You are on page 1of 4

5

Perbedaan utama zat cair dan zat gas adalah pada zat gas tidak mempunyai tidak mempunyai permukaan bebas, massanya selalu berkembang mengisi seluruh volume ruangan, serta dapat dimampatkan, sedangkan pada zat cair mempunyai permukaan bebas, massanya akan mengisi ruangan sesuai dengan volumenya, serta tidak dapat dimampatkan. B. Sifat-sifat Fluida Semua fluida mempunyai atau menunjukkan sifat-sifat atau karakteristikkarakteristik yang penting dalam dunia rekayasa. Sifat-sifat tersebut yaitu kerapatan, kompresibilitas, kapilaritas, tekanan uap dan viskositas. Sifat-sifat termodinamika seperti tetapan gas, energi dalam, entalpi dan entropi untuk gas serta panas jenis dan konduktivitas baik untuk gas, maupun zat cair, penting untuk pemindahan panas (heat transfer) dan dinamika gas. Semua bahan tentu saja terdiri dari moleku-molekul yang masing-masing tidak terikat di tempat tertentu tetapi saling bergerak terhadap yang lain. Jarak antar molekul dalam gas lebih besar dari ukuran setiap molekulnya, sedangkan dalam zat cair keduanya kurang lebih sama. Salah satu sifat fluida yang paling penting adalah kerapatan fluida (fluid density), yang tidak lain adalah ukuran massa atau banyak molekul persatuan volume dikalikan dengan massanya. Kerapatan gas cenderung berubah-ubah karena mengikuti keadaan dan media yang dilalui, misalnya tekanan, temperatur maupun profil penampang yang lainnya. Sifat-sifat fluida: 1. Kerapatan Cara yang paling mudah menentukan kerapatan zat cair adalah dengan mengukur massa dan volumenya dalam gelas ukur. Zat cair, seperti spiritus juga dapat ditentukan massa jenisnya dengan menggunakan piknometer. Selain dengan dua metode itu, kerapatan zat cair juga dapat ditentukan dengan neraca Mohr. Prinsip dasar yang digunakan pada neraca Mohr adalah hukum Archimedes dan syarat kesetimbangan Newton. Lengan neraca dibagi dalam 10 bagian sama panjang, beban-beban yang

digantungkan (penunggang) mempunyai perbandingan massa 1; 0,1; 0,01; 0,001, beban yang terbesar 5 gr. Benda celup digantungkan pada ujung lengan neraca, volume benda celup 5 cc. Terhadap titik tumpu O, dalam keadaan neraca seimbang (EG horisontal), jumlah momen gaya-gayanya adalah nol. 2. Kompresibilitas Seberapa mudah volume dari suatu massa fluida dapat diubah apabila terjadi perubahan tekanan, artinya seberapa mampu-mampatkah fluida tersebut. Sebuah sifat yang biasa dipakai untuk mengetahui kemampu-mampatan fluida adalah modulus borongan atau Bulk modulus, dengan simbol Ev. Koefisien persamaan Modulus Bulk yang menggunakan data perubahan densitas bernilai positif karena semakin besar gaya tekan yang didapat maka fluida akan semakin padat atau densitasnya naik. Sedangkan Koefisien persamaan Modulus Bulk yang menggunakan data perubahan volume bernilai negatif karena semakin besar gaya tekan yang di dapat fluida akan mengalami pengurangan volume.
3. Kapilaritas

Kapilaritas terjadi akibat adanya gaya kohesi dan adesi antar molekul, jika kohesi lebih kecil dari pada adesi maka zat air akan naik dan sebaliknya jika lebih besar maka zat cair akan turun. Kenaikan atau penurunan zat cair di dalam suatu 4 tabung dapat dihitung dengan menyamakan gaya angkat yang dibentuk oleh tegangan permukaan dengan gaya berat. 4. Tegangan permukaan Molekul-molekul pada zat cair akan saling tarik menarik secara seimbang diantara sesamanya dengan gaya berbanding lurus dengan massa (m) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r) antara pusat massa. Jika zat cair bersentuhan dengan udara atau zat lainnya, maka gaya tarik menarik antara molekul tidak seimbang lagi dan menyebabkan molekul-molekul pada permukaan zat cair melakukan kerja untuk tetap membentuk permukaan zat cair. Kerja yang dilakukan oleh molekul-molekul pada permukaan zat cair

tersebut dinamakan tegangan permukaan (). Tegangan permukaan hanya bekerja pada bidang permukaan dan besarnya sama di semua titik. 5. Viskositas Viskositas adalah ukuran hambatan aliran yang ditimbulkan fluida bila fuida tersebut mengalami tegangan geser.Biasanya diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida kepada aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida. Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi. Besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakkan suatu lapisan fluida dengan kelajuan tetap v untuk luas A dan letaknya pada jarak y dari suatu permukaan yang tidak bergerak C. Aliran-aliran Fluida Aliran fluida dapat dikategorikan: 1. Aliran laminar Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau laminalamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk merendam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton. 2. Aliran turbulen Aliran dimana pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapis, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata di seluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran. 3. Aliran transisi Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.

D. Mekanika Fluida Mekanika fluida dapat dibagi menjadi fluida statis dan fluida dinamis. Fluida statis mempelajari fluida pada keadaan diam sementara fluida dinamis mempelajari fluida yang bergerak. Pada fluida diam, arah gaya selalu tegak lurus permukaan wadah yang ditempatinya. Fluida statis merupakan bagian dari hidrolika yang mempelajari gaya-gaya tekan cairan dalam keadaan diam. Karena dalam keadaan diam maka tidak terdapat geseran baik antara lapisan cairan tersebut, maupun antara cairan dan batas padat. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gaya-gaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya. Fluida dinamis merupakan fluida yang bergerak yang dibedakan menjadi dua aliran, yaitu aliran lurus alias laminar dan aliran turbulen. Aliran lurus bisa kita sebut sebagai aliran mulus, karena setiap partikel fluida yang mengalir tidak saling berpotongan. Salah satu contoh aliran laminar adalah naiknya asap dari ujung rokok yang terbakar. Mula-mula asap naik secara teratur (mulus), beberapa saat kemudian asap sudah tidak bergerak secara teratur lagi tetapi berubah menjadi aliran turbulen. Aliran turbulen ditandai dengan adanya lingkaran-lingkaran kecil dan menyerupai pusaran.

You might also like