You are on page 1of 11

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

OSTEOPOROSIS, ESTROGEN, dan LEMAK


A. OSTEOPOROSIS Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan kekuatan tulang yang berkurang dan menyebabkan peningkatan risiko patah tulang. Kekuatan tulang memiliki dua komponen utama, yaitu massa tulang dan kualitas tulang. Osteoporosis merupakan penyebab utama patah tulang pada wanita menopause dan orang tua. Fraktur terjadi paling sering pada tulang pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan, tapi tulang apapun dapat terpengaruh. Beberapa patah tulang dapat secara permanen melumpuhkan, terutama ketika terjadi di pinggul. Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru, yaitu osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromise bone strength sehingga tulang mudah patah. Dalam kata lain Osteoporosis merupakan kelainan tulang umum yang ditandai dengan massa tulang rendah dan kerusakan mikroarsitektural jaringan tulang dengan kerentanan meningkat menjadi fraktur. Osteoporosis memiliki etiologi yang kompleks dan dianggap penyakit poligenik multifaktorial dimana faktor penentu genetik yang dimodulasi oleh faktor hormonal, lingkungan, dan gizi. Osteoporosis sering disebut silent disease karena biasanya berlangsung tanpa gejala sampai terjadi patah tulang, satu atau lebih vertebra (tulang belakang) runtuh. Kolaps vertebra pertama dapat dirasakan atau dilihat ketika seseorang merasakan sakit punggung yang parah, kehilangan tinggi badan, atau kelainan tulang belakang seperti postur membungkuk. Tulang yang terserang osteoporosis dapat menjadi begitu rapuh, sehingga patah tulang terjadi secara spontan, atau sebagai akibat dari benjolan kecil, jatuh, ketegangan, dan tekanan seperti membungkuk, mengangkat, atau bahkan batuk.
Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

Osteoporosis dapat diperlambat atau bahkan disembuhkan jika faktor risiko seperti aktivitas fisik, asupan makanan rendah kalsium, dan hiperparatiroidisme primer diidentifikasi dan diobati. Sebuah laporan dari National Osteoporosis Foundation menyimpulkan bahwa faktor-faktor berikut ini berguna untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko patah tulang, yaitu berat badan rendah (kurang dari 58 kg), merokok, dan riwayat patah tulang trauma ringan.

2. Faktor Risiko Osteoporosis Osteoporosis merupakan penyakit dengan etiologi multifaktorial. Namun, penurunan densitas tulang merupakan faktor utamanya. Adapun faktor yang lain yaitu: Umur Tiap peningkatan 1 dekade, risiko meningkat 1,4-1,8 kali. Genetik a. Etnis Etnis kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia. b. Jenis kelamin Permpuan > laki-laki. c. Riwayat keluarga Lingkungan a. Defisiensi kalsium b. Kurangnya aktivitas fisik c. Obat-obatan (kortikosteroid, antikonvulsan, heparin, siklosporin) d. Merokok, alkohol e. Risiko terjatuh yang meningkat Hormonal dan penyakit kronik a. Defisiensi androgen, estrogen b. Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme, gagal ginjal, gastrektomi.

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

3. Patofisiologi Osteoporosis Secara normal di tubuh kita terjadi suatu tahapan yang disebut REMODELLING TULANG, yaitu suatu proses pergantian tulang yang sudah tua untuk diganti dengan tulang yang baru. Hal ini sudah terjadi pada saat pembentukan tulang mulai berlangsung sampai selama kita hidup. Proses Remodelling tulang tersebut dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini :

Setiap saat terjadi remodeling tulang di tulang manusia. Proses remodeling ini dimulai dengan terjadinya resorpsi atau penyerapan atau penarikan tulang oleh sel tulang yaitu OSTEOKLAS, kemudian tulang yang sudah diserap itu tadi akan diisi oleh tulang yang baru dengan bantuan sel tulang yang bernama OSTEOBLAS. Kejadian ini adalah suatu keadaan yang normal, dimana pada saat proses pembentukan tulang sampai umur 30 35 tahun, jumlah tulang yang diserap atau diresorpsi sama dengan jumlah tulang baru yang mengisi atau menggantikan sehingga terbentuk puncak massa tulang, tapi setelah berumur 35 tahun keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada OSTEOPOROSIS.

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

Perubahan Fisik yang terjadi karena Osteoporosis

4. Klasifikasi Osteoporosis Osteoporosis dibagi menjadi 2 kelompok, osteoporosis primer dan sekunder. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui

penyebabnya. Kemudian pada tahun 1983, Riggs dan Melton, membagi osteoporosis sekunder menjadi osteoporosis tipe I dan tipe II. Osteoporosis tipe I yaitu osteoporosis pasca menopause, disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause. Osteoporosis tipe II disebut juga osteoporosis senilis, disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium di usus sehingga menyebabkan

hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan terjadinya osteoporosis. Tetapi belakangan konsep tersebut berubah, karena peran estrogen juga menonjol pada osteoporosis tipe II. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya hasil yang signifikan pada pemberian vitamin D dan kalsium pada pasien osteoporosis tipe II. Sehingga pada tahun 2006, Riggs dan Melton memperbaiki hipotesisnya bahwa peran estrogen juga menonjol baik pada osteoporosis tipe I dan tipe II.

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

Patogenesis Osteoporosis Tipe I Setelah menopause, maka resorpsi tulang akan meningkat sehingga terjadi penurunan densitas tulang, terutama pada tulang trabekular yang memiliki permukaan yang luas. Penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin, antara lain : IL-1, IL-6, TNF-, sehingga aktivitas osteoklast akan meningkat. Menopause juga menyebabkan penurunan absorbsi kalsium di usus dan peningkatan ekskresi kalsium di ginjal. Menopause juga menyebabkan 1,25(OH)2D. Patogenesis Osteoporosis Tipe II Pada usia lanjut, dekade ke delapan dan sembilan, terjadi ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini akan mengakibatkan penurunan massa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan peningkatan risiko fraktur. penurunan sintesis berbagai protein yang membawa

B. ESTROGEN 1. Definisi Estrogen Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita adalah estradiol, estriol, dan estron. Sejak menarche sampai menopause, estrogen utama adalah 17-estradiol. Di dalam tubuh, ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron, sedangkan estron dibuat dari androstenadion. Estron bersifat lebih lemah daripada estradiol, dan pada wanita pascamenopause estron ditemukan lebih banyak daripada estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip estrogen. Zat buatan yang bersifat seperti estrogen disebut xenoestrogen,

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

sedangkan bahan alami dari tumbuhan yang memiliki aktivitas seperti estrogen disebut fitoestrogen.

2. Sintesis Estrogen Estrogen diproduksi terutama dengan mengembangkan folikel di ovarium, korpus luteum, dan plasenta. Hormon Luteinizing (LH) merangsang produksi estrogen di ovarium. Beberapa estrogen juga diproduksi dalam jumlah yang lebih kecil dengan jaringan lain seperti hati, kelenjar adrenal, dan payudara. Sumbersumber sekunder estrogen terutama penting pada wanita menopause. Yang harus kita ketahui adalah sel lemak juga menghasilkan estrogen, oleh karena itulah mengapa berat badan atau kegemukan juga merupakan faktor risiko untuk infertilitas, namun dapat memperlambat terjadinya osteoporosis. Pada wanita, sintesis estrogen dimulai dalam sel-sel teka interna di ovarium, oleh sintesis androstenedione dari kolesterol. Androstenedione adalah zat aktivitas androgenik moderat. Senyawa ini melintasi membran basal ke dalam sel granulosa sekitarnya, di mana ia diubah ke estrone atau estradiol, baik langsung atau melalui testosteron. Konversi testosteron untuk estradiol, dan androstenedion untuk estrone, dikatalisis oleh enzim aromatase. Estradiol tingkat bervariasi melalui siklus haid, dengan tingkat tertinggi sebelum ovulasi.

3. Reseptor Estrogen Ada dua bentuk yang berbeda dari reseptor estrogen, biasanya disebut sebagai , dan masing-masing dikode oleh gen terpisah (ESR1 dan ESR2). Reseptor hormon estrogen teraktivasi dalam bentuk dimer, karena dua bentuk yang coexpressed dalam berbagai tipe sel, reseptor dapat membentuk ER () atau ER () homodimers atau ER () heterodimers.

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

Seperti kita liat pada gambar diatas, reseptor estrogen juga terdapat pada tulang. Oleh karena itu betapa pentingnya peran estrogen pada terjadinya osteoporosis.

4. Efek Estrogen pada Tulang Kedua osteoklas dan osteoblas mengekspresikan reseptor estrogen dan merupakan target langsung untuk estrogen, tetapi keseluruhan, estrogen diklasifikasikan sebagai agen-agen antiresoptif. Estrogen secara langsung menghambat fungsi osteoklas. Pada tikus yang diooforektomi, defisiensi estrogen meningkatkan produksi interleukin-6, interleukin-1, dan tumor nekrosis faktor pada osteoblas dan sel-sel stromal turunan tulang lainnya. Faktor-faktor ini secara tidak langsung menstimulasi diferensiasi osteoklas. Pada ekstrak tulang dari wanita-wanita postmenopause dengan osteoporosis, konsentrasi interleukin-6 dan interleukin-1 mRNA juga tinggi. Defisiensi estrogen dikenal untuk

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

mengakselerasikan pengeroposan tulang dan meningkatkan suseptibilitas untuk fraktur. Terapi estrogen mengurangi pengeroposan tulang dan mereduksi risiko fraktur pada wanita-wanita dengan osteoporosis dan selanjutnya tanpa kondisi ini untuk lamanya terapi.

Gambar. Efek-efek estrogen pada system organ yang berbeda

C. LEMAK dan ESTEROGEN

Ovarium bukan satu-satunya sumber estrogen. Jaringan lemak (adipose) juga


memproduksi androstenedion dari kolesterol yang akan diubah menjadi estrogen. Wanita dengan berat badan kurang lebih cepat terkena osteoporosis dibandingkan dengan wanita gemuk. Hal ini dikaitkan dengan perbedaan tingkat produksi estrogen, dimana wanita gemuk cenderung lebih banyak. Lemak tubuh dapat memicu produksi estrogen. Apabila tubuh terlalu kurus, sehingga lemak tubuh hanya sedikit, maka estrogen yang diproduksipun rendah,
Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

sehingga makin mempertinggi resiko osteoporosis. Selain itu berat badan yang rendah menyebabkan tekanan yang diterima oleh tulang juga kecil, padahal, tekanan pada tulang berfungsi untuk merangsang proses peningkatkan kepadatan tulang. Lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia, yaitu: 1. Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak. 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal. 2. Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan

aliran air, ion dan molekul lain, keluar dan masuk ke dalam sel. 3. Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, seperti pada prostaglandin dan steroid hormon. 4. Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E dan K yang berguna untuk proses biologis 5. Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

KESIMPULAN
Kepadatan tulang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti, faktor bawaan, jenis kelamin, ras, aktifitas fisik, kondisi kesehatan secara keseluruhan dan asupan makanan dan gizi. Pada orang-orang dengan asupan makanan yang kurang dapat mengganggu proses pembentukan tulang, sebab tulang kita membutuhkan mineral dan zat-zat tertentu untuk membantu proses pembentukan tulang yang adekuat. Dalam pembentukan tulang, kalsium dan fosfor merupakan mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sumber kalsium dan fosfor banyak terdapat pada susu dan berbagai produk olahan susu seperti mentega, keju, es krim dan sebagainya, telur, ikan, sayuran dan kacang-kacangan. Asupan gizi yang kurang akan memicu terjadinya osteoporosis, terutama pada orang yang kurus dan kurang gizi. Estrogen merupakan hormon yang ikut memiliki andil penting pada terjadinya osteoporosis. Hormon ini identik sebagai hormon wanita. Kadar estrogen yang

rendah dapat memicu terjadinya osteoporosis, sebab estrogen dapat memperlambat hilangnya jaringan tulang pada proses resorbsi. Lemak tubuh dapat memicu produksi estrogen. Apabila tubuh terlalu kurus, sehingga lemak tubuh hanya sedikit, maka estrogen yang diproduksipun rendah, sehingga makin mempertinggi resiko osteoporosis. Berat badan yang rendah menyebabkan tekanan yang diterima oleh tulang juga kecil, padahal tekanan pada tulang berfungsi meningkatkan kepadatan tulang. Wanita dengan berat badan kurang lebih cepat terkena osteoporosis dibandingkan dengan wanita gemuk. Hal ini dikaitkan dengan perbedaan tingkat produksi estrogen, dimana wanita gemuk cenderung lebih banyak. Umumnya masa tulang yang berkurang pada wanita yang memiliki kelebihan berat badan dan menyimpan kadar lemak yang lebih tinggi cenderung lebih kecil dibandingkan wanita yang kurus pada saat menopause.

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

10

Referat Estrogen, Osteoporosis, dan Lemak

Stephen Marciano (406100011)

DAFTAR PUSTAKA
Andr Gonta. 2006. Estrogen Receptor Polymorphism Predicts the Onset of Natural and Surgical Menopause http://jcem.endojournals.org/cgi/content/full/84/9/3146?ijkey=58b4838eefc85a34facb c3b4f0fe8baa37919cf5 National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (NIAMS). 2010. Osteoporosis Hand out on Health. http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Bone/Osteoporosis/osteoporosis_hoh.asp Joyce B.J. van Meurs, Stephanie C.E. Schuit, Anglique E.A.M. Weel1, et al. 2003. Association of 5 estrogen receptor alpha gene polymorphisms with bone mineral density, vertebral bone area and fracture risk. http://hmg.oxfordjournals.org/content/12/14/1745.full Bambang Setyohadi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp: 1259-1274. Richard Eastell. 2008. Treatment of Postmenopausal Osteoporosis http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199803123381107?hits=10&andorexact fulltext=and&FIRSTINDEX=270&FIRSTINDEX=270&SEARCHID=1&searchid=1 &COLLECTION_NUM=14&resourcetype=HWCIT&resourcetype=HWCIT&andore xacttitleabs=and Ryan KJ. 2002. "Biochemistry of aromatase: significance to female reproductive physiology". Cancer Res. 42 (8 Suppl): 3342s3344s. Nelson LR, Bulun SE (September 2001). Estrogen production and action. J. Am. Acad. Dermatol. 45 (3 Suppl): S11624. B. Lawrence Riggs, M.D., and Lynn C. Hartmann, M.D. 2003. Selective EstrogenReceptor Modulators Mechanisms of Action and Application to Clinical Practice. New England Journal Med. http://en.wikipedia.org/wiki/Selective_estrogen_receptor_modulator http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/550lipids.html http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11511861

Kepaniteraan Geriatri Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode kepaniteraan 3 September- 6 Oktober 2012

11

You might also like