You are on page 1of 22

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Yang dibina oleh Drs. Suhel Madyono, M. Pd.

Disusun oleh : Kelompok 3 / Kelas I A Reguler 1. Ika Ayu Lupitasari 2. Nur Farida 3. Palupi Pramitasari 4. Yunik Rahma W.

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KSDP PRODI D II PGSD PP III BLITAR September

KATA PENGANTAR Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan karunia Nya. Terima kasih juga Kami sampaikan kepada Bapak Drs. Suhel Madyono, M. Pd. selaku pembimbing mata Kuliah Kajian Bahasa Indonesia. Tujuan dari penulisan makalh ini guna memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia, sekaligus untuk menambah pengetahuan tentang kaidah Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) dengan benar kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan isi makalah ini Kami sambut dengan senang hati.

Blitar, 21 September 2006 Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Topik Bahasan 1. Batasan ejaan 2. Sistem ejaan 3. Sifat ejaan 4. Macam ejaan 5. Pedoman umum EYD 1.3 Tujuan Penulisan Makalah 1.3.1. Bagi penulis makalah Untuk memberikan informasi tentang materi Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) dan penggunaanya. 1.3.2. Bagi pembaca makalah Untuk menambah pengetahuan tentang kaidah Ejaan Yang Dsempurnakan ( EYD ) dengan benar.

BAB II ISI 1. Batasan Ejaan Ejaan adalah aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang. 2. Sistem Ejaan Bahasa di dunia ini mempunyai sistem ejaan yang berlainan. Ada 2 macam sistem ejaan yakni : 1. Sistem Ideogramatis Ialah sistem ejaan yang lambang-lambangnya mencerminkan perkataan, bahkan pada taraf yang lebih tua lagi dalam sejarah, lambang-lambangnya menyatakan fikiran. Contoh : tulisan Cina. 2. Sistem Fonematografis Ialah sistem ejaan yang lambang-lambangnya menyatakan bunyi-bunyi bahasa. Sistem ejaan fonematografis lebih muda usianya daripada sistem ejaan ideogramatis. Di Indonesia, sistem ejaan fonematografis yang tertua kita dapati pada prasastiprasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya paa akhir abad ke tujuh, karena pada waktu itu orang sudah mempergunakan huruf Pallawa (huruf Hindu) untuk menuliskan bahasa Melayu Kuna. Pada akhir abad ke-13, setelah agama Islam masuk ke Indonesia terpakailah sistem ejaan fonemogramatis dengan tulisan Arab Indonesia (Arab-Melayu) atau tulisan Jawi. Kira-kira satu setengah abad yang lalu, yakni sejak bangsa Barat mulai menyelidiki bahasa Melayu, terpakailah tulisan latin yang kita pakai sekarang ini. Tulisan itu berdasarkan sistem ejaan fonemogramatis pula dan tulisan yang berasal dari bangsa Semit itu kita terima dari bangsa Yunani-rum (latin) yang telah mengolahnya menjadi bentuk abjad yang kita kenal sekarang ini. 3. Sifat Ejaan Ada dua macam sifat ejaan, yakni : 1. Ejaan fonetis Ejaan fonetis ialah ejaan yang berdasarkan fonetik. Ejaan fonetis berusaha menyatakan bunyi bunyi bahasa dalam segala warna bunyinya (nuansa) dengan

Lambang-lambang (huruf-huruf), setelah mengukur dan mencatatnya dengan alat-alat yang halus. Kamus-kamus bahasa asing kebnyakan menggunakan ejaan fonetis. 2. Ejaan fonologis Ejaan fonologis ialah ejaan berdasarkan fonologi. Ejaan fonologis mempelajari bagaimana penyadaran akan bunyi-bunyi bahasa serta kombinasinya itu oleh pemakai bahasa tersebut. Ejaan fonologis sangat berbeda dengan ejaan fonetis, karena ejaan fonologis bergerak dalam lapangan ilmu bahasa (linguistik) dan ilmu jiwa (psikologi), sedangkan ejaan fonetis bergerak dalam lapangan fisiologi dan biologi. 4. Macam Ejaan Ejaan yang pernah dipakai, pernah direncanakan, dan yang sedang digunakan pada waktu sekarang di Indonesia adalah : 1. Ejaan Van Ophuysen (1901) 2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947) 3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono Katoppo (sekitar tahun 1956) 4. Ejaan Melindo / = Melayu Indonesia (1959) 5. Ejaan Baru Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK (1966) 6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan / = EYD (1972) Dari ejaan-ejaan di atas, yang (pernah) resmi dipakai adalah ejaan Van Ophuysen, ejaan Soewandi atau ejaan Republik, dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). 1. Ejaan Van Ophuysen Sebelum 1901, bahasa melayu masih ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Di samping itu, karena pengaruh bahasa Belanda yang ditulis dengan huruf latin, maka pada beberapa daerah di Indonesia, bahasa Melayu ada yang ditulis dengan huruf latin. Jadi, sebelum 1901 terdapat ketidakseragaman dan ketidaksamaan dalam memakai huruf latin. Atas perintah dari Pemerintah Hindia Belanda, Charles Adrian Van Ophuysen berhasil menciptakan sebuah ejaan untuk menuliskan bahasa Melayu. Ugas itu diselesaikannya pada tahun 1901, sejak usahanya dari tahun 1896. Hasil pemikirannya yang diserahkan oleh pemerintah itu dimuat dalam karangannya Kitab Logat Malajoe pada tahun 1901. Ejaan Ophuysen ini dipakai sebagai ejaan resmi sampai bulan Maret

1947. 1. Kebaikan ejaan Van Ophuysen Ejaan Van Ophuysen telah berhasil menghindarkan kesulitan penulisan bahasa Melayu dari huruf Arab-Melayu ke dalam huruf latin. Huruf latin ikut mempercepat pengembangan bahasa Melayu ke seluruh pelosok Nusantara terutama pada tahun 1990-an. Banyak membantu pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan pemerintahannya. Membantu menyebarkan bahasa-bahasa daerah yanglebih luas dengan menetak buku-buku lain berbahasa daerah tersebut dengan huruf latin. 2. Keburukan ejaan Van Ophuysen Terlalu bertegak pada konsep ejaan bahasa Belanda, sehingga kurang memperhatikan kodrat bahasa Melayu dan ilmu pengetahuan ejaan. Memasukkan fonem asing yang bukan merupakan fonem bahasa Melayu seperti : ain, hamzah, z, f, sy, oe, dl, ts, sehingga sering timbul cara penulisan dan pembacaan yang salah. Misalnya : - Hadir sering dibaca had-lir, kadang-kadang ditulis hadlir. - Hasil sering dibaca hat-sil, kadang-kadang ditulis hatsil. Tada trema atau umlaut dipakai untuk memisahkan suku akhir yang berakhir dengan vokal a yang disusul dengan akhiran I (umpama dimulai). Padahal, tanda baca tersebut seyogyanya digunakan untuk membedakan bunyi. 2. Ejaan Soewandi Diresmikan penggunaanya oleh Mr. Soewandi, Menteri P dan K waktu itu, pada tanggal 19 Maret 1947, Ejaan Soewandi bukanlah ejaan yang baru, karena itulah, ada betulnya jika Profesor Dr. Prijono mengecap ejaan Soewandi sebagai transkripsi Soewandi, karena ejaan baru ini pada dasarnya hanyalah merupakan pindah tulis saja dari ejaan Van Ophuysen. Tidak ada perubahan yang besar dan mendasar. Ejaan Soewandi ini masih tetap dipakai hingga tahun 1972, meskipun setelah tahun 1947 ada 3 buah gagasan baru untuk mengdakan perubahan dan penyempurnaan atas ejaan ini, yakni ejaan Prijono-Katoppo, ejaan Melindo, dan ejaan Bahasa Indonesia LBK.

1. Kebaikan ejaan Soewandi Lambang oe diubah menjadi u yang lebih sesuai dengan ilmu ejaan yang umum. Menundukkan ucapan kata-kata asing pada kebiasaan ucapan dalam masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Misalnya : officier .. opsir hadlir hadir tammat . tamat Kata-kata baru bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing tidak perlu disisipi dengan e-pepet kalau dalam bentuk aslinya memang tidak mempergunakan e-pepet (accent grave). Misalnya : praktek . bukan peraktek administrasi . bukan administerasi grasi . bukan gerasi 2. Keburukan ejaan Soewandi Tidak membedakan e-taling (accent aigu) dengan e-pepet (accent grave), sehungga kadang-kadang sukar bagi kita untuk mengucapakan kata-kata yang jarang dipergunakan sehari-hari, misalnya : Tidak membedakan k velar/ k penuh denga k-laringal atau k-tekak/ khamzah, padahal ada baiknya kalau k-hamzah di ganti dengan fonem q, sehingga kadang-kadang sukar bagi kita untuk mengucapkan kata-kata yang jarang dipergunakan sehari-hari, misalnya : Tanda trema dibuang begitu saja padahal masih dapat dipakai untuk membedakan au dan ai sebagai diftong dengan a-u dan a-i yang masingmasing merupakan fonem akhir sebuah suku kata dan fonem permulaan suku kata yang mengikuti, contoh : la - ut meng - gu - la - i Tanda ulang angka 2 diperbolehkan ditulis dalam kata ulang. Dalam hal ini tidak diingat bahwa ada kata berulang yang bukan kata ulang, yang seyogyanya tidak boleh ditulis dengan tanda ulang angka 2. Contohnya : Mata2 musuh mengadakan penyelidikan

Ia sakit beri2 3. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Ejaan ini diresmikan penggunaanya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972. Gagasan dibuatnya ejaan ini adalah untuk lebih menyempurnakan aturan-aturan ejaan yang terdahulu dengan landasan menundukkan diri pada ilmu ejaan umum. 1. Kebaikan ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) Kalau dibandingkan denga ejaan Ophuysen dan ejaan Soewandi, maka EYD jauh memperoleh kemajuan yang dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmu ejaan umum. Aturan-aturan penulisan kata serta huruf, pemakaian huruf, dan tanda baca jauh lebih tegas diatur dalam pedoman ejaannya sehingga benar-benar tercipta ketertiban dan keragaman dalam penulisan bahasa Indonesia. Sudah berhasil membeakan di dan ke sebagai imbuhan dan kata depan, yang lebih dapat dibenarkan menurut ilmu tata bahasa. 2. Kekurangan ejaan EYD Masih belum berhasil membedakan penulisan k-velark/k-penuh dengan khamzah. Akibatnya kita sulit membedakan ucapan /k/ pada : paksa, makna, dakwah, taksi. Untuk mengetahui perbedaan ucapa itu, kita harus melihatnya di dalam KUBI (kamus). Sampai sekarang masih mengenal satu fonem yang dilambangkan denga dua tanda (idealnya : satu fonem atu tanda), yakni fonem ai, au, oi, kh, ks, ng, ny, dan sy, serta masih ada satu tanda yang memiliki tiga bunyi/ pengucapan, yaitu fonem e pada kata the, e pada kata resah, dan e pada kata tempe. 5. Pedoman Umum EYD A. Pemakaian huruf 1. Abjad Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri atas yang berikut. Nama masing-masing disertakan di sebelahnya. Huruf Aa Nama a Huruf Mm Nama em

Bb Cc Dd Ee dst. 2. Vokal Huruf a e+ i o u Catatan :

be ce de e dst.

Nn Oo Pp Qq dst. Contoh pemakaian Di depan Di tengah api padi enak petak emas kena itu simpan oleh kota ulang bumi

en o pe ki dst.

Di belakang lusa turne metode murni toko ibu

+ Dalam pengajaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya : Anak-anak bermain di teras Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah 3. Diftong Huruf ai au oi Catatan : Ddiftong yang dieja au, ai, dan oi dilafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncurab w atau y. Jadi diftong bukanlah gabungan dari dua vokal. Istilah semivokal yang kadang-kadang dipakai untuk w dan y sudah menunjukkan keduanya bukan vokal. Bandingkan beda lafal antara harimau dan menggulai (au dan ai di sini tergolong diftong) dengan mau dan menggulai teh (au dan ai disini, masing-masing merupakan deretan dua vokal) 4. Konsonan Huruf b Contoh Pemakaian Di depan Di tengah bahasa sebu Di belakang adab Contoh Pemakaian Di depan Di tengah aula saudara Di belakang pandai Harimau + amboi

k kh q ++ x ++ Catatan : + ++

kami khusus Quran xenon

paksa rakyat + akhir Furqan -

politik bapak + tarikh -

Huruf k disini melambangkan bunyi hamzah Khusus untuk nama dan keperluan ilmu

5. Persukuan Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh konsonan. 1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata. a. V a-nak, i-tu b. VK ar-ti, ma-in c. KV ra-kit, i-bu d. KVK berikut : a. KKV b. KKVK c. VKK d. KVKK e. KKVKK f. KKKV g. KKKVK a. pra-ja, sas-tra trak-tor, praktis eks, ons teks, pers, kon-teks kom-pleks stra-te-gi, in-stru-men struk-tur, in-struk-tur pin-tu, ma-kan 2. Di samping itu bahasa Indonesia memiliki pola suku kata yang

3. Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut : Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut dilakukan diantara kedua vokal itu. Misalnya : q-nak, sa-at, bu-ah. b. Kalau ditngah kata ada konsonan di antara kedua vokal, pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu. Misalnya : a-nak, ba-rang, su-lit c. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut terdapat diantara kedua konsonan itu.

Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril d. Kalau di tengah kata ada tiga konsona atau lebih, pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama (termasuk ng) dengan yang kedua. Misalnya : in-stru-men, ul-tra, im-fra, bang-krut, ben-trok. 4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dalam penyukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan. Misalnya : ma-ka-nan, me-me-nuh-I, bel-ajar, mem-ban-tu, per-gi-lah B. Penulisan huruf 1. Huruf besar dan huruf kapital 1. Huruf besar atau huruf kapital sebagai huruf pertama pada awal kalimat. Misalnya : Ada gula, ada semut 2. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya : Adik bertanya, Kapan kita pulang? 3. Huruf besar atau huruf kapital sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungangan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci dan nama Tuhan, termasuk kata gantinya. Misalnya : Allah, Quran, Islam dsb. 4. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sbagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya : Haji Agus Salim, Nabi Muhammad, Sultan Hasanuddin 5. (Aturan-aturan yang lain bisa dibaca dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan) 2. Huruf miring Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk : 1. Menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. 2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata 3. Menuliskan kata nama-nama lmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Catatan : Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang dicetak miring

diberi garis dibawahnya. C. Penulisan kata 1. Kata dasar Kata yang berupakata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya : Buku itu buku baru, Ibu prcaya engkau tahu 2. Kata turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai denga kata dasarya. Misalnya : bergelar, dibiayai 2. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yag langsung mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya : garis bawahi, bertpuk tangan. 3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangakai. : memberitahukan, dilipatgandakan 4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya : amoral, poligami, tunanetra, non-Indonesia, pan-Afrikanisme. 3. Kata ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya : anak-anak, kupu-kupu, terus-menerus 4. Gabungan kata 1. Gabungan katayang lazim isebut kata mejemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah. Misalnya : duta besar, orang tua, rumah sakit umum 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang meninmbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur-unsur yang bersangkutan. Misalnya : anak-isteri, ibu-bapak, buku sejarah-baru. 3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya : alhamdulillah, halalbihalal, daripada, apabila. 5. Kata ganti ku, kau, mu dan nya Kata ganti ku dan kau dituls serangaki dengan kata yang mengikutinya ; ki, mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Apa yang kumiliki perlu kauambil ! Misalnya

6. Kata depan di, ke dan dari Kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misanya : Bermalam salah di sini ! 7. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari katayang mengikutinya. Misalnya : Harimau itu marah sekali kepada sang kancil. 8. Partikel 1. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Siapakah gerangan dia ? 2. Partilkel pun, ditulis terisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya : Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi. 3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagia-bagiankalimat yamh mendampinginya. Misalnya : Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. 9. Angka dan lambang bilangan 1. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut : 12 dua belas 1% satu persen

2. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara yang berikut : tahun 50 an uang 5000 an berikut. Misalnya : Tingkat I Tingkat ke - 1 Tingkat kesatu Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan) D. Penulisan unsur serapan Contoh : directteur phase E. Tanda baca 1. Tanda titk ( . ) 1. Tanda titikdipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau direktur fase actueel aktuil struktur structure atau tahun lima puluhan atau uang lima ribuan Bab II Bab ke 2 Bab kedua

3. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang

4. (Aturan-aturan yang lain dapat dibaca dalam buku Pedoman Umum

seruan. Misalnya : Ayahku tinggal di Solo. 2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya : A.S. Kramawijaya, Muh. Yamin 3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan. Misalnya : Dr. (Doktor), S.E. (Sarjana Ekonomi) 4. (Aturan-aturan yang lain bsa dibaca dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan) 2. Tanda koma ( , ) 1. Tanda koma diakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalanya : Saya membeli kertas, pena, dan tinta. 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutmya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan. Misalnya : Saya ingin datang, tetapi hari hujan. 3. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduhai, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya : bukan main ! O, begitu ? Wah,

4. Tanda koma dipakai untuk memosahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya : Kata ibu, Saya gembira sekali. 5. (Aturan-aturan yang lain dapat dibaca dalam buku Pedoman Eajaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan) 3. Tanda titik koma ( ; ) 1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya : Malam makin larut, kami belum selasai juga. 2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya : Ayah mengurus tanamanya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarakan siaran pilihan pendengar. 4. Tanda titik dua ( : ) 1. Tand titik dua dipakai pada suatu pernyaaanlengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya : Fakultas itu mempunyai dua jurusan : Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerukan

pemerian. Misalnya :

Ketua

: Ahmad Wijaya Sekretaris Bendahara : S. Handayani : B. Hartawan

3. Tanda titik dua dipakaidalam teks drama sesudah kata yang menunjkkan pelaku dalam percakapan. Misalnya : Ibu : Bawa kopor ini, Mir ! Amir : Baik, Bu. 4. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupaka pelengkap yang mengakhiri peryataan. Mislnya : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. 5. Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomor dan halaman, (ii) diantara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) diantara judul dan anak udul suatu karangan. Misalnya : a) b) c) Tempo, I (1971), 34 :7. Surah Yasin Yasin : 9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah Studi, sudah terbit. 5. Tanda hubung ( - ) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya : .. 2. Tanda hubung menyambung awalan denga bagian kat di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depanya pada pergantian baris. 3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya : anakanak, berulang-ulang 4. Tana hubung menyambung huruf kata yang dieja satu0satu dan bagian-bagian tunggal. Misalnya : p-a-n-i-t-i-a 5. (Aturan-aturan yang lain dapat dibaca dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan) 6. Tanda pisah ( - ) 1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Misalnya : Kemerdekaan itu saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. . Ada cara baru untuk

2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya : Rangkaian penemuan ini evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom telah mengubah konsepsi kita tetang alam semesta. 3. Tanda pisah dipakai diantara dua bilanga atau tanggal yang berarti sampai dengan atau diantara dua nama kota yang berarti ke atau sampai. Misalnya : 1910 1945, Jakarta Bandung. 7. Tanda elipsis ( ) 1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Misalnya : Kalau begitu ya, marilah kita bergerak. 2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. Misalnya : Seba-seba kemerosotan akan diteliti lebih lanjut. 8. Tanda tanya ( ? ) 1. Tanda tanya dipakai pada kalimat tanya. Misalnya : Kapan ia berangkat ? 2. Tanda tanya dipakai diantara tanda kurung untukmenyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya : Uangnya sebayak 10 juta rupiah (?) hilang. 9. Tanda seru ( ! ) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau prtanyaan yang berupa satuan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. Misalnya : Alangkah seramnya peristiwa itu ! 10. Tanda kurung ( ) 1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya : DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya : Sejak Tranggono yang berjudul Ubud (nama tempat yang terkenal di Bali) ditukis pada tahun 1962. 3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja. Misalanya : Faktor-faktor

produksi menyangkut masalah yang berikut : 1) alam 2) tenaga kerja, dan 3) modal 11. Tanda kurung siku ( [ ] ) 1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal. Misalnya : Sang Sapurba [d] engar bunyi gemerisik. 2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalmat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya : (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan) 12. Tanda petik ( ) 1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tulis lain. Kedua pasang tanda petik ituditulis sama tinggi di sebelah atas baris. Misalnya : Sudah siap? tanya Awal. 2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. Misalnya : Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. 3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masi kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya : Pekerjaan itu dilaksanakannya dengan cara coba dan ralat saja. 4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikanlangsung. Misalnya : Kata Tono, Saya juga minta satu 5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus. Misalnya : Karena warna kulitnya Budi mendapat julukan si Hitam 13. Tanda petik tunggal ( )

1. Tanda titik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya : Tanya Basri, Kudengar bunyi kring-kring tadi? 2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Misalnya : Rate of inflation laju inlasi 14. Tanda ulang ( 2 ) Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar. Misalnya : kata2 15. Tanda garis miring ( / ) 1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Misalnya : No. 7/PK/1973 2. Tanda garis miring dipakai pengganti kata dan, atau, per, atau nomo alamat. Misalnya : Mahasiswa/mahasiswi, harganya Rp 15,00/lembar,Jalan Daksinapati IV/3 16. Tanda penyingkat ( ) Tanda apostrof menunjukkan penghilangan kata. Misalnya : Ali kan kusurati Malam lah tiba (kan = akan) (lah = telah) lebih2

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan makalh ini, dapat disimpulkan bahwa Ejaan dalam Bahasa Indonesia sejak tahun 1901 sampai tahun 1972 mengalami pembaharuan dan penyempurnaan, sampai akhirnya muncul Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) yang berlaku hingga saat ini. 3.2 Saran Dari hasil pembahasan makalah ini diharapkan kepada masyarakat untuk dapat menerapkan EYD dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kaidah tata bahasa Bahasa Indonesia dengan benar.

DAFTAR RUJUKAN Wijosoedarmo, Soekono. 1987. Tatabahasa Indonesia. Surabaya : Sinar Wijaya ------------. 1990. Teori Ringkas Bahasa Indonesia. Surabaya : Technos Pamungkas. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Surabaya : Giri Surya

You might also like