You are on page 1of 25

March 28, 2008 Teknik Pembuatan Beton Filed under: Teknik Sipil Beton adalah material utama yang

digunakan dalam pembuatan bangunan. Beton terdiri dari pasta, agregat dan admixture. Dalam membuat suatu beton dengan mutu tertentu perlu ditentukan jumlah pasta dan agregat yang sesuai. Pasta adalah campuran semen dan air yang digunakan untuk merekatkan agregat-agregat dalam beton. Jumlah pasta pada pembuatan beton sekitar 30-40% dari volume dan berat total beton. Sedangkan jumlah agregat sebesar 60-70%. Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan ada kekuatan, keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya tahan suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton melalui proses perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang diperlukan. Setelah proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan yang telah dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah proses perawatan selama 28 hari. Pada hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi 70% dari kondisi normalnya. Pada proses perawatan beton diusahakan agar temperatur ruang perawatan jangan terlalu dingin, juga beton diusahakan jangan terlalu kering karena akan menyebabkan getas.

1. Semen dan Air


Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus. Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Semen memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam pembutan beton adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik juga terdiri dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran kalsium, silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di lapangan, bahan-bahan semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat

kimia lain. Contohnya, semen portland abu terbang yang merupakan hasil poemanfaatan kembali dari produksi pembakaran gas. Air juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan beton, karena air dapat mempercepat proses kimiawi pada beton.Sehingga dapat memudahakn pengerjaan. Pada reaksi kimia beton, hanya 1/3 bagian air yang diperlukan untuk reaksi. Air bermanfaat dalam mencegah penyusutan plastis. Tapi dapat merendahkan permeabilitas dan kekuatan beton. Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Fungsi dari pasta ini adalah untuk merekatkan agregat sehingga tidak mudah goyah. Selain itu, semen juga berfungsi dalam mengeraskan dan membentuk beton agar padat. Proporsi dari kedua campuran semen dan air menentukan sifat-sifat dari beton yang dibentuk. 2. Agregat Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah: Menghasilkan Menimbulkan beton volume beton yang yang murah. stabil

Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta

pemecahan pada batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi.

3. Admixture dan Additife Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus dipakai dalam pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin mendapatkan suatu jenis beton yang membutuhkan bahan,selain semen dan agregat. Contohcontoh zat admixture :

Super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air Pembentuk Retarder : gelembung udara : meninggikan sifat kedap air memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu

pengerjaan Bahan warna : memberi bahan warna

Sistem dan Teknologi Konstruksi Filed under: Teknik Sipil PENDAHULUAN Tulisan berikut merupakan rangkuman yang penulis kumpulkan dari beberapa buku dalam rangka memahami dan menemukan hubungan interaksi antara Sistem dengan Teknologi serta keterkaitan Pelaku, Keahlian dan Kelembagaan yang mewadahinya. Substansi tulisan merupakan pemahaman awal penulis saat bekerja pada Deputi Konstruksi, Kantor Menteri Negara Pekerjaan Umum dahulu dan dirasakan masih sangat relevan dengan tugas-tugas di Badan Pembinaan Konstruksi dan Investasi dimana penulis bekerja sekarang mengingat tugas-tugas Deputi Konstruksi tersebut diwariskan pada badan ini. PENGERTIAN SISTEM Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu Systema, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan SYSTEM, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem. Berikut ini adalah definisi kata Sistem menurut beberapa para ahli. a. Buckley Sistem adalah suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagiannya. (A whole that functions as a whole by virtue of interdependence of its parts).

b. H.Kerzner Sistem adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan/atau bukan manusia (non-human) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir. Pengertian ini, mengandung arti pentingnya aspek pengaturan dan pengorganisasian komponen dari suatu sistem untuk mencapai sasaran bersama, karena bila tidak ada sinkronisasi dan koordinasi yang tepat, maka kegiatan masing-masing komponen, sub-sistem, atau bidang dalam suatu organisasi akan kurang saling mendukung. c. B.S. Blanchard Engineering System adalah aplikasi yang efektif dari usaha-usaha ilmu pengetahuan dan engineering dalam rangka mewujudkan kebutuhan operasional menjadi suatu sistem konfigurasi tertentu, melalui proses yang saling terkait berupa definisi keperluan analisis fungsional, sintesis, optimasi, desain, tes, dan evaluasi. Selanjutnya pengertian sistem ini pada kenyataannya juga dipakai untuk menunjukan banyak hal seperti: Sistem yang digunakan untuk menunjukan suatu kumpulan dan himpunan benda-benda yang disatukan atau dipadukan oleh suatu bentuk saling hubung atau saling ketergantungan yang teratur; sesuatu himpunan bagian-bagian yang tergabungkan secara alamiah maupun oleh budi daya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat dan terpadu; suatu keseluruhan yang terorganisasikan atau sesuatu yang organik; atau juga yang berfungsi bekerja atau bergerak secara serentak bersama-sama bahkan sering bergeraknya itu mengikuti suatu kontrol tertentu. Contoh: Sistem tata surya, ekosistem. Sistem yang digunakan untuk menyebut alat-alat atau organ tubuh secara keseluruhan yang secara khusus memberikan andil atau sumbangan terhadap berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit tetapi amat vital. Contoh: Sistem syaraf.

Sistem yang menunjukan sehimpunan gagasan (ide) yang tersusun terorganisasikan, suatu himpunan gagasan, prinsip, doktrin, hukum dan sebagainya yang membentuk suatu kesatuan yang logik dan dikenal sebagai isi buah fikiran filsafat tertentu, agama atau bentuk pemerintahan tertentu. Contoh: Sistem teologi, sistem pemerintahan demokrasi, sistem masyarakat islam. Sistem yang digunakan untuk menunjukan suatu hipotesa atau teori. Contoh: Pendidikan sistematik. Sistem yang digunakan dalam arti metode atau tata cara. Contoh: Sistem mengetik 10 jari; sistem belajar jarak jauh. Sistem yang digunakan untuk menunjukan pengertian skema atau metode pengaturan organisasi atau susunan sesuatu atau mode tata cara. Dapat juga dalam arti suatu bentuk atau pola pengaturan pelaksanaan atau pemrosesan; dan juga dalam pengertian metode pengelompokan, pengkodifikasian dan sebagainya. Contoh: Sistem pengelompokan bahan pustaka menurut Dewey. Dari uraian di atas pemakaian sistem dapat digolongkan secara garis besar pada dua golongan pemakaian yaitu: Menunjukan pada suatu bentuk fisik, sesuatu wujud benda, abstrak maupun konkrit termasuk juga konsepsi yang dikenal dengan deskriptif Menunjukan suatu metode atau tata-cara yang dikenal dengan preskriptif Sistem paling sering digunakan untuk menunjukan pengertian metode atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan. Deskriptif Preskriptif Ini sebuah mobil. Ini seb. mobil yg bisa memberi layanan transportasi ekonomis. Ini program investasi. Ini program investasi yang akan meningkatkan deviden Ini perlengkapan keamanan. Ini perlengkapan keamanan yang akan mencegah kecelakaan Contoh tersebut di atas menunjukan pada suatu wujud barang atau benda dalam pengertian deskriptif yang berlainan dengan benda yang dipergunakan dalam pengertian preskriptif yaitu sebagai suatu metode atau alat untuk mencapai sesuatu.

Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dalam pengertian umum sebagai pendekatan sistem yang merupakan penerapan metode ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Ada banyak penyebab atas terjadinya sesuatu masalah. Jadi pendekatan sistem menyadari adanya kerumitan di dalam kebanyakan permasalahan. Misalnya dalam kasus suatu kecelakaan mobil kita tidak bisa menganggap terjadinya kecelakaan akibat mobil dijalankan ngebut. Apabila dikaji lebih cermat banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan mobil. Secara singkat dapat dikatakan bahwa banyak manfaat yang kita peroleh dengan mengambil kesimpulan atau keputusan secara sistematik ini. A. DEFINISI SISTEM Adalah sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan dan hal ini dilakukan dengan cara mengolah data dan atau energi dan atau barang (benda) di dalam jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi dan atau energi dan atau barang (benda). Contoh: Sistem Pabrik. Sekelompok orang, mesin, dan fasilitas (sehimpunan unsur) melakukan kegiatan atau bekerja untuk menghasilkan jumlah dan jenis produk tertentu dengan mendayagunakan atau mengolah atau memberlakukan persayaratan produk, jadwal, bahan mentah, dan daya listrik yang diubah menjadi daya mekanik guna menghasilkan karya, produk dan informasi yang telah direncanakan atau ditetapkan pada saat para langganan memerlukannya. Sistem Informasi Manajemen. Sekumpulan orang, seperangkat pedoman dan alat perlengkapan pengolah data memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil kembali data (mengolah data dan bahan) untuk mengurangi ketidakpastian di dalam pembuatan keputusan dengan menghasilkan atau memberikan informasi bagi/kepada pimpinan pada saat pimpinan tersebut bisa mempergunakannya seefisien-efisiennya. Sistem Organisasi Usaha. Sekumpulan orang mencari dan mengolah sumber-sumber material dan informasi untuk mencapai berbagai macam tujuan bersama termasuk keuntungan pembelanjaan ekonomi atau bagi perusahaan dengan menyelenggarakan penganggaran, perancangan,

memproduksi dan pemasaran guna menghasilkan produk akhir dan berhasil memasarkannya sebanyak jumlah minimum tertentu per tahunnya.

Jika diperhatikan ketiga contoh di atas, maka nampak ada unsur difinisi yang selalu ada yaitu: Sehimpunan Unsur Tujuan Sistem Wujud Hasil Kegiatan atau Proses Sistem dalam Kurun Waktu Pengolahan data dan atau Energi dan atau Bahan. Dari uraian di atas unsur-unsur definisi dapat disusun dalam bentuk pertanyaanpertanyaan berikut: Apakah sajakah unsur-unsur sistem itu? Apakah tujuan sistem itu? Apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu? Apa sajakah yang diproses oleh sistem itu? Apa yang dihasilkan proses itu? Apa ukuran keberhasilan proses tersebut? sehingga mempermudah pemahamannya sebagai

Penggunaan kata Sistem dalam Pendekatan-Sistem (systems approach) sudah digunakan sejak lama di negara-negara Barat untuk menyelesaikan permasalahan dengan lebih objektif dan mendetail. B. SISTEM KONSTRUKSI Bagaimana dengan pengertian Sistem yang dikaitkan dengan Konstruksi, yang sering ditulis dengan Sistem Konstruksi. Sebenarnya kata konstruksi menurut Bahasa Indonesia lebih dekat dengan kata dari Bahasa Belanda Konstruktie, karena kata Konstruksi yang dimaksudkan disini adalah wujud sesuatu bangunan. Sehingga kata Konstruksi haruslah berupa kata benda. Jadi Konstruksi disini bukanlah terjemahan langsung dari Bahasa Inggris yaitu dari kata Construction, yang berarti pembangunan. Sehingga Construction System menurut Bahasa Inggris lebih tepat diterjemahkan menjadi Sistem Pembangunan yang dekat dengan pengertian Construction Management. Jadi yang dimaksud dengan Sistem Konstruksi disini adalah sistem bangunan atau jenis-jenis bangunan atau dalam Bahasa Inggris sebenarnya lebih tepat disebut dengan Structural System.

Dengan menggunakan konsep di atas maka Sistem Konstruksi dapat diartikan sebagai sekelompok orang, seperangkat pedoman dan peraturan, fasilitas, alat perlengkapan pengolah data melakukan kegiatan atau bekerja untuk menghasilkan jumlah dan jenis konstruksi tertentu dengan mendayagunakan atau memberlakukan persyaratan teknis, sumber daya alam, sumber daya manusia guna menghasilkan hasil karya dan informasi yang telah direncanakan atau ditetapkan pada saat diperlukan. Selanjutnya, Sistem Konstruksi dalam hal ini juga mengandung artikan sebagai gabungan dan kerjasama dari semua unsur Konstruksi, sehingga membentuk satu kesatuan yang kompak dan terpadu menjadi suatu bangunan untuk suatu manfaat tertentu. Dalam hal Konstruksi Bangunan Sipil, khususnya Konstruksi Jembatan, maka yang dimaksud dengan Sistem Konstruksi adalah suatu konstruksi yang disusun oleh atau terdiri dari sub-sistem yaitu: Bangunan Atas Jembatan, Bangunan Bawah Jembatan, dan dilengkapi dengan Bangunan Pelengkap Jembatan. Selanjutnya, kalau bahasan analisa kita turunkan satu level dibawahnya yaitu dengan merinci unsur sub-sistem Bangunan Atas Jembatan maka dapatlah kita uraikan lebih jauh bahwa Bangunan Atas tersebut tersusun dari Gelagar Utama, Diafragma, Lantai-Jembatan, Trotoar, Railing-Post, dan Hand-Railing. Memperhatikan uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa setiap suatu sistem bisa kita uraikan dalam bentuk sub-sistem pada level dibawahnya. Dan secara umum suatu sistem dapat kita jabarkan dalam bentuk suatu hirarki dengan berbagai levelnya. Marilah kita tinjau sistem dari sebuah Pohon, dimana setiap Pohon akan terdiri dari sub-sistem dibawahnya yaitu: Batang, Cabang, Ranting, Daun dan Buah serta Akar. Unsur-unsur pohon tersebut, saling bekerjasama, untuk memperoleh suatu manfaat tertentu, antara lain untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan reproduksi. Apabila salah satu atau lebih dari unsur subsistem tersebut tidak bekerja atau hilang maka gabungan dari unsur-unsur yang tidak lengkap tersebut tidak dapat kita katakan sebagai sebuah sistem. Pada suatu sistem yang lebih kompleks misalnya Manusia, dapatlah kita lihat suatu hirarki sebagai berikut: Manusia secara utuh dan lengkap dapat kita sebut sebagai level-1. Selanjutnya sub-sistem yang langsung berada dibawahnya yaitu pada level-2, dapat kita uraikan menjadi Kepala, Tubuh dan Anggota Badan. Selanjutnya apabila kita teliti lebih jauh pada level sub-sistem berikutnya yaitu

pada level-3, maka Kepala dapat pula kita uraikan lebih jauh yaitu terdiri dari Mata, Telinga, Mulut, Hidung, dan Wajah. Dan seterusnya pada level-4 dapat diuraikan lagi lebih lanjut yaitu untuk Telinga dapat dirinci lebih jauh menjadi: Daun-Telinga, Lubang-Telinga, Saluran Eustachius dan Gendang-Telinga. Kalau kita melihat sistem tersebut dengan keterkaitannya kepada dukungan dari unit lain, maka pada tatanan yang mempunyai level sistem yang sama yaitu Teknologi Konstruksi, Keahlian Konstruksi, Kelembagaan Usaha Konstruksi dan Jasa Konstruksi, maka akan kita temui suatu kumpulan sistem yang disebut BIDANG KONSTRUKSI. Lebih jauh kalau kita melihat pada tatanan yang lebih tinggi yang dikenal dengan sebutan Supra-Sistemnya, maka akan kita temui suatu sistem yang cakupannya lebih luas dan lebih menyeluruh, misalnya suatu ruas jalan tertentu dapat kita sebut sebagai Supra-Sistem dari jembatan yang terletak pada ruas tersebut, selanjutnya ruas jalan tersebut dapat pula kita namakan dengan sub-sistem dari suatu sistem jaringan jalan yang lebih luas. Selanjutnya sistem jaringan jalan ini, dapat pula kita sebut sebagai subsistem dari moda-transportasi darat, dimana moda transportasi darat ini dapat pula kita nyatakan menjadi sub-sistem dari sistem transportasi nasional yang mencakup seluruh moda transportasi yang ada yaitu transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. C. SISTEM KONSTRUKSI JEMBATAN Sebelum membahas apa yang dimaksud dengan Sistem Konstruksi Jembatan, akan dijelaskan terlebih dahulu definisi jembatan. Jembatan adalah suatu Konstruksi yang dibangun untuk melewatkan suatu massa atau traffic lewat atas suatu penghalang. Selanjutnya macam-macam penghalang, atau jenis penghalang, dapat terdiri dari: Sungai, Jalan Raya, Laut, Waduk, Jalan Kereta api, dan lain sebagainya. Apabila konstruksi tersebut kita bangun lewat bawah suatu penghalang, maka jenis konstruksi tersebut umumnya dapat kita sebut sebagai Terowongan, Under-pass atau Tunnel. Dalam bahasan berikut ini kita akan membahas secara lebih mendetail mengenai Sistem Konstruksi Jembatan, pertama-tama harus kita bahas terlebih dahulu soal sebutan atau penamaan Jembatan, misalnya apakah yang dimaksud dengan Sistem Konstruksi Jembatan Rangka Baja. Pemberian nama jembatan biasanya mengikuti kesepakatan dari penggunaan jenis Konstruksi Utama yang

digunakan dan jenis material jembatannya. Dalam hal ini, jenis Konstruksi Utamanya adalah terdiri dari konstruksi rangka dengan jenis material baja. Selanjutnya yang dimaksud dengan Konstruksi Jembatan Gantung Baja, adalah suatu Konstruksi Jembatan yang mengandalkan Konstruksi Utamanya terdiri dari Kabel Penggantung yang umumnya terdiri dari jenis material baja. Sedangkan yang dimaksud dengan Jembatan Cable-Stayed ialah suatu konstruksi jembatan yang menggunakan kabel yang diregangkan lurus, atau dicancangkan dalam memikul beban utama konstruksi. Sistem Bangunan Atas Jembatan yang telah diteliti dan dikembangkan selama bertahun-tahun, termasuk pengembangan tipe-tipe Konstruksi Bangunan Atas, jenis material, nilai ekonomis, panjang jembatan yang mungkin dicapai, telah menghasilkan suatu kesimpulan berupa suatu konsep yang dikenal dengan sebutan Bentang Ekonomis Jembatan. Selanjutnya, yang dimaksud dengan Bentang Ekonomis suatu jembatan ialah bentang yang paling ekonomis untuk suatu tipe konstruksi jembatan dengan jenis material tertentu, sebagaimana diuraikan seperti berikut ini: Tipe Flat Slab, untuk bentang: 5m-15m Tipe Gelagar, untuk bentang: 10m-25m Tipe gelagar Prestressed I Section: 15m-40m Tipe gelegar Box Prismatic Section: 30m-60m Tipe Box Free Cantilever Sistem: 60m-200m Tipe Pelengkung untuk bentang: 50m-250m Tipe Rangka untuk bentang: 40m-400m Tipe Cable-Stayed untuk bentang: 250m-1000m Tipe Gantung untuk bentang: 100m-2000m Tipe Hybrid (Gantung plus Cable-stayed): 1500m-3500m BI-Stayed (pengembangan Cable-Stayed) Dengan memperhatikan Konsep Bentang Ekonomis tersebut di atas kita dapat dengan mudah untuk memutuskan untuk suatu lebar sungai tertentu, berapa panjang bentang sebuah jembatan yang paling ekonomis, sehingga penghematan biaya pembangunan jembatan tersebut dapat kita peroleh paling tidak penghematan biaya untuk biaya Bangunan Atas sudah dapat langsung kita terapkan. Lebih jauh lagi dengan mempelajari Sistem Konstruksi Bangunan

Bawahnya dapat pula kita pilih dan kemudian kita putuskan tipe bangunan yang paling ekonomis tentu saja dengan telah mempertimbangkan pula pilihan jenis pondasi yang paling sesuai dilihat dari segi ekonomisnya pula. Kombinasi pemilihan tipe Bangunan Bawah Jembatan sebenarnya relatif lebih sulit dikarenakan tipe bangunan bawah terutama tipe atau jenis Pondasinya yang relatif bervariasi cukup banyak, karena penentuan tipe dan jenis pondasi tersebut akan sangat tergantung kepada jenis dan besarnya beban serta kombinasi beban yang bekerja, tentu saja pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu unsur tanahnya, dengan mempertimbangkan pula kekuatan daya dukung serta struktur geologinya, kedalaman tanah keras dan tentu saja juga tergantung pula kepada dalamnya sungai atau dalamnya laut apabila kebetulan konstruksi jembatan yang kita tinjau tersebut terletak di laut, sedemikian apabila kita ingin membuat sebuah standar dalam bentuk konsep yang serupa yaitu Tipe-Pondasi yang paling ekonomis, tentu akan cukup rumit mengingat banyaknya variasi yang harus kita pertimbangkan pula. Berikut dibawah ini dapat dilihat uraian secara lengkap sistem konstruksi jembatan menurut hirarkinya sebagai berikut: 1. PENILAIAN TERHADAP SISTEM Suatu sistem dapat kita katakan optimum apabila semua unsur-unsur yang mendukung sistem tersebut juga mencapai nilai optimum, di atas telah kita bahas beberapa unsur yang mendukung terwujudnya suatu sistem yang optimum yaitu: Teknologi Konstruksi Keakhlian Konstruksi Kelembagaan Konstruksi Jasa Konstruksi.

Selain keempat unsur utama tersebut di atas, maka ada beberapa unsur lainnya yang tidak kalah pentingnya untuk turut pula menjadi pertimbangan secara tersendiri disini, meskipun bahasan dari beberapa unsur tersebut dapat pula kita bahas secara implisit di dalam masing-masing unsur tersebut. Unsur-unsur penting lainnya tersebut adalah sebagai berikut:

Efektif-Efisien Ekonomis Financial-viable Durability, kesesuaian dengan umur rencana Azas-Manfaat, keberpihakan kepada Publik Sistem Integrasi, terhadap sistem-sistem lain di lingkungannya Dan lainnya (Lingkungan hidup, dlsb).

Keseluruhan unsur-unsur di atas haruslah menjadi pertimbangan untuk melakukan penilaian terhadap suatu sistem konstruksi, apakah sistem tersebut optimum atau tidak, yang menjadi masalah lebih lanjut adalah, pemberian bobot terhadap masingmasing unsur. Apakah akan kita beri bobot yang sama ataukah dengan bobot yang berbeda, menurut common sense seharusnya bobot untuk masing-masing unsur tersebut harusnya tidak sama, tergantung kepada tingkat kepentingan dari masing-masing unsur yang ditinjau, jadi sangat tergantung kepada tingkat InterventionPolicy yang kita tetapkan. Pada kondisi normal dapat kita katakan bahwa pemberian bobot tersebut dapat diambil sama, jadi untuk menentukan besarnya bobot penilaian dari masing-masing unsur tersebut sebaiknya diambil berdasarkan konsensus kebijakan yang kita tetapkan bersama. Pemberian besaran masing-masing bobot tersebut biasanya mengikuti kesepakatan yang biasa berlaku yaitu menggunakan 5 level yaitu Sangat Penting, Penting, Biasa, Kurang Penting, Tidak Penting, atau menggunakan Sistem 3 level, yaitu Penting, Biasa, Tidak Penting. Dalam bentuk rating biasanya nilai-nilai tersebut di atas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka nominal yaitu untuk sistem 5 level, dalam bentuk 5,4,3,2,1, sedangkan untuk sistem 3 level, dalam bentuk 5,3,1. Selanjutnya untuk lebih mudah dan jelas sebaiknya kita lakukan simulasi penilaian ini langsung dalam bentuk nominal secara kuantitatif. Misalnya di bawah ini akan kita bandingkan konstruksi jembatan baja versus jembatan beton di ruas jalan Pantura antara Jakarta Surabaya. Dapat kita simpulkan disini bahwa ternyata jembatan beton lebih unggul kalau kita bandingkan dengan jembatan baja. Kalau kita uraikan lebih jauh atas dasar apa kita menetapkan nilai-nilai rating tersebut di atas, berikut ini dijelaskan secara rinci.

2. TEKNOLOGI KONSTRUKSI Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu La Teknique yang dapat diartikan dengan Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi). Berbeda kalau kita membahas tentang suatu produk-seni yang mana proses pembuatannya dilaksanakan secara intuitif jadi tidak secara rasional, sedemikian sehingga karya seni tersebut tidaklah dapat dikatagorikan sebagai suatu produk teknologi. Kalau bahasan wacana ini dikembangkan secara lebih jauh maka kata Teknologi ini biasanya mempunyai pasangan kata yang populer yaitu Science, jadi pasangan kata Science dan Teknologi. Sesungguhnya kata Science ini lebih dekat dengan jawaban kata WHY, selanjutnya kata Teknologi dilain pihak sangat dekat dengan pengertian kata jawaban dari HOW. Kalau kita bandingkan penguasaan Teknologi Konstruksi Baja dengan Konstruksi Beton secara umum dapat kita ketahui, bahwa berdasarkan pengalaman selama ini bahwa teknologi pembuatan konstruksi beton lebih banyak dikuasai oleh bangsa kita, apabila dibandingkan dengan teknologi baja, hal ini dikarenakan bahwa semua unsur material pembuat beton banyak tersedia di Pulau Jawa, karena itu maka nilai rating konstruksi beton kita tetapkan dengan nilai 5, sedangkan untuk konstruksi baja kita tetapkan dengan nilai 3. Selanjutnya kalau kita berikan penilaian terhadap keahlian konstruksi, maka dapat kita ketahui dengan jelas bahwa banyaknya tenaga terampil dan tenaga ahli yang bergerak dibidang pembuatan konstruksi beton lebih banyak dan lebih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan, tenaga terampil dan tenaga ahli dibidang konstruksi baja, jadi dapat kita simpulkan disini bahwa nilai rating untuk konstruksi beton pasti lebih tinggi bila dibandingkan dengan konstruksi baja, karena itu kita putuskan nilai untuk beton kita ambil 5 dan untuk konstruksi baja kita ambil nilai 3.

3. KELEMBAGAAN USAHA Kalau dilakukan juga penilaian terhadap ada atau tidaknya lembaga usaha yang mampu melaksanakan pekerjaan suatu jenis konstruksi, maka yang perlu diketahui disini adalah apakah kualifikasi dari suatu badan usaha tersebut sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan ditinjau dari segala aspeknya, apakah sudah ada sertifikasi yang sesuai untuk kualifikasi tersebut dan lain sebagainya. 4. JASA KONSTRUKSI Penilaian terhadap sistem apabila dilihat dari sudut Jasa Konstruksi, tentu saja akan melibatkan penilaian apakah pelaksanaan Jasa Konstruksi di Indonesia telah mempunyai suatu landasan Hukum yang kuat, juga apakah pelaksanaan jasa konstruksi disini telah berdasarkan prinsip Market-Oriented. Jadi telah menterapkan sistem persaingan bebas sedemikian sehingga jaminan keamanan terhadap pelaksanaan jasa konstruksi dapat berkembang berdasarkan prinsip persaingan bebas, yang memungkinkan dunia usaha dibidang Jasa Konstruksi ini betul-betul akan hidup dan berkembang secara sehat berdasarkan prinsip-prinsip di atas dan didukung oleh pengembangan Professionalisme. Dalam hal perbandingan Sistem Konstruksi Baja apabila kita bandingkan dengan Sistem Konstruksi Beton akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan kenyataan yang ada maka pelaksanaan konstruksi beton akan lebih mudah dan lebih disukai dibandingkan dengan pelaksanaan Konstruksi Baja, kerena itu penetapan besarnya nilai rating yang diambil adalah paralel dengan hal tersebut diatas yaitu nilai 5 untuk konstruksi beton dan nilai 3 untuk konstruksi baja. Penilaian selanjutnya akan ditujukan kepada nilai-nilai Eksternal yaitu efektif, ekonomis, durability, manfaat, integrasi terhadap sistem lain dan tingkat gangguannya terhadap lingkungan hidup. 5. EFEKTIVITAS Kalau kita melihat sejauh mana suatu konstruksi itu akan mempunyai tingkat nilai yang efektif, tentu saja harus diketahui proses pembuatannya dan

pemasangan bahan tersebut sampai menjadi suatu bangunan, apakah pada setiap tahapan proses tersebut telah diterapkan syarat-syarat efektivitas tersebut dan apakah pada setiap proses tersebut telah pula diterapkan prinsip-prinsip kontrol kualitas secara ketat, untuk itu kalau kita bandingkan proses pembuatan dan pelaksanaan Konstruksi Baja apabila kita bandingkan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan Konstrusi Beton maka dengan mudah dapat diketahui bahwa jaminan tingkat efektivitas dari konstruksi baja akan lebih unggul bila dibandingkan dengan konstruksi beton karena itu penetapan besarnya nilai rating dapat diambil sebagai berikut yaitu untuk baja diambil nilai 5 sedangkan untuk beton dtetapkan nilai 3. 6. EKONOMIS Penilaian tentang ekonomis atau tidaknya suatu proyek haruslah dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pertimbangan ekonomis suatu proyek antara lain prinsip Benefit-Cost Ratio yaitu suatu prinsip yang dikembangkan berdasarkan penghitungan besarnya biaya yang akan dikeluarkan oleh proyek tersebut. Selanjutnya kita bandingkan dengan besarnya manfaat yang akan diperoleh apabila proyek tersebut sudah berfungsi. Selain prinsip tersebut ada lagi metode lainnya yaitu berdasarkan prinsip Internal-Rate of Return yang dikembangkan atas dasar prinsip diskonto terhadap pengembalian dari investasi yang ditanamkan, kadangkadang prinsip ini sering juga disebut dengan prinsip Net Present Value. Ada lagi cara lainnya yaitu dengan prinsip pengembalian Investasi yaitu dengan prinsip W.A.C.C. Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas dapat kita lihat atau diukur berapa tingkat ekonomisnya suatu proyek tersebut. Dalam hal membandingkan tingkat ekonomis konstruksi baja bila dibandingkan dengan konstruksi beton maka secara umum konstruksi Beton sedikit lebih hemat dibandingkan dengan konstruksi Baja, untuk daerah tertentu misalnya di Pulau Jawa. Sedangkan untuk daerah lainnya misalnya di Pulau Kalimantan maka Konstruksi baja bisa sedikit lebih murah bila dibandingkan dengan Konstruksi Beton, karena itu untuk penilaian ratingnya dapat diambil sama. 7. UMUR RENCANA

Penilaian terhadap besarnya umur rencana suatu proyek umumnya telah ditetapkan pada waktu proses perencanaannya, jadi biasanya setiap proyek tersebut telah dihitung terlebih dahulu berapa prediksi umur yang akan dicapai apabila proyek tersebut dibangun, kemudian dimensi proyek tersebut baru dihitung sesuai dengan umur yang telah ditetapkan tersebut selanjutnya besar nilai proyek tersebut lalu dihitung berdasarkan dimensi tersebut bila kita kalikan dengan harga satuan dari masing-masing unit-price pekerjaan yang akan dilakukan tersebut. Umur rencana ini tentu saja perlu dikaitkan pula dengan pemeliharaan dari proyek tersebut, mengingat bertahannya suatu proyek tidak terlepas dari biaya pemeliharaan yang kita anggarkan. Semua biaya yang dikeluarkan mulai dari biaya perencanaan sampai dengan biaya pemeliharaan itu umumnya disebut dengan Life-Cycle Cost. Jadi yang penting ditekankan disini adalah apakah Performance Indicator yaitu umur rencana itu dapat dicapai atau tidak, namun menurut pengalaman yang ada banyak proyek yang tidak mencapai umur rencana yang ditetapkan. Dalam hal pengambilan contoh rating ini dapat diambil untuk Beton yaitu sebesar 5 sedangkan untuk baja diambil nilai 3, mengingat biaya pemeliharaan beton lebih murah dibandingkan dengan beton. 8. MANFAAT Pemberian penilaian terhadap manfaat yang akan diperoleh

masyarakat akibat adanya suatu proyek dapat kita bedakan dengan perolehan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung, dalam hal manfaat langsung sesungguhnya telah ditetapkan lebih dahulu pada awal pembuatan Studi-Kelayakan Proyek tersebut. Kita ambil misal untuk proyek jembatan, sebelum proyek tersebut dibuat tentu terlebih dahulu telah dilakukan kajian ekonomis apakah proyek tersebut cukup ekonomis atau tidak, salah satu tolok ukur tersebut adalah melakukan prediksi, berapa jumlah traffic yang akan lewat pada jembatan tersebut untuk suatu periode tertentu sampai tercapai suatu umur rencana atau selama masa pelayanan dari konstruksi tersebut. Dalam hal ini apabila kita bandingkan manfaat langsung dari kedua macam konstruksi tersebut, tentu saja akan menghasilkan nilai yang sama. Lain lagi kalau penilaian tersebut dilanjutkan kepada penilaian terhadap manfaat tidak langsung misalnya kemungkinan kesempatan kerja, tentu saja akan menghasilkan nilai yang berbeda. Tapi dalam kesempatan ini sebaiknya

pembahasan ini dibatasi saja terlebih dahulu dengan penilaian terhadap manfaat langsung. Melakukan penilaian yang lengkap terhadap kajian manfaat dari suatu proyek konstruksi sebenarnya tidaklah terlalu mudah dikarenakan harus melibatkan banyak fihak antara lain publik. Kalau sudah berhadapan dengan publik dalam jumlah yang cukup mewakili maka haruslah diadopsi suatu sistem penelitian yang dikembangkan berdasarkan suatu sistem angket atau beberapa cara lain yang dilaksanakan berdasar prinsip-prinsip statistik melalui proses jajak pendapat yang lengkap, kita akan memperoleh hasil penelitian yang lengkap. 9. INTEGRASI SISTEM Pembahasan mengenai terintegrasinya suatu sistem konstruksi yang ditinjau haruslah dilihat secara keseluruhan apakah ada terdapat banyak konstruksi yang sejenis yang telah dibangun disekitar daerah sistem konstruksi yang kita tinjau kemudian haruslah diteliti sejauh mana keterkaitan dari masing-masing sistem konstruksi yang telah ada dan harus juga dilihat sejauh mana potensi keterkaitan sistem konstruksi tersebut dimasa depan. Atas dasar kesemuanya itu dapatlah disimpulkan seberapa jauh tingkat ketergantungan sistem tersebut satu sama lain dan atas dasar hal tersebut di atas dapatlah diperoleh tingkat efisiensi tertentu yang dapat dicapai bila dibandingkan dengan hanya sebuah single sistem saja yang kita terapkan, hal ini dapat dengan mudah kita pahami yaitu pembelian suatu barang secara Grossir tentu akan lebih hemat bila dibandingkan membeli secara eceran. Dalam hal ini secara umum maka konstruksi beton akan lebih mudah terintegrasi dengan sistem konstruksi lainnya yang menggunakan bahan beton apabila dibandingkan dengan sistem konstruksi baja karena itu adalah wajar kalau rating untuk beton diambil lebih besar yaitu sebesar 5, bila dibandingkan dengan konstruksi baja yaitu 3. 10. MASALAH LINGKUNGAN Dalam hal penilaian terhadap masalah lingkungan ini, maka akan dapat dikembangkan secara lebih luas dan lengkap bila dalam kesempatan ini dibahas pula masalah dampak kerusakan lingkungan yang dapat terjadi

pada suatu lingkungan proyek, namun mengingat dalam kesempatan ini hanya akan dilihat secara garis besarnya saja, maka dapat dengan mudah kita tentukan bahwa tingkat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh Sistem konstruksi beton akan lebih mencemari lingkungan mengingat umumnya jenis konstruksi ini akan memanfaatkan sebesar-besarnya penggunaan material setempat semisal batu, pasir, dan air yangdigunakan sebagai bahan pembuat beton, karena itu penetapan besarnya nilai rating yaitu sebesar 5, untuk konstruksi baja adalah wajar bila dibandingkan dengan nilai 1. Dari uraian di atas dapatlah diperoleh semua faktor penentu penilaian terhadap suatu sistem yang ditinjau dimana semua faktor-faktor penentu tadi dapat disebut dengan sebutan lain yaitu dikenal sebagai Performance Indicator yaitu faktor-faktor yang kita tetapkan untuk menilai sejauh mana performance suatu sistem yang ditinjau itu bekerja dengan benar, jadi suatu kebijakan yang baik itu tentulah suatu kebijakan yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang disepakati bersama. Disamping ini ada pula suatu penilaian yang dikembangkan untuk menilai suatu Policy yang telah dilaksanakan sebelumnya tentu saja penilaian yang dilakukan disini adalah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya apakah Performance yang dicapai telah sesuai atau tidak bila dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan semula, apabila ternyata tidak tercapai maka haruslah ditelusuri kira-kira faktor-faktor yang menjadi penyebab utama dari penyimpangan-penyimpangan tersebut, untuk kemudian dapat dihindari dikemudian hari, selanjutnya kalau kita masukkan kriteria-kriteria baru sebagai Performance Indicator yang baru hal ini dimungkinkan sebagai bentuk penajaman penilaian dimasa datang. Lebih jauh lagi akan lebih mudah melakukan penilaian terhadap kebijakan suatu Sistem Konstruksi ini haruslah dikembangkan kumpulankumpulan database dari masing-masing Indikator Penilaian yaitu database tentang Sistem Konstruksi, Teknologi Konstruksi, Keahlian Konstruksi, database tentang Harga Satuan, selanjutnya juga database tentang Sistem Konstruksi di suatu lokasi dan lain sebagainya. Atas dasar database tersebut, maka akses untuk melakukan penilaian terhadap suatu sistem konstruksi akan dapat dengan mudah dilakukan, sedemikian dasar-dasar pengambilan kebijakan yang baik dapat diambil dan ditetapkan, dan pada langkah lebih

lanjutnya tentulah hasil kebijakan tersebut akan bernilai optimum dan akan bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat banyak

Oleh: Ir. Herry Vaza, MEngSc Kepala Bidang Rencana dan Evaluasi Pusat Penilaian Mutu Konstruksi

BAPEKIN, KIMPRASWIL

Standar Kompetensi Bidang Konstruksi Batu / Beton Filed under: Teknik Sipil, Edukasi Daftar Istilah

1. acuan (bekisting) adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk


pencetak beton sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang direncanakan.

2. agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan
kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.

3. agregat ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.

4. agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami bantuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.

5. agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm.

6. adukan adalah campuran antara agregat halus dan semen portland atau
sembarang semen hidrolik yang lain dan air.

7. 7. angker adalah media untuk mengikat dalam suatu sambungan beton


pracetak.

8. bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang
dibubuhkan kedalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah beberapa sifatnya.

9. beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk masa padat.

10. beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau

tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.

11. beton-normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200- 2500 kg/m3
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan.

12. beton praktekan adalah beton bertulang yang telah diberikan tegangan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.

13. beton pracetak adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan
tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan.

14. beton ringan struktur adalah beton yang mengandung agregat ringan yang
mempunyai berat isi tidak lebih dari 1900 kg/m3.

15. beton polos adalah beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi
kurang dari ketentuan minimum.

16. berat jenis adalah perbandingan antara berat dan volume suatu material
(misalnya: beton).

17. CGS adalah standar internasional terkecil dalam ukuran metrik (dalam
sentimeter).

18. dowel adalah material penghubung antara 2 (dua) komponen struktur. 19. deking adalah beton tahu untuk pedoman ketebalan beton. 20. faktor air semen (fas) adalah perbandingan antara jumlah semen dan air
pada beton.

21. konstruksi batu adalah pasangan batu yang berfungsi sebagai elemen
konstruksi dengan kekuatan tekan > 100 kg/cm2.

22. konstruksi beton adalah beton yang berfungsi sebagai elemen konstruksi 23. Kabel adalah susunan material yang digunakan dalam media penarikan
beton pratekan, biasanya disebut tendon.

24. MKS adalah standar internasional terbesar dalam ukuran metrik (meter). 25. perancah (scaffolding) adalah suatu struktur (kerangka) sebagai (1) sarana
kerja bagi pekerja untuk melakukan tugas pada ketinggian tertentu dan (2) penyangga acuan beton yang berfungsi mencegah terjadinya perubahan posisi acuan dari posisi yang telah ditentukan

26. sengkang adalah tulangan yang digunakan untuk menahan tegangan geser
dan torsi dalam suatu komponen struktur, terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau deform.

27. segregasi adalah pengelompokan agregat yang homogen pada adukan


beton, dimana agragat kasar terpisah dengan agregat halus. Standar Kompetensi Bidang Konstruksi Batu/Beton Halaman - vii DEPDIKNAS RI

28. tulangan adalah batang baja berbentuk polos atau defon atau pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut sertakan.

29. tulangan polos adalah batang baja yang permuakaan sisi luarnya rata tidak
bersirip atau berukir.

30. tulangan deform adalah batangan baja yang permukaan sisi luarnya tidak
rata, tetapi bersirip, atau berukir. Daftar Terjemahan

1. accelerator adalah bahan tambah untuk mempercepat pengikatan beton. 2. admixture adalah bahan tambah untuk campuran beton. 3. additive adalah bahan tambah untuk campuran beton. 4. bouwplank adalah papan duga dalam istilah Belanda. 5. barsteel adalah rangkaian tulangan. 6. box adalah korak penyedia daya atau arus listrik. 7. bucket tower crane adalah kotak pembawa material dari mesin angkat. 8. bleeding adalah beton yang kelebihan air, sehingga air semen naik ke
permukaan.

9. bendraat adalah kawat pengikat tulangan dalam istilah Belanda. 10. batching plant adalah lokasi / tempat pengadukan. 11. conveyor adalah ban berjalan untuk membawa material. 12. cofferdam adalah menahan / membendung adukan beton sehingga tidak
tercampur lingkungan (tanah, sungai dan sebagainya).

13. cast in situ adalah pelaksanaan pracetak beton di lapangan. 14. doka adalah perusahaan pembuat acuan dan perancah. 15. dump truck adalah truk yang mampu membawa adukan beton. 16. forklift adalah mesin / alat angkat. 17. hoist adalah mesin / alat angkat. 18. hammer test adalah uji palu beton pada lapisan yang telah mengeras. 19. in situ adalah lokasi / lapangan. 20. jacking adalah mesin / alat penarik kabel pratekan.

21. lay-out adalah penggunaan tata ruang di lapangan. 22. mold adalah acuan untuk pelaksanaan pengecoran beton. 23. mix design adalah disain campuran beton berdasarkan berat atau volume. 24. maccaferri adalah perusahaan pembuat acuan dan perancah. 25. power adalah energi listrik di lapangan yang berasal dari PLN atau
generating set.

26. portland cement adalah semen abu-abu. 27. post-tension adalah penarikan pada beton pratekan setelah beton
mengeras.

28. pre-tension adalah penarikan pada beton pratekan sebelum dilaksanakan


pengecoran.

29. peri adalah perusahaan pembuat acuan dan perancah. 30. retarder adalah bahan tambah untuk memperlambat pengikatan beton. 31. rapid klam adalah alat penjepit pada acuan untuk struktur kolom dan balok. 32. ready mix concrete adalah beton yang siap pakai. 33. speady adalah uji pada semen abu-abu untuk mengetahui kemampuan
ikatan semen.

34. slump adalah alat uji konsistensi/kekentalan beton. 35. steel proff adalah tiang baja yang berbentuk silinder dapat diatur
ketinggiannya.

36. shear connector adalah bahan / material penghubung antara 2 (dua)


material yang berbeda karakteristiknya (komposit).

37. strands adalah kumpulan kawat-kawat berdiameter kecil dan tipis untuk
membentuk kabel.

38. setting time adalah pengaturan atau penentuan waktu ikat pada beton. 39. sand blasting adalah alat / mesin pembersih permukaan pada beton
sebelum dilaksanakan perbaikan beton atau penutupan kembali.

40. shop drawing adalah gambar pelaksanaan / kerja. 41. site-plan adalah rencana lokasi / areal pelaksanaan. Standar Kompetensi
Bidang Konstruksi Batu/Beton Halaman - viii DEPDIKNAS RI

42. stressing adalah penarikan kabel atau tendon pratekan. 43. truck mixer adalah truk yang mampu mengaduk beton. 44. timing adalah pemilihan waktu untuk merencanakan ikatan beton. 45. troley adalah alat / mesin pembawa adukan beton. 46. uplift adalah tekanan / gaya angkat.

47. wearing diagram adalah pembungkus kabel (isolator) yang memiliki arus
listrik.

48. workshop adalah lokasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan fabrikasi. 49. waterpas adalah alat / mesin untuk mengukur kedataran suatu pasangan
konstruksi.

50. wires adalah kawat-kawat berdiameter kecil dan tipis untuk membentuk
kabel.

51. workability adalah kemudahan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan


konstruksi.

52. wika precast adalah perusahaan (Wika, BUMN) yang memproduksi beton
pracetak. Comments (0) January 16, 2008 Istilah Transportasi Filed under: Teknik Sipil, Tutorial Umum

IHCM (Indonesian Highway Capacity Manual) : diterjemahkan sebagai Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (yang paling akhir diterbitkan tahun 1997), yang digunakan sebagai dasar perencanaan lalu lintas di Indonesia (perencanaan simpang, perhitungan kapasitas jalan, dll).

Arus : pergerakan dari sekelompok moda transportasi baik sejenis maupun tidak sejenis dari zona satu menuju zona yang lain. Jalur (way) : adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang ditujukan untuk lalu lintas kendaraan baik satu arah atau lebih. Lajur (lane) : adalah bagian dari jalur lalu lintas yang secara khusus digunakan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah.

Bahu Jalan (shoulder) : adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas baik diperkeras atau tidak, yang bermanfaat untuk tempat menepikan kendaraan, parkir, dll.

Median : jalur pemisah arus yang dilengkapi dengan pembatas dan berfungsi untuk membagi jalan jalan dalam masing-masing arah.

Kerb (curb) : adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan ataupun bahu jalan dengan maksud untuk keperluan drainase, mencegah kendaraan keluar jalur dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.

Pengaman Tepi : adalah bangunan semacam pagar penghalang yang terletak di tepi jalan dengan tujuan untuk mencegah kendaraan keluar dari jalur apabila terjadi kecelakaan, umumnya dipasang di jalur yang berada di tepi jurang.

Damaja : Daerah Manfaat Jalan, yaitu areal yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya, sedangkan badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.

Damija : Daerah Milik Jalan, adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi dengan lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu, yang merupakan sejalur tanah diluar Damaja yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan keamanan penggunaan jalan semisal untuk pelebaran Damaja dikemudian hari..

Dawasja : Daerah Pengawasan Jalan, yaitu? Damija ditambah dengan sejalur tanah yang penggunaanya dibawah pengawasan pembina jalan dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan.

Alinyemen Horisontal/trase jalan : adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horisontal, yang berhubungan erat dengan tikungan, belokan, dll. Alinyemen Vertikal : adalah perpotongan bidang vertikal derngan bidang perkerasan permukaan jalan melalui sumbu jalan, yang berhubungan erat dengan kelandaian ruas jalan.

Superelevasi : adalah kemiringan melintang jalan pada lengkung horisontal (tikungan atau belokan) yang bertujuan untuk memperoleh gaya berat kendaraan guna mengimbangi gaya sentrifugal yang terjadi.

You might also like