Professional Documents
Culture Documents
Pendidikan dan Pelatihan Teknis SNVT Pelaksanaan PSDA Sumatera VI Provinsi Sumatera Barat 05 s/d Ernest Sebayang Ir. 07 Agustus 2008 Irrigation/Drainage Engineer
er's
Pemahaman akan Jaringan Irigasi secara umum Perencanaan Jaringan Irigasi yang meliputi :
1. Perencanaan Bendung dan Bangunan-bangunan Utama (Head Works) 2. Perencanaan Jaingan Utama dan 3. Perencanaan Pengembangan Jaringan Tersier (Tertiary Development) dan Pengembangan Lahan (Land Development)
er's
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan kelengkapan fasilitas, Jaringan Irigasi dapat dibedakan atas tiga tingkatan yaitu: Irigasi sederhana, Irigasi semi teknis dan Irigasi Teknis
er's
1 Bangunan Utama . 1 Kemampuan Bangunan . dalam mengukur & me ngatur debit 1 Jaringan .
K lasifikasi Jaring Irig an asi S emi Teknis S ederhana Permanen atau Sementara Semi Permanen Sedang Jelek
1 Petak Tersier .
Saluran Irigasi dan Saluran Irigasi dan Pembuang terpisah Pembuang tidak sepenuhnya terpisah Dikembangkan Belum sepenuhnya dikembangkan atau densitas bangunan tersier jarang 1-1 % 11 1-1% 11 Tidak ada batasan Sampai 1 .111 ha
Saluran Irigasi dan Pembuang jadi satu Belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan. <11 % <111 ha
er's
A. Waduk/ Bendungan Berfungsi sebagai pengumpul air (reservoir) (Dam) Untuk memenuhi kebutuhan: - Irigasi - Air Minum - Tenaga Listrik (PLTA) dan - Pariwisata B. Bendung (Weir) & Bangunan Utama Berfungsi untuk meninggikan permukaan air di sungai sehingga dapat mencapai elevasi sawah yang diinginkan
er's 5
Bendung, dapat berupa: Bendung Tetap Bendung Gerak (Garbage) Bendung Karet Bendung Tyroll (Bottom Rack Weir) Pompa (Pump Station)
Bangunan Utama (Head Works): Bangunan Pengelak (Diversion Structure) Bangunan Pengambilan (Intake) Bangunan Penguras (Scouring Sluice) Kantong Lumpur/Penangkap Pasir (Sediment/ Sand Trap) Pengaturan Sungai (River Regulation er's Work)
C. Jaringan Utama (Main System) Saluran Pembawa (Irrigation Canal) - Saluran Induk Pengantar/Headrace - Saluran Primer - Saluran Sekunder - Saluran Sub Sekunder - Saluran Muka Saluran Pembuang (Drainage Canal) Saluran Pembuang Sekunder Saluran Pembuang Utama (Primer) Sungai Bangunan-bangunan (Structures)
er's 7
D. Jaringan Tersier (Tertiary Development) Saluran Pembawa (Irrigation Canal) Saluran Tersier Saluran Kuarter Saluran Pembuang (Drainage Canal) Pembuang Kuarter Pembuang Tersier Jalan Usaha Tani (JUT) Bangunan - Bangunan
er's
Gambar 1.1
Sal. Induk
Sal. Sekunder
Saluran Tersier Anak Sungai Small River Saluran Pembuang Primer Saluran Pembuang Sekunder Saluran Pembuang Tersier
er's
Pengelolaan Jaringan Irigasi mengikuti tahapan dengan istilah SIDLaCOM yaitu : S = I = D = La = tidak C = O = M = Survey (Pengukuran) Investigasi (Penyelidikan) Design (Perencanaan Teknis) Land acquisition (Pembebasan tanah), berlaku untuk jaringan Tersier Construction (Pelaksanaan) Operation (Eksploitasi) Maintenance (Pemeliharaan)
er's 10
Kondisi-kondisi batas yang harus diperhitungkan: Kebutuhan air irigasi (Water Requirement) Ketersediaan air (Debit andalan) Daerah yang bisa diairi (Irrigable area) Kondisi topografi
er's
11
er's
12
Yaitu debit minimum sungai kemungkinan terpenuhi yang ditentukan dapat dipakai untuk irigasi Areal Irigasi maksimum :
untuk sudah
A = (Q
Di mana:
and/DR)x1,000
luas areal yang dapat diairi untuk alternative pola tanam tertentu selama jangka waktu
tertentu, Ha Q and : debit andalan selama jangka waktu tertentu,m3/dt DR : kebutuhan pengambilan selama periode tertentu, l/dt ha
er's
13
Kebutuhan Air Data-data utama : meteorology agronomi dan tanah serta jaringan irigasi Unsur yang mempengaruhi antara lain: Evaporasi Curah hujan efektif Pola tanam Koefisien tanaman Perkolasi dan rembesan Penyiapan lahan
er's 14
Efisiensi irigasi
Efisiensi irigasi secara keseluruhan (total)= et x es x ep = 0.59 - 0.77 Jaringan tersier et = 80%, Saluran sekunder es = 90%, saluran primer ep = 90% Total = 65%
(m1 /dt)
15
Neraca Air
Dalam hal debit sungai melebihi debit yang dibutuhkan maka luas daerah proyek irigasi adalah tetap karena luas maksimum daerah layanan (command area) dan akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Namun apabila debit yang tersedia tidak mencapai kebutuhan debit yang diperlukan maka ada 3 (tiga) alternatif yang bisa dipertimbangkan yaitu:
1) 2) 3)
Pengurangan luas daerah irigasi. Melakukan modifikasi terhadap pola tanam. Dengan sistem rotasi teknis (penggolongan)
er's
16
Topografi
Merupakan pemetaan dan kegiatan pertama didalam tahap perencanaan awal suatu proyek . Hal-hal yang akan ditampilkan pada peta : Titik ketinggian (elevasi) permukaan Bentuk (relief) permukaan dengan garis ketinggian (contour lines) Tata guna lahan (land use) yang ada sekarang Keadaan alam seperti sungai, lembah, bukit , dll. Fasilitas yang sudah ada seperti jaringan irigasi, jaringan jalan dan pemukiman.
er's 17
b.
Bangunan di saluran
c.
er's
19
Kriteria Perencanaan yang di adakan oleh Direktorat Jenderal Pengairan terdiri dari bagian-bagian berikut: KP 01 KP 02 KP 03 KP 04 KP 05 KP 06 KP 07 Perencanaan Jaringan Irigasi Bangunan Utama (Headworks) Saluran Bangunan Petak Tersier Parameter Bangunan Standar Penggambaran
er's 20
Yang ditunjang dengan: Gambar-gambar Standard dan Tipe Bangunan Persyaratan Teknis untuk Pengukuran, Penyelidikan dan Perencanaan. Buku Petunjuk Perencanaan.
er's
21
Areal (ha) Batang Hari Batang Hari 1. 1, 1 11 11 M impi Batang M impi 1 11 1, 1 Palangko Batang Palangko 1 11 1, 1 Piruko Batang Piruko dan suplesi 1 11 1, 1 dari bendung Palangko Siat Batang Siat 11 11 . 1, 1 Total 1. 1, 1 11 11
Sumber Air
er's
22
er's
23
Sand Trap)
er's
24
Item 1 Diversion We ir (Be ndung Pengelak) . 11 Fixed Weir (Be ndung Te tap) . . Type Cre st elevation He ight from foundation Length affixed weir portion including 11 Wide fishway . m Riverbedwidth Ge ology unde r weir foundation Flood water level (near Crest) 11 1 -yearflood(11 1 1 , 1 m /sec) 1 -year flood (11 1m 1 1 , 1 /sec) 1 -yearflood( 11 1 1 1 , 1 m /sec) 1 -year flood(l,1 1m 1 1 /sec) 11 Scouring/Flood_Gate (Pintu Pe nguras/Banjir) . . Type of gate Crestelevation Sill elevation Gate sizeandnos Length of gated portion Including piers Without poer width Discharge capacity 1 1- year flood 1 1 - year flood 1 1 -yearflood 1 1 -yearflood 1 1- year flood 1-year flood 1 Intake and Intake Channels (Pintu dan Saluran Pengambilan) . 11 Intake Gate . . Type of gate Intake water level Gate sill e levation Gate sizeandnos Intake water requirement O peration 11 Sediment Trap (Kantong Lumpur) . . Type Nos. of se diment trap Trap length Trap width including 1 partitions 11 m .1 Total length including up and downstream transitions Water de pth O peration Discharge capacity Sediment capacity Ge ology unde r sediment trap 11 Spillway and spillway channel (Pelimpah dan Saluran) . . Side spillway le ngth Sihpon spillway Spiliway channel length Spillway channel width Spillway channel he ight
Specification
Concrete oge e solid gravity EL. 111 .1 m 1 . m to 1 . in 11 11 1 11m 1. 1 11 1. m Mostly basalt ofCM and CH class Be fore const After const (All gate s open) l11m .1 1 11 1. m 1 11m 1. 1 11 1. m 11 1 .lm 1 11 1. m 1 11 1. m 1 11 1. m Plate Girder-Roller gate EL. 111 .l1 m EL. 11111 .1 m 1 .1 1 mWx11 . niHx1 nos. 11 m .1 1 . m x 1nos. = 1 . m 11 11 1 1 m1 1 1 /sec 1 1 m1 1 1 /sec 1 1 m1 1 1 /sec 1 1 m1 1 1 /sec 1 1 tn 1 1 1 /sec 1 1 m1 1 1 /sec
Plate Girder-Roller gate EL. 111 .1m EL. 111 . 1in 11 W x 11m H x 1 . m . nos. 1 . m1 11 fsec Electricity Gravity flushing 1 1. m 11 1. m 11 1 11rn 1. 11 to 11 in . 1 . 1 Electricity Electricity 1 . m 1 c x 1=1 . m 1 11 /se 11 /sec 1 1m 1x 1 Moderately ceme nted gravelly soil 1 . rm x 1 = 1 .Urn/Channel 11 nos 1 11 H 1 11 B x 1 . m x . m nos./channel 1 11 m 1. 1 11 to 11m . m . 11 to 11 . m . m
er's
25
1 .
1 . 1 .
26
Lokasi dan Fungsi Saluran Sekunder Menampung air buangan dari saluran -saluran pembuang tersier dan/atau langsung dari pembuang kuarter atau sawah terdekat. Melayani beberapa petak tersier dan mengantar air ke saluran pembuang primer. 1 Saluran Pembuang Utama ( Primary Menampung air buangan dari saluran . -saluran Drainage) pembuang sekunder dan/ atau langsung dari pembuang tersier, kuarter dan dari sawah terdekat. Melayani petak-petak sekunder dan mengantar pengaliran air ke sungai-sungai 1 Sungai (River) . Sebagai penampung akhir dari saluran -saluran pembuang utama, saluran pembuang sekunder dan/atau langsung dari saluran pembuang tersier, kuarter dan sawah terdekat Melayani areal- areal yang pengaliran mengarah ke sungai (anak sungai) tersebut dan selanjutnya ke sungai utama dan seterusnya ke laut.
er's
27
er's
28
Lokasi Penempatan dan Fungsi Bangunan Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur (dan diatur) pada hulu saluran Primer, pada cabang saluran dan pada bangunan Sadap ke tersier. Berupa pipa dengan diameter111 , 111 , ,111 , atau , 111 , 111 , 111 , , , , 11.ditutup dengan pintu sorong , 1 Jaringan irigasi dieksploitasi sedemikian rupa sehingga muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas -batas tertentu. Berikut ini perbandingan antara bangunan pengatur muka air. Mungkin dapat digabung menjadi satu rangkaian. Terletak di Saluran Primer dan Sekunder, berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Mengalirkan air dari Saluran Primer atau Sekunder ke Saluran Tersier penerima. Membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (Tersier, sub tersier dan/atau kuarter) Terdiri atas dua kelompok yaitu subkritis dan superkritis
Pengatur Tinggi Muka Air Skot Balok Pintu Sorong (Slide Gate) Pintu Radial Mercu Tetap Kontrol Celah Trapesium
1 Bangunan Bagi dan Sadap . 11 Bangunan Bagi . 11 Bangunan Sadap . 11 Bangunan Boksboks bagi . 1 .
Bangunan Pembawa Kelompok subkritis 11 Gorong-gorong (Culvert) . Dipasang di tempat -tempat dimana saluran lewat dibawah Dapat berbentuk pipa ataupunbangunan lain (jalan, rel k api) atau lewat dibawah saluran. segi empat - Gorong-gorong Irigasi - Gorong-gorong pembuang - Persilangan Pembuang 11 Sipon (Syphon) . Membawa air melewati bawah seperti saluran pembuang, sungai, cekungan,jalan, jalan k api atau bangunan -bangunan lain. Air mengalir secara tekanan, dengan kecepatan minimum m/det 1 dan maksimum1m/det. Kehilangan tinggi energi yang harus diperhitungkan adalah; kehilangan masuk, kisi -kisi saringan sampah, akibat gesekan, pada tikungan (siku) dan kehilangan keluar. Sipon Jembatan Berupa talang bertekanan membentang diatas lembah yang lebar dan dalam. 11 Talang (Aqueduct) dan Flume Berupa saluran yang dibuat dari pasangan, beton, baja atau kayu. . Pengaliran air denganpermukaan bebas, dibuat melintasi lembah, saluran, sungai, jalan, rel k api atau sepanjang lereng bukit dsb. Flume dapat dipakai atas pertimbangan batas pembebasan tanah atau bahan tanah yang tidak sesuai. Kelompok Superkritis 11 Terjun (Drop) . - Terjun Tegak - Terjun Miring 11 Got Miring . 1 . er's Kolam Olak Diperlukan di tempat-tempat yang lereng medannya lebih curam dari pada kemiringan maksimum saluran. Untuk menghindari terjadinya volume timbunan dan/ atau galian terlalu besar, atau dengan prinsip mengusahakan volume galian dan timbunan yang seimbang maka di beberapa tempat sepanjang saluran dibuat bangunan terjun. Dibuat apabila trase aluran melewati ruas medan dengan s kemiringan tajam jumlah perbedaan tinggi energi mencapai > , 111 m. Merupakan peredam energi di sebelah hilir bangunan.
29
1 Bangunan Lindung . 1 .1 Pelimpah (Spillway) - Pelimpah Samping - Sipon Pelimpah Untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar akibat - Pintu Pelimpah Otomatis limpasan air yang berlebihan akibat kesalahan ekploitasi atau 1 .1 Bangunan Penguras masuknya air dari luar saluran. (Wasteway) 1 .1 Bangunan Pembuang Silang 1 1 .1 1 .1 1 .1 1 .1 1 .1 Jalan dan Jembatan Jalan/Jembatan Desa Jalan Penghubung Jalan Inspeksi Jalan/ Jembatan Usaha Tani Jembatan Pejalan Kaki (Footh Bridge) Jalan keluar/masuk desa Menghubungkan antara jalan desa Untuk keperluan inspeksi saluran Untuk keperluan transportasi hasil pertanian Keperluan petani menuju sawah
1 Bangunan Pelengkap 1 .1 Tanggul Lindungan lereng tanggul berupa: - rumput (sodding) - pasangan batu kosong - -pasangan beton (lining) - - bronjong (gabion) 1 .1 Fasilitas Eksploitasi - Komunikasi - Kantor dan Perumahan Staff - Patok hectometer - Pelat nama - Papan pasten - Papan duga muka air 1 .1 Bangunan Lain - Peralatan Pengamanan - Tempat Cuci (Washing Step) - Kolam mandi ternak 1 .1 Pencegah Rembesan - Dinding halang (Cut-off wall) - Merupakan lindungan yang efektif terhadap rembesan. - Koperan - Filter - Lubang pembuang - Alur pembuang
Dipakai untuk melindungi Daerah Irigasi dari banjir yang disebabkan oleh sungai, pembuang yang besar atau laut. Lereng tanggul dilindungi terhadap erosi oleh aliran air, baik yang berasal dari hujan maupun sungai .
Dibangun di dan sepanjang saluran irigasi. Untuk mencegah orang atau ternak masuk ke luar saluran, atau membantu keluar orang-orang yang dengan sengaja atau tidak masuk ke dalam saluran. Rembesan terjadi apabila harus mengatasi beda tinggi muka air yang mengakibatkan air meresap masuk ke dalam tanah disekitar bangunan. Aliran ini berpengaruh terhadap stabilitas bangunan yang menyebabkan erosi bawah tanah.
er's
30
PERENCANAAN JARINGAN TERSIER (TERTIARY DEVELOPMENT) DAN PENGEMBANGAN LAHAN (LAND DEVELOPMENT) PROYEK IRIGASI BATANG HARI
Perencanaan (Design) TD/LD ini mengacu kepada: i.Standard Perencanaan Irigasi yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986 terutama Kriteria Perencanaan (KP-05) bagian Petak Tersier. ii.Kriteria Perencanaan (Design Criteria) untuk Pencetakan Sawah dan Pengembangan Tersier yang dikeluarkan oleh Proyek Irigasi Batang Hari sendiri pada Desember 1998 dan iii.Pengalaman sendiri selama bertugas sebagai Design Engineer dalam melaksanakan Tinjauan Perencanaan (Review Design) pada tahap pelaksanaan Pengembangan Jaringan Tersier dan Pencetakan Sawah Proyek Irigasi Batang Hari.
er's 31
er's
32
er's
33
Pembagian petak-petak sawah Penentuan lebar teras sawah Penentuan elevasi permukaan sawah Penggambaran peta rancangan petak sawah
er's
34
Jaringan Irigasi dan pembuang tersier/kuarter sedapat mungkin diusahakan berada pada batas-batas Kepemilikan Lahan (KL). Jaringan irigasi tersier yang harus melewati areal perkebunan, material dan bentuk saluran disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan mempertimbangkan permintaan pemilik lahan.
er's 35
IA
SC
TM
TA R R
ROW
CL
W
ROW = Batas Pembebasan
h H
JARINGAN TERSIER - Trase saluran di batas kepemilikkan atau di punggung batas sawah - Tanpa lengkungan
Istilah
Petak tersier adalah suatu jaringan irigasi, yang mendapat air dari satu bangunan sadap tersier di saluran primer atau saluran sekunder dan dilayani oleh satu jaringan tersier Petak sub-tersier yaitu pembagian atas petak tersier, diterapkan berdasarkan pembagian rotasi pemberian air atau apabila petak tersier berada dalam daerah administratif yang meliputi 2 desa atau lebih. Petak kuarter adalah merupakan bagian dari petak tersier atau sub tersier yang menerima air dari saluran kuarter.
er's
37
Jaringan bagi yaitu saluran tersier dan bangunanbangunannya yang membawa dan membagi air dari bangunan sadap tersier ke petak-petak kuarter. Jaringan pemakai yaitu saluran kuarter dan bangunanbangunannya yang membawa air dari jaringan bagi ke petak-petak sawah. Boks Tersier membagi air irigasi dari saluran tersier ke saluran tersier berikutnya dan saluran kuarter
er's
38
Boks Kuarter hanya membagi air irigasi dari saluran tersier terakhir ke saluran kuarter saja dan ke pembuang. Bangunan Cabang Kuarter berupa bangunan pembagi pada saluran kuarter yang diperlukan karena kondisi topografi pada blok kuarter tersebut memerlukan pencabangan saluran dengan pembagian secara proporsional untuk luas areal yang relatif kecil. Jaringan pembuang yaitu saluran-saluran beserta bangunan-bangunannya yang membuang kelebihan air dari petak-petak sawah sampai ke jaringan pembuang utama.
er's
39
Petak sawah adalah merupakan petak terkecil dalam system irigasi, yang dibatasi oleh pematang-pematang terhadap sawah lainnya dalam satu petak kuarter. Luas satu petak sawah maksimum berkisar 0,25 ha atau atas permintaan pemilik dalam satu kepemilikan. Pemberian dan pembuangan air pada petak sawah diambil dari saluran kuarter atau saluran cacing dialirkan ke petak sawah terdekat selanjutnya dari sawah ke sawah sampai akhirnya ke saluran pembuang.
er's
40
Tata Nama
A
A1 B1 B1
B
K1
C1
T1 K1
T1
T1 K1
C1
C1 A1 A1 D1 D1 D1
er's
41
Boks Tersier diberi kode T, T1, T2, T3.dst. Boks Kuarter diberi kode K, K1,K2, K3 .dst. Petak Kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi diberi kode A,B,C A1,A2,A3,,B1,B2,B3..dst.
er's
42
saluran kuarter a1
a2
petak kuarter A1
saluran tersier (T1-T4)
box tersier T4
A2
(T2-T3)
T3
dka2
jalan petani
c1
bangunan akhir
b1
C1
saluran tersier (T1-T4)
box tersier K2
B1
(T3-K1) dkc1
K1
dkb1
c2
b2
C2
pembuang tersier dt1
B2
dkb2
dkc2
c3
b3
C3
pembuang sekunder
b3
Gambar Peristilahan dan Tata nama pada Blok er's Tersier (Contoh)
43
KEGIATAN DAN PROSEDUR PERENCANAAN Perencanaan teknis berdasarkan atas pertimbangan berikut :
Mungkin-tidaknya petak tersier/sawah yang akan dicetak diberi air dari rencana jaringan utama. Apabila tidak, apa penyebabnya, ketersediaan air, efisiensi pemanfaatan air, kesulitan-kesulitan teknis atau terdapat penyadapan liar di hulu. Apakah daerah bersangkutan sering tergenang air
er's
44
Pengukuran Detail
Pengukuran potongan memanjang dan melintang trase saluran yang direncanakan.
Perencanaan Detail
Berdasarkan layout final dan hasil pengukuran detail. Penentuan dimensi dan elevasi pencetakan sawah, saluran-saluran dan bangunan. Menghasilkan gambar-gambar perencanaan detail (detail design).
er's
47
Keterkaitan antara Jaringan Utama dan Jaringan Tersier adalah: lokasi bangunan sadap kapasitas bangunan sadap ( luas petak tersier) dan muka air yang diperlukan di hulu bangunan sadap.
er's
48
Tahap-tahap pengembangan berikut adalah penting: Jaringan utama yang sedang direncanakan Perencanaan telah selesai tetapi belum dilaksanakan Jaringan utama telah dilaksanakan atau sedang dilaksanakan.
er's
49
Konsultan
Proyek
Review Design
Kontraktor
Konsultan Kontraktor
er's
50
Pemetaan Topografi
Peta-peta yang dimaksud sudah mencakup informasi yang berkenaan dengan: Garis-garis kontur (Contour Lines) Batas-batas Kepemilikan Lahan (KL) Tata Guna Lahan (TGL) sekarang seperti perkebunan, hutan, semak belukar, rawa, ladang, sawah tadah hujan, sawah irigasi dsb. Saluran Irigasi, Pembuang dan Jalan-jalan yang sudah ada beserta bangunannya Batas-batas Administrative (desa, kampung) Bangunan-bangunan yang ada termasuk areal pekuburan dll.
er's
52
Skala Peta dan Interval garis-garis Kontur tergantung kepada keadaan Topografi seperti pada tabel berikut ini:
Medan Sangat datar Datar Bergelombang Terjal Kemiringan medan <1 % . 11 11 1% .1% ,1 1% -1 ,1 % >1 % Skala 1 11 : 11 1 11 : 11 1 11 : 11 1 11 : 11 Interval kontur 1 1m .1 1 1m .1 1 1m .1 1 1m .1
er's
53
er's
54
Penerapan sistem kombinasi memerlukan Boksboks Bagi yang: 1)Memungkinkan pembagian air yang proporsional. 2)Memungkinkan pembagian air secara rotasi.
er's
55
Sistem yang diterapkan pada perencanaan Jaringan Tersier pada Proyek Irigasi Batang Hari ini adalah : kombinasi antara pengaliran terus menerus dan rotasi. Hal ini diterapkan untuk : Mengantisipasi kecukupan ketersediaan air pada jaringan utama. Adanya kemungkinan penerapan budidaya padi Irigasi dengan SRI (System of Rice Intensification) di daerah ini, dimana manajemen air metoda SRI dilakukan secara intermiten (bergiliran kering dan basah).
er's 56
er's
58
Tabel berikut ini adalah merupakan kriteria umum untuk Pengembangan Petak Tersier ; - ukuran petak tersier - ukuran petak kuarter - panjang saluran tersier - panjang saluran kuarter - jarak antara saluran kuarter & pembuang 1 11 1 1 ha 1 1 ha - 1 < 1111 m < 1 1m 1 < 1 1m 1
er's
60
Batas Petak
Batas-batas Petak Tersier didasarkan pada Kondisi Topografi dalam satu daerah administratif desa. Batas-batas Petak Kuarter biasanya berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter atau alur-alur alam yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi serta pembuang tersier atau primer yang mengikuti medan. Jika memungkinkan batas-batas diusahakan bertepatan dengan batas-batas kepemilikkan.
er's
61
Hal-hal yang harus ditinjau dalam penentuan pencetakkan sawah : 1.Apakah elevasi sawah yang menentukan. 2.Muka air rencana di bangunan sadap. 3.Kehilangan tinggi total energi di jaringan tersier. 4.Arah dan elevasi alur pembuang.
er's
63
Jalur/Trase Saluran
Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan jalur/trase saluran, yakni: Daerah yang sudah diairi, trase saluran kurang lebih sudah tetap tetapi saluran salurannya mungkin perlu ditingkatkan, atau diperbesar. Sedapat mungkin trase saluran akan mengikuti situasi yang ada. Daerah yang belum diairi, daerah irigasi baru akan dibangun, maka kriteria umum yang akan diuraikan akan sangat membantu.
er's 64
er's
65
er's
66
Ada 3 (tiga) kategori Kebutuhan Pekerjaan Pembukaan Lahan direncanakan berdasarkan kondisi lahan dan klasifikasi tanaman sebagai berikut: I. Lahan kering terbuka dengan Tipe Tanaman/ tidakmembutuhkan Pembukaan Lahan yaitu: Tanaman usaha tani lahan kering Tanaman padi tadah hujan Rumput-rumputan Tumbuhan yang
II. Lahan kering tertutup dengan Tipe Tanaman/ membutuhkan Pembukaan Lahan yaitu: Semak belukar (lebat atau rapat, sedang dan ringan)) Tanaman pohon campuran Pohon Karet (muda, produktif dan tua) Tanaman Kelapa sawit (muda, produktif dan tua) Hutan (ringan, sedang dan berat)
Tumbuhan
yang
III. Lahan/ daerah yang berpaya-paya (berawa) terbuka dan tertutup dengan kebutuhan Pembukaan Lahan yang tergantung pada kondisi yaitu Tipe tanaman/ tumbuhan pada kategori I (tidak membutuhkan Pembukaan Lahan) atau Tipe tanaman/ tumbuhan sama dengan kategori II (membutuhkan Pembukaan Lahan).
er's 69
er's
70
H1 pematang
H1
H1
Case-1 . Case-1
EL.1 (H1 1 1 1 (Ba1 1 1 = +H +H +H ) +Ba )/A El.11 [(1 (H1 1 1 +1 (H1 1 (Ba1 1 1 = /1 /1 +H +H ) /1 +H )] +Ba )/A Elevasi rencana petak sawah Titik tertinggi dari permukaan tanah, Jumlah spot height (penunjuk ketinggian) Volume pekerjaan tanah untuk pembuatan pematang Volume pekerjaan tanah untuk tanggul saluran (Saluran tersier) + JUT; dan : Luas tiap petak sawah
er's 71
Rencana Teras
a)
No
1 1 1 1 1 1 1 1
er's
72
b)
1 cm grid .1
+11 .11
+11 .11
+11 .11
1 cm grid .1
Kontur 1 garis
1 cm grid .1
Kontur 1 garis
Jum K lah ontur dalam1 cm g pada skala11 1 1 1 . 1 rid : 11 K .1m ontur 1 1 K .1m ontur 1 1 K .1m ontur 1 1 K .1m ontur (g aris) (g aris) (g aris) (g aris) 1 1 1 er's
1 1 1 -
1 1 1 1 -
1 1
73
c)
I
{( P ) i } (a)
Dimana: I (P) i (a ) : Kode petak tersier : Urutan nama pemilik atau penyewa lahan : Urutan petak-petak lahan sawah masingmasing petani : Luas petak sawah pada disain (ha)
er's
74
d)
Sawah
11 .1 m
Sawah 11 .1 m
Pematang diperlukan pada perencanaan pencetakan sawah untuk kategori Pembukaan Lahan I, II dan III. Pembukaan Lahan untuk Kategori III dilaksanakan setelah perencanaan dan pembuatan Drainase untuk pengeringan air rawa yang menggenangi lahan.
er's 75
Qi = (NFRxA) / et
Dimana : Qi = debit rencana, l/det NFR = kebutuhan air bersih di sawah, l/det/ha A = luas daerah yang diairi, ha et = efisiensi irigasi di petak tersier.
er's
76
Di Proyek Irigasi Batang Hari, kebutuhan air irigasi adalah sebesar 1,53 l/det/ha. Sehingga Debit rencana saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Qi = 1,53 x A(ha)
dalam pemberian air maks 100% (pemberian air terus menerus) Dimana : Qi = A = tersier Debit rencana (l/det/ha) Luas daerah irigasi untuk setiap saluran dan kuarter (ha)
er's
77
Kapasitas Rencana
i. Untuk saluran kuarter, debit rencana untuk irigasi terus menerus adalah kebutuhan rencana air di pintu tersier X luas petak kuarter, berlaku di sepanjang saluran. ii. Pada saluran tersier, debit rencana untuk irigasi terus menerus bagi semua ruas saluran tersier antara dua boks bagi adalah kebutuhan air irigasi rencana di pintu tersier X seluruh luas petak kuarter yang diairi.
er's
78
Water Rotation divide two periode for 1days or 111 hours First Periode : A /( A+B) x 111 =
1 1
hours
1 1
hours
Total of Area ( A + B )
1. 1 11
1 Kebutuhan Air .
No Sub Tertiary Block A B
Discharge ( l/s ) 11 1%
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
1% 1
11 . 1 11 . 1 1. 1 11
1 1
1 Debit .
No 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Canal a1 a1 a1 a1 b1 b1 b1 BRA 1- T1 T1 1 -T T1 1 -T T1 1 -K
Netto Area
( Ha ) 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 11 . 1
Discharge ( l/s ) 11 1% 1% 1
11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 11 . 1
USE ( l/s ) 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 11 . 1
er's
79
A11 /
t
K L
L K
KL
L K
KL
L K
L K L K
L K
L K
K
L K L K
KL
KL
KL
KL
KL
KL
g t l
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
Drainage dK.1
KL
EL + 11 .11 1 - 1 . 1 11 11 Ha
a.11 KL
a.11 -
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
K L
KL
g tl
KL
KL
A11 / EL + 11 .11
KL
KL
K L
KL
KL
KL
KL
KL
EL + 11 .11
KL
KL
KL
KL
KL
KL
+1 1 .11
t
g tl
g tl
KL
EL + 11 .11
a.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL K KL
NP
KL
EL + 11 .11
KL KL
KL
KL
1. 1 11 1. 1 11
t t
NMR
L K
LS
KL
K L
KL
KL
KL
K
KL
K L
KL
KL
K L
KL
KL
KL
1. 1 11
t
KL
KL
K L
KL
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
t
K L
KL
KL
KL
K L
KL
KL
g t l
KL
KL
K L
1. 1 11 1. 1 11
K L K L K L K L
KL
KL
KL
A111 /
K
K L K L
1. 1 11
KL
K L
K L
KL
K L
KL
KL
K L K L K L
K L
KL
l g t
KL
l g t
l g t
K L
1. 1 11
.1
KL
EL + 11 .11
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
Draina ge dK
SA LU RA
K L
g tl
1. 1 11
KL
g tl
K L
K L
g tl g tl l g t
g tl
a.1 1 - 111 ha 11 . 1 i = 1%
KL
g tl
KL
g tl
KL
EL + 11 .11
a.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
K L K L K L K L K L K L K L K L
K L
1. 1 11 1 1 11 1
1. 1 11
K L
KL
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
L K L K
g tl g tl g tl
g tl
EL + 11 .11
KL
g tl
1. 1 11
g tl g tl g tl g tl g tl g tl g tl g tl l g t l g t g tl
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
1. 1 11
g tl g tl
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
1 1 11 1
t
K L
1. 1 11
g t l l g t g t l g t l g t l g t l g t l g t l
g tl
L K L K
K L
L K
g tl
K L
g tl
L K
L K
L K
1. 1 11 1. 1 11
t
g tl
g tl
Drainage
t t
1. 1 11 1. 1 11
t
g tl
1. 1 11
g t l
g tl
g tl
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
l g t
g tl
g tl
g t l g t l g t l g t l l g t g t l
l g t l g t l g t g tl
g tl
1. 1 11
g tl g tl
g tl
g tl
t
g tl
g tl
g tl
g tl
g t l
g tl
t
g tl g tl
g tl
g tl
g tl
1. 1 11 1. 1 11
g tl
g tl
t
g tl
g tl
l g t
t
g tl
g tl
g tl
g tl
+11 .11
t
g tl
g tl
t
t t t
g tl
g tl
t t t t t t t t
t t t
g t l g t l g t l
+11 .11
l g t
g tl
g tl
t t
t
g tl
t t
g t l g t l
t t t
t
t t t
+11 .11
+11 .11
er's
g tl
g tl
dT.1
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11 1. 1 11 1 1 11 1
g t l g t l g t l
g tl
1. 1 11
g tl
g tl
g tl
g tl
g tl
g t l
l g t
g t l g t l g t l g t l
g tl
g tl
Dra
g t l
11 in a 1 . 1 ge dT11 1. 1 .1
g t l g t l
1. 1 11
g tl g tl g tl
g tl
g tl
1 1 11 1 1. 1 11
g tl
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11 11 1. 1 1 . 1 11
g tl
g tl
g tl
g tl
g tl
L K
L K
+1
1 .1 1
1. 1 11
g tl
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11 1. 1 11
g tl
g tl
g t l
L K
EL + 11 .11
K L K L
B11 /
1. 1 11 1. 1 11
g tl
1. 1 11
1. 1 11 1. 1 11
K L
1. 1 11
KL
g tl
g tl
1. 1 11 1. 1 11
1. 1 11
K L
1 1 11
KL
g tl
1. 1 11
1 1 1. 1 11 1 11
t
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
a.1 1 - 111 ha 11 . 1 i = 1%
1. 1 11
KL K L
1. 1 11
K L
b.1 1 - 111 ha 11 . 1 i = 1%
K L
1. 1 11
KL
g tl
1 1 11 1
g tl
g tl
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
a.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
EL + 11 .11 EL + 11 .11
EL + 11 .11
1 1 11 1
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
g tl
1. 1 11
t
K L
KL
1. 1 11
t
a.1 1 - 111 ha 11 . 1 i = 1%
K L K L KL
NMR
K L K L
LS
g tl
1. 1 11
1. 1 11
g tl g tl
1. 1 11
KL
K L
g tl
1. 1 11
t
EL + 11 .11
K L
1. 1 11
1. 1 11
K L
1. 1 11
NP
g tl g tl
1. 1 11
g tl
1. 1 11
t
K L
KL
g tl
g tl
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
1. 1 11
1. 1 11
K L
KL
g tl
K L
KL
g tl
g tl
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
B11 /
1. 1 11
1. 1 11
g tl
g tl
1. 1 11
g tl
1. 1 11
t
g tl
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
K L
EL + 11 .11
KL
g tl
g t
NMR
LS
K L
1. 1 11
K L
g tl
g t
g t
1. 1 11
KL
l g t
EL + 11 .11
K L
1. 1 11
g tl
g tl
g tl
g tl
l g t
g tl
g tl
g tl
dK .1
g t
1. 1 11
t t
KL
l g t
g t
NP
K L
l g t
g tl
g tl
l g t
g tl
g tl
in ag e
l g t
K L
g t
g t
l g t
g t
1. 1 11
KL
l g t
g t
KL
1. 1 11
K L
l g t
l g t
g t
g t
1. 1 11
KL
l g t
g t
g t
1. 1 11
K L
KL
1. 1 11
1. 1 11 1 1 11 1
KL
l g t
K L
K L
g t
g t
1. 1 11
1. 1 11
K L
1. 1 11
K L
KL
g t
+11 .11
KL
K L
g t
U N
1. 1 11
a.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
K L
KL
K L
l g t
g t
K L
K L
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
1. 1 11
l g t
g t
K L K L
K L
KL
l g t
g t
EL + 11 .11
K L KL
EL + 11 .11
K L
KL
KL
l g t
l g t
K L K L
1. 1 11
K L K L
K L KL
g t
g t
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1% NWL
l g t
KL
l g t
l g t
1. 1 11
KL
K L
g t
EL + 11 .11
KL
B11 /
K L
l g t
l g t
1. 1 11
KL
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
g t l
1. 1 11 1. 1 11
L KL
K L
KL
NP
KL
1. 1 11
KL
NMR
LS
EL + 11 . 11
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
EL + 11 .11
KL
KL
B11 /
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
g t l
g t l
g t l
KL
EL + 11 .11
KL
g t l
g t l
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
K L
NMR
LS
NMR
KL
LS
KL
KL
KL
g t l
g t l
g t l
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
t
K L
KL
K L
KL
KL
KL
KL
l g t
g t l
g t l
l g t
K L
K L
K L
K L
K L
KL
KL
KL
1. 1 11
t
KL
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
NMR
KL
LS
g t l
EL + 11 .11
EL + 11 .11
EL + 11 .11
KL
g tl
KL
KL
g tl
NP
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
NP
g tl
g t l
KL
1. 1 11
t
K L
K L
KL
l g t
KL
KL
1. 1 11
+1 .1 1
1. 1 11
NP
KL
KL
g tl
g tl
g tl
g tl
l g t
l g t
g tl
l g t
g tl
g tl
g tl
g tl
1. 1 11
g tl
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
K L
KL
K L
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
g tl
KL
g tl
KL
1. 1 11
K L
K L
g tl
KL
1. 1 11
t
1. 1 11
KL KL
EL + 11 .11
1. 1 11
KL
g tl
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
1. 1 11
t
g tl
EL + 11 .11
NWL 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1% +11 . 11
EL + 11 .11 B11 /
KL
1. 1 11
g tl
K L
g tl
KL
KL
KL
KL
A11 / A
KL
KL
KL
K L
g tl
EL + 11 .11
b.1
KL
g tl
KL
1. 1 11
g tl
KL
KL
KL
KL
1. 1 11
t
KL
KL
g tl
KL
KL
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
K L
EL + 11 .11
KL
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
g tl
KL
KL
1. 1 11 1. 1 11
t
EL + 11 .11
ge in a ra 1. 1 D11
g tl g tl
K L
KL
KL
KL
KL
KL
KL
g tl
KL
g tl
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
.1 dK
NWL +11 . 11
B11 / A
g tl
KL
EL + 11 .11
KL
K L
KL
EL + 11 .11
1. 1 11
g tl
EL + 11 .11
KL
KL
g tl
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
11 1. 1 1. 1 11 a.1 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
Drainage dK.1
KL
g tl
KL
KL
KL
KL
NP
a.1 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
KL
KL
g tl
EL + 11 .11
KL
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
g tl
KL
1. 1 11
t
A11 EL + 11 / .11
KL KL
1. 1 11
KL
1. 1 11
KL
KL
EL + 11 .11
KL
KL
g tl
1. 1 11 1. 1 11
l g t g tl g tl
g tl
1. 1 11
1. 1 11
KL
1. 1 11
t
NMR
KL
LS
a.1 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
1. 1 11
KL
1. 1 11
g tl g tl g tl g tl
g tl
KL
KL
1. 1 11
t gl
g t l
tg l
t gl
t gl
g tl
g tl
t gl
t gl
t gl
t gl
g tl
t gl
t gl
g tl
g t l
t gl
t gl
tg l
g t l
g t l
t gl
t gl
t gl
g tl
t gl
t gl
1 . 11
KL
g tl
l g t
a.1 1- 1 . 1 11 11 Ha i = 1%
KL
+1
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
g tl
1. 1 11 1. 1 11
g t l g t l g t l
KL
KL
g tl
KL
KL
in Dra
1. EL + 11 11 .11 1
KL
g tl
EL + 11 .11
g tl
K L
KL
e ag
.1 dK
a.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
EL + 11 .11
a.1 1 - 11 1Ha 11 11 A 1. / i = 1%
KL K L
KL
KL
1. 1 11 a.1 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
KL
EL + 11 .11
g tl
g tl
1. 1 11
1. 1 11 1. 1 11
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
NMR
LS
g tl
EL + 11 .11
KL
KL
1. 1 11
KL KL
g tl
g tl
1. 1 11
1. 1 11
KL
1. 1 11 1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11
NP
KL
g tl
g tl
g tl
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
g tl
g tl
1. 1 11
g tl
K L
KL
L K
L K
1. 1 11
1. 1 11 K1 1 -b /1
KL
EL + 11 .11
KL
a.1 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
K L
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
g tl
1. 1 11
KL
K L
KL
KL
1. 1 11
t
g t l
g tl
t gl
t gl
t gl
g tl
t gl
t gl
tg l
t gl
g tl
t gl
t gl
t gl
1. 1 11
1. 1 11
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
1. 1 11
SA LU RA N
KL
KL
KL
KL
KL
KL
a.11 -
1. 1 11 1. 1 11 11 1. 1 1. 1 11 1. 1 11 EL + 11 .11
KL
K L
g tl
g tl
g tl
g tl
EL + 11 .11
KL KL
+11 .11
l g t
KL
a. 11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
1. 1 11
KL
K L
1. 1 11
1 .1 1 +1
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
g tl
KL
KL
KL
EL + 11 .11
g tl
EL + 11 .11
NMR
KL
LS
g tl
KL
1. 1 11
EL + 11 .11
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
g tl
1. 1 1. 1 11 11 -b / 1 . 1 K1 11 11 1 . 1 NWL 11
g tl
KL
KL
a. 11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
g tl
KL
EL + 11 .11
KL
1. 1 11
g tl l g t g tl
g tl
g tl
KL
1. 1 11
t t
EL + 11 .11
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
EL + 11 .11
KL
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
KM
g tl
g tl
g tl
g tl
KL
KL KL
1. 1 11
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
KL
g tl
KL
KL
g tl
KL
EL + 11 . 11
g tl
KL
KL
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
KL
g tl
KL KL
KL
KL
KL
KL
A11 /
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i =1%
1. 1 11
KL
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
KL
A1 1 -A /1
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
EL + 11 .11
K L KL
EL + 11 .11
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
EL + 11 .11
KL
KL
1. 1 11
t
1. 1 11
a. 11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
EL + 11 .11
KL
EL + 11 .11
KL
b.1 1 - 111 ha 11 . 1 i = 1%
K
L K L K L K
KL
KL
NP
KL KL
KL
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
EL + 11 .11
KL
EL + 11 .11
KL
KL
1. 1 11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
KL
EL + 11 .11
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
L KL KL
EL + 11 .11
KL
KL
KL
EL + 11 .11
K
1. 1 11
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
N RA LU SA
KL
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
A11 /
1. 1 11
EL + 11 .11
KL
KL
KL
KL
KL
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
KL
EL + 11 .11
KL
1. 1 11
KL
1. 1 1. 1 11 11
KL
KL
KL
KL
KL
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
NMR
KL
KL
KL
EL + 11 .11
1. 1 11
NWL +11 . 11
EL + 11 .11
KL
KL
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
LS
KL
L K
KL KL
1. 1 11t
L K L K
L K
L K
L K
KL
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL KL KL
KL KL
t t
1. 1 11
L K L K KL L K
KL
t t
K1 11 1t -b 1 . / 11
t
L K
NWL +11 . 11
K1 1 -b /1 1. 1 11
1. 1 11
+1 1 .1 1
+1 1 .1
KL
1. 1 11
1. 1 11 1 . 1 ra 11 D 1. 1 11
t
1. 1 11
1. 1 11
t. 1 11 1 11 . 11
KL
EL + 11 .11
1. 1 11
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
a. 11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
EL + 11 .11
KL
KL
KL
KL
NMR
K L
LS
EL + 11 .11
EL + 11 .11
NP
KL
1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
L K
KL
L K
L K
L K
1. 1 11
t t
L K
L K
L K
1. 1 11
.11 +11
t t t
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
K L
KL
KL
A1 11 -A /
NMR
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
1. 1 11
LS
1. 1 11
1. 1 11
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
KL
i = 1%
t
KL
1. 1 11
b.1 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
1 -1 1 .11 11 Ha 11 1 . 1
t
KL
KL
i = 1%
1. 1 11
g t l
KL
KL
A1 11 -A /
NP
KL
NP
g t l g t l g t l
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
EL + 11 .11
KL
KL
K L
KL
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
K L
EL + 11 .11
K L
KL
1. 1 11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
K1 11 -b /
KL KL
EL + 11 .11
EL + 11 .11
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
t
g t l g t l g t l g t l g t l g t l g t l
KL
KL
EL + 11 .11
KL
KL
KL
KL
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
B11 /
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
1. 1 11 EL + 11 .11
t
g t l g t l g t l g t l
K L
K L
K L
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
K L
a.11 1 - 1 . 1Ha 11 11 i = 1%
KL
1 .1 1
a. 11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
EL + 11 .11
K L
1. 1 11
1. 1 11
KL
K L
1. 1 11
+1
EL + 11 .11
1. 1 11
EL + 11 .11
K L
KL
KL
KL
KL
KL
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
KL
1. 1 11
g t l g t l g t l g t l g t
K L
a.11 1- 1 . 1 11 11 Ha i = 1%
KL
KL
KL
1. 1 11
1. 1 11
K L
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
KL
EL + 11 .11
KL
1. 1 11
g t l g t l g t l g t l g t l
KL
KL
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
1. 1 11
KL
KL
KL
1. 1 11
KL
KL
1. 1 11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL KL KL
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
NMR
LS
EL + 11 .11
KL
t
g t l g t l g t l g t l g t l g t l g t l g t l g t l
KL
KL
KL
KL
1. 1 11
KL
SA LU RA N
EL + 11 .11
KL
EL + 11 .11
KL
KL
A1 11 -A /
KL
1. 1 11
NP
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
B11 /
KL
L K
K L
1. 1 11
KL
L K
KL
1. 1 11 1. 1 11
t
1. 1 11
KL
1. 1 11
g t l g t l g t l g t l
L K
K L
1. 1 11
KL
KL
EL + 11 .11
1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
1. 1 11
KL
L K
K L
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
K L
1. 1 11
KL KL
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
KL
EL + 11 .11
KL
KL
EL + 11 .11
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
t
a. 11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
1. 1 11
1. 1 11
KL
1. 1 11 1. 1 11
g t l g t l g t l g t l
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
KL KL
1. 1 11
EL + 11 .11
KL
1. 1 11
KL
1. 1 11
t
1. 1 11
g t l g t l l g t g t l
EL + 11 .11
1. 1 1. 1 11 11
KL
KL
1. 1 11
1. 1 11 T.1 /1
KL
1. 1 11
KL
1 . 1 1. 1 11 11
1. 1 11
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
KL
KL
KL
KL
NWL +11 . 11
KL
KL
KL
KL
KL
KL
1. 1 11
b.1 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
1. 1 11
KL
KL
KL
1. 1 11
t
1. 1 11
KL
A1 11 -A /
g t l
1. 1 11
KL KL KL
EL + 11 .11
KL
1. 1 11
g t l g t l g t l g t l g t l
KL
KL
KL
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
1. 1 11
1. 1 11
KL
1. 1 11
KL
KL
1. 1 11
KL
EL + 11 .11
KL
a. 11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11
1. 1 11
KL
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL L
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
EL + 11 .11
KL KL
1. 1 11
KL
KL
EL + 11 .11
t
1. 1 11
1. 1 11
KL
KL
1. 1 11
t
EL + 11 .11
1. 1 11
1. 1 11
g t l g t l g t l g t l g t
1. 1 11
KL
KL
1. 1 11 1. 1 11
1. 1 11
KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
1. 1 11
1. 1 11
KL
KL
KL
1. 1 11
KL
1. 1 11
g t l g t l g t l g t l
EL + 11 .11
1. 1 11
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
g t l
1. 1 11
1. 1 11
KL
T1 11 -A / 1. 1 11 1. 1 11
KL
KL
1. 1 11
g t l g t l
1. 1 11
KL
1. 1 11
T1 11 -A /
KL
EL + 11 .11
K L KL
KL
T1 11 -A /
KL
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
t
1. 1 11
1. 1 11 1. 1 11
EL + 11 .11
KL
1. 1 11
t
NMR
LS
KL
1. 1 11
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
1. 1 11
KL
1. 1 11
KL
1. 1 11 1. 1 11
EL + 11 .11
KL
T1 11 -A /
NP
KL
1. 1 11
1. 1 11
EL + 11 .11
KL K L KL
a.11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
EL + 11 .11
KL
KL
1. 1 11
KL
1. 1 11
KL
KL
KL
1. 1 11
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha i = 1%
KL
1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
1. 1 11
t
L K
EL + 11 .11
KL
KL
1. 1 11
KL
L K
KL
1. 1 11
KL
1. 1 11
L K
a.11 1 - 111 ha 11 . 1 i = 1%
KL
KL
KL
a. 11 1 - 1 . 1ha 11 11 i = 1%
KL
KL
+11 .11
KL
1. 1 11
t
L K
+11 .11
EL + 11 .11
KL
L K
KL
KL
1. 1 11
L K
EL + 11 .11
KL L
KL
KL
1 .NWL 11 1
1. 1 11 1. 1 11 NWL
K L
NMR
LS
K L
K L
K L
K L
A 11 /
A11 i = 1% / 1. 1 11
K L
K L
NP
K L
K L
KL
a.11 1- 1 . 1 11 11 ha
K L
KL
1. 1 11
K L K L
K L
EL + 11 .11
K L
K L
K L
K L
A11 /
K L
A11 / A
KL
K L
t
KL
K L
KL
K L
K L
Qua ten
Batu Rij al
Box T1 X = 111111 .111 Y = 1111111 .111 Z = 11 .111 Box T1 X = 111111 .111 Y = 1111111 .111 Z = 11 .111
+11 1 . 1 .11 11
t
t
K L
t t
t t t t t t t
t t t
1. 1 11
KL
1. 1 11
KL
KL KL KL KL
+11 1 . 1 .11 11
1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11 1. 1 11
Quatena ry Can
g t l
KL
KL
g t l
Batu Rija l
KL
KL KL KL
g t l l g t l g t l g t l
al a.1
AS
KL KL
1 . 1 Dra 11
t
KL KL
inag
g t l g t l g t l g t l g t l g t l g t l g t l
e dK
1. 1 11
.1
KL KL KL
KL
K L
KL KL
g t l
t t t
KL
g t l g t l g t l l g t l
KL K L
t
KL
g t l g t l g t l
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL KL
KL
KL
KL KL
t
KL KL
KL
KL
t
KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
K L
KL
t
KL KL
KL
KL
Dra
KL
KL
ge ina
KL KL
KL
KL
.1 dT
K L KL
KL
K L
t t t t t t t t t
KL KL
KL
KL
KL
KL
KL KL KL
K L KL
KL
KL
KL
KL
KL
KL
g t l
KL KL
KL
g t l
KL
g tl
KL
KL
g tl
KL KL KL
KL
K L KL K L KL
L
KL
KL
KL
KL KL
KL
KL
t t
K L
K L
K L K L K L K L K L
KL
KL
t
t
KL
KL
K L KL
KL
K L
t
K L K L K L K L
K L K L
KL
K L K L K L
g tl g tl g tl g tl
g tl g tl
K L K L
g tl g tl g tl g tl g tl g tl g tl g tl
g tl
g tl
KL K L
g tl g tl g tl g tl g tl
t t
K L
g tl g tl
g tl
K L
K L
K L
t
K L
K L
K L
t t
K L
t t
80
er's
81
er's
82
Legenda
Legend
ST ( Off Take - T1 ) TC
dk.1
ST ( T1- T1 ) TC Box T1 Box T1 Box T1 ST ( T1- T1 ) TC
EP
Sk a1 Qc a1 .a Box T1 b1 .a Sk b1 Qc b1 .c(add)
a1 .a Sk a1 Qc
EP
P1 BRA.1 .A .Ka
Sk b11 Qc
BP
b1 .a dk.b1 .a(add)
EP
a1 .b a1 .a ST ( T1- K1) TC Sk b1 Qc
Jembatan Bridge Talang Flume / Aqueduct
Box K1+ IC FII.A + b1 .b Farm Road Type A DC FII.D(add) Farm Road Type A
DC FII.C(add)
Jembatan orang Foot Bridge
EP
dk.1
EP
EP
Bangunan Terjun Drop Structure
a1 .b a1 .c
BP BP
dk 1 .b
DC FII.B
EP
a1 .a
b1 .a
Sk b1 Qc
Jalan Petani Type B Farm Road of Type B
EP
dk.1
L = 1111 .1 m A = 11 Ha . 11 Q = 1111 /dt . m1
dk.1
L = 1111 .1 m A = 111 . Ha Q = 1111 /dt . m1
dk.1
L = 11 m .11 A = 111 . Ha Q = 1111 /dt . m1
a1 .b
b1 .b
dT.1
L = 1111 .1 m A = 111 . Ha Q = 1111 /dt . m1
dT.1
BP BP
L = 1111 .1 m A = 111 . Ha Q = 1111 /dt . m1
dT.1
L = 1111 .1 m A = 11 Ha .11 Q = 1 m1 .11 /dt
BP
BP
BP
SKEMA SALURAN PEMBUANG DAN BANGUNAN PETAK TERSIER DRAINAGE AND STRUCTURES SCHEME OF TERTIARY BLOCK
BRA.1 .Ka
GAMBAR KERJA WORKING DRAWING
Propinsi
SUMATERA BARAT
Daerah Irigasi Kabupaten Kecamatan No. Register :
SKEMA SALURAN IRIGASI, PEMBUANG DAN BANGUNAN BRA 1 Ka IRRIGATION, DRAINAGE AND STRUCTURE SCMEME
Kontraktor PT. WASKITA KARYA (PERSERO)
Digambar Diperiksa Diperiksa Disetujui Diperiksa Disetujui
er's
NK
No.Revisi Tanggal Yang Direvisi Digambar Kontraktor Diperiksa Konsultan Disetujui Proyek
1Desember 1 1 11
83
er's
85
Namun untuk melayani areal yang relatif kecil, untuk mempertahankan lebar minimum saluran dan sebagainya, kecepatan (v) dapat turun sampai 0,1, m/det.
er's
87
er's
88
Penampang Melintang
Saluran Tanah
Wcl Wfr
hcl
fb h b
hpd
hfr
Elemen
B b/h Fb hcl hfr hpd (kedalaman air di sawah) Wcl Wfr 1 :m 1m (tinggi tanggul> 1 m) : .1 (tinggi tanggul 1 m) .1
er's
Saluran
Min 1 .1 1 .1 11 . 1m Min 1 m .11 Min 1 m .11 asumsi 1 m .11 11 .1 m Type A : 1 -1 1 .11.1 m Type B : 1 m .1 11 : .1 11 : .1 11 : .1
Tersier
Min. 1 m .11 1 .1 11 .1 m Min 1 m .11 Min 1 m .11 asumsi 1 m .11 11 .1 m Type A : 1 -1 1 .11.1 m Type B : 1 m .11 11 : .1 11 : .1 11 : .1
89
Kuarter
Saluran Pasangan
i. Pasangan Beton
1 fb .1 1 fb .1 h fb
t= 1 m .11
Element
B b/h fb t (tebal lining) 1m :
er's
Dimensi Pasangan
Min 1 m .11 11 .1 11 .1 Min 1 m .11 1 .1
90
Pada Irigasi Batang Hari saluran Tersier direncanakan mempergunakan Saluran Pasangan Beton. Hal ini dengan pertimbangan/ alas an seperti berikut : Menghindari kehilangan debit air di sepanjang saluran tersier yang melewati tanah yang porous. Saluran Tersier mengharuskan kemiringan yang relatif kecil dengan kecepatan tertentu untuk menjangkau tercapainya air pada sawah elevasi tertinggi pada saluran Kuarter yang dilayani. Pada daerah-daerah tertentu karena alasan sosial saluran memerlukan penampang yang lebih kecil.
er's 91
ii.
fb h
11 .1
11 111 ctc
11 .1 11 .1
11 .1
11 .1
Elemen B b/h fb
er's
iii.
fb h
t=1 .11
t=1 .11
Elemen B b/h fb
er's
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan Saluran Pembawa antara lain: a)Tanggul saluran dapat digunakan untuk JUT. Tipe A pada Saluran Tersier sedangkan Tipe B untuk Saluran Kuarter. b)Muka air pada saluran tersier diusahakan sama atau lebih rendah dari permukaan tanah asli. Hal ini untuk menghindari mengalirnya air langsung ke sawah dengan memotong tanggul saluran c)Muka air rencana pada saluran kuarter minimum 0.15 m diatas elevasi muka tanah yang diairi dengan asumsi kedalaman air di sawah 0.10 m
er's 94
: bmin V 0.10m/det.
1. Coba h = bmin , Jika V Vmin OK 2. Jika V < Vmin, ambil 0.15m h < bmin V Vmin OK 3. Jika h 0,15m diperoleh V 0,10m, tentukan h = 0,15m 4. Jika h = 0,15m diperoleh V < 0,10m/det., ambil h < 0,15m sehingga V . 0.10 m/det.
er's 95
Untuk selanjutnya pada Proyek Irigasi Batang Hari, dikembangkan bahwa debit rencana ditentukan sebagai berikut: Qd = 1.62(Dm1A10.92+Dm2A20.92) Dimana: A1 : Luas areal persawahan (ha) dengan drain modul Dm1= 7.85 A2 : Luas perladangan/ daerah tinggi dengan drain modul Dm2= 14.20
er's
97
Penampang Melintang
Timbunan W
fb
m 1 Muka tanah asli
h b
Dihitung berdasarkan rumus Strickler (manning) = . / . / 1 Dengan Koef. Kekasaran K = 30 pembuang tersier K = 25 pembuang kuarter
er's 99
1 .1
JUT
Muka Tanah Asli
1 .1 1 .1
.1
er's
100
er's
101
Rencana Talud
Pemotongan dan Kemiringan Lereng
(1) Pemotongan /Kemiringan Lereng Dalam
1 m .1 h1
1 m .1 1 m1 :
h1
Batuan 1 m ,1 11 : 111 : ,1
1 m ,1 11 : ,1 111 : ,1
er's
102
1 m .1 1 m1 : h1
h1
Kemiringan (m1 ) 11 : ,1 11 : ,1
er's
103
er's
104
11 .1 Max 1 .11
.1 M 11 Max 1 .11 11 .1
b 11 .1 11 .1 L 11 .1 11 .1 11 .1
Elevasi sawah
h
11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 11 .1
er's
108
11 1
11 11 1
11 1
1 1
11 1
11 1
dilas welded
1 1
1 1
baja L steel L 1 . 11 11 .
11 1
baja L 1 x1 1 1 steel L
dilas welded
+111
1 1h
L 11 .1 .11
1 1
b + 11
1 1
1 1h
dilas welded
1 1
S,A
S,B
1 1
11
dilas welded
11
1 1b
baja L 11 . steel L 1 . 11
1 1 11 1
L 11 .1 .11
1 1
C
anker 11 anchor
B
11 1
plat penutup 11 . 1 . 11 closure plate 1 dilas titik point welded dilas welded L 11 .1 .11
1 1
1 1b
1 1
1 1b
dilas welded
11 1
L 11 .1 .11
S,B
POTONGAN SECTION
B-B
S,B
dilas welded
DETAIL A
11 1 11 1
S,A
1 1
11 1
baja L 11 . steel L 1 . 11 dilas welded baja L 11 . steel L 1 . 11 plat tebal plate thickness 1
1 1 1 1 1 1 11 1 1 1
DETAIL B
plat pengisi 1 x1 1 1 filling plate
1 1
S,A
POTONGAN SECTION
A-A
S,B
dilas titik
1 1 1 1 1 1
baja L 11 . steel L 1 . 11
11 1 11 1
11 . 1 . 11
dilas welded
11 1 11 1 11 1
bila plat pintu akan dicat kembali maka plat penutup dapat dibuka in case the gate plate will be repainted, the closure plate can be opened
baja L 1 . 11 11 . steel L
1 1
1 1
1 1
1 mm 1
S , A = 1: 1
11 1
11 1
11 1
11 1 mm
POTONGAN SECTION
C - CS,B
PINTU BOKS TERSIER GATE TERTIARY BOX
er's
L 11 .1 .11
TOP SECURITY
dilas welded
1 1h
dilas welded
L 11 . 1 .11
PROHEX
+111
1 1 1
11 . 1 . 11
1 1 1 1
11 1
11 1
1 1 1 1
11 1
jumlah lubang tergantung keperluan bukaan pintu the nos of hole depend on opening gate requirement
11 1 1 1
1 1
11 1
1 1
1 1
109
h1 b1
Potongan A-A
C
11 1 11 1
b1
b1
b1
1 1
h1 11 1
1 b1 1
1 b1 1
b1
Potongan B-B
D E N A H
Penutup Tanah untuk Ternak
11 1 11 1 11 1 11 1
: 1 11
11 : 1
11 1
h1
11 1 11 11 11 1 11 1 11 1 11 11 11 1 1 1 b1 1 1 1 1
h1 11 1 11 1
Potongan Memanjang
Potongan C-C
1 1 1
B 11 1 . 1 .
Potongan A-A
H W
Potongan B-B
Jembatan (Bridge)
Melihat kegunaannya maka jembatan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: Jembatan untuk kendaraan/ transport umum Jembatan Pejalan Kaki
er's
113
11 1
11 1
11 1
11 1
1 1cm 1
1 1
11 1
1 1
potongan A-A
potongan C-C
1 1 11 1 1 1
h
1 1 1 1 1 1
h
1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
denah
11 . 1
denah
D
11 1
1 1
potongan B-B
11 11
potongan D-D
11 11
11 11
11 11
1 1
=1 1 1 1
1 1
h 1 1 1 1 1 1
1 1
=1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
a b
1 1
1 1
1 1
1 1
er's
114
11 .1
Denah
11 .1 11 .1 11 .1 11 .1 m 11 .1 1 Balok Beton 1 x1 x1 .11.1 Max 1 m .11 11 .1
Potongan A - A
Terjun tegak : 0m < z 1,0m Terjun miring : 1,0m < z 4,50m Got miring : z > 4,50m
er's
116
i).
L1 > 3xz L2 = C1zhc + 0,25 C1 = 2,5 + 1,1 hc/z + 0,7 (hc/z)3 hc = (q2/g)1/3 q = Q/(0,8 b1) a = 0,5 hc L3 = 3,0 x z ( minimum 1,50m) dimana : hc Q B z q L2 : Panjang kolam olak hilir (m) : Kedalaman kritis (m) : Debit rencana (m3/det) : Lebar bukaan = 0,8 x b1 : Tinggi terjunan
; Debit persatuan lebar (m3/det m) b1 : Lebar dasar saluran a : Tinggi ambang pada ujung kolam olak (m) er's
117
b1
11b1 .
b+111 .
D E N A H
11 1
1 1
h1
z = 111 cm
a h1 11 1 t = 11 1 . (h +z) L1 1 > z L1
11 1
L1
Potongan Memanjang
Terjun Tegak
er's 118
ii).
r = 1 h1 .1
?Z
1 :1 1
Vd H' h1 Vl h1 EL1 Lj
Blok Muka Blok Halang
EL1 d
b1
11b1 .
11 . 1
Ambang Ujung
11 11
11 11
11 11
LJ
11 11
11 11
Terjun Miring
er's 119
iii).
Chute
1h /1
V1 H Z1
Bagian masuk
Transisi
Normal
Kolam olak
er's
120
1,00 - B
b1
1,00 - B
1,50m
1,50m
L1
1,50m
2,00m
er's
121
Z1
h V1
h1
d Lj
Lj = 4,5 h2
er's
122
1m
pelimpah
Talang (Aqueduct)
Fb
tumpuan beton
11 . 1
. 11 min 1 m
1) Bangunan Atas
Talang dibuat jika saluran melintasi saluran utama, sungai, jalan, lembah atau sepanjang lereng bukit.
saluran irigasi
min 11 . m pancang kayu 1111batang . , Fb : clearance = 1 m . 11 potongan memanjang talang tipe A (beton bertulang)
2) Bangunan Bawah
Merupakan tumpuan (abutment) dan pilar (pier) untuk menopang bangunan atas.
pembuang
11 . 1
beronjong
Fb
tumpuan beton
. 11 min 1 m
11 . 1
beronjong
min 11 . m pancang kayu 1111batang . , Fb : clearance = 1 m . 11 potongan memanjang talang tipe B (pipa baja)
er's
123
Gambar 7.14
+11 .11 B +11 .11 1. 1 11 11 . 1 1 1 X11 1 .1 11 . 1 C Saluran Kuarter a 1- 1 Quaternary Canal +11 .11 +11 .11 1 +11 .11 +11 .11 11 . 1 11 . 1 +11 .11 +11 . 11 11 . 1 +11 .11 +11 .11 11 . 1 11 .1 +11 .11 11 . 1 +11 . 11 11 .1 11 . 1 A Pipa besi . m Steel pipe 111 11 . 1 11 . 1 +11 .11
+11 .11
+11 . 11
+11 .11
+11 .11
11 . 1
11 . 1
11 . 1
+11 .11
+11 .11
+11 . 11
DENAH PLAN
+11 .11
11 . 1 Saluran Tersier T1- K1 Tertiary Canal 11 . 1 11 .1 Pipa besi . m Steel pipe 111 D=111 . 11 .1 +11 11 .11 . 1 11 . 1 11 .1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 11 11 . 1 . 1 . 1 +11 . 11 11 . 1 11 1 1 . 1 .1 Ht
1 X11 1 .1
11 . 1 +11 .11
11 . 1
11 . 1 11 . 1
11 . 1
11 . 1 11 . 1 11 . 1
11 .1
OG L
11 .1
111 . m
11 . 1 +11 . 11 11 . 1
11 . 1
Dilas Welding
Ht 11 . 1 11 . 1 +11 .11 11 . 1 11 . 1
Dibungkus dengan pipa PVC Beton K - 111 Concrete Covered by PVC pipe 1 1 11 11 .1 . 1 . 1 Beton K - 111 Concrete
C L
1 1
11 11 . 1 . 1
+11 .11
11 . 1
11 .1 SKALA = 111 : SCALE = 111 : Cerucuk Kayu dipancang sampai mencapai tanah keras Wooden Piles planted in the ground up to hard soil 111 . m
POTONGAN A - A SECTION A - A
11 11 . 1 . 1
POTONGAN B - B SECTION B - B
1 .1 11 Pipa besi . m Steel pipe 111 11 . 1 11 . 1 11 .1 11 . 1 11 .1 +11 .11 +11 .11 11 . 1 11 . 1 +11 . 11 11 . 1 11 . 1 +11 . 11 11 . 1 11 . 1
11 . 1
11 . 1
11 . 1
C L
+11 . 11 +11 .11
11 . 1
11 . 1 11 .1
11 . 1 11 . 1
11 . 1
11 . 1 11 . 1
11 . 1
1 1 1
Tiang
1 1
11 . 1 11 . 1 11 . 1 Tiang 11 .1 11 . 1
1 1
1
11 11 11 . 1. 1. 1
1 1
1 1
1 1 1
+11 .11 +11 .11 +11 .11 +11 .11 +11 . 11 +11 .11 +11 . 11 +11 .11 +11 .11 +11 .11
POTONGAN C - C SECTION C - C
+11 .11
+11 .11
ELEVATION / DISTANCE
+11 .11
+11 . 11
+111 .
+111 .
+11 .11
+11 .11
1
+11 .11
1 1
+111 .
+111 .
+111 .
+111 .
+11 . 11
+111 .
11 .1
11 .1
11 . 1
11 .1
11 .1
1 1m .1
124
11 . 1
+11 .11
+11 .11
1
1 1
1 1
11 1
1 1
1 1 1
1 1
11 1
1 1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 1
1 11 1 11 1 111
1 1
1 1
1
1 1
1 1
1 1 1
11
1 1
11
1 1
1 1
1 1 1
1 1 1
1 11 1 11 1 111
1 1
1 1
Gambar 7.17
11 . 1 b+111 . Lihat See DETAIL "A" 11 . 1 11 . 1 b 11 . 1 11 . 1 Lihat DETAIL "B" See Pipa PVC PVC Pipe 1111 mm H h 11 . 1 Beton K-111 Concrete Plat Baja t = 1mm Steel Plate 11 . 1 11 . 1 11 -111 11 -111 11 . 1 11 cm
11 . 1
11 . 1
1cm
11 . 1
b+111 .
11 . 1
11 . 1
b+111 .
11 . 1
Dilas Welding
SKALA = 11 : SCALE = 11 :
b+111 . I I
11 . 1
Ht
Dilas Welding
Beton Dibungkus Dengan Pipa PVC K-111 Concrete Covered By PVC Pipe
1 1
11 . 1
11 . 1
11 . 1
II
II
I
1 1
11 . 1
11 . 1
POTONGAN II - II SECTION II - II
11 . 1 Lantai Kerja K-111 Form Work Cerucuk Kayu 111 . m Wooden Pile
Cerucuk Kayu Dipancang Sampai Mencapai Tanah Keras Wooden Piles Planted in The Ground Up To Hard Soil
Note : 1 1
11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1
Ukuran Bangunan Dalam Dimension of Structure In Ukuran Pembesian Dalam Dimension of Reinf. Bar In
m mm
Tinggi Ht Masing- Masing Tiang Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan Each of Pier Depend of Site Condition Hight of
11 . 1
11 . 1
11 . 1
11 . 1
11 . 1
11 m . 1
SKALA SCALE 1 11 . 1
: 1: 1
11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1
127
11 m . 1
SKALA SCALE
: 1: 11
er's
128
(1 )
Fb
H h
11 ,1
11 ,1
129
b
1
1 1
er's
130
Sipon (Syphon)
Sipon digunakan untuk membawa air melewati bawah jalan, sungai atau pembuangan alam yang dalam. Untuk pengoperasian yang mengikuti kondisi seperti : baik, sipon direncanakan
i.Tidak ada udara masuk ke dalam pipa ii.Lubang pipa harus dibawah muka air saluran di hulu iii.Tinggi air perapat di atas lubang pipa ditetapkan antara 0,15 0,45 iv.Diameter minimum dari sipon adalah 0,30m v.Kecepatan normal pada pipa antara 1 1,5 m/det vi.Kisi-kisi penyaring harus di pasang di pintu masuk, dan vii.Penutup diatas pipa minimum adalah 0,60m
er's 131
Saringan sampah
Min 1 1 , 1m
11 ,1
11 ,1 11 ,1 11 ,1
Pipa beton
11 ,1
11 ,1 11 ,1
11 ,1
Sipon
er's 132
Pelimpah (Spillway)
Bangunan pelimpah diperlukan untuk membuang kelebihan air jika sudah melebihi kapasitas yang diperlukan pada saluran ataupun pada boks bagi agar tidak terjadi luapan.
er's
133
er's
134
er's
135
drain inlet
11 11 11 11
masonry lining
1 1 1
min 111 . m
11 11 11 11
11 1
11 11 11 11
136
11 . 1 +EL.1 +H
1 1
C L
11 . 1
1 1
+EL.1 +H
1 1
B
1 1
C D
11 . 1 +H 11 +EL.1 . 1 11 : 11 . 1 11 : +EL.1 11 +H . 1
1 1
h b/1
H +EL.1
+EL.1 +H
b+111 .
1
11 . 1
+EL.1
1 1
A
b+111 . +EL.1
+EL.1b+111 . 11 : 11 . 1
b 11 :
+EL.1 +H
11 . 1
+H 11 +EL.1 . 1
+EL.1 11 +H . 1 11 . 1
C L b b+111 .
1 1
11 . 1 +EL.1 +H
1 1
D B C
SKALA = 111 : SCALE = 111 :
+EL.1 +H
1 1
D E N A H P L A N
Sal. Kuarter U/S Quaternary Canal
11 . 1 h/1 11 . 1
11 . 1 +EL.1
11 . 1 C L
1 1
+EL.1 +H
11 . 1 11 . 1 +EL.1 11 . 1 11 . 1
11 . 1
L.1 11 . 1 11 . 1
er's
138
Type
A
1 1
C L
1
C L
Type
1
1 1
EL.B EL.1 b1
EL.B EL.1 b1
H1
H1
H1
H1
EL.1
1 1
B
EL.1
1
A
EL.1 EL.1 b1
A
C L
A
EL.1 b1 11 . 1 EL.1 11 . 1 L ( Variable) EL.1
EL.A
C L
EL.1
DENAH PLAN
EL.A
SKALA SCALE
1: 1 1
1 1
C L
1 1
DENAH PLAN
H1
SKALA SCALE
B
1: 1 1
1 1
C L
1 1
EL.1 b1
C L
11 . 1 11 . 1 t= . 111 EL.A
1 1
11 . 1 11 . 1
11 . 1
C L
11 . 1 z> . 111
11 . 1 11 . 1
11 . 1
EL.1
z< 111 =.
EL.B
H1
1 1 1
EL.1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1
EL.B EL.1 11 . 1 11 . 1
H1
POTONGAN SECTION
A-A
SKALA SCALE
11 . 1
11 . 1
11 . 1
1: 1 1
L ( Variable)
POTONGAN
C L
SECTION
A-A
SKALA SCALE
EL.A
1: 1 1
EL.1
11 . 1 11 . 1
11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 11 . 1 EL.1
EL.B EL.1 11 . 1 11 + 1 . 1B 11 . 1
11 . 1 11 . 1
11 . 1
POTONGAN SECTION
B-B
SKALA SCALE
1: 1 1
POTONGAN SECTION
B-B
SKALA SCALE
1: 1 1
139
er's
140
er's
141