You are on page 1of 10

Firdhanti Rufaidah, Ratna Dwi Wulandari, Analisis Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis Rawat Inap

ANALISIS PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP BERDASARKAN DESAIN PEKERJAAN DI RUMAH SAKIT ONKOLOGI SURABAYA Firdhanti Rufaidah1), Ratna Dwi Wulandari2)
1) 2)

Mahasiswa FKM Unair Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Dosen di Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Unair

ABSTRACT : Data incompleteness in medical record documentation can create problems in the quality of service at hospitals. The quality of inpatient medical records at the Rumah Sakit Onkologi Surabaya RSOS has yet reached an optimum level as during the year 2010, the average number of incompleteness of the inpatient medical record documentation was rated at 29.13%, while the incomplete toleration rate of inpatient medical record initially set by RSOS was 15%. The objective of this study was to analyse the causes to the incompleteness of the inpatient medical record documentation based on job designs at RSOS. The present study conducted a cross-sectional, descriptive research from April to June 2011 through the use of interview method guided by questionnaires and observation on 175 documents of inpatient medical records in order to measure the number of incomplete medical record documentation. The respondents of this study were personnel who were in-charge in filling the inpatient medical record documentation. These people were 5 doctors, 9 inpatient nurses, and 13 front-officers. Job design variables consisted of skill variety, task identity, task significance, autonomy, and feedback. The findings show that the driving factors to the incompleteness of the inpatient medical record documentation at RSOS are a high-level of doctors skill variants, a high-level of inpatient nurses skill variants, minimum feedback received by the inpatient nurses, and a low-level of front-officers skill variants. Suggestion for future research is to conduct a study employing other variables of job design and also to make a better measurement for skill variants. Meanwhile, suggestions given to RSOS are to have a supervisory involvement in the filling process of medical record documentation and to give reports to doctors showing their achievement of completing medical records. Keywords: job design, medical record, incompleteness of medical record documentation

PENDAHULUAN Desain pekerjaan merupakan pengembangan dari analisis pekerjaan, terkait dengan upaya untuk memperbaiki efisiensi, efektivitas dan produktivitas perusahaan serta kinerja karyawan. Desain pekerjaan yang kurang baik akan memberikan produktivitas rendah, karyawan sering berpindah, ketidakhadiran, keluhan, sabotase, perpecahan dan problem lain (Rivai, 2010). Desain pekerjaan seringkali merupakan masalah bagi sumber daya manusia di rumah sakit karena berpengaruh pada kinerja karyawan. Sehingga kinerja karyawan tidak sesuai dengan target departemen maupun target mutu pelayanan rumah sakit. Desain pekerjaan akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus dicapai oleh setiap karyawan. Apabila desain pekerjaan yang diberikan kurang jelas, maka akan mengakibatkan karyawan kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sehingga mempengaruhi kinerja karyawan. Masalah yang dihadapi Rumah Sakit Onkologi Surabaya (RSOS) adalah tingginya angka ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap. Standar yang ditetapkan oleh RSOS untuk kelengkapan dokumen rekam medis adalah 85% dengan toleransi ketidaklengkapan sebesar 15%. Berikut ini adalah tabel kelengkapan rekam medis rawat inap di RSOS pada bulan JanuariDesember 2010. Tabel 1.2 Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Periode JanuariDesember 2010 di RSOS Bulan Lengkap Tidak lengkap n % n % Januari 47 69,63 21 30,37 Februari 30 62,47 18 37,53 Maret 49 64,77 27 35,23 April 31 51,67 29 48,33 Mei 38 58,46 27 41,54 Juni 51 72,86 19 27,14 Juli 57 86,36 12 18,18 Agustus 54 84,38 10 15,63 September 30 66,67 15 33,33 Oktober 42 72,41 16 27,59 November 56 80,00 14 20,00 Desember 58 85,29 10 14,71 Sumber :Laporan evaluasi AKLPCM Departemen SIM dan Rekam Medik RS Onkologi Surabaya periode Januari-Desember 2010 Berdasarkan data pada tabel 1.2, dapat diketahui rata-rata kelengkapan dokumen rekam medis RSOS tahun 2010 adalah 71,25%. Sedangkan rata-rata ketidaklengkapan dokumen rekam medis adalah 29,13%. Kelengkapan dokumen rekam medis tertinggi sebesar 86,36% pada bulan Juli 2010 dan kelengkapan rekam medis terendah pada bulan April 2010 sebesar 51,67%. Berdasarkan data di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah tingginya angka ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap RSOS yang seharusnya maksimal 15%, dalam setahun rata-rata angka tersebut masih 29,13%. Sedangkan untuk rumusan masalah dari penelitian ini meliputi : 1. Bagaimana desain pekerjaan dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap yang meliputi variasi keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan umpan balik?

2. Bagaimana kinerja dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap? 3. Apa yang menyebabkan ketidaklengkapan rekam medis rawat inap RSOS jika dianalisis berdasarkan desain pekerjaan?

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksploratori. Dalam hal ini, peneliti menganalisis penyebab ketidaklengkapan rekam medis rawat inap berdasarkan desain pekerjaan petugas yang berperan dalam pengisian dokumen rekam medis di RSOS. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan analisis deskriptif. Jumlah populasi adalah 5 orang dokter, 9 orang perawat rawat inap dan 13 petugas registrasi dan informasi. Pengambilan sampel dengan cara total population study dimana seluruh populasi menjadi sampel penelitian. Data yang telah diambil kemudian dianalisis secara deskriptif .

HASIL DAN PEMBAHASAN Desain Pekerjaan Dokter, Perawat Rawat Inap dan Petugas Registrasi dan Informasi di RSOS Variasi Ketrampilan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokter dan perawat rawat inap memiliki tingkat variasi keterampilan tinggi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Sedangkan petugas registrasi dan informasi memiliki tingkat variasi keterampilan rendah. Tingkat variasi keterampilan diperoleh berdasarkan hasil kuesioner mengenai jenis keterampilan yang dibutuhkan dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap sesuai lembar yang merupakan tanggung jawab masingmasing petugas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi membutuhkan keterampilan yang berbeda dalam mengisi dokumen rekam medis rawat inap. Hal ini disebabkan karena peran setiap petugas berbeda dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Variasi keterampilan adalah keahlian yang diperlukan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan, yang melibatkan penggunaan sejumlah keterampilan individu dan bakat (Rivai, 2010). Menurut Mathis dan Jackson (2006), variasi keterampilan yang rendah adalah ketika seorang karyawan mengerjakan tugas yang sama secara berulang. Semakin banyak keterampilan yang dibutuhkan, maka akan semakin berarti pekerjaan tersebut. Sedangkan menurut Hackman dan Oldham pada tahun 1980 dalam Munandar (2001), variasi keterampilan yang tinggi adalah penggunaan keterampilan yang berbeda sehingga memungkinkan karyawan untuk melaksanakan bidang pekerjaan yang berbeda. Dokter dan perawat rawat inap memiliki tugas yang beragam dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Sebelum melengkapi data yang harus diisi pada lembar rekam medis, dokter dan perawat perlu melakukan tindakan medis terlebih dahulu kepada pasien. Sehingga dokter dan perawat tidak hanya membutuhkan keterampilan berkomunikasi dalam pengisian

dokumen rekam medis, namun mereka juga membutuhkan keterampilan dalam melakukan tindakan medis. Tindakan medis yang diberikan kepada seorang pasien berbeda dengan pasien lain. Perbedaan tersebut berasal dari kasus penyakit yang dialami masing-masing pasien. Dari analisis ini, muncul kesimpulan bahwa keterampilan yang dibutuhkan dalam melakukan tindakan medis berbeda untuk setiap pasien tergantung dari jenis penyakit yang diderita.

Identitas Tugas Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas tugas dokter dan petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap adalah tinggi. Sedangkan identitas tugas perawat rawat inap dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap adalah sangat tinggi. Apabila pekerjaan memiliki identitas tugas maka karyawan akan merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut serta akan berusaha untuk melakukan kinerja yang maksimal dari awal hingga akhir dan hal itu dapat memberikan perasaan bangga terhadap diri sendiri sebab karyawan akan mengetahui hasil akhir dari seluruh proses atas pekerjaannya tersebut dan pekerjaan itu akan lebih bermakna, daripada jika hanya seorang karyawan yang bertanggung jawab atas salah satu atau bagian kecil dari keseluruhan pekerjaan tersebut (Mathis dan Jakson, 2006). Setiap petugas memiliki tingkat keterlibatan yang berbeda untuk setiap lembar dalam dokumen rekam medis rawat inap. Sehingga setiap petugas akan merasa bertanggung jawab terhadap lembar dalam dokumen rekam medis rawat inap yang merupakan tanggung jawabnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gibson et al.(2001) bahwa petugas yang memiliki tingkat identitas tinggi akan merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut serta akan berusaha untuk melakukan kinerja yang maksimal dari awal hingga akhir. Signifikansi Tugas Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat signifikansi tugas dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap adalah sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kelengkapan pengisian dokumen rekam medis sangat berpengaruh terhadap kelancaran tugas lain yang merupakan tanggung jawab petugas, kelancaran pekerjaan petugas lain, tujuan organisasi serta proses perawatan dan pengobatan pasien. Sebuah tugas mempunyai siginifikansi sebab pada kenyataannya pekerjaan tersebut dikenal sebagai pekerjaan yang penting. Karyawan akan merasa bangga apabila pekerjaannya dianggap penting dan diakui oleh orang lain, sehingga akan meningkatkan signifikansi tugas. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan tersebut telah memberikan kontribusi terhadap keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Menurut Mathis dan Jackson (2006), signifikansi tugas adalah pengaruh pekerjaan terhadap orang lain. Sebuah pekerjaan menjadi lebih berarti apabila pekerjaan tersebut penting bagi orang lain karena beberapa alasan. Apabila suatu pekerjaan dirasakan oleh karyawan memiliki pengaruh terhadap orang lain, maka karyawan tersebut akan termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih baik. Sesuai dengan pernyataan Mathis dan Jackson (2006) bahwa signifikansi tugas merupakan arti penting sebuah pekerjaan untuk orang lain, dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi di RSOS sangat menyadari

pentingnya kelengkapan pengisian dokumen rekam medis terhadap pihak lain seperti rekan kerja, organisasi dan pasien. Adanya kesadaran ini menumbuhkan rasa bangga jika hasil kerja petugas memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rivai (2010) yang menjelaskan adanya perasaan bangga dari diri karyawan apabila hasil kerja petugas dianggap penting oleh pihak lain yang bersangkutan. Otonomi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat otonomi dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap adalah tinggi. Hal ini menggambarkan tingkat kebebasan dan keleluasaan individual dalam pekerjaan dan penjadwalan kerja. Tingkat otonomi dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap yang tinggi menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap tugas tersebut sehingga petugas merasa memiliki wewenang dalam pengisian dokumen rekam medis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mathis dan Jackson (2006) bahwa otonomi yang lebih banyak diserahkan kepada karyawan akan menghasilkan perasaan tanggung jawab pribadi yang lebih besar atas pekerjaan tersebut. Umpan Balik Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokter dan petugas registrasi dan informasi mendapatkan tingkat umpan balik tinggi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Sedangkan perawat rawat inap mendapatkan tingkat umpan balik cukup dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Stoner dan Freeman (1999) memberikan penjelasan bahwa dengan umpan balik, karyawan akan belajar tentang efektifitas pekerjaannya melalui evaluasi yang jelas dan langsung melalui penyelia, rekan kerja ataupun dari pekerjaan itu sendiri. Umpan balik dapat membantu karyawan dalam memahami kualitas kinerjanya dan menambah pengetahuan karyawan secara menyeluruh mengenai pekerjaan yang dilakukannya. Dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dapat menerima umpan balik atas hasil kerjanya dari rekan kerja maupun dari petugas unit lain yang terkait dengan pekerjaannya, dalam hal ini pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Dokter dan petugas registrasi dan informasi yang mendapatkan tingkat umpan balik tinggi dapat memahami kualitas kinerjanya sehingga petugas tersebut akan memiliki motivasi untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik. Sedangkan umpan balik untuk perawat rawat inap perlu ditingkatkan agar kinerjanya semakin baik. Oleh sebab itu, umpan balik secara berkala sangat diperlukan untuk mengetahui informasi maupun tanggapan yang akan diterima karyawan mengenai seberapa baik hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stoner dan Freeman (1999) bahwa suatu pekerjaan yang memberikan umpan balik secara langsung dan jelas mengenai seberapa baik pelaksanaan pekerjaan, akan membuat karyawan memiliki pedoman dan motivasi untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik. Kinerja Dokter, Perawat Rawat Inap dan Petugas Registrasi dan Informasi di RSOS Hasil observasi dokumen rekam medis rawat inap menunjukkan bahwa dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi memiliki kinerja

yang kurang baik dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Hal ini ditunjukkan dengan angka ketidaklengkapan dokumen rekam medis yang melebihi angka toleransi ketidaklengkapan yang telah ditetapkan. Menurut Simamora (2006), penilaian kinerja dapat dilakukan oleh penyelia langsung, penyelia yang lebih tinggi, rekan sejawat, bawahan dan klien yang dilayani. Sejak awal tahun 2010, RSOS telah melakukan penilaian kinerja terkait dengan ketidaklengkapan pengisian dokumen rekam medis. Namun, petugas yang dinilai kinerjanya dalam pengisian dokumen rekam medis hanya dokter. Penilaian tersebut dilaksanakan oleh petugas rekam medis. Lembar dokumen rekam medis yang dinilai ketidaklengkapannya hanya lembar resume medis dan lembar persetujuan tindakan kedokteran. Penyebab Ketidaklengkapan Berdasarkan Desain Pekerjaan Dokumen Rekam Medis Rawat Inap

Desain pekerjaan secara jelas tampak menjadi faktor penyebab yang mempengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan. Dilihat dari perspektif organisasi, cara pengelompokan tugas dan tanggung jawab dapat mempengaruhi produktivitas dan biaya. Pekerjaan yang tidak memuaskan atau terlalu menuntut sangat sulit dilaksanakan dan pekerjaan yang membosankan dapat menyebabkan perputaran karyawan tinggi. Dengan demikian, desain pekerjaan dapat membantu baik organisasi maupun karyawan untuk mencapai tujuan mereka (Rivai, 2008). Simamora (2006) menyatakan bahwa dengan tingkat desain pekerjaan yang tinggi maka akan menambah tingkat kompleksitas dari pekerjaan tersebut yang akan memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja. Salah satu tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui kesalahan dalam desain pekerjaan. Kinerja yang lemah mungkin merupakan suatu gejala dari desain pekerjaan yang kurang tepat. Melalui penilaian kinerja, dapat membantu mendiagnosis kesalahan mengenai desain pekerjaan (Rivai, 2010). Menurut Rachmawati (2008), adanya indikasi hasil evaluasi prestasi yang buruk merupakan tanda adanya kesalahan dalam deskripsi desain pekerjaan yang tidak atau kurang cocok pada karyawan. Penyebab ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap oleh dokter adalah tingkat variasi keterampilan tinggi. Variasi keterampilan yang tinggi menuntut dokter untuk melakukan berbagai bidang tugas yang berbeda. Sedangkan pekerjaan dalam bidang tugas yang bermacam-macam akan menimbulkan ketidakefisienan dan stres pada petugas. Sehingga hasil kinerja dokter dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap kurang optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hackman dan Oldham dalam Munandar (2001) bahwa variasi keterampilan menuntut pegawai untuk melaksanakan bidang tugas berbeda yang seringkali mengharuskan penggunaan keterampilan yang berbeda. Namun terkadang petugas yang menggunakan banyak keterampilan untuk melaksanakan berbagai tugas dapat menimbulkan ketidakefisienan dan stres kerja pada petugas. Penyebab ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap oleh perawat rawat inap adalah tingkat variasi keterampilan yang tinggi dan umpan balik cukup yang didapatkan perawat rawat inap. Tingkat variasi keterampilan yang tinggi menuntut perawat rawat inap untuk melakukan pekerjaan yang beragam. Ternyata, pekerjaan yang beragam akan menimbulkan ketidakefisienan pekerjaan dan stres kerja pada petugas. Kesimpulan ini sesuai dengan pernyataan Hackman dan Oldham dalam Munandar (2001) yang mengatakan bahwa variasi keterampilan mengharuskan pegawai untuk melaksanakan bidang tugas berbeda namun dapat menimbulkan

ketidakefisienan dan stres kerja pada petugas. Sehingga hasil kinerja perawat rawat inap dalam pengisian dokumen rekam medis kurang baik. Selain itu, perawat rawat inap mendapatkan umpan balik yang belum optimal dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. Menurut Mathis dan Jackson (2006), umpan balik dapat membantu karyawan untuk memahami efektivitas kinerja mereka dan menambah pengetahuan keseluruhan mereka tentang kerja tersebut. Sehingga untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik, perawat rawat inap sebaiknya diberikan umpan balik secara lebih sering karena petugas dapat mengetahui hasil kerjanya dengan mengetahui prestasinya saat ini (Hackman dan Oldham pada tahun 1980 dalam Munandar, 2001). Menurut Stoner dan Freeman (1999), apabila suatu pekerjaan memberikan umpan balik secara langsung dan jelas mengenai seberapa baik pelaksanaan pekerjaan, maka karyawan akan memiliki pedoman dan motivasi untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik. Penyebab ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap oleh petugas registrasi dan informasi adalah tingkat variasi keterampilan yang rendah. Menurut Stoner dan Freeman (1999), variasi keterampilan yang rendah dapat membuat karyawan jenuh atau bosan terhadap pekerjaannya. Menurut Handoko (2001), kurangnya variasi pekerjaan bisa menyebabkan kebosanan. Selanjutnya, kebosanan menimbulkan kelelahan dan kelelahan mengakibatkan kesalahan. Kesalahan tersebut berakibat langsung terhadap hasil kinerja petugas registrasi dan informasi dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap yang merupakan tanggung jawabnya. Beberapa hasil penelitian yang menganalisis tentang desain pekerjaan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara desain pekerjaan dengan beberapa hal. Penelitian tesis oleh Agus Budiharjo (2005) dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa desain pekerjaan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap perilaku kerja. Penelitian Vira Renata Sari Pohan (2009) dari Universitas Sumatera Utara menyimpulkan bahwa adanya kejelasan desain pekerjaan yang diberikan perusahaan kepada karyawan akan meningkatkan gairah kerja karyawan. Pada penelitian tesis oleh M. Firmansyah (2009), disimpulkan bahwa desain pekerjaan memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja perawat dalam melakukan promosi kesehatan. Hasil penelitian terdahulu mengenai hal yang berpengaruh terhadap kinerja antara lain membuktikan adanya hubungan antara faktor individu dengan kinerja. Penelitian tesis oleh Sandra Sri Anggraini (2007) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi intrinsik dengan kinerja. Selain itu, penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa kondisi kerja dan prosedur kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Penelitian tesis yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Dewi Ariani (2005) menunjukkan bahwa pengetahuan dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dalam pengisian rekam medis. Sedangkan umur, jenis kelamin, lama kerja dan sikap tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam pengisian rekam medis. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil identifikasi desain pekerjaan dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi adalah sebagai berikut:

2.

3.

a. Dokter dan perawat rawat inap memiliki tingkat variasi keterampilan tinggi, sedangkan petugas registrasi dan informasi memiliki tingkat variasi keterampilan rendah dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. b. Berdasarkan keterlibatan dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi dalam menyelesaikan seluruh tugas pengisian dokumen rekam medis rawat inap mulai dari awal hingga akhir, dokter dan petugas registrasi dan informasi memiliki tingkat identitas tugas tinggi. Sedangkan tingkat identitas tugas perawat rawat inap dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap adalah sangat tinggi. c. Berdasarkan pengaruh pengisian dokumen rekam medis rawat inap terhadap hal lain, dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi memiliki tingkat signifikansi tugas yang sangat tinggi. d. Dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi memiliki tingkat otonomi yang besar dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap. e. Berdasarkan adanya tanggapan dari atasan atau unit terkait serta penghargaan terhadap prestasi kerja, dokter dan petugas registrasi dan informasi mendapatkan tingkat umpan balik yang tinggi. Sedangkan perawat rawat inap mendapatkan tingkat umpan balik cukup. Hasil kinerja dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi yaitu kinerja output berupa angka ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap menunjukkan bahwa dokter, perawat rawat inap dan petugas registrasi dan informasi memiliki kinerja kurang baik. Penyebab ketidaklengkapan dokumen rekam medis rawat inap berdasarkan desain pekerjaan adalah variasi keterampilan dokter yang tinggi, variasi keterampilan perawat rawat inap yang tinggi, umpan balik untuk perawat rawat inap yang belum maksimal dan variasi keterampilan petugas registrasi dan informasi yang rendah.

Saran 1. Bagi peneliti a. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai desain pekerjaan dengan menggunakan indikator variabel yang berbeda, sebagai tambahan informasi yang berguna bagi rumah sakit dalam meningkatkan kinerja petugas yang berkaitan dengan pengisian dokumen rekam medis. b. Cara pengukuran untuk variabel variasi keterampilan perlu diperbaiki agar mendapatkan hasil yang mampu menggambarkan tingkat variasi keterampilan sesungguhnya. c. Sebaiknya, desain pekerjaan dan kinerja diukur per individu agar dapat menggambarkan pengaruh antara desain pekerjaan yang dimiliki masing-masing individu terhadap hasil kinerja individu. 2. Bagi instansi a. Rumah sakit diharapkan tetap mempertahankan kejelasan dalam mendesain pekerjaan seperti petugas yang akan melakukan pekerjaan, jumlah pekerjaan yang harus dikerjakan, waktu melakukan pekerjaan serta ketentuan yang harus dijalankan sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. b. Walaupun setiap petugas memiliki desain pekerjaan yang baik, diharapkan atasan tetap mendampingi dan selalu memberi arahan

dalam pengisian dokumen rekam medis rawat inap agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan tujuan rumah sakit. c. Selama ini, RSOS hanya memiliki laporan angka ketidaklengkapan pengisian dokumen rekam medis yang diisi oleh dokter. Sebaiknya, dibuat juga laporan angka ketidaklengkapan pengisian dokumen rekam medis oleh petugas lain yang terkait dengan pengisian dokumen rekam medis seperti perawat. d. Sebaiknya dokter diberi laporan tertulis mengenai hasil kinerjanya dalam pengisian dokumen rekam medis agar yang bersangkutan mengetahui kekurangannya. e. Setiap petugas diberi penjelasan terhadap standar kelengkapan dokumen rekam medis agar petugas tersebut memiliki penilaian yang sama terhadap dokumen rekam medis yang dikatakan lengkap dan baik.

DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Sandra Sri, 2007. Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar Tahun 2007. Tesis. Medan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Ariani, I Gusti Ayu Dewi, 2005. Upaya Peningkatan Kinerja Perawat Dalam Pengisian Berkas Rekam Medis Rawat Inap Melalui Analisis Faktor Individu dan Faktor Sistem Manajemen (Studi Kasus di RSUD Kabupaten Buleleng). Tesis. Surabaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Budiharjo, Agus, 2005. Pengaruh Desain Pekerjaan dan Sistem Kompensasi Terhadap Perilaku Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat. Tesis. Jakarta, Universitas Indonesia Firmansyah, M, 2009. Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Untuk Membantu Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Sigli Tahun 2009. Tesis. Medan, Universitas Sumatera Utara Gibson, James L, Ivancevich, John M & Donnelly, Jr, James H., 2001. Organisasi. Edisi 8. Jilid 1. Terjemahan. Jakarta, Binapura Aksara Handoko, Hani T., 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Yogyakarta, Penerbit BPFE Mathis, Robert L & Jackson, John H., 2006. Human Resources Management (Manajemen Sumber Daya Manusia). Edisi 10. Jakarta, Salemba Empat Munandar, Ashar Sunyoto, 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta, Universitas Indonesia Pohan, Vira Renata Sari, 2009. Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Gairah Kerja Karyawan Divisi IIA (Inalum Internal Auditor) Pada PT. Inalum. Skripsi. Medan, Universitas Sumatera Utara

Rachmawati, Ike Kusdyah, 2008. Yogyakarta, Penerbit ANDI

Manajemen

Sumber

Daya

Manusia.

Rivai, Veithzal, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (dari Teori ke Praktik). Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Rivai, Veithzal, Basri, Ahmad Fawzi, Sagala, Ella Jauvani & Murni, Silviana, 2008. Performance Appraisal : Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Simamora, Henry, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Yogyakarta, Penerbit STIE YKPN Stoner, JAF & Freeman, RE., 1999. Manajemen. Edisi Terjemahan. New Jersey, Prentice Hall, Inc

10

You might also like