You are on page 1of 11

Analisis Biaya, Produksi dan R/C Usahatani Kenaf pada Lahan Bonorowo di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Laren, Kabupaten

Lamongan
Bambang Dwi Sutjipta
Abslrncl: Penelilian ini berruiuan zmrtrk n~enpelahui " linnkal elisiensi trsal~alani kenafdi desa Pesann~rohan. Penelillan ini dilakukan dengan metode srrrvey. Hasil penelilian mensnjukkan lingkal efiiensi 1,27. Hasil ini menunjukkan lebih besar dari I . Dengan demikian usalmlani keno/ in; mengunlungkanpelnni Keywords: Cost, Produclion, R/C

--

Pengembangan tanaman serat khususnya kenaf, rosela, yute (selanjutnya ditulis kenaflsejenisnya) merupakan bagian dari pembangunan perkebunan yang mempunyai arti yang penting dalam aspek ekonomi, social dan ekologi (Sastrosupadi, dkk, 2001: 1). D,ilain pihak sebagai upaya untuk mengurangi impor serat dan menghemat devisa, meningkatkan pendapatan petani serta adanya kecenderungan dunia untuk menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan, ;aka pemerintah berharap agar pengelola perkebunan di bidang serat tersebut lebih ditingkatkan. Adapun jumlah perusahaan karung yang berada di Jawa Timur sebanyak dua perusahaan, yaitu: PTPN X (Pabrik Karung Petjangaan) dan PTPN XI (Pabrik Karung Rosella BARU)'dengan pengembangan areal di Jawa Timur meliputi: Kabupaten Lamongan; Jombang; Lumajang; Banyuwangi; Nganjuk; Tuban dan Bojonegoro dengan pengembangan di lahan bonorowo seluas 2.089 hektar dan nono bonorowo seluas 228 hektar dengan berbagai permasalahannya yang dihadapi sangat kompleks. Dari kedua PTPN tersebut serat kenaf merupakan bahan baku utama karung goni saja, padahal karung goni saat ini kalah bersaing dengan karung plastik, sehingga pads tahun 2003 pads kedua PTPN tersebut mengundurkan diri dari program ISKARA di Kabupaten Lamongan pada khususnya. Selanjutnya pada saat pula pihak Pemerintah Kabupaten Lamongan bermitra dengan PT. Global Agrotek Nusantara dalam pengembangan komoditi kenaf yang dapat melanjutkan program tersebut. Oleh karena itu, maka PT. Global Agro

tek Nusantara dapat mendiversifikasikan serat kenaf menjadi beberapa produk. Sedangkan pengembangan tanaman kenaf di Kabupaten Lamongan terfokus pada satu Kecamatan saja, yaitu pada Kecamatan Laren, karena lahannya sangat memungkinkan berikut data pengembangannya. Tabel 1 Data Areal dan Produksi Kenaf Di Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan

Luas Produksi ProduktivitasIHa Areal Dalam Ton (Ha) (kg) 200112002 1.296 2196.546 1.7 200212003 1.281 2.188.449 1,7 200312004 1.289 2.102.460 16 200412005 1.298 2.205.172 1,7 Sumber: Monografi Kecamatan Laren, 2006
Tahun Beberapa peluang yang mendorong untuk pengembangan kenaf dan sejenisnya di Jawa Timuradalah: Bahan baku serat sebagai salah satu komoditas yang akrab lingkungan, karena produk dan limbahnya tidak memberikan dampak pencemaran, karena mudah hancur. Pengembangan tanaman serat pada lahan bonorowo masih dapat kompetitif dengan tanaman lain, karena satu-satunya tanaman yang dapat tumbuh hanya tanaman serat. Diversifikasi produk serat selain untuk bahan baku industri kamng goni juga digunakan untuk: - Pengganti fiber glass dalam industri (rainforced plastics)

Bnmbang Dwi Surjipta adalah dosen Fnkultas Perlnrrinn dnn Magister Mnnnjemen Universitas Wijnya Pulrn Surabayn

206
-

JURNAL EKSEKUTIF, VOLUME 3, NOMOR 2, ACUSTUS 2006

Geotextiles Wall pack - Aneka kerajinan rakyat - Bahan baku pulp - Particle board - Lapisan interior mobil - Dan sebagainya Gerakan "back to nature" oleh negara maju seperti: Amerika dan Jepang. Selain itu produk serat alam merupakan bahan yang "renewable", sedangkan plastik berbahan baku dari minyak bumi yang tergolong dalam bahan "non renewable". Tersedianya fasilitas kredit dari para pengelola dengan bunga sangat rendah (Kredit PUKK). Selanjutnya tujuan pengembangan Iskara antara lain adalah untuk: (a) meningkatkan produksi; (b) meningkatkan pendapatan petani; (c) memperluas lapangan kerja; (d) memenuhi kebutuhan serat kenaf dalam negeri untuk menuju swasembada; (e) mengembangkan usahatani terpadu; (0 menciptakan pergiliran tanaman yang sehat. (Soekartawi, 2005 : 54) Penelitian tentang efisiensi ekonotnis dalam usahatani kenaf pemah dilakukan oleh Soekartawi (1987) di Kabupaten Nganjuk. Yang mana dari hasil penelitian sebelumnya di Kabupaten Nganjuk diperoleh nilai efisiensi (WC rasio) sebesar = 1,31. Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka peneliti berkesempatan untuk membuat suatu analisis efisiensi usahatani kenaf di lahan bonorowo di Kabupaten Lamongan. R~ir~nusan nm8alaln yang clapkit penulitr tentukan adalah sebagai berikut ini yaitu: 0 Seberapa besarnya total biaya dan produksi usahatani kenaf di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan? r Berapa besarnya tingkat efisiensi (RIG rasio) usahatani kenaf di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan? Pada mulanya pengusahaan serat karung, dimana pada tnulanya lebih diutamakan untuk dikembangkannya varietas Rosella (Hibiscus Sabdarzra. L), dan akhir-akhir ini mulai terasa arti pentingnya pengembangan varietas kenaf (Hibiscus Cannabinus. L). Pengusahaan tanah
-

petani untuk tanaman serta karung dengan tanaman kenaf yang berumur pendek dan dengan hasil serat yang tinggi dan ditunjang dengan harga pemasaran yang baik, maka akan menjadi perangsang pada usaha pengembangan serta karung rakyat oleh petani di lahannya. Untuk pertumubuhan yang baik tanaman kenaf memerlukan syarat-syarat tumbuh tertentu untuk mendapatkan hasil serat yang optimal. Persyaratan tanah dan iklim yang dikehendaki tanaman kenaf adalah sebagai berikut: lklim Guna mernperoleh pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan iklim yang basah. Curah hujan dibutuhkan tanaman berkisar antara 125 - 400 mm per bulan. Suhu yang dikehendaki oleh tanaman anatara 25 - 27 O C. Tanah Tanaman Rosella dan kenaf mempunyai toleransi yang tinggi terhadap segala macam jenis tanah, akan tetapi &an tumbuh lebih baik jika tanah itu gembur dan berstruktur tanah serta kaya bahan organic. Tanah liat berpasir dengan pH anlara 4,4 - 6,5 dengan ketinggian tempat antara 0 - 600 m dari permukaan laut. Adapun tanah itu antara lain : - Lahan Sawah Berpengairan Cukup - Lahan Sawah berpengairan Terbatas - Lahan Sawah Tadah Hujan - Lahan Keringltegalan - Lahan bonorowo1Banjir Untuk bercocok tanam kenaf terdiri atas: Persiapan dan pengolahan tanah, antara lain (1) persiapan tanah; (2) pengolahan tanah u Punanaman, Ada tiga llul pokok yang perlu diperhatikan yaitu (1) waktu tanam; (2) jarak tanam; (3) cara menanam Pemeliharaan. Selama tanaman masih berumur di bawah 2 bulan, pemeliharaan yang dilakukan adalah (1) penyulaman; (2) penjarangan; (3) penyiangan; (4) pengairan dan drainase; (5) pemupukan, untuk kenaf dilakukan hanya sekali saja, yaitu pada waktu tanaman berumur 2 - 3 minggu dengan dosis 2 Ku (Kw) Urea atau 4 Ku (ZA) 1 Ku TSP + 0,5 Ku KCLIha; (6) Penanganan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang ada terdiri

Kennjpnda Lahan Bonorowo Bantbnng DS, Analisis Biajw, Prod!lk,~idorr R/C Usal~nlntli dari ulat dan busuk kaki hitam, cendawan, gulma dan Empoasca Flavescens. Penebangan dan pengolahan hasil (Anonim, 1986: 23). Tanaman kenaf di panen setelall pertumbuhan tanaman mencapai ukuran habitus yang tertinggi dengan umur sekitar 4 buIan. Di lain pihak sebagai criteria penebangan yang paling tepat adalah setelah dicapai umur berbunga penuh 100 % (= tiap pohon timbul 4 - 5 bunga) dan terakhir pada batas urnur kemasakkan (= bilamana warna buah kapsul yang terendah telah berubah dari warna hijau menjadi kuning). Pada umur tanaman berbunga penuh serat yang dihasilkan telah masak seluruhnya dan phloem masih mudah dilepaskan karena jaringannya masih banyak mengandung air. Pada umur berbunga penuh tersebut berhubungan dengan waktu dimana pertumbuhan vegetatif telah mencapai tingkat yang maksimal, kandungan seratnya tertinggi dan mudah penyesetannya. Cara penebangan dilaksanakan dengan cara memotong pada pangkal batang = leher akar. Tebangan harus mandes, ha1 ini dengan pertimbangan bahwa kandungan serat terbanyak terdapat pada batang bagian bawah, yaitu sebanyak 75 % dari jumlah keseluruhan. Panjang batang bagian bawah yang mengandung serat terbanyak disekitar 60 - 100 cm, dan diatas ukuran tersebut kandungan seratnya menurun (Anonim, 1986: 25). Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Pengertian tentang efisiensi ini telah banyak dibahas dalam literatur, di antaranya Soekartawi (1990 dan 1991). Selanjutnya, pada ketiga macam efisiensi h i penting untuk diketahui dan diraih oleh petani bila ia menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Umumnya memang petani tidak mempunyai catatan usaha tani (farm recording); sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usaha taninya. Petani hanya mengingat-ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan; walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek; karena mereka masih ingat bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan.

207

Dalam melakukan analisis usaha tani ini, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usaha tani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usaha tani yang dilakukan oleh petani dan produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, dkk, 1990): Keunggulan komparatif (comparative advantage); Kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing returns); Substitusi (substitution effect); Pengeluaran biaya usaha tani (farm expenditure); Biaya yang diluangkan (opportuniw cost); Pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan); dan Baku timbang tujuan (goal trade-on. Adapun maksud dari tujuh macam analisis usaha tani tersebut pada dasarnya sama, yaitu mencari informasi tentang keragaan suatu usaha tani yang dilihat dari berbagai aspek. Analisis usahatani itu sangat penting, karena tiap macam tipe usaha tani pada tiap macam skala usaha dan pada tiap lokasi tertentu berbeda satu sama lain; karena ha1 tersebut memang ada perbedaan dalam karakteristik yang dipunyai pada usaha tani yang bersangkutan. Usaha tani pada skala usaha yang h a s umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usaha tani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usaha tani sederhana dan sifat usahanya subsistem, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah maka dalam melakukan analisis usaha tani, peneliti hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik usaha tani yang ada dan selalu mengingat untuk apa analisis tersebut dilakukan. Di dalam praktek kesulitan dalam analisis usaha tani umumnya adalah sulitnya memahami karakteristik usaha tani ini sehingga peneliti twjebak pada data yang salah. Mengapa? Kl~ususpada survei, data dikumpulkan melalui proses wawancara antara peneliti dan petani dengan menyediakan alat atau instrumen yang biasanya berupa daftar isian. Jadi ada tiga komponen

Bambang DS,Analisis Biaya, Prod~rksi R/C Usnlramni Kerrafpada Lakan Bonoroivo don

209

Menghitung produksi asparagus relatif sulit karena selama proses produksi, asparagus ter. sebut dipanen beberapa kali. Kedua, hati-hati dalam menghitung peneri. maan karena (a) Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan dara frekuensi penjualan; (b) Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda. Jadi di samping frekuensi penjualan yang perlu diketahui juga harga jual pada masing-masing penjualan tersebut. Ketiga, bila penelitian usaha tani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani ~nengingatkembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir ini biasanya sering dipakai oleh para peneliti untuk memudahkan perliitungan. Biaya usaha tani biasanya diklasifikasiknn nienjadi dua, yaitu (a) Biaya tetap @red cos~); dan (b) Biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeltrarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleli. Contolinya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usalia tani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tetap ini beragam, dan kadang-kadang tergantung dari peneliti apakah mau memberlakukan variabel itu sebagai biaya tetap atau biaya variabel (tidak tetap). Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditatnbali, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan. Cara menghitung biaya tetap adalali:
0

FC : biaya tetap (fixed cost) Xi : jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap; Pxi : harga input; dan n : macamnya input. Bila besarnya biaya tetap ini tidak dapat dihitung dengan rumus (3); maka sekaligus ditetapkan nilainya saja. Misalnya pajak irigasi yang harus dibayar. Karena tidak diketahui berapa liter air yang dipakai untuk irigasi, maka untuk menghitung biaya tetap, diperhitungkan langsung berapa rupiah yang dibayarkan untuk biaya irigasi tersebut. Kadang-kadang biaya tetap ini berubah atau diperlukan sebagai biaya variabel bila angka penyusutan (alat-alat pertanian misalnya) dihitung. Rumus (3) juga dapat dipakai untuk mengliitung biaya variabel. Karena total biaya (TC) adalali juriilali dari biaya tetap (PC) dnn biaya tidak tetap (VC); maka:

Kesulitan dalam menghitung biaya usaha tani biasanya tirnbul bila tanaman yang diusahakan itu lebih dari satu macam tanaman. Misalnya tumpang sari jagung dan kenaf. Seliingga jumlah input yang dipakai tidak diketahui persis diarahkan untuk tanaman Kenaf. Bila terjadi demikian, jumlah fisik input menjadi tidak penting, tetapi yang perlu dicari adalah berapa besar rupiah (pengeluaran) yang dikeluarkan untuk tanaman tersebut. Khusus untuk menghitung tumpang sari ini, peneliti dihadapkan pada problem "agresasi", oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam menghitung nilai dari biaya ini. Kemudian, yang dimaksudkan dengan pendapatan usaha tani adala11 selisih antara penerimaan dan semua biaya, iadi: Pd = T R - T C Pd : pendapatan usaha tani TR : total penerimaan TC : total biaya Dalam banyak lial jumlali TC ini selalu lebill besar bila analisis ekonomi yang dipakai, dan

Keterangan :

210

JURNAL EKSEKUTIF, VOLUME 3, NOMOR 2, AGUSTUS 2006

selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai. Oleh karena itu, setiap kali lnelakukan analisis, perlu disebutkan analisis apa yang digunakan. Untuk menggali data yang dipergunakan untuk keperluan analisis cash-flow, maka seperangkat pertanyaan diajukan dan disusun seperti yang disajikan dalam bentuk tabel . Pertanyaan yang disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari lima komponen, yaitu (1) Pengenalan tempat; (2) Keterangan pencacahan; (3) Produksi; (4) Biaya atau pengeluaran usaha tani; dan (5) Keterangan umum. METODE Desain Penelitian Pendekatan penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan melalui sunreylwawancara dengan petani; pengamatan pada obyek penelitian serta mencatat data-data penunjang, baik dari Dinas maupun instansi terkait. Waktu Penelitian adalah Penelitian dilaksanakan selaina 1 (satu) bulan mulai tanggal 10 Januari sampai 10 Pebruari 2006 pada Desa Sentra Produksi Usahatani Serat Kenaf (Desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan). Populasi dan Unit Sampel Penentuan sampel adalah 20% dari 150 petani serta kenaf. Permasalahan yang bersangkutan adalah disesuaikan dengan pendapat Surakhmad (1995), bahwa jika populasi berjumlah diatas 1.000, maka sebaiknya diambil sampel sebesar 10%. Bilamana jumlah populasi kurang dari 100, maka sebaiknya diambil sampel sebesar 50
%.

diri atas (a) biaya usahatani kenaf; (b) produksi kenaf; (c) penerimaan; (d) pendapatanlkeuntungan; (e) RIC rasio Secara operasional variabel tersebut diatas, dapat didefinisikan sebagai berikut: 0 Biaya usahatani adalah segala pengorbanan yang dilakukan oleh petani untuk menghasilkan produksi kenaf. Hal ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Yang dimaksudkan dengan biaya tetap adalah biaya yang tidak habis dipergunakan untuk sekali proses produksi dan tidak berhubungan dengan naik turunnya produksi. Misalnya: hargalbiaya sewa tanah dan lain-lain. Di lain pihak yang dimaksudkan dengan biaya tidak tetap (biaya variabel) adalah biaya yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi. Misalnya blaya: bibit; biaya pupuk; biaya tenaga kerja dan sebagainya. Produksi adalah merupakan hasil akhir dari proses usahatani. Diukur dalain kwintallhektar. 0 Penerimaan merupakan hasil perkalian dari hasil produksi dengan harga jual produksi tersebut. Pendapatan/keuntungan merupakan hasil pengurangan atas penerimaan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). R/C rasio adalah perbandingan antara R= penerimaan : C= total biaya. Jika N C >1, maka usahatani kenaf itu menguntungkan. TelcniIc Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pengumpulan data secara langsung yang biasa disebut dengan data primer, melalui daftar pertanyaan yang telah dibuat serta dilakukan wawancara pada petani maupun ketua kelompok tani di desa. Untuk pengumpulan data sekunder yaitu yang merupakan data yang sudah jadi dapat dikumpulkan dari kantor desa; kantor pertanian dan lain-lainnya. Telcnik Analisis Data Untuk keperluan penelitian usahatani kenaf tersebut dilakukan analisis ekonomis usahatani. Dalam ha1 ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh

Untuk itu pengambilan sampel sebesar 20


% telah betul secara teori. Kemudian dari ke 30

petani responden tersebut dilakukan wawancara atau dengan menggunakan daftar pertanyaan, sehingga dapat diketahui efisiensi usahatani kenafnya. Definisi Variabel dan Operasional Variabel Variabel penelitian adalah suatu ukuran yang dikenakan pada penelitian. Sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan pada Bab Landasan Teori, maka variabel yang diukur ter-

Bambang DS, Ana!isis Binya, Prorlrrksi r l ~ ~ R/C UsahnfaniKenafpada Lahan Bonorowo rr

211

Soekartawi (1999: 62) bahwa usahatani akan amat menguntungkan bilamana R/C rasionya > 1. Dengan demikian, maka analisisnya dibuat secara deskriptif dengan menjabarkan biaya; produksi; penerimaan sampai ke FUC rasionya.

Tanah kering Tanah pemukiman

: 2,240 ha : 14,O ha

HASIL Penyajian Data Luas dan Geografs Lokasi Penelitinn Sesuai dengan judul penelitian serta metode penelitian, maka lokasi penelitian adalah di desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Adapun Desa ini memiliki wilayah seluas 228,6 Ha, yang terdiri dari tanah sawah; tanah kering dan tanah bonorowo serta ta- Keadaon Penduduk nah pemukiman. Penduduk suatu wilayah adalah sejumlah Sebagai organisasi pemerintahan terendah orang yang bertempat tinggal di wilayah tersebut Desa Pesanggarahan terletak pada arbitrasi seba- baik sementara maupun tetap. Penduduk suatu gai berikut: wilayah dapat mencerminkan tingkat kehidupan Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan: 10 dan kesejahteraan wilayah desa tersebut. km Secara umum komposisi penduduk dibedaJarak dari 1bu kota Kabupaten: 45 km kan menurut usia, jenis kelamin, mata pencahaJarak dari Ibu kota Propinsi: 77 km rian dan tingkat pendidikan. Adalah sebagai beriAdapun Posisi desa tersebut ada di sebelah kut. Pada tahun 2006 jumlah penduduk desa barat wilayah Kecamatan Laren. Selanjutnya Pesanggarahan tercatat 1.582 jiwa dengan jumlah geografis desa adalah sebagai berikut: Adapun kepala keluarga 380 KK yang terdiri dari 779 Geografis Desa ini dapat dilihat pada tabel 2. jiwa laki-laki dan 803 jiwa perempuan. Data selengkapnya mengenai jenis rnata Tabel 2 Letak Geografis pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel No Kondisi Geografis Keterangan berikut. I Tinai temoat DPL rata-rata. 5m Tabel 3 Keadaan Penduduk Desa Pesanggarah3 ~eadaansuhu rata-rata 35Oc an Menurut Mata Pencaharian Tahun Sumber: Kantor Desa Pesanggarahan, 2006 2006 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Hal ini sangat menguntungkan bagi petu1 Petani 414 gas Dinas Pertanian dalam mengatur pola tanam 2 Buruh Tani pada petani di desa Pesanggarahan tersebut. 3 Pedagang 4 Pengusalia Keadaan Pertaninn Penggutman laltnrz serta 5 Buruh Bangunan Jenis Pcngairan di Desa Pesanggarahan 6 Buruh Angkutan Dari seluruli wilayah Desa Pesanggarahan 7 PNS dominan komoditi pertanian tanaman pangan ser8 ABRl ta lahan seratlkenaf. 9 Lain-lain Adapun data selengkapnya dapat dilihat Sumber Data : Kantor Desa Pesanggarahan 2006 rinciannya sebagai berikut : Luas wilayah desa : 105,118 ha Dari tabel tersebut diatas maka terlihat seTanah sawali : 88,729 ha cara jelas bahwa jumlah petani paling banyak,

Keadaan Lingkungan Tanalt Pertanian sesuai dengan Komoditi Tanaman Dari lingkungan seperti tersebut di atas, memungkinkan para petani di desa Pesanggarahan dapat menentukan berbagai jenis tanaman baik di tanah sawah maupun di tanah tegal: Pada lahan sawah berpengairan setengah teknis berpola tanam: Padi - Padi - kenaf. Pada lahan sawah bonorowo, berpola tanam sebagai berikut :Padi - kenaf - bero

212

JURNAL EKSEKUTIF, VOLUME 3, NOMOR 2, ACUSTUS 2006

kemudian baru disusul dengan jumlah buruh tani sebagai mata pencaharian penduduk di Desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Keadaan Penduduk Berdasarkan Luas Pemilikan Tanah Dilihat dari segi mata pencaharian, maka dapat digambarkan keadaan perekonomian penduduk Desa Pesanggarahan, pada umumnya petani mencurahkan seluruh waktunya untuk usaha tani yang dikelola, oleh karena itu pendapatan keluarga sebagian besar berasal dari usaha tani. Namun demikian petani di desa ini dapat dikatakan perekonomiannya cukup baik, terutama petani pemilik dan penyewa. Semakin tinggi tanah yang dimiliki semakin banyak pendapatan yang diperolah. Sedangkan pendapatan petani yang rata-rata mempunyai penghasilan rendah sampai sedang dan untuk menunjang perekonomian umumnya pada waktu senggang sebagai tukang batu, buruh angkutan serta berdagang. Melihat keadaan penguasaan hak pemilikan tanahllahan petani tersebut di atas sebagian besar luasnya rata-rata 0,l - 0,5 Ha, sedangkan h a s pemilikan tanah pertanian di atasnya relatif lebib sedikit. Keadaan Penduduk Desa Pesanggarahan Menurut Tingkat Pendidikan Mengenai tingkat sosial penduduk desa Pesanggarahan dapat dilihat dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi pula tingkat status sosial. Disamping itu pada masyarakat yang mempunyai tingkat sosial tinggi semakin terbuka pandangan dan persepsi terhadap kemajuan. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk Desa Pesanggarahan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4 . Penduduk Desa Pesaneearahan Menurut Tingkat ~endidikanrkhun 2006 Jumlah No Jenis Pendidikan /nmno\ \V'Y..b/
1

Sumber Data: Kantor Desa pesanggarahan 2006 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya sebagian besar penduduk tidak tamat sekolah dasar serta hanya menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Dimana sebagian besar orang yang berpendidikan rendah bersifat kurang inovatif, karena pandangan dan wawasan petani yang berpendidikan rendah masih sempit, sehingga seluruh waktunya disibukkan oleh pekerjaan sehari-hari dan kemampuan membaca serta mengerti informasi amat terbatas. Oleh karena itu biasanya orang semacam ini bersifat pasif, hanya mengendalikan tata cara hidup dari kebiasaan tradisi yang sudah lama ada dan tidak punya keinginan untuk mencoba cara-cara baru. Yang menarik dari keadaan ini adalah penduduk yang termasuk kalangan ini adalah petani dan buruh tani. PEMBAHASAN Untuk membuat suatu analisis usahatani kenaf pada desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, maka diperlukan juga data penunjang tentang keadaan responden petani kenaf. Dengan demikian, maka diperlukan data penunjang tentang keberadaan responden itu sendiri. Keadaan Umum Responden Responden petani Kenaf di Desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan tersebut sebanyak 30 orang petani yang dipilih berdasarkan random (undian) dari total petani Kenaf sebanyak 150 orang dengan luasan yang sebagian besar kurang dari 0,5 hektar sampai 1 hektar. Selanjutnya seperti keadaan penduduk desa Pesanggarahan, maka responden (contoh petani) dapat dikelompokkan menurut jenis Kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur, luas tanah. Jumlah responden petani Kenaf menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 5 Jenis KeIamin Responden Petani Kenaf, di Desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) 1. Laki-laki 27

2 3 4
5

Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Perguruan Tinggi

402 662 190 95 4

214

JURNAL EKSEKUTIF, VOLUME3, NOMOR 2, ACUSTUS 2006

Tabel 9 Rata-rata biaya tidak tetap (variable cost) sarana produksi usahatani kenaf di Desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan
NO. Uraian

I Benif kenaf I8 kg 2 Pupuk Urea 300 kg 3 Pestisida l liter Jumlah 4 Tenaga K e j a : Persiapan khan 3 HOK (p) pengaitan borongan Tanam 2 HOK (p) Pemupukan 2 HOK (p) Pengendalian hama 1 HOK (p) Tebang dan rendam 50 HOK Seset dan jemur 7 HOK (p) dan 60 HOK (w) Ngebal I pres serat 3 HOK (p) Jumlal~ Total ( 1 + 2 )

Rata-rata pendapatadkeuntungan usahatani kenaf tersebut adalah: Rp. 5.326.800, - Rp. 4.165.000,-./ha. = Rp. 1.161.800,-. /ha. Jadi besarnya nilai WC rasio = WC = Rp. Jumlah Biaya 5.326.800 : Rp. 4.165.000,-./ha. = 1,27. (keteNilai (RP) (Rp,Ha) rangannya adalah = No 4 dibagi dengan No. 5 7.500 135.000 sehingga terlihat nilai RIC rasionya).
1.150 35.000
345.000 35.000 515.000 75.000 50.000 50.000 25.000 1.250.000 175.000 1.050.000 75.000 2.900.000 3.415.000

25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 17.500 25.000

Sumber : Data Primer yang diolah, 2006. Dari tabel tersebut diatas tertera secara jelas bahwa julnlah biaya sarana produksi yang terbesar adalah pada biaya tenaga kerja, sebab tingginya produksi kenaf amat tergantung dengan jumlah tenaga kerja yang dialokasikan, sehingga diperoleh hasil yang baik atau maksimal. Dengan demikian, maka jumlah biaya secara keseluruhan adalah : Rp. 750.000 ,- + Rp. 3.005.000,- = Rp. 3.005.000,-. Kemudian jumlah produksi kenaf yang dibasilkan adalah sebanyak = 2.316 kglha. Sedangkan pada saat panen yang lalu dalam harga yang baik, yaitu sebesar = Rp. 2.300,- 1 kg. Dengan demikian, maka rata-rata peneri~naanpetani kenaf dalam satuan hektar adalah = 2.316 x Rp. 2.300,= Rp. 5.326.800,-. Dibawah ini disajikan Tabel Analisis Usahatani sebagai berikut:

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pemasaran Kenaf di Desa Pesanggarahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut : Total biaya = biaya tetap + biaya variable per ha sebesar = Rp. 4.165.000,-. Sedangkan hasillproduksi kenaf per ha = 2.316 kg. Harga jual kenaf = Rp. 2.300,- /per kg. Penerimaan = jumlah produksi x barga jual = 2.316 kgxRp. 2.300,-=Rp. 5.326.800,-. 0 Pendapatadkeuntungan usahatani kenaf = Penerimaan (R) - Total Biaya (TC) = Rp. 5.326.800,- - Rp. 4.165.000,- = Rp. 1.161.800,-/ ha. R/C rasio atau tingkat efisiensinya = R/C = Rp. 5.326.800,- : Rp. 4.165.000,- = 1,27. Hasil ini > 1. Dengan demikian usahatani kenaf ini menguntungkan bagi petani.

Saran Oleh karena pada lahan bonorowo usahatani kenaf dapat menguntungkan, maka sebaiknya petani selalu dibina sehingga tidak meninggalkan suatu usaha yang memberikan peluang ekonomi rumah tangganya.

DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1986. Bercocok Tanam KenaJ Proyek Informasi Pertanian, Balai Informasi Wonocolo Surabaya. Tabel 10 Analisis Usahatani Kenaf di Desa Pe- Mubyarto. 1985 Pengantar Ekonomi Pertanion. sanggarahan Lembaga Pendidikan dan Penerangan Pendapatan wC Harga' Penerimaan Tomi Biaya TR-TC Ekonomi dan Sosial, Jakarta. kg Y.Py = TR TC T W C Sastrosupadi. 2001. Prosiding Lokakava k#ha 2.316 2.300 5.326.800 4.165.000 1.161.800 127 Agribisnis Kenaf dun Sejenisnya. Pusat Sumber: Analisis Usahatani, 2005/2006 Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Barnbang DS, Analisis Biaya, Produksi dan R/C Usalialnni Kenafpada Lahan Bonorowo
Soekartawi. 1991. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo Soekartawi. 1995. Usahatani. Jakarta: UI

215

Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dun Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada Surakhmad. 1985. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta.

You might also like