You are on page 1of 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, A, 2005) 5.

2.2 Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.

2.3. Manfaat Imunisasi Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan yaitu: a. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya b. Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif c. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami. 2.4. Jenis-Jenis Imunisasi Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu : imunisasi aktif dan imunisasi pasif. a.) Imunisasi Aktif (active immunization) Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons

Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak

Page 3

seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap vaksinasinya antara lain : 1. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan. 2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan 3. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen. 4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatan imunogenitas antigen. b.) Imunisasi Pasif (pasive immunization) Merupakan pemberian zat (imunoglubulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, A, 2005). 2.5 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian imunisasi sebagai berikut:
- Persayaratan Pemberian Imunisasi a. Pada bayi dan anak yang sehat c. e. f. g. Sakit keras Dalam masa tunas suatu penyakit Defisiensi imunologi b. Pada bayi yang sedang sakit, yaitu:

Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa berlakunya. Mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima. Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan. Memberikan dosis yang akan diberikan.

d. Pemberian imunisasi dengan tekhnik yang tepat

Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak

Page 4

2.6

Jenis Imunisasi yang Lazim diberikan Imunisasi aktif karena jauh lebih murah, sederhana, aman dan lebih efektif. Dengan

memperhatikan segi epidemiologis penyakit, penyediaan dana serta manfaatnya bagi masyarakat maka dapat dibedakan tiga jenis imunisasi aktif, yaitu : 1. Imunisasi wajib Yang termasuk imunisasi wajib adalah pencegahan terhadap 6 jenis penyakit yaitu tuberkulosis, difteria, tetanus, pertusis, poliomelitis dan campak. 2. Imunisasi anjuran Termasuk pencegahan terhadap penyakit hepatitis B, rubela, rabies, tifus, paratifus, varisela, influenza dan beberapa jenis meningitis. 3. Imunisasi masa depan Golongan imunisasi masa depan termasuk pemakaian jenis vaksin terhadap penyakit diare karena rota virus, dengue, malarie, dan AIDS, berbagai infeksi saluran nafas. Penyakit kelamin gonorhoe dan herpes serta mungkin pula terhadap penyakit keganasan. Diharapkan ditemukan jenis vaksin yang lebih baik dari pada yang telah ada sekarang seperti vaksin kolera oral yang sudah tahap percobaan di lapangan.

2.6 Proses terjadinya reaksi pada tubuh bayi dan anak setelah imunisasi reaksi yang mungkin terjadi setelah imunisasi adalah : a. Reaksi lokal Biasanya terlihat pada tempat penyuntikan misalnya terjadinya pembekakan yang kadangkadang disertai demam, agak sakit. b. Reaksi umum Dapat terjadi kejang-kejang, shock dan lain-lain. Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu harus tidak usah panik sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi. Tetapi pada keadaan kedua atau reaksi umum sebaiknya ibu konsultasi pada dokter atau bidan

2.2 Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak Page 5

Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI, Electrical inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan Waist Circumference6 .Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut mudah dan murah dilakukan. Antropometri gizi merupakan salah satu cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan dalam masyarakat. Jenis parameter yang digunakan meliputi umur, berat badan, tinggi badan, BMI, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit 7. Diagnosis didasarkan pada perhitungan BMI dengan cara membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi dalam meter persegi (kg/m2). BMI dihitung bisa melebih-lebihkan adipositas pada atlet terlatih atau anak-anak berotot, tetapi secara umum diakui sebagai metode yang paling dapat diandalkan untuk menentukan adipositas sehat dan tidak sehat.. Angka mutlak untuk BMI pada orang dewasa menentukan adipositas (Tabel 2-1). Mengingat adipositas berubah selama masa kanak-kanak, persentil BMI digunakan untuk klasifikasi (Tabel 2-2 dan Gambar. 2-1,2). BMI (kg/m2) WEIGHT STATUS <18.5 18.524.9 Underweight Normal weight BMI PERCENTILE WEIGHT STATUS Underweight Normal weight At risk for overweight 95th percentile Overweight Tabel 2-2. BMI pada anak-anak8

2529.9 Overweight 3034.9 Obese 3539.9 Moderately obese 4049.9 Morbid obesity 50 Super morbid obesity Tabel 2-1. BMI pada Dewasa8

FOR AGE <5th percentile 5th84th percentile 85th94th percentile

Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak

Page 6

Gambar 2-1: Grafik BMI untuk Anak Laki-laki

Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak

Page 7

Gambar 2-1: Grafik BMI untuk Anak Perempuan

Faktor umur sangatlah penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (completed year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (completed month) .7 Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf. Agar berat dapat dijadikan satu ukuran yang valid, parameter lain seperti tinggi, ukuran rangka, proporsi lemak, otot, tulang, serta komponen berat patologis (misalnya edema, splenomogali) harus
Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak Page 8

dipertimbangkan. Dengan kata lain, ukuran berat harus dikombinasikan dengan parameter antropometris yang lain. Alat penimbang yang dipilih haruslah kuat, tidak mahal, mudah dijinjing, dan akurat hingga 100 gram. Di samping itu, timbangan harus diperiksa ulang (kalibrasi) setiap akan digunakan. Anak-anak dan orang dewasa yang akan ditimbang harus tidak memakai alas kaki, dan tidak mengantongi serta memakai benda-benda yang dapat menambah berat badan. Sedangkan pada bayi, penimbangan dilakukan dengan keadaan bayi telanjang. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi yang dapat digeser kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (vertex) kepala. Sentuhan itu harus diperkuat jika subjek berambut tebal. Parameter antopometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi beberapa parameter tersebut disebut Indeks Antropometri 7. 2.3 Faktor Faktor Penyebab Obesitas Menurut para ahli, dan didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (multifaktor). Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, pola makan yang berlebihan, kurang gerak/olahraga, faktor lingkungan, dan faktor psikologi4.Keadaan obesitas terjadi jika makanan sehari-harinya mengandung energi yang melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan (positive energy balance). Keadaan ini biasanya terdapat pada anak yang merasa cepat lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Pada umumnya berbagai faktor lain juga dapat turut menentukan keadaan obesitas seseorang, yaitu bangsa atau ras, gangguan emosi, dan gangguan hormon. Pola Makan Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada dalam makanan. Faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan 4 Orang yang mengalami kegemukan lebih responsif dibandingkan dengan orang yang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti bau makanan atau waktu makan
4

.Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan dan bukan makan pada saat

ia lapar. Pola makan/ frekuensi makan berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk
Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak Page 9

keluar dari kegemukan jika individu tersebut tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan. Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi seperti makanan cepat saji, makanan yang dibakar dan kudapan memiliki andil dalam meningkatkan berat badan. karena makanan jenis ini biasanya tinggi lemak/kalori dan rendah serat. Minuman bersoda, kudapan, permen dan makanan penutup dapat juga menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan karena makanan dan minuman seperti ini biasanya memiliki kandungan kalori dan gula atau garam yang tinggi. Pola makan praktis dan cepat saji terutama terlihat di kota-kota besar di Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan obesitas 9. Kebutuhan energi orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan energi yang dapat dimetabolisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran pengeluaran energi total
10

energi.

Keseimbangan energi adalah hasil selisih antara masukan energi yang dapat dimetabolisme dan . Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah Basal Metabolic Rate (BMR). Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernafasan, sirkulasi darah, peristaltik usus, tonus otot, temperature tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Berlebihannya ambilan energi dibandingkan pengeluarannya dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas. Kurang Gerak (Aktivitas Fisik) Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya
10

.Selama melakukan aktivitas fisik tubuh memerlukan energi di luar metabolisme untuk dapat

bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan juga untuk mengeluarkan sisa dari tubuh. Fisik yang tidak aktif menjadi penyebab utama obesitas di antara semua kelompok umur, terutama di antara anak anak dan remaja. Padahal sebagian besar penderita obesitas di kalangan anak dan remaja makan dalam jumlah yang tidak lebih banyak di banding mereka yang beratnya normal. Tetapi mereka sangat tidak aktif meskipun memiliki nafsu makan yang sedang dan mereka makan lebih banyak dari yang mereka butuhkan sehingga terkumpullah lemak yang berlebihan. Tingkat aktivitas fisik mempengaruhi terjadinya obesitas, karena aktivitas fisik yang dilakukan untuk menyeimbangkan masukan energi yang didapat dari makanan. Aktivitas fisik yang dimaksud disini adalah aktivitas disekolah, dirumah dan lain-lain. Aktivitas fisik yang
Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak Page 10

dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat. Berkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisik 4. Hal ini didukung dengan berbagai kemudahan dan kenyamanan hidup sebagai hasil kemajuan berbagai teknologi yang memacu perubahan kebiasaan hidup. Alat transportasi yang mudah dan murah, alat alat rumah tangga yang serba otomatis yang dapat dilakukan hanya dengan menekan tombol saja menyebabkan aktivitas fisik menjadi turun yang berarti setiap hari terjadi kelebihan kalori yang disimpan tubuh sebagai lemak. Lemak merupakan pangkal terjadinya obesitas serta penyakit penyakit lain. Pada anak berkurangnya aktivitas fisik lebih banyak disebabkan oleh kegiatan nonton televisi (TV). Menonton TV tergolong ke dalam aktivitas fisik ringan, ini berarti tidak banyak energi tubuh yang terpakai, sementara itu bila konsumsi energi dari makanan tetap atau meningkat maka terjadilah ketidakseimbangan antara pemasukan dan kebutuhan energi. Risiko terjadinya obesitas lebih besar apabila dalam kegiatan menonton TV anak mengkonsumsi cemilan 4. Menurut Herini (1999) ada hubungan antara menonton TV dengan kegemukan, semakin lama menonton TV prevalensi obesitas meningkat karena menonton TV tanpa mengeluarkan energi dan cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain11. Genetik Masalah kegemukan sering dikaitkan dengan keturunan. Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya sering dijumpai orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak yang gemuk pula (Williams, 2007). Dalam hal ini tampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas ini hamil maka unsur sel lemak jumlahnya besar dan ukuranya melebihi normal, dan secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidaklah mengherankan bila bayi yang lahir juga memiliki unsur lemak yang relatif sama besar12. Hereditas tampaknya menjadi faktor yang penting sebagai penyebab obesitas, khususnya obesitas morbiditas/ obesitas sekunder. Banyak penyakit genetis menyebabkan obesitas secara klinis. Beberapa penelitian pada anak-anak kembar identik yang diadopsi oleh keluarga yang berbeda dan dibesarkan terpisah menunjukkan hubungan yang besar dalam komposisi tubuh dan berat badan terhadap orangtua biologisnya dibandingkan dengan orangtua asuhnya. Faktor genetik sebagai penyebab obesitas mencapai 25-40 persen (Williams, 2007).

Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak

Page 11

Hal ini menandakan bahwa faktor hereditas dapat menentukan faktor-faktor internal tubuh yang menyebabkan seseorang rentan mendapatkan pertambahan berat badan (predisposisi)12. Lebih dari 340 gen terlibat dalam pengaturan berat badan (Williams, 2007). Faktor genetik tersebut dapat menjadi predisposisi dengan berbagai mekanisme, diantaranya menjadikan seseorang rentan terhadap makanan manis dan makanan tinggi lemak, fungsi hormon seperti insulin dan kortikol yang rusak, konsentrasi plasma leptin yang rendah, ketidakmampuan nutrient dan hormon dalam darah menekan pusat pengaturan nafsu makan, meningkatkan jumlah sel lemak, meningkatkan efisiensi metabolisme dalam penyimpanan lemak, oksidasi lemak yang rendah, menurunkan level aktivitas fisik spontan sepanjang hari, menurunkan level pengeluaran energi selama latihan ringan, dan masih banyak yang lainnya12. Lingkungan Terjadinya peningkatan kejadian obesitas di negara maju maupun negara negara berkembang terutama pada golongan masyarakat tertentu memberi kesan bahwa faktor lingkungan seorang anak seperti di rumah (keluarga), di sekolah dan lingkungan sosial mempengaruhi perilaku makan anak (Subardja, 2004). Lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya obesitas yang dimaksud disini adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial. Lingkungan keluarga memberikan pengaruh dalam membentuk pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas karena lingkungan bertindak sebagai suatu model untuk individu yang sedang berkembang. Sebagian besar kebiasaan makan seseorang ditentukan oleh kebiasaan makannya sewaktu masa anak anak. Kebiasaan makan ini berasal dari pengalaman seorang anak karena diberi makan oleh ibu atau oleh anggota keluarganya. Selanjutnya kebiasaan makan ini berkembang menjadi sikap, perasaan suka maupun rasa puas terhadap makanan tertentu . Jadi bagaimana seorang anak menyukai atau tidak menyukai jenis makanan tertentu, misalnya sayur sayuran, dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya termasuk orang tua dan anggota keluarganya. Suasana dalam keluarga juga akan mempengaruhi pola makan anak. 13 Lingkungan sekolah yang dimaksud adalah keadaan di lingkungan sekolah yang mendukung kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan membawa bekal dari rumah, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pola makan anak (Subardja, 2004). Jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Kadangkadang anak menolak untuk sarapan di rumah dan meminta uang jajan untuk membeli jajan yang mereka sukai. Padahal banyak sekali jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan sehingga justru mengancam kesehatan. Selain itu, sebagian besar jajanan terbuat dari karbohidrat yang lebih tepat sebagai
Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak Page 12

snack antar waktu makan, bukan sebagai pengganti makanan utama. Hal ini dapat diatasi dengan memberi bekal makanan dari rumah, karena bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan jajan yang sekaligus berarti menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan yang tidak bersih. Dua unsur yang diutamakan dalam bekal makanan adalah kandungan kalori dan protein, kekurangan unsur-unsur yang lain dapat diberikan dalam makanan di rumah. 13 Lingkungan sosial atau masyarakat berkaitan erat dengan perubahan budaya yang dapat mendorong terjadinya kegemukan khususnya di negara negara maju dan sebagian masyarakat di perkotaan di negara berkembang. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan di mana seorang anak hidup. Pola makan kelompok masyarakat tertentu juga menjadi pola makan anak, sedangkan pola makan akan mempengaruhi penyusunan menu. Kebiasaan makan dan selera makan seorang anak dapat terbentuk dari kebiasaan makan dalam masyarakatnya. Menurut Friedmen (1990) dalam Dedi Subardja (2004), perubahan budaya yang dapat mendorong anak mengalami obesitas berhubungan dengan banyaknya keluarga yang kedua orang tuanya bekerja sehingga akan terjadi peningkatan ketergantungan terhadap makanan cepat saji (fast food) yang diperoleh dari luar rumah dan juga terhadap penyediaan makanan dengan pemanasan serta waktu makan yang singkat. Makanan ini cenderung tinggi lemak sehingga merugikan individu yang bersangkutan karena adipositas pada manusia berkorelasi positif dengan kandungan lemak makanan dan berkorelasi negatif dengan karbohidrat dan protein nabati. Selain itu banyak diantara penduduk Indonesia yang enggan mengkonsumsi beberapa makanan tertentu baik karena pantangan yang menurun yang salah diwariskan oleh leluhurnya maupun karena gaya kehidupan seharihari (Kartaspoetra,2003).14 Faktor Psikologi Faktor psikologi dapat menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat tekanan psikologi dapat mengubah kepribadian seseorang sehingga orang tersebut menjadikan makanaan sebagai pelariannya. Pada anak, makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka atau depresi, respon terhadap rangsangan dari luar seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu makan sehingga terjadi obesitas. Tekanan perasaan, misalnya sangat kecewa dapat mengakibatkan beberapa orang berhenti melakukan kegiatan fisik dan pada saat yang bersamaan orang tersebut makan lebih banyak dari biasa, sehingga dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Iklan makanan dapat mempengaruhi kesukaan maupun pilihanmakanan seorang anak, sedangkan sedikit sekali iklan makanan anak yang bergizi7. Iklan tersebut berisikan produk makanan yang rendah nilai
Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak Page 13

nutrisinya seperti sereal yang tinggi gula sederhananya serta makanan kudapan yang tinggi gula, lemak, garam. Pada anak yang usianya lebih besar, makan baginya merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan dalam mencapai kasih sayang
4

.Jadi gangguan psikologis dapat

menjadi salah satu faktor penyebab atau akibat dari obesitas.

2.4 Dampak Obesitas8

Komplikasi kelebihan berat badan dapat mempengaruhi anak-anak, tetapi perhatian utama difokuskan pada konsekuensi jangka panjang. Studi Pertumbuhan Harvard menunjukkan dua kali lipat dari tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pria yang kelebihan berat badan selama masa remaja. Heart Study Bogalusa mengamati bahwa anak dengan BMI di atas persentil ke-85 lebih mungkin untuk memiliki hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau hipertensi dibanding anak lain. Komorbiditas diamati selama masa kanak-kanak dan remaja termasuk resistensi insulin, diabetes tipe 2, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, sindrom metabolik, hipertensi, ortopedi dan komplikasi muskuloskeletal, asma, gangguan tidur, sindrom ovarium polikistik, dan gangguan psikososial. Tekanan darah tinggi dan prevalensi yang lebih tinggi hipertensi terjadi pada anak kelebihan berat badan, terlepas dari ras, jenis kelamin, dan usia. Sindrom metabolik (hipertensi, intoleransi glukosa, hipertrigliseridemia, penurunan high density lipoprotein tingkat, obesitas sentral perut) menganugerahkan risiko terlalu tinggi penyakit kardiovaskular, dengan prevalensi keseluruhan sebesar 4% pada remaja dan sekitar 30% pada remaja kelebihan berat badan. Komplikasi ortopedik termasuk penyakit Blount, ditandai oleh pertumbuhan berlebih dari aspek medial tibia proksimal metaphysis, menyebabkan membungkuk kaki dan menyelinap epiphysis modal femoralis, di mana epiphysis femur proksimal slip dari metaphysis posterior dan medial karena berat meningkat pada pelat pertumbuhan tulang rawan pinggul. Beberapa studi prospektif menunjukkan hubungan sebab akibat antara obesitas dan asma, tetapi tidak jelas apa peran ini bermain di masa kecil. Obstructive sleep apnea lebih sering terjadi pada anak-anak kelebihan berat badan dan dapat menyebabkan masalah seperti hipertensi, kelelahan siang hari, dan hipertensi paru. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) telah dilaporkan pada 10-25% dari remaja yang sangat kelebihan berat badan. NAFLD ditandai dengan peningkatan ringan transaminase, hati hyperechoic pada USG, dan bukti fibrosis dan steatosis periportal pada pemeriksaan histologis. Pengembangan menjadi sirosis hati dapat terjadi dengan waktu. Proteinuria disebabkan oleh glomerulosklerosis fokal segmental telah dilaporkan dalam sangat gemuk Afrika-Amerika
Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak Page 14

remaja. Selain komplikasi yang mungkin hadir pada remaja, obesitas pada orang dewasa dikaitkan dengan peningkatan risiko keganasan dan osteoarthritis. COMORBIDITY Asthma Insulin resistance, Type 2 diabetes mellitus Dyslipidemia Gallstones Hypertension Musculoskeletal problems (Blount disease, slipped capital femoral epiphysis) Nonalcoholic fatty liver disease, nonalcoholic steatohepatitis Obstructive sleep apnea Polycystic ovary syndrome Behavioral complications Pseudotumor cerebri Slipped capital femoral epiphysis Blount disease

2.5 Pencegahan Obesitas Obesitas dapat dicegah sejak dini, akan tetapi pencegahan obesitas tidak mudah, dibutuhkan kerjasama multfaktorial untuk dapat mencegah obesitas. Berikut beberapa cara mencegah obesitas. PREGNANCY Menormalkan Jangan Menjaga POSTPARTUM AND INFANCY Asi eksklusif minimal 3 bulan Menunda pemberian makanan padat dan minumn manis olahraga Pada penderita diabetes gestasional, kontrol glukosa darah secara teliti. indeks massa tubuh sebelum hamil. merokok. ringan

Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak

Page 15

FAMILIES Makan dengan keluarga pada waktu dan tempat yang tetap Jangan melewati makan, terutama sarapan Jangan menonton televise sewaktu makan Gunakan piring yang kecil Hindari permen yang tidak berguna, makanan berlemak, dn minuman ringan Pindahkan televise dari kamar tidur anak-anak. Kurangi waktu untuk menonton televisi dan video game.

SCHOOLS Melarang penjualan permen dan snack Mengevaluasi konten mesin penjual otomatis dan ganti dengan pilihan yang lebih sehat Memasang mesin air minum Mengedukasi guru, terutama guru olahraga dan fakuktas science, tentang dasar nutrisi dan keuntungan dari aktifitas fisik Mengedukasi anak-anak mulai dari TK sampai SMA tentang diet dan gaya hidup yang sesuai Physical education, termasuk 30-45 olahraga 2-3 kali per minggu secara teratur Mengajak walking schoolbus bersama orang tua murid COMMUNITIES Meningkatkan olahraga hindari dan fasilitas bermain untuk anak-anak dari segala usia. lift dan eskalator.

penggunaan

Memberikan informasi tentang bagaimana untuk berbelanja dan menyiapkan versi sehat dari budaya makanan HEALTH CARE PROVIDERS Jelaskan kontribusi biologis dan genetik untuk obesitas.

Berikan berat badan pada anak sesuai dengan usia harapan

Makalah Penyuluhan Imunisasi Masa Depan pada Anak

Page 16

You might also like