You are on page 1of 7

A.

Hakikat Hasil Belajar Iskandarwassid (2009:128), mengatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, malatnkan juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertuhs, tes lisan maupun tes perbuatan (Sujana, 2001), dalam Iskandarwassid (2009:128). Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti satu materi tertentu dan mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Hasil. belajar diperoleh dari hasil tes. Tes hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukumn hasil belajar. Tujuan utama tes hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilah oleh siswa, setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Test an instrument or systematic procedure for measuring sample of behavior. (Answers the question "how well does the individual perform - either in comparison with others or in comparison with a domain of performance tasks?'). Test: sebuah alat atau prosedur sistematis untuk mengukur sampel perilaku. (Menjawab pertanyaan "bagaimana tidak baik individu melakukan sesuatu? Baik dibandingkan dengan orang lain atau dalam perbandingan dengan

domain tugas kinerja') (Grolund and Linn, 1990:5). Menurut Aunurahman (2008:160), bahwa evaluasi hasil belajar

menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 200), pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut: 1) Untuk diagnosis, 2) untuk kenaikan penempatan. 1. Sasaran Tes Hasil Belajar Menurut Dimyati (2006: 201), evaluasi hasil belajar memiliki sasaran bempa ranah- ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat kelas, 3) untuk seleksi, 4) untuk

diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Taksonomi tujuan ranah-ranah tersebut merupakan hal yang amat penting diketahui oleh guru sebelum melaksanakan evaluasi. Tujuan ranah kognitif hubungan dengan mgatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah oleh Bloom, mengemukakan ada 6 (enam) tingkat (Arikunto: 2005) yakni: a.Pengetahuan, merupakan : , tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengetahuan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta,istilah, dan prinsip-prinsip. b. Pemahaman, merupakan: tingkat berikutnya dari

tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. c. Peuggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan

menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi kongkret dan atau situasi baru. d. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi

pelajaran ke bagianbagian yang menjadi unsur pokok. Pada ranah ini, siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar. a. Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-

unsur pokok ke dalam struktur yang baru. Siswa diminta untuk melakukan generalisasi. b. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk

suatu maksud atau tujuan tertentu. Siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, dan emosi. Taksonomi tujuan ranah afektif sebagai berikut: a. Menerima, berupa perhatian terhadap stimuli secara pasif

yang meningkat secara lebih aktif. Siswa diminta untuk menunjukkan, kesediaan untuk menerima dan perhatian terkontrol.

b.

Merespon, kesempatan untuk menanggapi stimuli

dan merasa terikat secara aktif memperhatikan. Siswa diminta menunjukkan persetujuan kesediaan, dan kepuasan. c. Menilai, siswa di tuntut untuk menunjukkan

penerimaan, kesukaran, dan keterikatan terhadap nilai-nilai. d. Mengorganisasi, kemampuan untuk membentuk

suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai- nilai yang dipercaya. Siswa diminta untuk mengorganisasikan nilai ke suatu organisasi yang lebih besar. e. Karakterisasi, siswa diminta untuk menunjukkan

kemampuannya dalam menjelaskan, memberikan batasan dan atau mempertimbangkan nilai- nilai yang direspons. Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan

mototorik, mampulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan badan. Taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut : 1) gerakan tubuh yang mencolok, 2) ketepatan gerakan tubuh yang dikoordinasikan, 3) perangkat komunikasi non verbal, ) kemampuan berbicara. Penentuan criteria untuk mengukur keterampilan terhadap ranah psikomotorik, harus dalam jangka waktu 30 menit. Kurang dari itu diperkirakan penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola keterampilan yang mencerminkan kemampuan siswa (Arikunto. 2005:118).

2.
a.

Prosedur Tes Hasil Belajar Persiapan (merumuskan tujuan )

b. Penyusunan instrumen evaluasi Teknik Tes :

1)
2) 3)

Menentukan bentuk tes Membuat kisi-kisi butir soal Menulis butir soal Menata, soal

4)
Teknik non tes,

1) Menetapkan bentuk non tes (observasi, check list atau wawancara) 2) Menentukan aspek sasaran evaluasi 3) Menulis alat penilaian non te (lembar observasi, daftar check list atau lembar wawancara) 4) Pelaksannan pengukuran 5) Pengolahan hasil penilaian, 1) menskor, 2) mengubah skor mentah menjadi skor standar, mengonversikan skor standar ke dalam nilai. 6) Penafsiran hasil penelitian, yang meliputi, 1) penafsiran individual dan 2) penafsiran klasikal. Penafsiran individual terdiri dari : a) penafsiran tingkat kesiapan, b) penafsiran kelemahan individual, c) kemajuan belajar individual. Penafsiran klasikal meliputi: a) penafsiran kelemahan-kelemahan kelas, b) penafsiran prestasi kelas,

c) penafsiran perbandingan antar kelas, dan d) penafsiran susunan kelas. 7) Pelaporan dan penggunaan hasil tes

3.

Kriteria Tes Hasil Belajar Sebagai alar ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua

kriteria yakni, validitas dan reliabilitas (Sanjaya, 2008:238). Tes sebagai alat ukur dikatakan memiliki tngkat validitas, seandainya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, guru ingin mengukur kemampuan siswa dalam menulis Surat, maka alat yang digunakan adalah tes keterampilan menulis Surat. Tes, memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten. Misalnya, jika suatu tes diberikan pada sekelompok siswa, kemudian diberikan lagi kepada kelompok yang sama pada saat yang berbeda, maka hasilnya akan relatif sama. Ada beberapa teknik untuk menentukan tngkat reliabilitas tes. Pertama, dengan tes- retes, yaitu mengorelasikan hasil tes yang pertama dengan hasil tes yang kedua. Kedua, dengan megorelasikan hasil tes antar item genap dengan item ganjil. Ketiga, dengan memecah menjadi dua bagian, kemudian keduanya dikoresi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Aunurrahman. 2008: Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gronlund, Norman E.1990. Measurement and Evaluation Teaching. New York: Macmillan Publishing Company. Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

You might also like