You are on page 1of 66

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

ASKEP ABORTUS A. PENGERTIAN Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992). Abortus atau keguguran dibagi menjadi 1. Berdasarkan kejadiannya a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri b. Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :

Indikasi medis

Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.

Indikasi social

Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan. 2. Berdasarkan pelaksanaanya

Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi medis Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum (Abortus Kriminalis).

3. Berdasarkan gambaran klinis


Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit. Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk dipertahankan.

Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak dapat dicegah atau dihalangi lagi. Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3 kali. Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis. Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

B. ETIOLOGI Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah : a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena : 1. Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks 2. Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan. 3. Pengaruh luar

Infeksi endometrium Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi Faktor psikologis Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)

b. Kelainan plasenta 1. Infeksi pada plasenta 2. Gangguan pembuluh darah 3. Hipertensi c. Penyakit ibu 1. 2. 3. 4. Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis Anemia Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM Kelainan rahim

C. PATOFISIOLOGI Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan

plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya : 1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama 2. Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan 3. Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin. DOWNLOAD Pathway Abortus Klik DISINI D. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala pada abortus Imminen : 1. Terdapat keterlambatan dating bulan 2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules 3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim 4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim 5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif Tanda dan gejala pada abortus Insipien : 1. Perdarahan lebih banyak 2. Perut mules atau sakit lebih hebat 3. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba Tanda dan gejala abortus Inkomplit : 1. 2. 3. 4. a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)

Tanda dan gejala abortus Kompletus :

1. Uterus telah mengecil 2. Perdarahan sedikit 3. Canalis servikalis telah tertutup Tanda dan gejala Missed Abortion : 1. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin 2. Buah dada mengecil kembali E. DIAGNOSA DAN INTERVENSI Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah : 1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus Tujuan : kecemasan ibu berkurang Tindakan :

Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien Berikan informasi tentang abortus Yakinkan pasien tentang diagnosa

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam Tujuan : infeksi dapat dicegah Tindakan :

Observasi perdarahan Observasi TTV Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic Kolaborasi pemberian obat antibiotik

3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding endometrium dan jalan lahir Tujuan : nyeri berkurang Tindakan :

Kaji skala nyeri Anjurkan pasien untuk bedrest total Berikan pasien posisi yang nyaman Kolaborasi pemberian obat analgetik

4. Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam Tujuan : syok dapat dicegah Tindakan : Observasi perdarahanObservasi TTV

Anjurkan pasien untuk bedrest total Kolaborasi pemberian obat anti koagulan 5. Berduka berhubungan dengan kehilangan Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan Tindakan : Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog tag : askep abortus, asuhan keperawatan abortus, pathway abortus, abortus kompletus, abortus inkompletus, abortus imminen, abortus insipien, abortus infeksiousus, Missed abortion http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/09/asuhan-keperawatan-abortus.html 002

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM

ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM A. PENGERTIAN Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989) Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998) Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000) Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001) Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). B. JENIS ASFIKSIA Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu : 1. Asfiksia livida (biru) 2. Asfiksia pallida (putih)

C. KLSIFIKASI ASFIKSIA Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 D. ETIOLOGI Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah : 1. Asfiksia dalam kehamilan a. Penyakit infeksi akut b. Penyakit infeksi kronik c. Keracunan oleh obat-obat bius d. Uraemia dan toksemia gravidarum e. Anemia berat f. Cacat bawaan g. Trauma 2. Asfiksia dalam persalinan a. Kekurangan O2. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. b. Paralisis pusat pernafasan Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps Trauma dari dalam : akibat obet bius. Penyebab asfiksia Stright (2004) 1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi. 2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal. 3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta. 4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat. 5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran. E. MANIFESTASI KLINIK 1. Pada Kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir a. Bayi pucat dan kebiru-biruan b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada c. Hipoksia d. Asidosis metabolik atau respiratori e. Perubahan fungsi jantung f. Kegagalan sistem multiorgan g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis. F. PATOFISIOLOGI Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. G. PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Untuk Melihat Pathway klik DI SINI Untuk Mendownload Pathway klik DI SINI H. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain : 1. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak. 2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada

pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit. 3.Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. 4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak. I. PENATALAKSANAAN Telah Di bahas sebelumnya di daLam PROSEDUR PENATALAKSANAAN ASFIKSIA NEONATORUM ASUHAN KEPERWATAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA A. PENGKAJIAN 1. Sirkulasi Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik). Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena. 2. Eliminasi Dapat berkemih saat lahir. 3. Makanan/ cairan Berat badan : 2500-4000 gram Panjang badan : 44-45 cm Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi) 4. Neurosensori Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma). Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang) 5. Pernafasan Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi. 6. Keamanan Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).

Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal) B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigenantibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik. C. PRIORITAS KEPERAWATAN Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif. Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh. Mencegah cidera atau komplikasi. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi. D. DIAGNOSA KEPERAWATAN I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

E. INTERVENSI DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar. NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas Kriteria Hasil : 1. Tidak menunjukkan demam. 2. Tidak menunjukkan cemas. 3. Rata-rata repirasi dalam batas normal. 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas. 5. Tidak ada suara nafas tambahan. NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas Kriteria Hasil : 1. Mudah dalam bernafas.

2. Tidak menunjukkan kegelisahan. 3. Tidak adanya sianosis. 4. PaCO2 dalam batas normal. 5. PaO2 dalam batas normal. 6. Keseimbangan perfusi ventilasi Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC I : Suction jalan nafas Intevensi : 1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction . 3. Beritahu keluarga tentang suction. 4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan. 5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction. NIC II : Resusitasi : Neonatus 1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan. 2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik. 3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi. 4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium. 5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah. 6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi. 7. Monitor respirasi. 8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat. DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif. NOC : Status respirasi : Ventilasi Kriteria hasil : 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif. 2. Ekspansi dada simetris. 3. Tidak ada bunyi nafas tambahan. 4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal. Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen jalan nafas Intervensi : 1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender. 2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. 3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi. 4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas 5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu. 6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan. DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi. NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas Kriteria hasil : 1. Tidak sesak nafas 2. Fungsi paru dalam batas normal Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC : Manajemen asam basa Intervensi : 1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum. 2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri 3) Pantau hasil Analisa Gas Darah DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah. NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak Kriteria hasil : 1. Bebas dari cidera/ komplikasi. 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak. 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama. Keterangan Skala : 1 : Tidak sama sekali 2 : Sedikit 3 : Agak 4 : Kadang 5 : Selalu NIC : Kontrol Infeksi Intervensi : 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.

2. Pakai sarung tangan steril. 3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali. 4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan. 5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag). DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal. NOC I : Termoregulasi : Neonatus Kriteria Hasil : 1. Temperatur badan dalam batas normal. 2. Tidak terjadi distress pernafasan. 3. Tidak gelisah. 4. Perubahan warna kulit. 5. Bilirubin dalam batas normal. Keterangan skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC I : Perawatan Hipotermi Intervensi : 1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat. 2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll. 3. Monitor temperatur dan warna kulit. 4. Monitor TTV. 5. Monitor adanya bradikardi. 6. Monitor status pernafasan. NIC II : Temperatur Regulasi Intervensi : 1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil. 2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat. 3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu. DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat. NOC I : Koping keluarga Kriteria Hasil : 1. Percaya dapat mengatasi masalah.

2. Kestabilan prioritas. 3. Mempunyai rencana darurat. 4. Mengatur ulang cara perawatan. Keterangan skala : 1 : Tidak pernah dilakukan 2 : Jarang dilakukan 3 : Kadang dilakukan 4 : Sering dilakukan 5 : Selalu dilakukan NOC II : Status Kesehatan Keluarga Kriteria Hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga. 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. 3. Akses perawatan kesehatan. 4. Kesehatan fisik anggota keluarga. Keterangan Skala : 1 : Selalu Menunjukkan 2 : Sering Menunjukkan 3 : Kadang Menunjukkan 4 : Jarang Menunjukkan 5 : Tidak Menunjukkan NIC I : Pemeliharaan proses keluarga Intervensi : 1. Tentukan tipe proses keluarga. 2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga. 3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada. 4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi. NIC II : Dukungan Keluarga Intervensi : 1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik. 2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga. 3. Beri harapan realistik. 4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga. E. EVALUASI DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. NOC I Kriteria Hasil : 1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3) 2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3) 3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3) 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3) 5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3) NOC II Kriteria Hasil :

1. Mudah dalam bernafas.(skala 3) 2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3) 3. Tidak adanya sianosis.(skala 3) 4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3) 5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3) DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi. Kriteria hasil : 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3) 2. Ekspansi dada simetris.(skala 3) 3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3) 4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3) DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Kriteria hasil : 1. Tidak sesak nafas.(skala 3) 2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3) DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. 1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4) 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4) 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4) DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. NOC I Kriteria Hasil : 1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3) 2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3) 3. Tidak gelisah. (skala 3) 4. Perubahan warna kulit. (skala 3) 5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3) NOC II Kriteria Hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3) DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius. NOC I Kriteria Hasil : 1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3) 2. Kestabilan prioritas. (skala 3) 3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3) 4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)

NOC II Kriteria Hasil : 1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3) 2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3) 3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3) 4. Kesehatan fisik anggota keluarga. DAFTAR PUSTAKA Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius. Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika. Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC terdapat pada http: www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm (1 Juni 2008 http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-asfiksianeonatorum.html 004 Sepis pada neunatorum A. Definisi Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi lakilaki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Pembagian Sepsis: 1. Sepsis dini > terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial > terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. B. Etiologi Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :

Perdarahan Demam yang terjadi pada ibu Infeksi pada uterus atau plasenta Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) Proses kelahiran yang lama dan sulit

C. Tanda dan Gejala Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:

Bayi tampak lesu tidak kuat menghisap denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik gangguan pernafasan kejang jaundice (sakit kuning) muntah diare perut kembung

D. Faktor Risiko 1. Sepsis Dini


Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal Malnutrisi pada ibu

Prematuritas, BBLR

2. Sepsis Nosokomial

BBLR>berhubungan dengan pertahanan imun Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)

E. Pencegahan

Pada masa Antenatal > Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan. Pada masa Persalinan > Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. Pada masa pasca Persalinan > Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

F. Prognosis 25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif. G. Asuhan Keperawatan Pengkajian :

Status sosial ekonomi Riwayat parawatan antenatal Riwayat penyakit menular seksual Riwayat penyakit infeksi selama kehamilan dan saat persalinan (toksoplasma, rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis) Pemeriksaan fisik

Diagnosa Keperawatan 1. Infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum dan sesudah kelahiran Tujuan : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai risiko menderita infeksi Intervensi :

Kaji bayi yang berisiko menderita infeksi Kaji tanda2 infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks menghisap, minum sedikit, distensi abdomen.

Kaji tanda2 infeksi yang berhubungan dengan sistem organ

2. Kebutuhan Nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap minuman Tujuan : Memelihara kebutuhan nutrisi bayi, BB bayi normal, terhindar dari dehidrasi Intervensi :

Kaji intoleransi terhadap minuman Hitung kebutuhan minum bayi Ukur intake dan output Timbang BB bayi secara berkala Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat Pantau koordinasi refleks menghisap dan menelan.

Bibliografi

Makalah kelompok Asuhan Keperawatan Infeksi pada Neonatus Sepsis. 2008. STIKES Aisyiyah Yogyakarta http://www.indonesiaindonesia.com NIC

http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/ 005 Infeksi poada byi dengan infeksi neonatus HIV . Definisi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDs) adalah suatu penyakit yang disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh. B. Etiologi Penyebab penyakit AIDs adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal. C. Tanda dan Gejala Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah: - Gangguan tumbuh kembang - Kandidiasis oral

- Diare kronis - Hepatosplenomegali (pembesaran hepar dan lien) D. Penularan Penularan HIV dari bayi kepada bayinya dapat melalui:

Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum) SElama persalinan (intrapartum) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (postpartum) Bayi tertular melalui pemberian ASI

E. Pathway

Fase I

virion HIV>sel dendrit>kelenjar getah bening>jaringan limfoid>virema & sindrom HIV akut>ke seluruh tubuh>respon imun adaptif>virema berkurang.

Fase II

replikasi HIV & destruksi sel > penghancuran sel T CD4+ > fase kronik progresif

Fase III

infeksi> respon imun>peningkatan produksi HIV>AIDs>distruksi seluruh jaringan limfoid perifer, penurunan jumlah sel T CD4, virema HIV meningkat > infeksi oportunistik, neoplasma, gagal ginjal, degenerasi SSP F. Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui : 1. Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. 2. Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%. 3. Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI G. Penatalaksanaan Asuhan ibu : ikuti panduan Center for Disease Control (CDC) untuk profilaksis antiretrovirus gestasional

H. Asuhan Keperawatan 1. Risiko Infeksi b.d peningkatan kerentanan sekunder akibat perlemahan sistem imun Tujuan: Ibu klien dapat mengetahui risiko infeksi, dapat memonitor faktor risiko yang ada di sekitar, menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi, klien memiliki sistem imun yang adekuat. Intervensi : Berikan informasi risiko infeksi apa saja yang dapat muncul - Ajarkan lifestyle yang sehat 2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d gangguan pencernaan Tujuan : nutrisi tubuh tercukupi sesuai dengan kebutuhan Intervensi : Anjurkan agar intake nutrisi klien ditingkatkan - Anjurkan agar asupan protein dan vitamin C klien ditingkatkan - Berikan informasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi - Monitor pemberian ASI atau susu formula 3. Kelelahan b.d defisiensi nutrisi Tujuan : klien mampu meminimalisir kelelahan, menjaga daya tahan tubuh, mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan bantuan ibu. Intervensi : Kaji faktor yang menyebabkan kelelahan - kurangi ketidaknyamanan fisik - tingkatkan tirah baring - monitor pola dan jumlah tidur - monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat - kolaborasi denga ahli gizi pemberian untuk makanan yang ideal bagi klien BIBLIOGRAFI

http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS Makalah kelompok ASKEP PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN INFEKSI NEONETUS HIV/AIDS. STIKES Aisyiyah Yogyakarta

NIC NOC

006

ASKEP TOKSEMIA GRAVIDARUM

TINJAUAN TEORI
Pengertian Preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah anda meningkat, tubuh anda menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin anda. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy induced hypertension (PIH). Etiologi Penyebab dari Toksemia Gravidarum sampai saat ini tidak diketahui, tapi resiko utama terjadinya pre-eklamsi adalah abrupsio plasenta. Faktor Resiko Resiko tinggi mengalami preeklamsia adalah : 1. Baru pertama kali hamil 2. Ibu hamil yang ibunya atau saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia 3. Ibu hamil dengan kehamilan kembar; ibu hamil usia remaja; dan ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun 4. Ibu hamil yang sebelum kehamilannya memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal Patofisologi

Preeklamsia dapat membuat plasenta tidak mendapatkan darah dalam jumlah yang cukup. Bila plasenta tidak mendapatkan cukup darah, maka bayi anda tidak akan mendapatkan cukup oksigen dan makanan. Ini dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan rendah. Keadaan ini dapat disertai kelainan faal hati berupa kenaikan kadar fosfatase alkali dan transaminase dalam serum, sedangkan ikterus jarang timbul, hanya terjadi pada keadaan berat, yait karena koagulasi intravaskuler (DIC) dengan hemolisis dan nekrosis hati Gambaran histopatologis menampakkan adanya trombi fibrin dalam sinusoid di periportal disertai tanda-tanda perdarahan serta nekrosis, sedangkan tanda-tanda inflamasi tidak ada. Perdarahan intrahepatik dan subkapsuler menimbulkan keluhan nyeri epigastrik atau nyeri perut kuadran kanan atas, meskipun jarang terjadi, ruptur spontan hati yang mengakibatkan perdarahan intra peritoneal dan syok memerlukan tindakan bedah darurat. Umumnya tidak ada pengobatan khusus terhadap kelainan faal hati yang terjadi pada toksemia gravidarum, terminasi kehamilan akan memperbaiki keadaan klinis dan histopatologisnya. Tanda dan Gejala Seorang wanita yang pada saat hamil tekanan darahnya meningkat secara berarti tetapi tetap dibawah 140/90 mm hg, juga dikatakan menderita pre-eklamsi. bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita pre-eklamsi, 4-5 kali lebih rentan terhadap kelainan yang timbul segera setelah lahir. bayi yang dilahirkan juga mungkin kecil karena adanya kelainan fungsi plasenta atau karena lahir prematur. Gejala-gejala dari pre-eklamsi adalah: tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mm hg wajah atau tangan membengkak

kadar protein yang tinggi dalam air kemih. Manifetasi Klinis Biasanya tanda-tanda preeklamsia timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan gejal-gejala subyektif. Pada preeklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih umum, dan proteinuria bertambah banyak. Klasifikasi 1. Preeklamsia ringan : Tekanan darah yang tinggi, retensi air, protein dalam urin 2. Preeklamsia berat : sakit kepala, pandangan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang terang, kelelahan, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera. Komplikasi Komplikasi utama dari pre-eklamsi adalah sindroma hellp, yang terdiri dari: 1. Hemolisis (penghancuran sel darah merah) 2. Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati) 3. Penurunan jumlah trombosit (yang menunjukkan adanya gangguan kemampuan pembekuan darah). Sindroma hellp cenderung terjadi jika pengobatan pre-eklamsi tertunda. jika terjadi sindroma hellp, bayi segera dilahirkan melalui operasi sesar. jika lebih dari 8 minggu

tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya tidak berhubungan dengan preeklamsi. Pemeriksaan Penunjang Penlaian Keadaan Ibu Klinis TD: derajat keparahan, hubungan TD dgn CVA, bukan kejang SSP: Keparahan sakit kepala; o Gg penglihatan-buta, kabur; o Tremor, iritabilitas, hiperaktif, somnolen o Mual & muntah Hematologi: edema, perdarahan, ptekie Hepatik: nyeri kw kanan atas & epigastrik, mual & muntah Ginjal: output & warna urin Penilaian Keadaan Ibu lab Hematologi: o Hb, AT o PTT, APTT, Fibrinogen, FDP o LDH, asam urat Hepatik: o SGOT, SGPT, LDH Glukosa Ginjal: o Proteinuria o Kreatinin, urea, asam urat Penilaian Keadaan Janin Gerakan ( > 10x / 24jam ) DJJ

USG untuk perkembangan Profil biofisik Indeks cairan amnion Pemeriksaan doppler arus darah: tali pusat Penatalaksanaan Keperawatan 1. Istirahat, berbaring pada sisi kiri tubuh agar janin anda tidak menindih urat darah. 2. Sering melakukan pemeriksaan sebelum kelahiran 3. Mengurangi makan garam 4. Minum 8 gelas air per hari Penalataksanaan Medis 1. Bila anda mengidap preeklamsia berat, dokter anda mungkin akan mengobatinya dengan memberikan obat-obat untuk menekan tekanan darah sampai perkembangan bayi anda cukup untuk dapat dilahirkan dengan selamat. 2. Mual & muntah: antiemetik 3. Nyeri subhepatik: Morfin 2-4 mg iv, Antasida, Minimalkan palpasi 4. Antihipertensi: a. Min. risiko CVA pd ibu b. Max. kondisi ibu u/ persalinan yg aman c. Mendapat waktu u/ penilaian lbh lanjut: memperpanjang kehamilan &persalinan pervaginam jk mungkin Pencegahan

Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Ada faktor-faktor yang dapat penyebab terjadinya tekanan darah tinggi yang dapat dikontrol, ada juga yang tidak. Ikuti instruksi dokter anda mengenai diet dan olahraga. Gunakan sedikit garam atau sama sekali tanpa garam pada makanan anda Minum 6-8 gelas air sehari Jangan banyak makan makanan yang digoreng dan junkfood Olahraga yang cukup Angkat kaki anda beberapa kali dalam sehari Hindari minum alcohol Hindari minuman yang mengandung kafein Dokter anda mungkin akan menyarankan anda untuk minum obat dan makan suplemen tambahan. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis Pengkajian Anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan obstetrik, dan pemeriksaan laboratorium rutin Tekanan darah, air kencing, berat badan diperiksa tiap hari, dan edema dicari terutama pada daerah sacral Balans cairan ditentukan tiap hari Funduskopi dilakukan pada waktu penderita masuk rumah sakit dan kemudian tiap 3 hari

Keadaan janin diperiksa tipa hari dan besarnya dinilai Penderita diingatkan untuk segera memberitahukan apaabila sakit kepala, merasa mual, merasa nyeri di daerah epigastrium, atau menderita gangguan dalam penglihatan. Diagnosa Keperawatan 1. PK: Preeklamsi 2. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan 3. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b/d peningkatan tekanan darah Rencana Keperawatan NO DIAGNOSA 1 PK: Preeklamsi TUJUAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perawat dapatmeminimalkan komplikasi preeklamsi yang terjadi dengan kriteria hasil: - Tanda-tanda vital dbn - Tidak terjadi kejang berkurang INTERVENSI - Pantau tanda dan gejala adanya preeklamsi - Anjurkan klien untuk diet tinggi protein dengan asupan RASIONAL Mengurangi edema yang terjadi Meningkatkan aliran plasma ginjal dan perfusi plasenta

natrium sedang 2,5-7 Dapat mengambil gr per hari dan 6-8 tindakan lebih dini gelas air perhari Untuk menurunkan istirahat dengan posisi tekanan darah lateral rekumben kiri - Ajarkan klien tandatanda bahaya preeklamsi dan segera melaporkan jika hal itu terjadi - Kolaborasi pemberian obat antihipertensi sesuai indikasi Untuk mencegah kejang (eklamsi)

- Edema ekstremitas- Anjurkan klien untuk

- Kolaborasi pemberian obat 2 anti kejang sesuai indikasi Kelebihan volumeSetelah dilakukan Fluid Manajement: Mempertahankan cairan b/dtindakan keperawatan - Pertahankan pencatatan balance cairan gangguan selama x24 jam, klien intake dan output cairan mekanisme akan memiliki yang akurat Pada edema terjadi pengaturan keseimbangan volume - Monitor hasil lab yang retensi cairan sehingga cairan, dengan kriteria berhubungan dengan retensi BB meningkat hasil: cairan (peningkatan - Tanda-tanda vital dbn BUN,penurunan - Nadi perifer teraba hematokrit) - Intake dan output 24 - Monitor tanda-tanda vital jam seimbang - Lakukan penimbangan berat - Berat badan stabil badan setiap hari - Tidak ada edemaKolaborasi pemberian perifer diuretik sesuai indikasi Perfusi jaringanSetelah dilakukan Circulatory Care Meningkatkan aliran perifer tidaktindakan kepaerawatan - Evaluasi edema dan nadidarah efektif b/dselama x24 jam, klien perifer peningkatan memiliki perfusi - Rendahkan ekstremitas Mencegah peningkatan tekanan darah jaringan perifer yang - Pertahankan hidrasi yangviskositas darah efektif dengan kriteria adekuat hasil: - Monitor status cairan Melancarkan peredarah - Capillary refilll 2 meliputi intake dan output darah dtk - Anjurkan klien untuk latihan - Nadi perifer distal dan sesuai kemampuan Melancarkan peredaran proksimal kuat - Ubah posisi pasien setiap 2 darah dan penekanan - Warna kulit dbn jam jika memungkinkan pada bony prominen - Tidak ada edema perifer

DAFTAR PUSTAKA Pregnancy Induced Hypertension (PIH): Preeclampsia or Toxemia 006

asuhan keperawatan bayi premature


6 Votes Asuhan Keperawatan Pasien Berat Badan Lahir Rendah A. PENGERTIAN Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada

waktu lahir. Dalam hal ini dibedakan menjadi : 1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai. 2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR) Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan. B. ETIOLOGI Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu : 1. Faktor ibu Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok 2. Faktor kehamilan Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini 3. Faktor janin Cacat bawaan, infeksi dalam rahim 4. Faktor yang masih belum diketahui C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Prematuritas murni BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm Masa gestasi < 37 minggu Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna 2. Dismaturitas Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada, Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat Tali pusat berwarna kuning kehijauan

D. KOMPLIKASI Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC) Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal E. PENATALAKSANAAN MEDIS Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus) Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat F. ASUHAN KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan 1. 2. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan Pola nafas yang efektif Kriteria : Kebutuhan oksigen menurun Nafas spontan, adekuat Tidak sesak. Tidak ada retraksi Pertukaran gas adekuat Kriteria : Tidak sianosis. Analisa gas darah normal Saturasi oksigen normal.

Berikan posisi kepala sedikit ekstensi Berikan oksigen dengan metode yang sesuai Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan Lakukan isap lendir kalau perlu Berikan oksigen dengan metode yang sesuai Observasi warna kulit Ukur saturasi oksigen Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan 3. 4. 5 Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan Hidrasi baik Kriteria: Turgor kulit elastik Tidak ada edema Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam Elektrolit darah dalam batas normal Nutrisi adekuat Kriteria : Berat badan naik 10-30 gram / hari Tidak ada edema Protein dan albumin darah dalam batas normal

Suhu bayi stabil Suhu 36,5 0C -37,2 0C Akral hangat Observasi turgor kulit. Catat intake dan output Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat Observasi dan catat toleransi minum Timbang berat badan setiap hari Catat intake dan output Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu Ganti popok bila basah No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan 6. 7. 8. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik Perfusi jaringan baik Tekanan darah normal Pengisian kembali kapiler <2 detik Akral hangat dan tidak sianosis Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam Kesadaran composmentis Tidak ada injuri Kriteria : Kesadaran composmentis

Gerakan aktif dan terkoordinasi Tidak ada kejang ataupun twitching Tidak ada tangisan melengking Hasil USG kepala dalam batas normal Bayi tidak terinfeksi Kriteria : Suhu 36,5 0C -37,2 0C Darah rutin normal Ukur tekanan darah kalau perlu Observasi warna dan suhu kulit Observasi pengisian kembali kapiler Observasi adanya edema perifer Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan Cegah terjadinya hipoksia Ukur saturasi oksigen Observasi kesadaran dan aktifitas bayi Observasi tangisan bayi Observasi adanya kejang Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi Ukur lingkar kepala kalau perlu Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan 9. 10. 11. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif

Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS Integritas kulit baik Kriteria : Tidak ada rash Tidak ada iritasi Tidak plebitis Persepsi dan sensori baik Kriteria : Bayi berespon terhadap stimulus Koping keluarga efektif Kriteria : Ortu kooperatif dg perawatan bayinya. Pengetahuan ortu bertambah Orang tua dapat merawat bayi di rumah Lakukan perawatan tali pusat Observasi tanda-tanda vital Kolaborasi pemeriksaan darah rutin Kolaborasi pemberian antibiotika Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor Membelai bayi sebelum malakukan tindakan Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagulagu yang lembut Memberikan rangsang cahaya pada mata Kurangi suara monitor jika memungkinkan Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter Rujuk ke ahli psikologi jika perlu Berikan penkes cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat bayinya

007 PREMATUR KEHAMILAN DEFINISI Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 : 221). Bayi prematur adalah Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran. Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan prematur, walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir prematur. ETIOLOGI Mengenai penyebab belum banyak yang di ketahui : 1. Eastman = kausa prematur 61,9% kausa ignota (sebab yang tidak diketahui) 2. Greenhill = kausa premature 60 % kausa ignota (sebab yang tidak diketahui). 3. Holmer = sebagian besar tidak di ketahui.( Mochtar , 1998 : 219 ) Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan preterm Faktor faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya persalinan preterm dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut :Menurut Manuaba (1998 : 221) 1.Kondisi umum 2. Keadaan sosial ekonomi rendah 3. Kurang gizi 4. Anemia. 5. Perokok berat, dengan lebih dari 10 batang/ hari. 6. Umur hamil terlalu muda kurang dari atau terlalu tua di atas 35 tahun.

7. Penyakit ibu yang menyertai kehamilan seperti hipertensi, toxemia, placenta previa, abruption placenta, incompetence cervical, janin kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus. 8. Penyulit kebidanan 9.Persalinan sebelum waktunya atau induced aborsi 10. Penyalahgunaan konsumsi pada ibu seperti obat-obatan terlarang, alkohol, merokok dan caffeine Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya persalinan preterm diantaranya: 1. Kehamilan dengan hidramnion, ganda, pre-eklampsia. 2. Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus marginalis. 3. Kehamilan dengan ketuban pecah dini: terjadi gawat janin, temperatur tinggi. 4. Kelainan anatomi rahim 5. Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : Serviks inkompeten karena kondisi serviks, amputasi serviks. 6. Kelainan kongenital rahim: 7. Infeksi pada vagina aseden (naik) menjadi amnionitis Sedangkan menurut Mochtar (1998 : 220), faktor yang mempengaruhi Prematuritas adalah sebagai berikut: 1. Umur ibu, suku bangsa, sosial ekonomi 2. Bakteriura (infeksi saluran kencing ) 3. BB ibu sebelum hamil, dan sewaktu hamil 4. Kawin dan tidak kawin: Tak syah 15 % prematur; kawin sah 13 %prematur 5. Prenatal ( antenantal ) care 6. Anemia, penyakit jantung 7. Jarak antara persalinan yang terlalu rapat 8. Pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil berat

9. Keadaan dimana bayi terpaksa dilahirkan prematur, misalnya pada plasenta praevia, toksemia gravidarum, solusio plasentae, atau kehamilan ganda GEJALA Gambaran fisik bayi prematur: Ukuran kecil Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg) Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya) Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan) Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput Rambut yang jarang Telinga tipis dan lembek Tangisannya lemah Kepala relatif besar Jaringan payudara belum berkembang Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan) Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk Pernafasan yang tidak teratur Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki laki )

Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).

Kondisi Yang Menimbulkan Kontraksi


Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin : 1. Kelainan Bawaan Uterus Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan uterus yang ada. 2. Ketuban Pecah Dini 3. Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, Hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain, infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan ketuban pecah. 4. Serviks Inkompeten 5. Hal ini juga mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm , riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dapat terjadinya inkompeten. Mc Donald menemukan 59 % pasiennya pernah mengalami dilatasi kuretase dan 8 % mengalami konisasi, Demikian pula Chamberlain dan Gibbings yang menemukan 60 % dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49 % mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam. 6. Kehamilan Ganda 7. Sebanyak 10 % pasien dengan persalinan preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan ganda mempuyai panjang usia gestasi yang lebih pendek.( Wiknjosastro et. al., 2002 : 313 )

Penanganan Persalinan Preterm


Penanganan Umum 1. Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu. 2. Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi. Prinsip Penanganan. 1. Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan kehamilan atau.

2. Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya. ( Saifuddin et.al., 2002 : 302 ).

Kelahiran Prematur
Kelahiran harus dilaksanakan secara hati-hati dan perlahan-lahan untuk menghindari kompresi dan dekompresi kepala secara cepat. Oksigen diberikan lewat masker kepada ibu selama kelahiran. Ketuban tidak boleh dipecahkan secara artifisial. Kantong ketuban berguna sebagai bantal bagi tengkorak prematur yang lunak dengan sutura-suturanya yang masih terpisah lebar. Episiotomi mengurangi tekanan pada cranium bayi. Forceps rendah dapat membantu dilatasi bagian lunak jalan lahir dan mengarahkan kepala bayi lewat perineum. Kami lebih menyukai kelahiran spontan kalau keadaannya memungkinkan. Ekstraksi bokong tidak boleh dilakukan. Bahaya tambahan pada kelahiran prematur adalah bahwa bokong tidak dapat menghasilkan pelebaran jalan lahir yang cukup untuk menyediakan ruang bagi kepala bayi yang relatif besar. Kelahiran presipitatus dan yang tidak ditolong berbahaya bagi bayi-bayi prematur. Seorang ahli neonatus harus hadir pada saat kelahiran.( Oxorn, 2003 : 588 ). Pencegahan Persalinan Preterm Secara teknis kebidanan persalinan preterm dapat dicegah melalui hal hal sebagai berikut : Hal hal yang dapat dicegah 1. Menurunkan atau mengobati Anak terlalu rapat dicegah dengan kontrasepsi. 2. Pekerjaan sewaktu harus diistirahatkan dan jangan terlalu berat. 3. Bila dijumpai partus prematurus habitualis diperiksa WR dan VDRL bila hamil banyak istirahat atau dirawat. Hal hal yang tidak dapat dicegah ; 1. Kausa ignota (sebab yang tidak diketahui).

2. Vaktor Ovum. 3. Tempat insersi plasenta. 4. Insersi tali pusat. 5. Plasenta previa. 6. Congenital anomaly. 7. Hamil ganda. 8. Suku bangsa. 9. Hidrorea / Hydrorrhoe (pengeluaran cairan dari vagina selama kehamilan) ( Mochtar, 1998 : 220 ). ASKEP PREMATUR KEHAMILAN 008

ASkeP paDA Bayi PrematUr


Diposkan oleh Be professionaL Nurse di 01:57 Asuhan Keperawatan Pada BBLR By. Herlina, S.Kep Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961) Prematuritas murni: Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya sesuai dengan masa gestasi. Dismaturitas: BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gejala Klinis BB Pb Lingkar dada Lingkar kepala

Pem. Penunjang Analisa gas darah Komplikasi RDS Aspiksia

FAKTOR PENYEBAB Faktor ibu Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik dll) Faktor usia Keadaan sosial Faktor janin Hydroamnion Kehamilan multiple/ganda Kelainan kromosom Faktor Lingkungan Tempat tinggal didataran tinggi Radiasi Zat-zat beracun Penatalaksanaan medis : Pemberian vitamin K dan Pemberian O2 Pengkajian Tanda-tanda anatomis a. Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis). b. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari c. Pada bayi laki-laki testis belum turun. d. Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol Tanda fisiologis a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas. b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi. Penyebabnya adalah : a) Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna. b) Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu. c) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang. Diagnosa Keperawatan 1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler 2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh. 3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi). 4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna). 5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi. 6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dn neuro muscular. Tujuan : Pola nafas efektif . Kriteria Hasil : RR 30-60 x/mnt Sianosis (-) Sesak (-) Ronchi (-) Whezing (-). Rencana Keperawatan 1) Observasi pola Nafas. 2) Observasi frekuensi dan bunyi nafas 3) Observasi adanya sianosis. 4) Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah. 5) Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi. Beri O2 sesuai program dokter 6) Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2. 7) Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien. 8) Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya. 2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh. Tujuan : Suhu tubuh kembali normal. Kriteria Hasil : Suhu 36-37 C. Kulit hangat. Sianosis (-) Ekstremitas hangat, Rencana Keperawatan 1) Observasi tanda-tanda vital. 2) Tempatkan bayi pada incubator. 3) Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan. 4) Monitor tanda-tanda Hipertermi. 5) Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh. 6) Ganti pakaian setiap basah. 7) Observasi adanya sianosis. 3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi). Tujuan : Infeksi tidak terjadi. Kriteria Hasil : Suhu 36-37 C Tidak ada tanda-tanda infeksi. Leukosit 5.000 - 10.000. Rencana Keperawatan 1) Kaji tanda-tanda infeksi. 2) Isolasi bayi dengan bayi lain. 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. 4) Gunakan masker setiap kontak dengan bayi. 5) Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi. 6) Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril. 7) Kolaborasi dengan dokter. 8) Berikan antibiotic sesuai program. 4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna). Tujuan : Nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil : Reflek hisap dan menelan baik Muntah (-) Kembung (-) BAB lancar Berat badan meningkat 15 gr/hr Turgor elastis. Rencana Keperawatan 1) Observasi intake dan output. 2) Observasi reflek hisap dan menelan. 3) Beri minum sesuai . 4) Pasang NGT bila reflekprogram menghisap dan menelan tidak ada. 5) Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral. 6) Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral 7) Kaji kesiapan ibu untuk menyusu. 8) Timbang BB setiap hari. 5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi. Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi. Kriteria hasil : Suhu 36,5-37 C Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit. Tanda-tanda infeksi (-) Rencana Keperawatan 1) Observasi vital sign. 2) Observasi tekstur dan warna kulit. 3) Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic. 4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. 5) Jaga kebersihan kulit bayi. 6) Ganti pakaian setiap basah. 7) Jaga kebersihan tempat tidur. 8) Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. 9) Monitor suhu dalam incubator. 6. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis. Tujuan : Cemas berkurang Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang, Orang tua tidak bertanya-tanya lagi. Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan. Rencana Keperawatan 1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua 2) Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. 3) Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya. 4) Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua. 5) Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.

008

ASKEP KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


A. Definisi kehamilan ektopik .Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (Sarwono Prawiroharjho, 2005) .Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (Sarwono Prawiroharjho, 2005) Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001) Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Penyebab kehamilan ektopik terganggu B. Etiologi Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik diantaranya: 1. Faktor dalam lumen tuba: a. Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba b. Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan lumen tuba menyempit 2. Faktor pada dinding tuba: a. Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di tuba b. Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi telur di tempat tersebut 3. Faktor di luar dinding tuba: a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan terjadinya hambatan perjalanan telur b. Tumor yang menekan dinding tuba, menyebabkan penyempitan lumen tuba c. Pelvic Inflammatory Disease (PID) 4. Faktor lain: a. Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun b. Migrasi luar ovum, sehingga memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai ke uterus c. Fertilisasi in vitro d. Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) e. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya f. Merokok

g. Penggunaan dietilstilbestrol (DES) h. Uterus berbentuk huruf T i. Riwayat operasi abdomen j. Kegagalan penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin saja k. Ruptur appendix l. Mioma uteri m. Hidrosalping C. Macam-macam kehamilan ektopik Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat implantasinya antara lain : 1. Kehamilan Abdominal Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum. (sinonim : kehamilan intraperitoneal) 2. Kehamilan Ampula Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai abortus tuba. 3. Kehamilan Servikal Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis servikalis uteri. 4. Kehamilan Heterotopik Kombinasi Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin. 5. Kehamilan Kornu Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri. 6. Kehamilan Interstisial Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii. 7. Kehmailan Intraligamenter Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii. 8. Kehamilan Ismik Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii. 9. Kehamilan Ovarial Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada permukaan ovarium. 10. Kehamilan Tuba Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii. D. Patofisiologi Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).

E. Manifestasi Klinik Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Secara umum, tanda dan gejala kehamilan ektopik adalah: 1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal 2. Menstruasi abnormal 3. Abdomen dan pelvis yang lunak 4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus. 5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi. 6. Massa pelvis 7. Kuldosentesis. Untuk identifikasi adanya hemoperitoneum yang ditandai. Beberapa gejala berikut dapat membantu dalam mendiagnosis kehamilan ektopik: 1. Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar. 2. Perdarahan: Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus 3. Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil F. Pemeriksaan Diagnosis Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan :

1. Anamnesis dan gejala klinis Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum. 2. Pemeriksaan fisik a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa. b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. c. Pemeriksaan ginekologis d. Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri. 3. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat. b. USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri - Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri - Adanya massa komplek di rongga panggul c. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi. e. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus. G. Penanganan Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit. H. Komplikasi Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi. I. Diagnosis Bandung

Kehamilan tuba memiliki gejala-gejala yang mirip dengan penyakit lain, terutama dengan infeksi daerah pelvis. Beberapa kelainan yang memiliki gejala mirip dengan kehamilan tuba antara lain adalah: 1. Salpingitis Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi dan tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang purulen. 2. Abortus (imminens atau inkomplitus) Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi sebelum ada nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik dan kejang (kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina. 3. Appendisitis Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks, namun tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba. Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan menunjukkan hasil negatif. 4. Torsio kista ovarium Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba umumnya terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin terdapat demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda dan gejala kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan nyeri berulang yang menghilang dengan sendirinya. 5. Ruptur korpus luteum Sangat sulit dibedakan dengan kehamilan tuba, namun ruptur korpus luteum sangat jarang ditemukan. ASUHAN KEPERAWATAN POST OP O/K KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU, MIOMA UTERI+HIDROSALPING 1. Pengkajian a. Nyeri b. Sulit tidur c. Merasa panas 2. Diagnosa keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi b. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur 3. Rencana keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi Tujuan : nyeri berkurang Intervensi : 1) Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.

2) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat 3) Kaji stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan dan nyeri. 4) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang) Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri 5) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan nyeri. 6) Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri. 7) Kolaborasi dalam pemberian analgetika. Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri. b. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur Tujuan : ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif. Intervensi : 1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung. Rasional : Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas. 2) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati. Rasional : membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan perhatian terhadap ibu/pasangan. 3) Beri penguatan aspek positif pada dari ibu Rasional : membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif. 4) Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan. Rasional : membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah. 5) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan. Rasional : Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas. 6) Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai keinginan ibu. Rasional : Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif. 009

ASKEP BAYI SEPSIS


Label: Perkuliahan A. Pengertian Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan penyakit

sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah. B. Etiologi dan Epidemiologi Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob. Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat) C. Tanda dan gejala Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan : -Suhu tubuh yang abnormal (hiper- atau hipotermi), -Ikterus, -Kesulitan pernafasan, -Hepatomegali, -distensi abdomen, -Anoreksia, -Muntah-muntah, dan -Letargi. -Jaundice (sakit kuning) -kejang D. Diagnosis Diagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut. E. Pengobatan Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular. Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik. F. Prognosis Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 40 %. Angka tersebut berbedabeda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan. G. Pencegahan

Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan pengambangan alat pengangkutan yang modern, mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN SEPSIS A PENGKAJIAN 1. Identitas Klien 2. Riwayat Penyakit -Keluhan utama Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah. -Riwayat penyakit sekarang Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia. -Riwayat penyakit dahulu. Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi. -Riwayat penyakit keluarga Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah. 3. Riwayat Tumbuh Kembang -Riwayat prenatal Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi. -Riwayat neonatal Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain. 4. Riwayat Imunisasi 5. Pemeriksaan Fisik -Inspeksi a. Kulit kekuningan

b. Sulit bernafas c. Letargi d. Kejang e. Mata berputar -Palpasi a. tonos otot meningkat b. leher kaku -Auskultasi -Perkusi 6.Studi Diagnosis Pemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit, fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi. 7.Prioritas masalah 1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin yang ditandai dengan : Kulit bayi kekuningan Bilirubin total : 4,6 Bilirubin direct : 0,3 Bilirubin indirect : 4,3 TUJUAN Bayi akan terhindar dari kerusakan kulit INTERVENSI 1.Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu. 2.Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin 3.Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering RASIONAL 1.Untuk mengetahui kondisi bayi, sehingga dapat melakukan intervensi lebih dini. 2.Untuk menilai kondisi kekuningan pada kulit 3.Menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit. 2.Resiko tinggi injuri (internal) berhubungan dengan kerusakan hepar sekunder fisioterapi di tandai dengan: Kulit bayi terlihat kekuningan Tujuan: Injuri tidak terjadi Intervensi:

1.monitor kadar bilirubin sebelum melakukan perawatan dengan sinar, laporkan bila ada peningkatan 2.inspeksi kulit, urine tiap 4 jam untuk melihat warna kekuningan, laporkan apa yang terjadi Rasional: 1.mengetahui kadar bilirubin serta membantu keefektifan pemberian terapi 2.mengetahui seberapa besar kadar bilirubin 3.Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang diberikan pada bayi. Data Subyektif: Klien/keluarga selalu menanyakan tindakan yang akan diberikan. Data Obyektif : Orang tua tampak cemas Ibu tampak takut saat melihat keadaan bayinya. TUJUAN: Orang tua menegerti tentang perawatan, keluarga dapat ber- partisipasi meng- identifikasi gejala-gejala untuk men- yampaikan pada tim kesehatan INTERVENSI 1.Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus 2.Berikan penjelasan tentang: Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya. 3.Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan . 4.Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah sakit 5.Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan RASIONAL 1.Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehat- an kepada keluarga 2.Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat menerima segala tindakan yang diberikan kepada bayinya. 3.Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi kecemasan keluarga 4.Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat mengurangi kecemasan keluarga. 5.Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus

Daftar Pustaka :

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta. Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta. Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC by Khaidir muhaj di 23:57 001111

INFERTILITAS
A. DEFENISI Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun Ada 2 jenis infertilitas : Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali. Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi B. ETIOLOGI Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 4055%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri. Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain : a. Pada wanita Gangguan organ reproduksi 1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina

2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim 3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang 4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi. Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus. Endometriosis Abrasi genetis Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil. Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

b. Pada pria Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu : Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia Abnormalitas ereksi Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer Abrasi genetik C. MANIFESTASI KLINIS 1. Wanita Terjadi kelainan system endokrin Hipomenore dan amenore Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal Wanita infertil dapat memiliki uterus Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor Traktus reproduksi internal yang abnormal 2. Pria Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Tumor hipofisis atau prolactinoma Disfungsi ereksi berat Ejakulasi retrograt Hypo/epispadia Mikropenis Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) Abnormalitas cairan semen D. PATOFISIOLOGI a. Wanita Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,

infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus. b. Pria Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu. E. PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik: Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai ). Pemeriksaan System Reproduksi 1. Wanita Deteksi Ovulasi 1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature ) 2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma Analisa hormon Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium hipofisis hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi. Sitologi vagina Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina Uji pasca senggama

Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ). Biopsy endometrium terjadwal Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid. Histerosalpinografi Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Laparoskopi Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum. Pemeriksaan pelvis ultrasound Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin. 2. Pria Analisa Semen Parameter Warna Putih keruh Bau Bunga akasia PH 7,2 7,8 Volume 2 5 ml Viskositas 1,6 6,6 centipose Jumlah sperma 20 juta / ml Sperma motil > 50% Bentuk normal > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik

persentase gerak sperma motil > 60% Aglutasi Tidak ada Sel sel Sedikit,tidak ada Uji fruktosa 150-650 mg/dl Pemeriksaan endokrin Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH. USG Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori. Biopsi testis Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi. Uji penetrasi sperma Uji hemizona F. PENATALAKSANAAN A. Wanita Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital Pemberian terapi obat, seperti; 1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh . 2. Terapi penggantian hormon 3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal 4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat

GIFT ( gemete intrafallopian transfer ) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate, Pengangkatan tumor atau fibroid Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi B. Pria Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat Agen antimikroba Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

Konsep Asuhan Kep.


1. PENGKAJIAN A. Identitas klien Termasuk data etnis, budaya dan agama B. Riwayat kesehatan

1) Wanita a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama Tumor hipofisis atau prolaktinoma Riwayat penyakit menular seksual Riwayat kista b. Riwayat Kesehatan Sekarang Endometriosis dan endometrits Vaginismus (kejang pada otot vagina) Gangguan ovulasi Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik Autoimun c. Riwayat Kesehatan Keluarga Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik d. Riwayat Obstetri Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi Mengalami aborsi berulang Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi 2) Pria

a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Tumor hipofisis atau prolactinoma Trauma, kecelakan sehinga testis rusak Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih Riwayat vasektomi b. Riwayat Kesehatan Sekarang Disfungsi ereksi berat Ejakulasi retrograt Hypo/epispadia Mikropenis Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) Saluran sperma yang tersumbat Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) Abnormalitas cairan semen c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik C. Pemeriksaan Fisik Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita. D. Pemeriksaan penunjang a. Wanita Deteksi Ovulasi Analisa hormon Sitologi vagina Uji pasca senggama Biopsy endometrium terjadwal Histerosalpinografi Laparoskopi Pemeriksaan pelvis ultrasound b. Pria Analisa Semen Parameter Warna Putih keruh Bau Bunga akasia PH 7,2 7,8 Volume 2 5 ml Viskositas 1,6 6,6 centipose Jumlah sperma 20 juta / ml Sperma motil > 50%

Bentuk normal > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik persentase gerak sperma motil > 60% Aglutasi Tidak ada Sel sel Sedikit,tidak ada Uji fruktosa 150-650 mg/dl Pemeriksaan endokrin USG Biopsi testis Uji penetrasi sperma Uji hemizona 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis

Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya

You might also like