You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Di dunia ini masih banyak sekali masyarakat yang belum mengerti tentang hal-hal mengenai kanker. Padahal penyakit ini termasuk dalam deretan penyakit yang cukup mematikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penderita kanker rahim yang menyerang para ibu membuatnya menjadi steril(mandul) bahkan bisa menyebabkan kematian. Gejala-gejala yang ditimbulkan awalnya seperti penyakitpenyakit pada umumnya, padahal sel-sel kankernya mulai berkembang dan berbahaya. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan kanker secara umum? 1.2.2. Apakah yang dimaksud dengan kanker rahim? 1.2.3. Bagaimana cara mendeteksi dan apa saja gejala gejala yang ditimbulkan? 1.2.4. Apa penyebab terjadinya kanker rahim? 1.2.5. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatannya? 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Mengetahui pengertian kanker secara umum 1.3.2. Mengetahui pengertian kanker rahim 1.3.3. Mengetahui cara mendeteksi dan gejala-gejala kanker rahim 1.3.4. Mengetahui penyebab terjadinya kanker rahim 1.3.5. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan 1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kanker rahim beserta gejala gejala dan cara pencegahannya.

1.5. Metode Penulisan Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1.5.1. Metode pengumpulan data. Penulis mengumpulkan berbagai macam resensi ataupun literatur yang mendukung karya ilmiah ini. 1.5.2. Studi Pustaka Yaitu dengan mencari buku buku atau artikel yang mendukung karya ilmiah ini. 1.5.3. Proses penulisan makalah

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kanker Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Sel-sel kanker akan terus membelah diri, dan tidak mengindahkan kaidah hokum-hukum pembiakan. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ, seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kencing, dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar ( metastasis ) ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi , yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi . Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen , yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor , menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Pada tahap promosi , suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). Pada saat sebuah sel menjadi ganas, sistem kekebalan tubuh sering dapat merusaknya sebelum sel ganas tersebut berlipatganda dan menjadi suatu kanker.

Namun apabila system kekebalan tubuh tidak berfungsi secara normal, maka tubuh cenderung rentan terhadap resiko kanker, seperti yang terjadi pada penderita aids , orang-orang yang menggunakan obat penekan kekebalan dan pada penyakit autoimun tertentu. Tetapi sistem kekebalan tubuh pun tidak selalu efektif, sehingga kanker kadangkala masih dapat menembus perlindungan ini meskipun sistem kekebalan berfungsi secara normal. Pada hampir semua jenis kanker, angka keberhasilan terapi sangat berkaitan dengan stadium saat diagnosa dan pengobatan. Semakin tinggi stadium saat diagnosa, maka keberhasilan terapi akan semakin menurun dengan modalitas pengobatan yang semakin agresif. 2.2. Pengertian Kanker Rahim Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuaomosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim. Masyarakat sering rancu antara pengertian Tumor dan Kanker. Tumor gambarannya adalah jaringan liar berupa benjolan atau pembengkakan. Jadi apabila muncul benjolan di bagian tubuh kita secara liar, entah sakit atau tidak, tetap harus diwaspadai kemungkinan tumor. 2.2.1. Klasifikasi pertumbuhan sel akan kanker rahim : Untuk tumbuh menjadi kanker leher rahim dibutuhkan beberapa tahun sejak selsel leher rahim mengalami perubahan. Sel-sel leher rahim abnormal yang bukan merupakan sel kanker namun dapat berkembang menjadi kanker disebut dengan cervical intra-epithelial neoplasia (CIN). CIN juga disebut sebagai sel-sel prekanker yang jika tidak ditangani lebih lanjut akan berpotensi untuk berkembang menjadi kanker. Namun tidak semua wanita yang memiliki CIN akan menderita kanker.

2.2.1.1. Mikroskopis 2.2.1.1.1. Displasia. Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. 2.2.1.1.2. Stadium karsinoma insitu. Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks. 2.2.1.1.3. Stadium karsinoma mikroinvasif. Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. 2.2.1.1.4. Stadium karsinoma invasif. Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. 2.2.1.1.5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks. Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus 2.2.1.2. Markroskopis

Stadium preklinis Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa Stadium permulaan Stadium setengah lanjut Stadium lanjut Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya

seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah. Penjelasan lebih rincinya, sebagai berikut : Stadium 0 Stadium I Ia :Terjadi pertumbuhan kanker (karsinoma) pada jaringan epitel leher rahim : Pertumbuhan kanker masih terbatas pada leher rahim : Secara mikroskopis, kanker telah menginvasi jaringan (terjadi penetrasi). Ukuran invasi sel kanker : kedalaman < 5 mm, sedangkan lebarnya < 7 mm Ia1 Ia2 Ib Ib1 Ib2 Stadium II :Ukuran invasi mempunyai kedalaman < 3 mm dan lebar < 7 mm :Kedalaman invasi > 3 mm dan < 5 mm, lebar < 7 mm :Terjadi lesi yang ukurannya lebih besar dari lesi yang terjadi pada stadium Ia :Ukuran tumor < 4 cm :Tumor > 4 cm :Karsinoma meluas sampai keluar leher rahim tetapi belum sampai dinding pelvis; karsinoma menyerang vagina tapi belum mencapai 1/3 vagina bagian bawah IIa IIb Stadium III :Belum ada parameter yang jelas :Parameter jelas :Karsinoma meluas ke dinding pelvis; pada pemeriksaan rektal, tidak terlihat adanya ruang kosong antara tumor dan dinding pelvis; tumor menyerang 1/3 vagina bagian bawah;

pada semua kasus juga ditemukan adanya hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi IIIa IIIb Stadium IV IVa IVb :Kanker tidak menjalar ke dinding pelvis, tapi menyerang 1/3 vagina bagian bawah :Menjalar ke dinding pelvis, terjadi hidronefrosis atau kegagalan fungsi ginjal, atau keduanya :Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa kandung kemih atau rektal :Menyebar ke organ yang berdekatan :Menyebar ke organ yang jauh

2.2.2. Mekanisme Molekuler Kanker leher rahim yang disebabkan oleh beberapa tipe human papillomavirus (HPV) beresiko tinggi seperti HPV16 dan HPV18 memiliki onkogen E6 dan E7 dimana kedua ekspresi gen ini menjadi prasyarat bagi perkembangan kanker dan pertahanan fenotip malignan. Pemusnahan kedua onkogen ini dipertimbangkan untuk diaplikasikan pada terapi molekuler kanker servik.Protein E6 dan E7 dari HPV memodulasi protein seluler yang mengatur daur sel. 2.2.2.1. Protein E6 Berikatan dengan protein selular yang disebut E6-associated protein (E6AP) membentuk ubiquitin ligase E3 dengan target degradasi tumor suppressor p53. Degradasi p53 mengakibatkan sel tidak mengalami apoptosis ataupun memasuki cell cycle arest pada G1/S. Menginduksi protein c-myc yang dapat memacu enzim telomerase yang menyebabkan sel bersifat immortal. Menstimulasi ekspresi eksogenus gen hTERT (human telomerase reverse transcriptase) yang mengkode subunit katalitik dari telomerase selain itu induksi telomerase juga terjadi melalui perantara kompleks E6-AP. 2.2.2.2. Protein E7

Mengikat bentuk aktif terhipofosforilasi dari p105Rb dan anggota-anggota famili retinoblastoma (Rb) lainnya dari protein tumor supresor mengakibatkan destabilisasi dan hilangnya kompleks pRb/E2F dimana kompleks pRb/E2F berfungsi menekan transkripsi gen yang dibutuhkan untuk progresi siklus sel. Jalur p53 dan pRb saling berhubungan satu sama lain: fosforilasi p105Rb yang mengakibatkan lepasnya kompleks Rb/E2F diperantarai oleh cyclin-dependent kinase (cdk) dihambat oleh p21 yang merupakan target transkripsi dari p53. Protein E6 dan E7 juga menunjukkan ketidaktergantungannya pada aktivitas p53 dan pRb. Protein E7 dapat menginhibisi p21 dan p27 .Sebagian besar sel kanker servik mempunyai gen p53 dan p105Rb dalam bentuk wild type. Jadi, gen pengatur pertumbuhan yang aktif dalam sel normal ini juga terdapat dalam sel kanker leher rahim. Namun, aktivitasnya dihambat oleh ekspresi protein E6 dan E7 dari HPV. Apabila ekspresi onkogen E6 dan E7 dihambat, maka protein tumor supresor p53 dan retinoblastoma aktif dan sel kanker servik mengalami senescence yang kemudian menyebabkan apoptosis. Genom papilomavirus bereplikasi seperti plasmid ekstrakromosomal pada

lesi premalignan dan juga terintegrasi pada sebagian besar karsinoma leher rahim secara acak.Genom virus yang terintegrasi ini akan memberikan mekanisme : Ekspresi E6 dan E7 dihambat oleh E2. E2 dapat menekan ekspresi E6 dan E7 karena E2 akan berikatan pada promotor awal HVP, sehingga akan menghalangi ikatan dua faktor transkripsi esensial, TBP dan Sp1. Namun, E2 tidak diekspresikan pada viral DNA yang terintegrasi ada genom sel inang, karena gen E2 mengalami splitting dan menjadi in aktif. Akibatnya, dalam keadaan tanpa repressor, protein E6 dan E7 terekspresi dalam jumlah tinggi sehingga menyebabkan tumor suppressor protein, yaitu p53 dan p105Rb tidak aktif dan menstimulasi pertumbuhan 2.3. Deteksi dan Gejala Kanker Rahim 2.3.1. Cara Deteksi Kanker Rahim Layaknya semua kanker, terjadinya kanker leher rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang

dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut Pap smear test, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Pap smear test merupakan suatu test yang aman, cepat dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada selsel leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap smear test. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti. Prosedur pemeriksaan Pap smear test mungkin sangat tidak menyenangkan, tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Pap smear test dilakukan seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi. Bagi orang yang telah tidak haid, Pap smear test dapat dilakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), Pap smear test tidak perlu lagi dilakukan karena secara otomatis orang tersebut telah terbebas dari resiko menderita kanker leher rahim. Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali, dan lebih baik dilakukan secara teratur. Hal yang harus selalu diingat adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan Pap smear test. Pap smear test selalu diperlukan meskipun tidak lagi melakukan aktifitas seksual. Jika terjadi pendarahan setelah aktivitas sexual

atau diantara masa menstruasi terjadi dan terjadi keluarnya cairan (discharge) maka harus segera dilakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan tersebut bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun baru saja melakukan Pap smear test. Hasil Pap Smear dikatakan abnormal jika sel-sel leher rahim ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan Pap Smear .Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan Pap Smear yang abnormal adalah: Unsatisfactory Pap Smear. Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahims dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang komprehensive kepada dokter. Oleh karena itu harus dilakukan Pap Smear test kembali. Jika ada infeksi atau inflamasi. Kadang-kadang pada pemeriksaan Pap Smear memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahim mengalami suatu iritasi yang sifatnya ringan. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita deteksi melalui pemeriksaan Pap Smear, biarpun kita tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam, mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur. Oleh karena itu harus dilakukan Pap Smear test kembali setelah infeksi atau inflamasi sembuh. Atypia atau Minor Atypia. Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan Pap Smear terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahim, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai atypia. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini, sehingga harus dilakukan pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, sangat penting melakukan Pap

10

Smear kembali untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menunjukan hasil yang sama maka disarankan untuk menjalani kolposkopi. Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahim oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahim, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan Pap Smear. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi.

2.3.2. Gejala Gejala Kanker Rahim Pada fase permulaan kanker rahim terdapat kemungkinan bahwa penderita belum mempunyai keluhan dan diagnosis dibuat secara kebetulan(pemeriksaan penduduk). Dalam fase yang lebih lanjut sebagai akibat nekrosis(kematian sel) dan perubahan-perubahan poliferatif jaringan serviks timbul keluhan-keluhan, antara lain : Pendarahan rahim yang abnormal. Siklus menstruasi yang abnormal.

11

Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi). Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun). Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause). Nyeri atau kesulitan dalam berkemih. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Darah berbau amis keluar dari vagina. Teraba ada massa di vagina Gangguan miksi (disuria) Gangguan defekasi (pembuangan) Kanker ini dapat hadir dengan pendarahan vagina, tetapi gejala kanker ini tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh, yang membuat kanker leher rahim fokus pengamatan menggunakan Pap smear. Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker . Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker . Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi. Jika anda mendapatkan tanda-tanda tersebut, sebaiknya anda segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) ini bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun anda baru saja melakukan Pap smear test. Biarpun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positif. 2.4. Penyebab Terjadinya Kanker Rahim

12

Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini melibatkan peningkatan kadar estrogen. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker. Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu. (faktor resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan seseorang untuk menderita suatu penyakit). Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak. Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko pada kanker rahim: Usia. Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas. Hiperplasia endometrium Terapi Sulih Hormon (TSH). TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya mempertinggi resiko ini. Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim. Obesitas. Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obes. Diabetes (kencing manis) Hipertensi (tekanan darah tinggi) Tamoksifen. Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen

13

terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan. Ras. Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih. Kanker kolorektal Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun Menopause setelah usia 52 tahun Tidak memiliki anak Kemandulan Penyakit ovarium polikista Polip endometrium. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. Jumlah kehamilan dan partus.Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. Jumlah perkawinan. Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. Infeksi virus. Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks Sosial Ekonomi. Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

14

Hygiene dan sirkumsisi. Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. Pernah atau baru terinfeksi HPV, kondiloma atau keduanya Pengguna immunosuppressan, contohnya pada mereka dengan transplan ginjal Adanya displasia servikal, endometrium, vagina atau kanker vulva Alat kelamin tak bersih .Kurang menjaga kebersihan alat kelamin dapat diduga menjadi penyebab terjangkitnya kanker leher rahim berisiko tinggi pada wanita. Selain itu, penyebab penyakit ini juga ada yang berasal dari wanita yang telah menjalani aktivitas seksual sejak usia di bawah 18 tahun atau kawin muda, hubungan seksual dengan banyak partner, wanita yang suaminya berhubungan seksual dengan banyak wanita, dan juga akibat kebiasaan merokok. Polusi Udara - Salah Satu Penyebab Kanker Rahim. Salah satu penyebab timbulnya penyakit kanker rahim adalah dioksin yaitu polusi logam berat yang berasal dari pembakaran limbah padat dan cair serta sampah, asap kendaraan bermotor, kebakaran hutan dan asap rokok. Penyakit kanker rahim adalah pembunuh nomor satu kaum perempuan. Seti-

ap tahun 290 ribu wanita diseluruh dunia meninggal karena penyakit ini. Di Indonesia sendiri , diperkirakan ada 13 juta perempuan Indonesia yang berusia reproduktif mengidap kanker rahim. Jadi tak perlu lagi menunggu, hentikan pembakaran hutan, sampah dan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan, juga stop merokok. Belum terlambat untuk mengurangi jumlah perempuan penderita kanker rahim.

15

2.5. Cara Mencegah dan Mengobati Kanker Rahim 2.5.1. Cara Mencegah Kanker Rahim Banyak cara, misalnya, tak terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, apalagi tanpa indikasi dan saran dokter. Jangan pula menaburkan talk di vagina. Bisa juga dengan diet rendah lemak. Waduh! Kengerianlah yang langsung terbayang begitu mendengar kata kanker rahim. Kita tahu penyakit ganas ini menduduki peringkat atas sebagai pembawa kematian. Tapi, tak perlu khawatir bila sejak awal kita sudah melakukan pencegahan. Karena justru, pencegahan menjadi bagian terpenting dari risiko kanker. Caranya dengan mencegah terpaparnya substansi yang menyebabkan risiko terjadinya kanker tersebut. Yang terjadi di sini justru sebaliknya, masih banyak wanita yang enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan, kendati sudah memiliki berbagai keluhan. Padahal, jika dibiarkan kanker akan semakin mengganas ! Jadi, yuk, kita ikuti sejumlah kiat mencegah kanker rahim yang 2.5.1.1. Jauhi Rokok Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim), lho. "Nikotin, kan, mempe! rmudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks. Sayangnya tak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari kanker. 2.5.1.2. Pencucian Vagina. Sering, kan, kita melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. "Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di

16

serviks. Nah, iritasi berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker." Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan secara rutin. "Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia. Itu pun seharusnya atas saran dokter." Artinya, kita jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina. "Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman. Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan pH vagina." Kita tahu, bila pH enggak seimbang lagi di vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat tersebut. Ini, kan, malah bisa menimbulkan penyakit-penyakit lain. 2.5.1.3. Menaburi Talk Yang kerap terjadi lagi, saat daerah vagina gatal atau merah-merah, kita menaburkan talk di sekitarnya. Walah, ternyata itu bahaya. Pemakaian talk pada vagina wanita usia subur bisa memicu terjadi kanker ovarium (indung telur). "Sebab di usia subur berarti sering ovulasi. Padahal bisa dipastikan saat ovulasi terjadi perlukaan di ovarium. Nah, bila partikel talk masuk akan menempel di atas luka tersebut. Akibatnya, kan, bisa merangsang bagian luka untuk berubah sifat jadi kanker." Karena itu sangat tidak dianjurkan memberi talk di daerah vagina. Karena dikhawatirkan serbuk talk terserap masuk kedalam. Lama-lama akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing yang bisa menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker. 2.5.1.4. Diet Rendah Lemak. Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan pola makan seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih berisiko terkena kanker endometrium (badan rahim). "Sebab lemak memproduksi hormon estrogen. Sementara endometrium yang sering terpapar hormon estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker." Jadi, terang Nasdaldy, untuk mencegah timbulnya kanker endometrium, sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. "Makanlah makanan yang sehat dan segar. Jangan lupa untuk menjaga berat badan

17

ideal agar tak terlalu gemuk." Tak heran, bila penderita kanker endometrium banyak terdapat di kota-kota besar negara maju. Sebab, umumnya mereka menganut pola makan tinggi lemak. 2.5.1.5. Kekurangan Vitamin C Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul kanker serviks. "Beta karoten, vi! tamin C, dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa diserviks. Nah, jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker." Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut. 2.5.1.6. Hubungan Seks Terlalu Dini Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum, lo. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa; yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja; paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita. "Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma." Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Nah, karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. "Sifat sel, kan, selalu berubah setiap saat; mati dan tumbuh lagi. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga pe-

18

rubahannya tak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker." 2.5.1.7. Berganti Ganti Pasangan Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti pasangan seks. "Bila berhubungan seks hanya dengan! pasangannya, dan pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan mengakibatkan kanker serviks." Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). "Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Nah, bila terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker." 2.5.1.8. Terlambat Menikah Sebaliknya wanita yang tidak atau terlambat menikah pun bisa berisiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium. Sebab, golongan wanita ini akan terus-menerus mengalami ovulasi tanpa jeda. "Jadi, rangsangan terhadap endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya bisa membuat sel-sel di endometrium berubah sifat jadi kanker." Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau punya anak. Karena ia pun akan mengalami ovulasi terus-menerus. "Bila haid pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka paparan ovulasinya berarti akan semakin panjang. Jadi, kemungkinan terkenakanker ovarium akan semakin besar." Nah,salah satu upaya pencegahannya tentu dengan menikah ! dan hamil. Atau bisa juga dilakukan dengan mengkonsumsi pil KB. Sebab penggunaan pil KB akan mempersempit peluang terjadinya ovulasi. "Bila sejak usia 15 tahun hingga 45 tahun dia terus menerus ovulasi, lantas 10 tahun ia ber-KB, maka masa ovulasinya lebih pendek dibandingkan terus-menerus, kan?" Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi dapat menurunkan kejadian kanker ovarium sampai 50 ! persen.

19

2.5.1.9. Penggunaan Esterogen Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause. "Karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya akan lebih sering terpapar estrogen. Jadi, sangat memungkinkan terjadi kanker." Tak heran bila wanita yang memakai estrogen tak terkontrol sangat memungkinkan terkena kanker. "Umumnya wanita yang telah menopause di negara maju menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan jantung." Namun, pemakaiannya sangat berisiko karena estrogen merangsang semakin menebalnya dind! ing endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker. "Jadi, sebaiknya penggunaan hormon estrogen harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya, sehingga tidak berkembang jadi kanker."

2.5.2. Pengobatan Kanker Rahim Ditemukan "ProXeronine" dalam buah noni tahiti,mampu meregenerasi dan merivitalisasi sel, serta susunan syaraf yang rusak akibat stroke hingga berfungsi kembali, menghentikan penyebaran kanker ganas,mengembalikan fungsi nadi koroner pada jantung koroner dan mungkin akan membuat hidup anda menjadi lebih panjang. Ratusan riset ilmiah telah di lakukan para saintis bidang kesehatan untuk mendapatkan kandungan Proxeronine dan mereka menemukannya dalam buah Noni Tahiti,Zat tersebut berhasil merevitalisasi & meregenerasi Sel yang telah mati hingga berfungsi lagi, secara alami mampu meningkatkan sistim kekebalan tubuh seseorang, meningkatkan fungsi dari sel dan memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh, baik yang diakibatkan berbagai penyakit atau proses penuaan. Mampu

20

melawan kanker ganas dan berfungsi sangat baik dalam penyembuhan berbagai penyakit.

21

You might also like