.

Kemungkinan yang terjadi pada praktikum ini adalah kurangnya asupan air pada perlakuan pH netral. Pada praktikum ini petridisk dialasi oleh kertas saring yang basah pada setiap perlakuan yang gunanya sebagai media. Karena pH 6 itu sangat dekat dengan pH 7, pH 6 masih dapat ditoleransi oleh tanaman kacang ini lebih baik dari perlakuan pH lainnya yang lebih asama. Lalu pada saat diberi perlakuan kemungkinan kertas saring di pH 7 hanya dibasahi, berbeda dengan perlakuan pH 6. Perlakuan pH 6 selain kertas saringnya dibasahi, biji disemprot lagi dengan air pH 6. Oleh karena itu kandungan air pada petridisk pH 6 jauh lebih banyak dari kandungan air di pH 7.

rerata biji yang berkecambah

12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n Grafik 3.3. Jumlah biji yang berkecambah (jagung)

Pada Grafik 3.3. rerata biji yang berkecambah dari jagung ini dinilai normal. Tidak ada dari tiap perlakuan yang terlalu mencolok perbedaannya. Ini dapat diartikan bahwa tanaman jagung mempunyai daya toleransi yang paling tinggi diantara tanaman yang diuji cobakan. Selain itu dapat dilihat bahwa rerata perkecambahan tanaman jagung ini hampir semuanya lebih dari angka 9. Ini berarti bahwa perkecambahan dari benih jagung ini hampir sempurna, kemungkinan adanya biji yang tidak berkecambah karena adanya dormansi pada benih-benih jagung ini yang menyebabkan benih jagung tidak berkecambah. Walaupun pada data perkecambahan biji jagung ini pH 4 memilki rerata tertinggi yaitu 9,8 rerata dari pH netral menempati posisi kedua yaitu 9,5. Adanya perbedaan dari teori ini kemungkinan terjadi karena ruang pengisolasian dari benih-benih tersebut kurang rapat atau adanya sinar cahaya matahari yang telah menghambat perkecambahan, karena perkecambahan

diperngaruhi oleh hormon auksin. Sedangkan hormon auksin sangat peka terhadap cahaya karena dapat merusak struktur dari hormon tersebut. Hormon auksin adalah zat hormon tumbuhan yang di temukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.

b. Panjang akar
6
Panjang akar dalam cm

5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n

Grafik 3.4. Panjang akar dalam cm (padi)

Akar adalah alat dari tumbuhan untuk mencari air dan mineral-mineral penting lainnya yang dibutuhkan tumbuhan untuk hidup. Akar memiliki jaringan meristem apikal di bagian ujung akar, yaitu jaringan berisikan sel-sel yang selalu membelah untuk menghasilkan sel-sel baru. Beberapa produk pembelahan ini tetap berada oada daerah merismatik untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel, sementara yang lain menjadi terspesialisasi dan digabungkan ke dalam jaringan dan organ tumbuhan yang sedang tumbuh. Oleh karena jaringan meristem apikal yang berada di ujung akar terus membelah, maka akar akan semakin panjang. Pada grafik ini akan dilihat pengaruh dari pH rendah terhadap panjang akar benih. Terlihat bahwa pada pH 7 panjang akar menempati peringkat akar terpanjang di hari terakhir pengamatan. Ini sesuai teori bahwa pada umumnya sel memiliki cairan yang ber-pH netral, dan pastinya sel akan lebih menerima dan akan lebih mudah tumbuh jika diberikan perlakuan dengan pH netral. Walaupun dapat terlihat bahwa panjang akar hari kedua sampai hari keenam perlakuan dengan pH 5 lebih panjang dari perlakuan lainnya. Ini kemungkinan karena perlakuan yang tidak

sempurna. Seperti misalkan tidak semua biji tersemprot oleh cairan perlakuan dengan sempurna, oleh karena itu biji yang tidak sempurna terkena perlakuan akan tumbuh dengan normal.

4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7

Panjang akar dalam cm

pH 4 ph 5 Ph 6 Ph 7

Hari ke-n Grafik 3.5. Panjang akar dalam cm (kacang tanah)

Pada grafik 3.5. Panjang akar dalam cm tanaman kacang tanah dinilai normal, karena jika mengacu pada teori dasar bahwa pH netral adalah pH cairan dalam sel sehingga dengan pH netral, kegiatan dalam sel akan paling optimal. Dapat dilihat bahwa panjang akar pada pH 7 menempati tempat teratas pada akhir pengamatan. Tidak hanya pada akhir pengamatan, namun dari hari pertama pada perlakuan pH 7 memang memiliki panjang akar yang paling besar. Dengan ini disimpulkan pada tanaman kacang tanah, perlakuan pH pada panjang akar sangat berpengaruh. Semakin kecil pH air yang diberikan maka perpanjangan akar akan semakin terhambat

20
Panjang akar dalam cm

15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n Grafik 3.6. Panjang akar dalam cm (jagung)

Pada grafik ini terlihat perbedaan yang sangat mencolok pada pH 6 dan pH 4. Terlihat jelas bahwa pH asam dapat menghambat perpanjangan akar pada tanaman jagung. Dapat dilihat pada pengamatan hari terakhir, pada pH 6 memiliki panjang rerata sebesar 18.164 dan pada pH 4 memiliki panjang akar sebesar 7.1383. Perbedaannya lebih dari 100% antara pH 6 dan pH 4, namun pada pH netral 7 rerata panjang akar tanaman jagung ini hanya 11.209, ini kemungkinan adalah tanaman jagung lebih menyukai air dengan pH 6 atau terdapat kekeliruan perlakuan. Ini kemungkinan karena pada petridisk perlakuan pH 7 kekurangan air. Besar kemungkinan bahwa saat kertas saring yang menjadi media tanam pada acara ini kering. Lalu jika pada petridisk pH 6 kertas saring dibasahi dan kembali disemprot dengan perlakuan pH 6, pada perlakuan pH 7 kertas saring hanya dibasahi tanpa diberikan perlakuan kembali pH 7. Oleh karena itu kandungan air pada petridisk pH 6 lebih banyak dan menyebabkan perpanjangan akar pH 6 lebih besar. Kemungkinan kedua adalah karena terkena paparan sinar matahari. Pada perpanjangan akar saat masih dalam masa perkecambahan, hormon auksin sangatlah penting. Hormon auksin dapat memacu pertumbuhan tunas dan akar pada saat perkecambahan. Namun paparan cahaya dapat merusak hormon auksin dan perpanjangan akar akan terhambat. Ini terbukti bahwa ada beberapa kelompok yang menaruh petridisknya didekat jendela, padahal saat sore hari yang terik cahaya matahari menyinari bagian jendela tersebut dan menyinari petridisk yang berisikan benih yang diujicobakan.

c. Panjang batang
6
panjang batang dalam cm

5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n

Grafik 3.7. Panjang batang dalam cm (padi)

Pada grafik ini disajikan data panjang batang dari hari pertama pengamatan sampai hari terakhir. Didapatkan bahwa rerata panjang batang tidak terlalu jauh berbeda antara tiap perlakuan, dapat dilihat dari jarak antara tiap garis di grafik yang kebanyakan berhimpitan. Jika dilihat dari grafik kita bisa saja langsung menyimpulkan bahwa panjang batang pada tanaman padi tidak terpengaruh oleh perlakuan pH asam. Namun pada teorinya, hujan asam dapat menghambat perkecambahan benih pada suatu tanaman, jika perkecambahan terhambat berarti harusnya ada perbedaan yang mencolok antara perlakuan pH 7 dan perlakuan pH 4. Namun pada kenyataannya pada akhir pengamatan panjang batang perlakuan pH 7 hanya 4,3 sedangkan pada pH 4 mempunyai panjang batang 4.2. Lalu pada perlakuan pH 5 memiliki panjang batang yang tertinggi yaitu 5,06. Ini melenceng dari teori yang telah ada bahwa hujan asam telah menghambat pertumbuhan dan perkecambahan karena pada kenyataannya perlakuan pH 5 memiliki panjang batang lebih besar dibandingkan perlakuan pH 7. Kemungkinan ini terjadi dikarenakan faktor cahaya pada perkecambahan. Adanya sorotan cahaya matahari pada perlakuan pH 7 kemungkinan merusak hormon auksin yang membantu perkecambahan dan pertumbuhan awal benih sehingga pertumbuhan batang pada perlakuan pH 7 lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan pH 5.

3
Panjang batang dalam cm

2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 ph 5 Ph 6 Ph 7

Hari ke-n

Grafik 3.8. Panjang batang dalam cm (kacang tanah)

Grafik 3.8. ini menyajikan data panjang batang dari hari pengamatan pertama sampai hari pengamatan ketujuh. Dinilai bahwa dari grafik panjang jagung dan padi, inilah grafik yang paling mendekati teori. Terlihat bahwa panjang batang pada pH 7 lebih besar dibandingkan pH asam lainnya, dan semakin asam atau semakin kecil perlakuan pH-nya maka panjang batang juga semakin kecil. Ini sesuai dengan teori bahwa hujan asam atau perlakuan pH asam dapat menghambat pertumbuhan dan perkecambahan tanaman. Selain itu dapat kita simpulkan bahwa tanaman kacang tanah hanya dapat mentoleransi perlakuan pH 6. Ini dikarenakan perbedaan yang jauh antara perlakuan pH 6 dan perlakuan pH 5. Dimana saat perlakuan pH 6 panjang batang pada pengamatan terakhir adalah 2,1 sedangkan pada perlakuan pH 5 hanya berkisar 1,5. Jika dilihat dari skala grafik perbedaan itu cukup jauh, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap tanaman memiliki nilai toleransi masing-masing terhadap perlakuan pH asam dan didapatkan bahwa nilai batas toleransi tanaman kacang adalah pH 6.

6
Panjang batang dalam cm

5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n

Grafik 3.9. Panjang batang dalam cm (jagung)

Pada grafik 3.9. ini terlihat bahwa tidak ada perbedaan panjang batang yang menonjol dari tiap perlakuan. Disini tiap garis dari perlakuan terlihat berhimpit yang dapat disimpulkan tidak ada pengaruh dari perlakuan terhadap panjang batang tanaman jagung. Namun ini sudah melenceng dari teori yang menyatakan bahwa hujan asam atau perlakuan pH rendah dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Bahkan pada grafik didapatkan bahwa perlakuan pH 5 menempati peringkat pertama pada panjang batang dan perlakuan pH 7 menempati tempat terbawah. Kemungkinan yang telah terjadi adanya faktor luar yang mempengaruhi perlakuan baik pada pH 7 maupun seluruh perlakuan sehingga hasil yang didapatkan melenceng dari teori. Kemungkinan pertama adalah pengaruh cahaya matahari. Pertumbuhan batang pada saat masa perkecambahan sangat dipengaruhi oleh hormon auksin. Sedangkan hormon auksin sangat peka terhadap cahaya, oleh karena itu dianjurkan saat perkecambahan tidak dipaparkan langsung terhadap sinar matahari agar hormon auksin bisa bekerja secara maksimal. Kemungkinan yang kedua adalah adanya dormansi atau unsure genetik memang pada benih perlakuan pH 7 memiliki perpanjangan batang yang rendah. Atau pada benih ini terjadi dormansi pada saat hari-hari awal perkecambahan, sehingga pertumbuhannya dikatakan terlambat dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Oleh karena itu disarankan agar pada saat memulai percobaan kita harus menguji apakah bibit yang akan kita pakai itu dorman atau tidak.

d. Gaya berkecambah Gaya berkecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh dari benih hingga berkecambah. Suatu tanaman dikatakan memiliki gaya berkecambah yang baik jika persentasenya lebih dari 80%. Semakin tinggi persentase gaya berkecambahnya,maka hal tersebut akan menyatakan kualitas perkecambahan tanaman yang semakin bagus pula.

Rumus gaya berkecambah adalah :

GB = Jumlah biji yang berkecambah Jumlah biji yang dikecambahkan

x 100%

100
Gaya berkecambah %

80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n

Grafik 3.10. Gaya berkecambah dalam % (padi)

Pada grafik ini disajikan nilai gaya berkecambah dari tanaman padi pada tiap perlakuan. Dapat dilihat bahwa pada tiap perlakuan didapatkan gaya berkecambah diatas 80% yang berarti benih tersebut baik dalam perkecambahannya. Namun untuk membandingkan kita memakai perlakuan pH asam, yang didapatkan bahwa pH 4 adalah benih yang gaya berkecambahnya paling tinggi yaitu 91% sedangkan pada pH 7 gaya berkecambahnya hanya 88%. Ini jelas

menyimpang dari teori yang ada bahwa seharusnya perlakuan pH rendah dapat menghambat perkecambahan benih, dan jumlah biji yang berkecambah adalah komponen dari rumus gaya berkecambah. Penyimpangan ini kemungkinan terjadi karena adanya faktor luar yang mempengaruhi percobaan perlakuan pH 7. Salah satu kemungkinannya yang paling besar adalah paparan langsung dari sinar matahari. Sinar matahari menghambat pertumbuhan karena dapat merusak hormon auksin pada biji. Hormon auksin berguna untuk mempercepat pertumbuhan dan perkecambahan pada benih, oleh karena itu dengan paparan langsung dengan cahaya matahari dapat menghambat perkecambahan.

60
Gaya berkecambah %

50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 ph 5 Ph 6 Ph 7

Hari ke-n

Grafik 3.11. Gaya berkecambah dalam % (kacang tanah)

Pada grafik ini disajikan nilai gaya berkecambah dalam % dari tanaman kacang tanah dengan masing-masing perlakuan pH yang berbeda. Pada grafik ini didapatkan hasil yang menyatakan bahwa benih kacang tanah tidak mengalami perkecambahan yang baik pada semua perlakuan karena gaya berkecambahnya paling tinggi pada perlakuan pH 6 hanya sekitar 50%. Ini kemungkinan besar dikarenakan benih yang dormansi, alasan ini dikuatkan oleh data perlakuan pH 7-pun tidak sampai 50%. Jika rendahnya gaya berkecambah dikarenakan oleh perlakuan seharusnya pada perlakuan pH 7 bisa diatas 80%. Oleh karena itu disimpulkan bahwa benih ini tidak baik dalam perkecambahan.

120

Gaya berkecambah %

100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n

Grafik 3.12. Gaya berkecambah dalam % (jagung)

Disajikan data gaya berkecambah selama tujuh hari pada benih tanaman jagung. Dan hasil yang didapatkan adalah hampir dari tiap perlakuan mencapai nilai diatas 90% yang mengindikasikan bahwa benih yang dipakai adalah benih yang baik. Namun pengaruh dari pH asam lagi-lagi menyimpang dari teori yang mengatakan bahwa pH asam dapat menghambat pertumbuhan dan perkecambahan benih. Dikarenakan pada hari terakhir gaya berkecambahnya yang paling tinggi adalah perlakuan pH 4 dan perlakuan pH 5. Kemungkinan yang terjadi adalah adanya faktor luar yang mempengaruhi obyek percobaan. Kemungkinan terbesar adalah paparan sinar matahari, karena sinar matahari yang menyinari benih sehingga hormon auksin tidak dapat bekerja dengan baik sehingga pada benih yang terkena paparan sinar matahari perkecambahannya akan terhambat. Dan kemungkinan perlakuan pH 7-lah yang terkena paparan sinar matahari sehingga perkecambahannya terhambat dan gaya berkecambahnya lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya.

e. Indeks Vigor

Indeks Vigor adalah suatu perhitungan untuk menentukan keserempakan suatu benih dalam berkecambah. Dapat disimpulkan bahwa Indeks Vigor juga menentukan apakah perkecambahan yang dilakukan apakah baik atau buruk. Rumus dari indeks vigor adalah:
IV

Biji

berkecamba pada hari ke - n h Hari pengamatan

3 2.5
Indeks Vigor

2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n Grafik 3.13. Indeks Vigor (padi)

Grafik 3.13. adalah penyajian data hasil pengamatan indeks vigor pada tanaman padi. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan pH 6 memiliki puncak indeks vigor yang paling tinggi yaitu sebesar 2,5 pada pengamatan hari kedua, lalu pada perlakuan pH 7 mencapai pucak indeks vigor pada pengamatan hari ketiga itupun hanya sebesar 1,5. Ini tidak sesuai dengan teori bahwa perlakuan hujan asam atau pH rendah dapat menghambat pertumbuhan dan perkecambahan. Apalagi dengan besarnya puncak grafik indeks vigor dari perlakuan pH 4 yang jauh dari perlakuan pH 7. Kemungkinan ini terjadi karena adanya faktor luar yang mempengaruhi obyek percobaan. Kemungkinan faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian dengan teori adalah paparan cahaya matahari. Karena komponen dari rumus indeks vigor adalah jumlah biji yang berkecambah pada hari ke-n, berarti keserempakan berkecambah sangat berpengaruh. Oleh karena itu auksin adalah hormon yang sangat penting dalam proses perkecambahan tersebut. Pada kenyataannya hormon auksin sangatlah peka terhadap sinar matahari, jika terpapar sinar

matahari hormon auksin akan rusak dan mengakibatkan perkecambahan terhambat. Inilah faktor yang dinilai telah membuat data hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori.

0.8 0.7 0.6


Indeks Vigor

0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1 2 3 4 5 6 7

pH 4 ph 5 Ph 6 Ph 7

Hari ke-n Grafik 3.14. Indeks Vigor (kacang tanah) Grafik 3.14. adalah penyajian data indeks vigor dari pengamatan perkecambahan kacang tanah. Dapat dilihat bahwa puncak pada tiap perlakuan memiliki besar yang relatif berbeda dan tidak berhimpit. Selain itu puncak tertinggi dari indeks vigor grafik ini adalah perlakuan dari pH 6 yaitu sebesar 0,7 pada pengamatan hari keempat. Peringkat kedua puncak indeks vigor tertinggi adalah perlakuan pH 7 pada hari keempat. Ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya perlakuan dengan pH netral memiliki indeks vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Selain itu anomali yang terjadi adalah pada perlakua pH 5 di hari terakhir, dimana indeks vigornya yang pada hari sebelumnya telah turun yaitu 0.28 namun pada hari ketujuh naik kembali menjadi sebesar 0,33. Kemungkinan yang menyebabkan indeks vigor pada perlakuan pH 6 lebih tinggi dari perlakuan pH 7 adalah adanya paparan cahaya pada obyek percobaan perlakuan pH 7 yang menyebabkan penurunan perkecambahan. Penurunan terjadi karena rusaknya hormon auksin yang membantu perkecambahan karena terkena langsung paparan cahaya matahari, hormon auksin akan rusak jika terkena cahaya matahari. Lalu kemungkinan yang terjadi pada kenaikan kembali indeks vigor perlakuan pH 5 dikarenakan adanaya benih yang dormansi dan benih tersebut baru berkecambah pada hari ketujuh dan menyebabkan indeks vigor naik kembali.

3.5 3
Indeks Vigor

2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7

Hari ke-n Grafik 3.15. Indeks Vigor (jagung) Grafik 3.15. ini adalah grafik terakhir dari pembahasan acara 3. Grafik ini menyajikan data indeks vigor pada pengamatan selama tujuh hari pada tanaman jagung. Dapat dilihat bahwa indeks vigor pada tiap perlakuan relatif mirip dan cenderung berhimpitan, selain itu nilai indeks vigor tanaman jagung adalah indeks vigor paling tinggi dibandingkan dengan indeks vigor tanaman lainnya. Pada grafik ini didapatkan nilai indeks vigor puncak tertinggi adalah pada pH 5 yaitu sebesar 3,06. Dapat disimpulkan bahwa grafik ini kembali melenceng dari teori, jika dilihat dari grafik kesimpulan yang didapat adalah pengaruh hujan asam atau pH rendah tidak ada terhadap perkecambahan dan nilai indeks vigor suatu tanaman. Penyimpangan ini kemungkinan terjadi karena paparan cahaya matahari yang merusak hormon auksin. f. Perbandingan rasio batang dengan akar

Histogram Rasio panjang akar/panjang batang Padi


Rasio Panjang Akar/Panjang Batang 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Perlakuan Rasio panjang akar/panjang batang

Histogram 3.1. Rasio akar/batang (padi)

Dari data histogram diatas didapatkan bahwa perlakuan pH 7 memiliki perbandingan terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Ini menyatakan berarti terjadi perbedaan yang jauh antara panjang akar dan panjang batang. Ini disebabkan karena ketidakseimbangan antara panjang batang dan panjang akar. Oleh karena itu rasio perbandningan batang dan akar seharusnya sekitar 1 karena rasio tersebut menyatakan bahwa panjang akar dan batang sempurna. Oleh karena itu di simpulkan bahwa pada pH 6 tanaman padi paling efektif dan baik untuk tumbuh.

Histogram Rasio panjang akar/panjang batang Kacang tanah


Rasio Panjang Akar/panjang batang 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Perlakuan Rasio panjang akar/panjang batang

Histogram 3.1. Rasio akar/batang (kacang tanah) Data histogram diatas menunjukan bahwa pada pH 6 paling mendekati ke nilai 1. Ini menunjukan bahwa tanaman kacang tanah paling baik ditanam pada pH 6. Setelah itu tanaman kacang tanah paling baik ditanam di pH 7 lalu pH 5 dan terakhir ditanam pada pH 5. Data ini didapatkan dari perbandingan antara panjang akar dan batang tanaman kacang tanah.

Histogram Rasio panjang akar/panjang batang Jagung


Rasio panjang akar/panjang batang 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 Perlakuan

Rasio panjang akar/panjang batang

Histogram 3.1. Rasio akar/batang (jagung) Pada histogram terakhir ini didapatkan data yang sangat besar pada rasio perbandingan panjang akar dan batang yang paling tnggi mendekati nilai 4. Ini menyatakan bahwa perbandingan antara panjang batang dan akar sangatlah jauh dan menyebabkan nilai rasio sangat tinggi. Disimpulkan bahwa menurut data grafik yaitu perlakuan pH 4 sangatlah efektit dalam penanaman tanaman jagung karena rasionya yang paling mendekati nilai 1.

VI. KESIMPULAN 1. Keasaman berpengaruh pada proses perkecambahan tanaman, tergantung pada tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi asam. 2. Keasaman berpengaruh terhadap perkecambahan tanaman pada gaya berkecambah, indeks vigor, panjang akar, dan panjang batang. 3. Tanaman jagung (Zea mays) adalah tanaman yang paling toleran terhadap kondisi

lingkungan yang asam.

DAFTAR PUSTAKA

Miller, T. 1985. Environmental Science. Wadsworth Incorporation, California.

Neigburger,M. 1982. Understanding out Atmosphere Environmental. W.H Freeman Company. New York.

Oramahi, H.A. 2003. Optimasi Kadar Asam Dalam Asap Cair Kayu dan Karet dalam RSM. Agrivita 16 : 15-16.

Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen P dan K Ditjen Dikti Pusat Antar Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

SantAnna-Santos, B. F. et al. 2006. Effects of Simulated Acid Rain on Leaf Anatomy and Micromorphology of Genipa americana L. (Rubiaceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology Journal 2 : 313-321.

Wang, L., X. Huang, Q. Zhou. 2011. Response of peroxidase dan catalase to acid rain stress during seed germination of rice and rape. Frontiers of Environment Science journal 3 : 364-469.

You might also like